Sejarah Undang-Undang Yayasan Kewajiban Yuridis Menyesuaikan Akta Yayasan Pendidikan Dengan Berlakunya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan

BAB II KETENTUAN TENTANG PENYESUAIAN AKTA YAYASAN

PENYELENGGARA PENDIDIKAN SETELAH BERLAKUNYA UU BHP A. Yayasan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004

1. Sejarah Undang-Undang Yayasan

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

Kegiatan atas nama amal, bersedekah, dan berderma untuk keperluan sosial dan kemanusiaan yang dilakukan lembaga nirlaba modern tidak menutup kemungkinan terjadinya penyelewengan atau penyalahgunaan. Oleh karena itu perlu ada standar etika, aturan baku, dan hukum yang tegas dan jelas yang mengatur masalah ini tanpa mengurangi semangat filantropis yang ada pada masyarakat. Diharapkan pengaturan atau berbagai bentuk regulasi terhadap organisasi nirlaba itu, termasuk yayasan, akan dapat mendorong semangat filantropisme tersebut karena pada akhirnya aktivitas itu akan bermuara pada kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. 38 Kalau dipelajari secara seksama keberadaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tersebut terlihat adanya keinginan pemerintah untuk mengendalikan ataupun sekurang-kurangnya memonitor kegiatan yayasan di masa yang akan datang. Berbagai kasus penyalahgunaan yayasan selama ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan pengaturan masalah yayasan ini. 38 Djaidir, Keberadataan Yayasan Sebagai Badan Hukum Birlaba Dan Sifat Usahanya Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, Tesis, PPs-USU, Medan, 2002, hal. 41. Universitas Sumatera Utara Prinsip yang ingin diwujudkan dalam ketentuan Undang-undang Yayasan adalah kemandirian yayasan sebagai badan hukum, keterbukaan seluruh kegiatan yang dilakukan yayasan, dan akuntabilitas kepada masyarakat mengenai apa yang telah dilakukan oleh yayasan, serta prinsip nirlaba yang merupakan prinsip yang fundamental bagi suatu yayasan. Hal itu terlihat dari beberapa ketentuan dalam undang-undang tersebut. Misalnya dengan adanya kewajiban pada setiap pendiri yayasan untuk memintakan pengesahan badan hukum kepada Menteri Kehakiman, dan seterusnya setiap ada perubahan mengenai nama dan kegiatan yayasan tersebut harus pula meminta izin kepada Menteri Kehakiman. Demikian pula pemerintah kelihatannya ingin mengetahui arus keuangan yayasan dengan mengharuskan yayasan, terutama yang kekayaannya berasal dari negara atau memperoleh bantuan pemerintah, untuk membuat ikhtisar laporan tahunan yang menyangkut keuangan dan kegiatan yayasan dalam tahun yang lampau. Keinginan pemerintah untuk mengatur dan mengendalikan pendirian dan pengoperasian yayasan tentunya didasarkan kepada pengalaman masa lampau, tatkala banyak sekali yayasan yang menyalahgunakan segala kemudahan yang diberikan kepada yayasan, padahal sebenarnya mereka berdagang dengan membungkus bisnisnya melalui yayasan. Secara praktis kuantitatif asumsi demikian memang perlu dibuktikan dengan suatu penelitian khusus. Namun secara kualitatif dapat dirasakan Universitas Sumatera Utara dan juga disaksikan berbagai yayasan yang disalahgunakan untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan. 39 Menurut Pasal 71 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, semua Yayasan yang telah berdiri dan didaftarkan di pengadilan negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, atau didaftarkan di pengadilan negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak dimulai berlakunya undang-undang tersebut wajib disesuaikan anggaran dasar. Dengan demikian ada 4 empat prinsip yang harus dimiliki Yayasan sesuai dengan harapan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, yakni: 1 Kemandirian Yayasan sebagai badan hukum. 2 Keterbukaan seluruh kegiatan Yayasan. 3 Akuntabilitas publik. 4 Prinsip nirlaba. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, dan tidak mempunyai anggota. Yayasan didirikan dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta 39 Ibid., hal. 43. Universitas Sumatera Utara kekayaan pendiriannya sebagai kekayaan awal Yayasan. Dalam hal yayasan didirikan berdasarkan surat wasiat, pendirian yayasan dilakukan dengan akta notaris oleh penerima wasiat yang bertindak mewakili pemberi wasiat. Apabila dianggap perlu, Menteri dapat meminta pertimbangan instansi terkait yang ruang lingkup tugasnya meliputi kegiatan Yayasan. Dalam hal permohonan pengesahan ditolak, Menteri wajib menyampaikan penolakan secara tertulis disertai alasannya. Adapun alasan penolakan adalah permohonan yang diajukan tidak sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Yayasan dan atau peraturan pelaksanaannya. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tidak dikenal adanya badan pendiri pada Yayasan seperti selama ini dikenal. Undang-Undang Yayasan memakai istilah pembina untuk menghindari terjadinya kekosongan apabila pendirinya berupa orang-perseorangan meninggal dunia. Hal ini karena suatu Yayasan adalah bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang terlihat dari hal-hal berikut ini: 40 1 Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Yayasan Maksud dan tujuan yayasan adalah di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Kegiatan yayasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai maksud tujuan yayasan yang bersangkutan. Maksud dan tujuan yayasan untuk melakukan pemberian kepada para pendiripembina, pengurus, pengawas atau pihak ketiga tidak diperkenankan kecuali pemberian kepada pihak ketiga dengan tujuan sosial. 40 Ibid., hal. 44. Universitas Sumatera Utara 2 Kekayaan Yayasan Kekayaan yayasan dipergunakan untuk mendukung kinerja yayasan yaitu untuk mencapai maksud tujuan yayasan yang bersifat sosial. Keagamaan dan kemanusian. Guna mencapai maksud dan tujuan tersebut, yayasan dapat melakukan kegiatan usaha dengan mendirikan badan usaha yang kekayaan yayasan ditentukan paling banyak 25 dari seluruh kekayaan yayasan. Kegiatan usaha yayasan harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. 3 Pengawasan Masyarakat Untuk pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat atas kinerja yayasan, undang-undang mewajibkan kepada pengurus yayasan untuk mengumumkan ikhtisar laporan tahunannya pada papan pengumuman di kantor yayasan yang bersangkutan agar dapat dibaca oleh masyarakat. Sedangkan bagi yayasan yang kekayaannya berasal dari negara atau memperoleh bantuan pemerintah atau yayasan yang kekayaannya dikumpulkan dari dana masyarakat melalui sumbangan, wakaf, hibah, hibah wasiat sehingga kekayaan yayasan mencapai jumlah tertentu sebagaimana nanti diatur dengan Peraturan pemerintah diwajibkan mengumumkan ikhtisar laporan tahunan yayasan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia Pasal 52 Undang- Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001. Universitas Sumatera Utara 4 Pemeriksaan Terhadap Yayasan Selain transparansi laporan tahunan, pihak ketiga yang berkepentingan dalam mewakili kepentingan umum dapat mengajukan permohonan tertulis kepada pengadilan untuk penetapan pemeriksaan terhadap yayasan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa organ yayasan: a Melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan anggaran dasar b Lalai dalam melaksanakan tugas-tugasnya c Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak ketiga d Melakukan perbuatan yang merugikan negara Adapun pihak yang melakukan pemeriksaan adalah sejumlah ahli paling banyak tiga orang yang diangkat sebagai pemeriksa berdasarkan penetapan pengadilan, dan pemeriksa dilarang mengumumkan atau memberitahukan laporan hasil pemeriksaannya kepada pihak lain kecuali kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat kedudukan yayasan Pasal 53 dan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Dalam pengorganisasiannya terdapat pemisahan yang jelas antara pemegang kekuasaan tertinggi dengan pelaksanaan operasional dan pengawas yang mengawasi operasional yayasan. Hal ini tercermin dari pemisahan yang jelas dari organ yayasan yang terdiri dari: pembina, pengurus dan pengawas. Pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-undang atau Anggaran Universitas Sumatera Utara Dasar. Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan, sedangkan pengawas adalah orang yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan. Anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota Pengurus danatau anggota Pengawas, demikian pula sebaliknya. Larangan perangkapan jabatan dimaksudkan untuk menghindari benturan kewenangan dan tugas serta tanggung jawab antara pembina, pengurus dan pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain. Fenomena kegiatan yayasan dalam masyarakat yang dilihat oleh pembuat undang-undang, telah berubah atau menyimpang dari hakekat, dimana yayasan seharusnya bergerak dalam bidang sosial dan ideal ternyata berkembang memasuki bidang ekonomi bisnis, bahkan dipakai untuk mendapatkan dana untuk usaha dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu keberadaan Undang-Undang Yayasan yang selain untuk mengakomodasi fenomena kegiatan usaha bisnis yayasan tersebut, sekaligus juga berupaya membatasinya. Hal ini terlihat dengan dibolehkannya Yayasan mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan dan yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan penyertaan tersebut paling banyak 25 duapuluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan yayasan tersebut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Selanjutnya pemerintah dalam lingkup tertentu menilai penting untuk mengetahui secara benar arus keuangan yayasan khusus yayasan yang memperoleh Universitas Sumatera Utara bantuan negara, bantuan luar negeri atau pihak lain sebesar Rp 500.000.000.00,- lima ratus juta rupiah atau mempunyai kekayaan di luar harta wakaf sebesar Rp 20.000.000.000.00,- dua puluh miliar rupiah atau lebih. Yayasan wajib membuat ikhtisar laporan tahunan yang menyangkut keuangan dan keadaan serta kegiatan yayasan dalam tahun yang lampau. Laporan tersebut harus pula diumumkan dalam surat kabar harian berbahasa Indonesia, dan mewajibkan audit oleh akuntan publik terhadap yayasan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Menurut Chatamarrasjid Ais, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 telah memberikan landasan hukum yang baik bagi pendirian dan perkembangan Yayasan. Persoalannya adalah masalah penegakan hukum, dalam hal ini perlu ditegaskan mengenai masalah pengawasan, baik bagi Yayasan yang sudah ada sebelum Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maupun yang akan berdiri setelah diundangkannya undang-undang yayasan tersebut. 41 Dampak terbesar dari Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 adalah Yayasan harus bersifat terbuka bagi masyarakat, baik dalam laporan kegiatan maupun keuangannya. Hal ini membuka peluang bagi publik untuk mengawasi kegiatan Yayasan. Jadi Yayasan harus memiliki pembukuan yang baik. Kemudian juga Yayasan harus menyesuaikan kekayaan yang dipisahkan oleh pendiri dengan tujuan yang akan dicapai, dan Yayasan harus menyesuaikan Organ Yayasan dan Anggaran Dasar sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. 41 Chatamarrasjid Ais, Op. Cit., hal. 84. Universitas Sumatera Utara Sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maka landasan hukum keberadaan Yayasan sebagai suatu badan hukum pada sistem hukum di Indonesia. Di mana sebelum berlakunya undang-undang tersebut yang menjadi landasan hukum Yayasan adalah kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung. 42 Meskipun belum ada perundang-undangan yang khusus mengatur tentang Yayasan, sampai dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Akan tetapi pengaturan yayasan sebagai badan hukum secara implisit tercantum secara sporadis dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Jadi selama belum dikeluarkan Undang-Undang Yayasan tidak ada pengakuan Yayasan sebagai badan hukum secara eksplisit sebagaimana halnya badan hukum yang lain baik perseroan terbatas, perkumpulan, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Fred Tumbuan: 42 Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang menyatakan: Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi Mahkamah Agung, karena belum ada undang-undang yang mengaturnya. Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan Yayasan dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus, dan Pengawas. Sejalan dengan kecenderungan tersebut timbul pula berbagai masalah, baik masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar, sengketa antara Pengurus dengan Pendiri atau pihak lain, maupun adanya dugaan bahwa Yayasan digunakan untuk menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Masalah tersebut belum dapat diselesaikan secara hukum karena belum ada hukum positif mengenai Yayasan sebagai landasan yuridis penyelesaiannya. Undang-undang ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Undang-undang ini menegaskan bahwa Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam Undang-undang ini.. Universitas Sumatera Utara Dalam KUH Perdata yakni dalam Pasal 365, 899, 900, 1680, 1852, dan Pasal 1954 ada disebutkan istilah yayasan, tetapi pasal-pasal tersebut dalam isinya tidak mengatur keberadaan yayasan itu sendiri. Pasal-pasal dalam KUH Perdata tersebut hanya sekedar mengatakan keberadaan yayasan tersebut sebagai badan hukum perdata. Hal yang sama juga terdapat dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas, yang ada menyebut istilah yayasan, tetapi juga tidak merinci mengenai status, hak maupun wewenang yayasan dimaksud. 43 Sebagai contoh dalam Pasal 365 KUH Perdata mengatur tentang masalah perwalian voogdij dapat dipercayakan kepada perhimpunan yang berstatus badan hukum, yayasan stichting atau badan karitatif insteling van weldadigheid. Demikian pula apabila perhatikan Pasal 899 KUH Perdata yang memuat tentang orang yang dapat menarik manfaat dari yayasan. Apabila diperhatikan ada tiga istilah yang dipergunakan oleh Pembuat KUH Perdata yang kesemuanya menunjuk pada pengertian yayasan sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan di bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan, yakni stichtingen, gestichten, dan armeninrichtingen. 44 Meskipun keberadaan yayasan sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan tidak mendapat pengaturan yang jelas dan tegas, namun status badan hukum yayasan tersebut tidak pernah diragukan baik di kalangan akademisi maupun praktisi. Itulah sebabnya UU Yayasan sendiri tidak ragu-ragu dalam memberikan pengakuan terhadap status badan hukum yayasan yang terbentuk sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 71, berikut ini: 43 Fred Tumbuan dalam Rehngena Purba, Perlunya Undang-Undang Tentang Yayasan, Makalah, Lokakarya RUU Yayasan, USU, Medan, 2000, hal. 4. 44 Ibid., hal. 5. Universitas Sumatera Utara 1 Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang telah : a. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau b. didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum, dengan ketentuan dalam waktu paling lambat 5 lima tahun sejak mulai berlakunya Undang-undang ini Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini. 2 Yayasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian. 3 Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, maka Yayasan telah mempunyai landasan hukum yang tegas tentang keberadaan Yayasan sebagai badan hukum. Namun kemudian Pemerintah melakukan perubahan kembali terhadap Undang- Undang Yayasan yaitu diterbitkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Pertimbangan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tersebut sebagaimana terlihat pada konsiderannya adalah: a. bahwa Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mulai berlaku pada tanggal 6 Agustus 2002, namun Undang-undang tersebut dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, serta terdapat beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran, maka perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-undang tersebut; Universitas Sumatera Utara b. bahwa perubahan tersebut dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tersebut mulai berlaku tanggal 6 Oktober 2005, dimana undang-undang ini tidak mencabut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tetapi hanya melakukan perubahan dan penyisipan dari beberapa pasal, dan hanya Pasal 25 dan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang dihapus. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 juga masih seputar status badan hukum Yayasan. Undang-Undang ini telah mencabut kewenangan Kanwil Hukum dan HAM dalam pengesahan badan hukum Yayasan, di mana sebelumnya pada Pasal 11 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dinyatakan: 1 Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2 memperoleh pengesahan dari Menteri. 2 Kewenangan Menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri, yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan. 3 Dalam memberikan pengesahan, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait. Dari ketentuan Pasal 11 UU Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 di atas, yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atas nama Menteri Universitas Sumatera Utara Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Kemudian setelah diterbitkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, terjadi perbaikan dalam Pasal 11 menjadi: 1 Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 2, memperoleh pengesahan dari Menteri. 2 Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pendiri atau kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan tersebut. 3 Notaris sebagaimana dimaksud pada ayat 2, wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 10 sepuluh hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan ditandatangani. 4 Dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Menteri dapat meminta pertimbangan dari instansi terkait dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap. 5 Instansi terkait sebagaimana dimaksud pada ayat 4, wajib menyampaikan jawaban dalam jangka waktu paling lambat 14 empat belas hari terhitung sejak tanggal permintaan pertimbangan diterima. 6 Permohonan pengesahan akta pendirian Yayasan dikenakan biaya yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Perubahan di atas telah menghapus kewenangan Kanwil dalam memberikan pengesahan atas suatu badan hukum yayasan dan mempertegas bahwa wewenang untuk mengesahkan suatu yayasan sebagai badan hukum berada di tangan Menteri Hukum dan HAM. Di samping itu dinyatakan bahwa Notaris wajib menyampaikan permohonan pengesahan kepada Menteri untuk menjadi badan hukum tersebut. Kemudian terkait dengan status badan hukum Yayasan tersebut terlihat dengan dilakukannya perubahan pada Pasal 71 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, yang isinya setelah dilakukan perubahan adalah: Universitas Sumatera Utara 1 Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang : a. telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau b. telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait; tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 3 tiga tahun terhitung sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan tersebut wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini. 2 Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini, dan mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat I satu tahun terhitung sejak tanggal Undang-undang ini mulai berlaku. 3 Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian. 4 Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, tidak dapat menggunakan kata Yayasan di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Dari ketentuan Pasal 71 ayat 1 di atas jelas terlihat bahwa kekhawatiran dan sekaligus upaya pemerintah dalam hal status kebadanhukuman dari yayasan itu sendiri, karena ketika diterbitkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 telah diatur dalam Pasal 71 ayat 1 kewajiban bagi yayasan yang belum berbadan hukum untuk melakukan penyesuaian dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak berlakunya undang- undang tersebut terhitung sejak tanggal 6 Agustus 2002 setahun sejak undang- undang diterbitkan. Kemudian diterbitkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang juga membahas tentang penyesuaian badan hukum dari yayasan, yang terlihat dari dilakukannya Universitas Sumatera Utara perubahan atas Pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, sehingga Pasal 71 ayat 1 berbunyi: kewajiban bagi yayasan yang belum berbadan hukum untuk melakukan penyesuaian dalam jangka waktu 3 tiga tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut yaitu mulai tanggal 6 Oktober 2005 sampai dengan tanggal 6 Oktober 2008. Secara tegas di dalam Pasal 71 ayat 4 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 disebutkan Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasar dalam jangka waktu 3 tiga tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut, maka yayasan tersebut tidak dapat lagi menggunakan kata “Yayasan” dan dapat dibubarkan dengan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan dan pihak yang berkepentingan. Kemudian diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan, yang juga masih membahas tentang status badan hukum yayasan, yaitu pada Pasal 36 disebutkan Yayasan yang dimaksud Pasal 71 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 wajib memohon pengesahan akta pendiriannya untuk memperoleh status badan hukum seperti pendirian yayasan yang baru, dan dalam premisse akta menyebutkan asal usul pendiriannya. Perbuatan hukum yang dilakukanYayasan yang belum mendapat status badan hukum menjadi tanggung jawab pribadi anggota organ Yayasan secara tanggung renteng.

2. Pendirian Yayasan