Pendirian Yayasan Kewajiban Yuridis Menyesuaikan Akta Yayasan Pendidikan Dengan Berlakunya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan

perubahan atas Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, sehingga Pasal 71 ayat 1 berbunyi: kewajiban bagi yayasan yang belum berbadan hukum untuk melakukan penyesuaian dalam jangka waktu 3 tiga tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut yaitu mulai tanggal 6 Oktober 2005 sampai dengan tanggal 6 Oktober 2008. Secara tegas di dalam Pasal 71 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 disebutkan Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasar dalam jangka waktu 3 tiga tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut, maka yayasan tersebut tidak dapat lagi menggunakan kata “Yayasan” dan dapat dibubarkan dengan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan dan pihak yang berkepentingan. Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan, yang juga masih membahas tentang status badan hukum yayasan, yaitu pada Pasal 36 disebutkan Yayasan yang dimaksud Pasal 71 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 wajib memohon pengesahan akta pendiriannya untuk memperoleh status badan hukum seperti pendirian yayasan yang baru, dan dalam premisse akta menyebutkan asal usul pendiriannya. Perbuatan hukum yang dilakukanYayasan yang belum mendapat status badan hukum menjadi tanggung jawab pribadi anggota organ Yayasan secara tanggung renteng.

2. Pendirian Yayasan

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pendirian Yayasan dilakukan oleh masyarakat hanya dengan akta Notaris. Universitas Sumatera Utara Dengan akta Notaris saja suatu yayasan sudah dapat melakukan kegiatan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Dengan akta Notaris saja, Yayasan sudah dapat mempunyai kekayaan baik berupa barang bergerak dan barang tetap. Dalam perkembangan selanjutnya karena tuntutan legalitas dalam masyarakat bisnis disyaratkan dan diperlukan registrasi terhadap akta pendirian Yayasan untuk memenuhi asas publisitas, maka terhadap akta pendirian dan perubahan anggaran dasar Yayasan dilakukan registrasipencatatan pada buku registrasi yang berada di Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi letak dan tempat kedudukan Yayasan yang bersangkutan. Dan selanjutnya kewajiban pengumuman dalam Berita negara Republik Indonesia belum menjadi syarat mutlak bagi status badan hukum Yayasan. Yayasan dalam melaksanakan kegiatannya pada awal adanya badan kegiatan berupa Yayasan tidak memerlukan ijin kegiatan karena kegiatan Yayasan masih bersifat nonformal dan informal, akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya disyaratkan bahwa Yayasan untuk dapat melaksanakan kegiatannya wajib mempunyai ijin kegiatan dari instansi yang berwenang. Hal ini dimungkinkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena pada saat itu tidak ada peraturan perundangan yang mengatur tentang Yayasan pada saat kelembagaan Yayasan mulai diperkenalkan dan dikenal di Indonesia, akan tetapi lama kelamaan mulai ada beberapa peraturan perundangan setingkat dibawah undang-undang mulai mengatur tentang Yayasan disamping yurisprudensi Mahkamah Agung. Universitas Sumatera Utara Berlakunya UU Yayasan mempertegas bahwa pendirian Yayasan dilakukan dengan akta Notaris dan menetapkan bahwa status badan hukum Yayasan diperoleh setelah akta Notaris tentang pendirian Yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar penataan administrasi pengesahan suatu Yayasan sebagai badan hukum dapat dilakukan dengan baik guna mencegah berdirinya Yayasan tanpa melalui prosedur yang ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pasal 1 butir 1 UU Yayasan secara tegas menyatakan Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi Pendiri ditetapkan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang peraturan pelaksanaan UU Yayasan: 1 Jumlah kekayaan awal Yayasan yang didirikan oleh Orang Indonesia, yang berasal dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai Rp.10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. 2 Jumlah kekayaan awal Yayasan yang didirikan oleh Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang Indonesia, yang berasal dari pemisahan harta kekayaan pribadi pendiri, paling sedikit senilai Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah. Pemisahan harta kekayaan tersebut harus disertai surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan harta kekayaan yang dipisahkan tersebut dan bukti yang merupakan bagian dari dokumen keuangan Yayasan. Universitas Sumatera Utara Pasal 5 UU Yayasan, menyatakan kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-Undang ini dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung, baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada Pembina, Pengurus dan Pengawas. Pengecualian atas ketentuan tersebut dapat ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan bahwa Pengurus menerima gaji, upah, atau honorarium, dalam hal Pengurus Yayasan : a. Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan Pendiri, Pembina, dan Pengawas; dan b. Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung dan penuh. Penentuan mengenai gaji, upah, atau honorarium ditetapkan oleh Pembina sesuai dengan kemampuan kekayaan Yayasan. Yayasan mempunyai nama dan tempat kedudukan. Nama Yayasan adalah nama diri dari Yayasan yang bersangkutan, tempat kedudukan Yayasan adalah dalam wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam Anggaran Dasar. Nama Yayasan yang telah didaftar dalam Daftar Yayasan tidak boleh dipakai oleh Yayasan lain, dan nama Yayasan dari Yayasan yang telah berakhir status badan hukumnya harus diberitahukan kepada Menteri untuk dihapus dari Daftar Yayasan oleh likuidator, kurator, atau Pengurus Yayasan. Selanjutnya mengenai nama Yayasan, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 ditetapkan: Universitas Sumatera Utara Pasal 3: 1 Kata “Yayasan” hanya dapat dipakai oleh: a. Yayasan yang diakui sebagai badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang; dan b. Yayasan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang. 2 Kata “Yayasan” sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dicantumkan di depan Nama Yayasan yang bersangkutan. 3 Dalam hal kekayaan Yayasan berasal dari wakaf, kata “wakaf” dapat ditambahkan setelah kata “Yayasan”. 4 Kata “wakaf” tidak dapat ditambahkan setelah kata “Yayasan” jika Yayasan bukan sebagai Nazhir. Pasal 4: 1 Pemakaian Nama Yayasan ditolak jika: a. sama dengan Nama Yayasan lain yang telah terdaftar lebih dahulu dalam Daftar Yayasan; atau b. bertentangan dengan ketertiban umum danatau kesusilaan. 2 Ketentuan mengenai alasan penolakan pemakaian Nama Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku juga bagi Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang yang memberitahukan kepada Menteri mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Yayasan yang bersangkutan. 3 Dalam hal pemakaian Nama Yayasan ditolak berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Yayasan dapat mengajukan pemakaian nama lain. Pasal 5: 1 Nama Yayasan dicatat dalam Daftar Yayasan apabila: a. akta pendirian Yayasan telah disahkan oleh Menteri; b. Anggaran Dasar Yayasan telah disesuaikan dengan Undang-Undang dan penyesuaian tersebut telah diberitahukan kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 3 Undang-Undang; atau c. akta perubahan Anggaran Dasar yang memuat perubahan Nama Yayasan telah disetujui oleh Menteri. 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Daftar Yayasan diatur dengan Peraturan Menteri. Yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Masa jabatan Pengurus dan Pengawas Yayasan adalah 5 lima tahun Universitas Sumatera Utara Pasal 32 dan Pasal 44 UU Yayasan, sedangkan masa jabatan Pembina Yayasan tidak ditentukan akan tetapi dalam anggaran dasar Yayasan dapat ditetapkan jangka waktu masa jabatan Pembina Yayasan bila dikehendaki oleh pendiri atau berdasarkan keputusan rapat Pembina Yayasan. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha danatau ikut serta dalam suatu badan usaha dan Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus, dan Pengawas Pasal 3 UU Yayasan Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan oleh organ Yayasan dalam rangka menjalankan tugas Yayasan Pasal 6 UU Yayasan. Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan. Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan Yayasan. Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha yang didirikan oleh Yayasan tersebut Pasal 7 UU Yayasan, serta kegiatan usaha dari badan usaha yang didirikan oleh Yayasan harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 8 UU Yayasan. Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, memperoleh pengesahan dari Menteri. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian dari uraian di atas, UU Yayasan secara tegas menyatakan pendirian yayasan harus dibuat dengan Akta Notaris dan selanjutkan untuk memperoleh status badan maka harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Adapun proses pendirian Yayasan sesuai dengan ketentuan UU Yayasan tersebut dapat dijelaskan berikut ini:

a. Syarat Pendirian Yayasan

Sesuai dengan ketentuan Pasal 9 dan Pasal 10 UU Yayasan, maka syarat pendirian yayasan adalah: 1 Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Sesuai ketentuan Pasal 6 ayat 1 PP No. 63 Tahun 2008 kekayaan awal Yayasan adalah paling sedikit Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. 2 Pendirian Yayasan dilakukan dengan akta notaris dan dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam pembuatan akta pendirian Yayasan, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa. 3 Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam hal pendirian Yayasan dilakukan berdasarkan surat wasiat, penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat. Apabila surat wasiat tersebut tidak dilaksanakan oleh penerima wasiat, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, Pengadilan dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut. 4 Dalam hal Yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama orang asing, mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah. Universitas Sumatera Utara Dari ketentuan di atas diketahui bahwa Pendirian Yayasan proses awal yang harus dilakukan Pendiri Yayasan adalah permohonan pembuatan Akta Pendirian Yayasan di hadapan Notaris. Akta pendirian Yayasan, sesuai ketentuan Pasal 14 UU Yayasan memuat Anggaran Dasar yang sekurang-kurangnya memuat: 1 Nama dan tempat kedudukan Yayasan; 2 Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan tersebut; 3 Jangka waktu pendirian Yayasan; 4 Jumlah kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam bentuk uang atau benda berwujud dan benda tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang Penjelasan Umum Pasal 14 ayat 2 huruf d UU Yayasan; 5 Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan Yayasan; 6 Tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas; 7 Hak dan kewajiban anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan; 8 Tata cara penyelenggaraan rapat organ Yayasan; 9 Ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar Yayasan; 10 Penggabungan dan pembubaran Yayasan; dan 11 Penggunaan kekayaan sisa likuidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah pembubaran. Keterangan lain dalam akta pendirian memuat sekurang-kurangnya nama, alamat, pekerjaan, tempat dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan Pendiri, Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Universitas Sumatera Utara

b. Permohonan Pengesahan status Badan Hukum Yayasan

Yayasan untuk memperoleh pengesahan status badan hukum, maka pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri melalui Notaris yang membuat Akta Pendirian Yayasan tersebut. Notaris wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 10 sepuluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan ditandatangani Pasal 11 ayat 3 UU Yayasan. Permohonan pengesahan pendirian Yayasan sesuai dengan Pasal 15 ayat 2 PP No. 63 Tahun 2008, maka pemohon harus melampirkan: 1 Salinan Akta Pendirian Yayasan; 2 Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Yayasan yang telah dilegalisir oleh Notaris; 3 Surat pernyataan tempat kedudukan disertai alamat lengkap Yayasan yang ditandatangani oleh Pengurus Yayasan dan diketahui oleh lurah atau kepala desa setempat; 4 Bukti penyetoran atau keterangan bank atas Nama Yayasan atau pernyataan tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan Yayasan; 5 Surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan kekayaan awal tersebut; 6 Bukti penyetoran biaya pengesahan dan pengumuman Yayasan. Pengesahan terhadap permohonan tersebut, diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan, Universitas Sumatera Utara Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. Instansi terkait tersebut, wajib menyampaikan jawaban dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima. Dalam hal diperlukan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal jawaban atas permintaan pertimbangan dari instansi terkait diterima. Dalam hal jawaban atas permintaan pertimbangan tidak diterima, pengesahan diberikan atau ditolak dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal permintaan pertimbangan disampaikan kepada instansi terkait. Terhadap permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Pasal 11 dan 12 UU Yayasan. Dalam hal permohonan pengesahan pendirian Yayasan ditolak, Menteri wajib memberitahukan secara tertulis disertai dengan alasannya, kepada pemohon mengenai penolakan pengesahan tersebut. Alasan penolakan pengesahan tersebut adalah bahwa permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam UU Yayasan danatau peraturan pelaksanaannya Pasal 13 UU Yayasan. Biasanya orang yang memprakarsai dibentuknya badan Yayasan tersebut, bertindak selaku pendiri dan sekaligus duduk sebagai Ketua yang memimpin Yayasan. 45 45 I.G.Ray Widjaya, Hukum Perusahaan, Mega Point, Jakarta, 2000, hal. 64. Universitas Sumatera Utara Akta pendirian Yayasan yang telah disahkan sebagai badan hukum atau perubahan Anggaran Dasar yang telah disetujui atau telah diberitahukan wajib diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, dilakukan oleh Menteri dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan disahkan atau perubahan Anggaran Dasar disetujui atau diterima Menteri Pasal 24 UU Yayasan. Jadi total permohonan pengesahan adalah lebih kurang 60 hari. Tata cara mengenai pengumuman dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan dikenakan biaya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, yaitu: 1 Persetujuan pemakaian nama Yayasan sebesar Rp. 100.000,- 2 Pengesahan akta pendirian Yayasan sebesar Rp. 250.000,- 3 Pengumuman Yayasan dalam media Tambahan Berita Negara R.I sebesar Rp. 300.000,- Jadi biaya persetujuan pemakaian nama, pengesahan akta pendirian dan pengumuman yayasan dalam media Tambahan Berita Negara R.I adalah keseluruhan sebesar Rp. 650.000.- enam ratus lima puluh ribu rupiah Secara tegas dinyatakan dalam 13A UU Yayasan, bahwa perbuatan hukum yang dilakukan oleh Pengurus atas nama Yayasan sebelum memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab Pengurus secara tanggung jawab renteng. Universitas Sumatera Utara

B. Ketentuan Penyesuaian Akta Yayasan Penyelenggara Pendidikan Setelah

Berlakunya UU BHP Sebelum dibahas mengenai penyesuaian Akta Yayasan Penyelenggara Pendidikan dengan berlakunya UU BHP, maka disini terlebih dahulu dijelaskan apa yang dimaksud dengan Badan Hukum Pendidikan. Kelahiran Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan UU BHP merupakan perintahamanat dari Pasal 53 ayat 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional UU Sisdiknas yang menyebutkan bahwa : 1 Penyelenggaraan danatau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. 2 Ketentuan tentang badan hukum pendidikan diatur dengan undang-undang tersendiri. Pasal 53 UU Sisdiknas mewajibkan penyelenggara danatau satuan pendidikan formal yang didirikan Pemerintah atau masyarakat berbentuk Badan Hukum Pendidikan BHP. BHP berfungsi memberikan pelayanan kepada peserta didik yang bersifat nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. UU Sisdiknas mengamanatkan perlunya pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolahmadrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, serta otonomi perguruan tinggi pada jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, dalam Pasal 53 UU Sisdiknas juga diperintahkan bahwa BHP harus diatur dengan undang-undang . Sehubungan dengan hal tersebut, telah diundangkan Undang- Universitas Sumatera Utara Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan UU BHP yang mengatur tentang BHP dalam bentuk undang-undang. Dasar hukum Badan Hukum Pendidikan BHP adalah: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan Selanjutnya mekanisme pendirian BHP diatur dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, yaitu: 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Mekanisme Pendirian Badan Hukum Pendidikan, Perubahan Badan Hukum Milik Negara Atau Perguruan Tinggi, Dan Pengakuan Penyelenggara Pendidikan Tinggi Sebagai Badan Hukum Pendidikan. 2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 71 Tahun 2009 Tentang Mekanisme Pendirian Badan Hukum Pendidikan Yang Menyelenggarakan Pendidikan Dasar DanAtau Menengah Dan Pengakuan Penyelenggara Pendidikan Dasar DanAtau Menengah Sebagai Badan Hukum Pendidikan Pasal 1 angka 1 UU BHP menyebutkan Badan Hukum Pendidikan adalah badan hukum yang menyelenggarakan pendidikan formal. Kemudian dalam Pasal 1 angka 9 diberikan batasan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang yang meliputi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Mengenai pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi ini telah diberi batasan oleh Pasal 17, 18, 19 dan Pasal 20 UU Sisdiknas, sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Pendidikan Dasar, yaitu: 1 Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. 2 Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat. b. Pendidikan Menengah, yaitu: 1 Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. 2 Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. 3 Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas SMA, Madrasah Aliyah MA, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan MAK, atau bentuk lain yang sederajat. c. Pendidikan Tinggi, yaitu: 1 Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program Pendidikan Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor S3 yang diselenggarakan Perguruan Tinggi. 2 Perguruan tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Selanjutnya, sesuai ketentuan Pasal 5 UU BHP, maka BHP terdiri dari ada 2 dua jenis, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 BHP Penyelenggara BHP Penyelenggara adalah Yayasan, Perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis yang telah menyelenggarakan pendidikan formal dan diakui sebagai badan hukum pendidikan, yang menyelenggarakan 1 satu atau lebih satuan pendidikan formal. 2 BHP Satuan Pendidikan. BHP Satuan Pendidikan merupakan jenis badan hukum pada satuan pendidikan formal. Sesuai dengan Pasal 6 dan Pasal 7 UU BHP, ada 3 tiga bentuk BHP Satuan Pendidikan yaitu: a Badan Hukum Pendidikan Pemerintah BHPP adalah badan hukum pendidikan yang didirikan Pemerintah dengan peraturan Pemerintah atas usul Menteri. b Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Daerah BHPPD adalah badan hukum pendidikan yang didirikan Pemerintah Daerah dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan BupatiWalikota. c Badan Hukum Pendidikan Masyarakat BHPM adalah badan hukum pendidikan yang didirikan masyarakat dengan Akta Notaris yang disahkan oleh Menteri. Ketiga bentuk BHP tersebut di atas hanya mengelola 1 satu satuan pendidikan formal Pasal 6 ayat 2 Dengan demikian UU BHP menegaskan bahwa pendiri badan hukum pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat. Di mana pendiri Universitas Sumatera Utara dapat orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum seperti Yayasan, Perkumpulan, atau badan hukum lain sejenis. Sehingga setelah berlakunya UU BHP tidak ada lagi penyelenggara pendidikan selain dalam bentuk Badan Hukum Pendidikan BHP. Selanjutnya untuk lebih jelas apa yang dimaksud dengan tata kelola Badan Hukum Pendidikan dan yang harus disesuaikan Yayasan sebagai BHP Penyelenggara dapat dijelaskan berikut ini:

1. Tata Kelola Badan Hukum Pendidikan menurut UU BHP