kealpaannya telah menyababkan pesawat udara yang menjadi tanggung jawabnya menjadi rusak.
13
13
Hal –hal yang berkaitan dengan pasal 8 huruf G undang-undang TPTPT Menjadi menarik untuk mempelajari latar belakang di masukannya
ketentuan Bab XXIXA KUHP tersebut adalah meluasnya cakupan tindak pidana terorisme ke dalam seluruh ruang tindak pidana dalam penerbangan dala KUHP
yang notabene awalnya adalah tindak pidana biasa. Uraian tersebut di atas membawa kita kepada fokus kajian dari penelitian
ini yakni permasalahan kriteria penentuan suatu kejahatan dapat di golongkan sebagai tindak pidana terorisme oleh Undang-Undang TPTPT, dan dari
permasalahan itu akan dilihat kelayakan setiap butir peraturan pada Pasal 8 UU TPTPT tersebut sebagai bagian dari tindak pidana terorisme. Instrumen hukum
yang akan digunakan selain KUHP, UU TPTPT dan Peraturan Perundang- Undangan nasional lainnya adalah instrument hukum internasional seperti
konvensi-konvensi yang berhubungan dengan tindak pidana terorisme serta
instrumen hukum negara-negara lain.
B. Permasalahan
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.Bagaimana pengaturan mengenai implementasi konvensi kejahatan penerbangan sebagai sebuah tindak pidana terorisme menurut instrumen Hukum Internasional
http:riduan.mw.ltavsec_02 diakses tanggal 10 september 2009
2.Bagaimana pengaturan mengenai implementasi konvensi kejahatan penerbangan sebagai sebuah tindak pidana terorisme menurut Undang-Undang No.15 Tahun
2003 3.Bagaimana dalam prakteknya penerapan ketentuan hukum Undang-Undang
No.15 Tahun 2003 dalam peristiwa kejahatan penerbangan sebagai sebuah tindak pidana terorisme contoh kasus putusan perkara pilot Marwoto No. 348 Pid.
B2008PN Slmn
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan penulisan hukum ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1.Untuk mengetahui implementasi konvensi kejahatan penerbangan sebagai
sebuah tindak pidana terorisme menurut instrumen Hukum Internasional 2.Untuk mengetahui implementasi konvensi kejahatan penerbangan sebagai
sebuah tindak pidana terorisme menurut Undang-Undang No.15 Tahun 2003 3. Untuk mengetahui praktek penerapan ketentuan hukum Undang-Undang No.15
Tahun 2003 dalam peristiwa kejahatan penerbangan sebagai sebuah tindak pidana terorisme contoh kasus putusan perkara pilot Marwoto No. 348 Pid. B2008PN
Slmn Sedangkan manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis Diharapkan hasil penelitian ini mempunyai kegunaan bagi keberadaan dan
perkembangan ilmu hukum. 2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan dan cakrawala bagi penulis dalam kaitannya dengan kajian kriminologi terhadap pemberitaan kriminal di televisi dan
kejahatan anak b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi
penulisan hukum ini;
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai implementasi konvensi kejahatan penerbangan dalam Undang-Undang
No 15 Tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorsisme di Indonesia belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian
ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka.
Guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian terhadap masalah yang sama, maka peneliti melakukan pengumpulan data tentang implementasi konvensi
kejahatan penerbangan dalam Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorsisme di indonesia, dan juga pemeriksaan
terhadap hasil penelitian yang ada mengenai hal tersebut, sehingga dapat disimpulkan penelitian ini belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan
yang sama oleh peneliti lainnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
E. Metode Penelitian