Konvensi Kejahatan Penerbangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum PidanaKUHP

BAB III KONVENSI KEJAHATAN PENERBANGAN SEBAGAI SEBUAH

TINDAK PIDANA TERORISME MENURUT UU NO. 15 TAHUN 2003

A. Konvensi Kejahatan Penerbangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum PidanaKUHP

Seperti yang telah secara singkat dipaparkan sebelumnya, tindak pidana penerbangan dan saranaprasarana penerbangan di dalam KUHP merupakan hal yang masih baru dibandingkan dengan eksisitensi KUHP itu sendiri. 44 Masuknya ketentuan ini ke dalam Bab XXIXA Pasal 479a hingga Pasal479r dilatarbelakangi oleh diratifikasinya ketiga konvensi tersebut di atas oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1976. Adapun alasan diratifikasinya ketiga konvensi ini adalah adanya keprihatinan Indonesia akan tindak pidana dalam penerbangan dan merupakan tanda keikutsertaannya dalam upaya pencegahannya, serta alasan yuridis yakni tindak pidana penerbangan belum dikriminalisasi daam hukum pidana di Indonesia 45 Melalui Undang-undang Nomor 2 Tahun 1976 tentang Pengesahan Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970, dan Konvensi Monteral 1971, Indonesia secara resmi meratifikasi dan mengadopsi ketentuan di dalam ketiga 44 KUHP atau Wetboek van Strafrecht Belanda, telah digunakan di Indonesia sejak tahun 1918 oleh pemerintah colonial Belanda. Lihat : Mustafa Abdullah dan Ruben Achmad, Op. Cit., hal.14. 45 .Undang-undang Republik Indonesia tentang Pengesahan Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970, dan Konvensi Montreal 1971, Nomor 2 Tahun 1976, LN. Tahun 1976 No.18, TLN No.3076, konsiderans butir b. Lihat pula Undang-undang Republik Indonesia tentang Perubahan dan Penambahan Beberapa Pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Brtalian dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan Perundang-undangan Pidana, Kejahatan Penerbangan, dan Kejahatan terhadap SaranaPrasarana Penerbangan, Nomor 4 Tahun 1976, konsiderans butir a dan d. 23 konvensi tersebut menjadi undang-undang. 46 Sikap ini dibarengi dengan implementasi peraturan dari ketiga konvensi ini, yang diwujudkan dengan penerbitan dan pemberlakuan Undang-undang Nomor 4 tahun 1976 tentang Perubahan dan Penambahan Bebarapa Pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Bertalian dengan Perluasan Berlakunya Ketentuan Perundang-undangan Pidana, Kejahatan Penerbangan, dan Kejahatan terhadap Sarana Prasarana Penerbangan. 47 Dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1976 inilah, cakupan KUHP diperluas lingkupnya hingga ke dalam kejahatan penerbangan beserta saranaprasarananya. 48 Hal ini juga berarti penambahan definisi-definisi baru ke dalam Buku Pertama KUHP. 49 46 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1976, Loc.Cit., bagian Penjelasan Umum. 47 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1976, Loc.Cit., bagian Penjelasan Umum. 48 Ibid. 49 Ibid., Pasal I Bagan 1 Bagan Proses Ratifikasi dan Implementasi Ketiga Konvensi menjadi Ketentuan dalam KUHP Dalam ketentuan pidana pada Bab XXIXA Pasal 479a hingga Pasal 479r KUHP 50 50 Lihat Kitab Undang-undang Hukum Pidana. terdapat delapan jenis rumusan pidana yang kesemuanya diancam dengan pidana penjara dengan maksimum ancaman yang berbeda. Pertama, pidana perusakan fasilitas penerbangan atau bandara. Pasal-pasal yang memasukkan unsur kesengajaan ke dalam pidana ini adalah Pasal 479a dan Pasal Konvensi Tokyo, Konvensi Den Haag, dan Konvensi Montreal UU No. 21976 UU No. 41976 BAB XXIXA KUHP Definisi baru dalam BUKU I KUHP Garis ratifikasi Implementasi Garis peraturan tambahan 479c 51 , sedangkan yang memasukkan unsur kelalaian Pasal 479b dan 479d 52 . Kedua, pidana perusakan pesawat udara. Pasal-pasal yang memasukkan unsur kesengajaan ke dalam pidana ini adalah Pasal 479e dan Pasal 479f 53 51 Pasal 479a berbunyi,’’1 Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak bangunan untuk pengamanan lalu-lintas udara atau menggagalkan usaha untuk pengamanan bangunan tersebut dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun;2 Dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi keamanan lalu-lintas udara;3 DEngan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun jika karena perbuatan itu mengakibatkan mainya orang.’’ Sementara Pasal 479c berbunyi : ‘’1 Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, mengambil, dan memindahkan tanda atau aat untuk pengamanan penerbangan, atau menggagalkan bekerjanya tanda atau alat tersebut, atau memasang tanda atau alat yang keliru, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya enam tahun; 2 Dengan pidana penjara selama- lamanya lima tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi keamanan lalu- lintas udara;3 Dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan matinya orang. 52 Bandingkan dengan tindak pidana yang dirumuskan dalam ketiga konvensi tersebut, tidak ada satupunn ketentuan yang mengatur mengenai masalah kealpaan kelalaian, yang dirumuskan hanyalah perbuatan yang disengaja. Pasal 479b berbunyi,’’Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan hancurnya, tidak dapat dipakainya atau rusaknya bangunan untuk pengamanan lalu lintas udara, atau gagalnya usaha untuk pengamanan bangunan tersebut, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga tahun.’’ Sedangkan pasal 479d berbunyi,’’Barangsiapa karena kealpaan menyebabkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan hancur, rusak, terambil atau pindah atau menyebabkan terpasangnya tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan yang keliru, dipidana : a dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika karena perbuatan itu menyebabkan penerbangan tidak aman; b dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan celakanya pesawat udara; c dengan pidana penjara selama-lamanya tujh tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan matinya orang.’’ 53 Pasal 479e berbunyi,’’Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mencelakakan, menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai, atua merusak pesawat udara yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun.’’ ; serta Pasal Sedangkan Pasal 479f berbunyi,’’Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum mencelakakan, menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai, atau merusak pesawat udara, dipidana: adengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain;b dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara untuk selama- 479m dan Pasal 479n untuk pesawat udara dalam dinas dan delik dikualifisirnya yakni pasal 470o; 54 dan pasal yang memasukkan unsure kelalaian adalah Pasal 479g. 55 Ketiga, pidana penipuan asuransi yang tercantum dalam ketentuan Pasal 478h. 56 lamanya dua puluh tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan matinya orang.’’ 54 Pasal 479m berbunyi,’’Barangsiapa dengan sengaja melawan hukum merusak pesawat udara dalam dinas atau menyebabkan kerusakan atas pesawat udara tersebut yang menyebabkan tidak dapat terbang atau membahayakan keamanan penerbangan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.’’ Pasal 479n berbunyi,’’Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menempatkan atau menyebabkan ditempatkannya di dalam pesawat udara dalam dinas, dengan cara apapun, alat atau bahan yang dapat menghancurkan pesawat udara atau dapat menyebabkan kerusakan pesawat udara tersebut yang dapat membuatnya tidak dapat terbang atau menyebabkan kerusakan pesawat udara tersebut yang dapat menyebabkan keamanan dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.’’ Sedangkan Pasal 479o berbunyi,’’Dipidana dengan pidana seumur hidup atau maksimul 20 tahun apabila perbuatan dimaksud Pasal 479l, Pasal 479m, Pasal 479n itu a dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama,b sebagai kelanjutan dari pemufakatan jahat,c dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu,d mengakibatkan luka berat bagi seseorang.’’ 55 Pasal 479g berbunyi,’’ Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan pesawat udara celaka, hancur, tidak dapat dipakai atau rusak, dipidana: a dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun, jika karena perbuatan itu timbul bahaya bagi nyawa orang lain;b dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan matinya orang.’’ Keempat, mengenai tindak pidana yang disebut pembajakan, diatur lewat 56 Hal ini juga merupakan pidana yang tidak diatur dalam ketiga konvensi. Pasal 479h berbunyi,’’1 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, atas kerugian penanggung asuransi menimbulkan kebakaran atau ledakan, kecelakaan, kehancuran, kerusakan, atau membuat tidak dapat dipakainya pesawat udara,yang dipertanggungkan terhadap bahaya terwujud di atas atau yang dipertanggungkan muatannya maupun upah yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya, ataupun untuk kepentingan muatan tersebut telah diterima uang tanggungan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun;2 Apabila yang dimaksud pada ayat 1 Pasal ini adalah pesawat udara dalam penerbangan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun,3 Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum atas kerugian penanggung asuransi, menyebabkan penumpang pesawat udara yang dipertanggungkan terhadap bahaya mendapat kecelakaan Pasal 479i dan Pasal 479j, 57 dan delik dikualifisirnya diatur dengan Pasal 479k. 58 Kelima, pidana perbuatan kekerasan terhadap seseorang yang membahayakan pesawat udara dalam penerbangan, diatur dalam Pasal 479l, 59 Keenam, pidana memberian keterangan palsu dalam Pasal 479p beserta delik dikuaifisirnya yang diatur pada Pasal 479o. 60 dipidana: a dengan pidana penjara seama-lamanya sepuluh tahun, jika karena perbuatan itu meneybabkan luka berat;b dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun, jika karena perbuatan itu mengakibatkan matinya orang.’’ 57 Pasal 479i berbunyi,’’ Barangsiapa dalam pesawat udara dengan perbuatan melawan hukum merampas atau mempertahankan rampasan atau menguasai pesawat udara dalam penerbangan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun.’’ Sedangkan Pasal 479j berbunyi,’’Barangsiapa dalam pesawat udara dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau ancaman dalam bentuk lainnya, merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai pengendalian pesawat udara dalam penerbangan, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya lima belas tahun.’’ 58 Pasal 479k berbunyi,’’1 Dipidana dengan pidan penjara seumur hidup atau maksimal 20 tahun, apabila perbuatan dimaksud Pasal 479i dan Pasal 479j itu: a dilakuakn oleh dua orang atau lebih bersama-sama;b sebagai kelanjutan pemufakatan jahat;c dlakukan dengan direncanakan terlebih dahulu; d mengakibatkan luka berat seseorang;e mengakibatkan kerusakan pada pesawat udara tersebut, sehingga dapat membahayakan penerbangannya,f dilakukan dengan maksud untuk merampas kemerdekaan atau meneruskan merampas kemerdekaan seseorang. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya seseorang atau hancurnya pesawat udara itu, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama-lamanya dua puluh tahun.’’ 59 Pasal 479l berbunyi,’’Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum melakukan perbuatan kekerasan terhadap seseorang di dalam esawat udara dalam penerbangan, jika perbuatan itu dapat membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun.’’ 60 Bandingkan dengan Konvensi Montreal yang menghukum perbuatan yang sama, lihat Article 1 section 1 subsection e Konvensi Montreal, dalam K.Martono, Op.Cit., hal.324.Pasal 479p berbunyi,’’ Barangsiapa memberikan keterangan yang diketahuinya adalah palsu dank arena perbuatan itu membahayakan keamanan pesawat udara dalam penerbanagn dipidana dengan pidan penjara selama-lamanya lima belas tahun.’’ . ketujuh, pidana atas perbuatan yang dapat membahayakan keamanan dalam pesawat udara dalam Pasal 479q. 61 Kedelapan, pidana atas perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban dan tata tertib dalam pesawat udara, diatur dengan 479r. 62 Delik Tabel 1 Pasal-pasal pada Bab XXXIXA KUHP Pasal Delik diperberat Pasal Kelalaian Pasal Perusakan fasilitas penerbangan 479a, 479c - 479b, 479d Perusakan pesawat udara 479e, 479f 479g Perusakan pesawat udara dalam dinas 479m, 479n 479o - Penipuan asuransi 479h - - Pembajakan 479i, 479j 479k - Perbuatan kekerasan terhadap seseorang yang membahayakan penerbangan 479l 479o - Memberikan keterangan palsu 479p - - Perbuatan membahayakan 479q - - 61 Pasal 479q berbunyi,’’Barangsiapa di dalam pesawat udara melakukan perbuatan yang dapat membahayakan keamanan dalam pesawat udara daam penerbanagan, dipidana dengan idana penjara selama-lamanya lima belas tahun.’’ 62 Pasal 479r berbunyi,’’Barangsiapa di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban dan tatatertib di dalam pesawat udara daam penerbangan, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya satu tahun.’’ penerbangan Mengganggu ketertiban dan tata tertib daam udara 479r

B. Kejahatan Penerbangan Sebagai Tindak Pidana Terorisme Menurut Undang-Undang 15 Tahun 2003