Kedua macam obat tersebut tersedia obat generiknya. Untuk malaria yang termasuk jenis falciparum, infeksi campuran yang menyebabkan infeksi tidak diketahui maka
sebaiknya menggunakan kinina. Sedangkan Klorokuin digunakan untuk pencegahan dan pengobatan malaria, bekerja kuat dan cepat. Widodo, R, 2004.
2.3.1. Farmakokinetik
Absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan makanan mempercepat absorpsi ini. Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 1-2
jam. Kira-kira 55 dari jumlah obat dalamplasma diikat pada nondifussible plasma constituent. Klorokuin lebih banyak diikat di jaringan.
Metabolisme klorokuin dalam tubuh berlangsung lambat sekali dan metabolitnya, monodesetilklorokuin dan bisdesetilklorokuin, diekskresi melalui urin.
Sejumlah kecil klorokuin masih ditemukan dalam urin bertahun-tahun setelah pemberian dihentikan. Dosis harian 300 mg menyebabkan kadar mantap kira-kira 125
µgl, sedangkan dengan dosis oral 0,5 gram tiap minggu dicapai kadar plasma antara 150-250 µgl dengan kadar lembah antara 20-40 µgl. Jumlah ini berada dalam batas
kadar terapi untuk P. Falciparum yang sensitive dan P. vivax, yaitu 30 dan 15 µgl. Metabolisme klorokuin dihambat oleh SKF 525-A, amodiakuin, hidroksiklorokuin,
dan pamakuin. Ganiswara, 1995.
2.3.2. Farmakodinamik Aktivitas malaria. Klorokuin hanya efektif terhadap parasit dalam fase
eritrosit, sama sekali tidak efektif terhadap parasit di jaringan. Efektifvitasnya sangat tinggi terhadap P. vivax dan P. falciparum. Selain itu, klorokuin juga efektif terhadap
gamet P. vivax. Efek supresi terhadap P. vivax lebih kuat dibandingkan dengan kina
Universitas Sumatera Utara
dan kuinakrin. Gejala klinik serangan akut malaria menghilangkan 24-48 jam setelah pengobatan, sedangkan parasit umumnya tidak ditemukan lagi di apus darah tepi
setelah 48-72 jam. Klorokuin menyembuhkan infeksi P. falciparum dengan sempurna. Tetapi kambuhnya ifeksi P. vivax tidak dapat dihindari, hanya interval
relepsnya yang diperpanjang. Mekanisme kerja obat ini diduga berhubungan dengan sintesis asam nukleat
dan nucleoprotein yaitu dengan menghambat DNA polymerase. Secara fisik terjadi interkalasi klorokuin dengan guanine rantai DNA. Hal ini terjadi juga dengan
primakuin dan kuinin, tetapi tidak dengan meflokuin. Parasit yang menginfeksi eritrosit akan segera mengambil dan mengakumulasi obat tersebut di dalam
badannya. Parasit ini juga menggumpalkan pigmen yang dihasilkan dari penghancuran hemoglobin. Kepekaan plasmodia intraerosit terhadap klorokuin
berhubungan dengan kemampuannya untuk menumpuk didalam eritrosit. Proses ambilan obat dan pengumpulan pigmen oleh parasit dihambat secara bersaing oleh
amodiakuin, kuinin, dan meflokuin. Ambilan klorokuin oleh plasmodia ini bersifat butuh energi energi dependent, terjenuhkan saturable, dan berlangsung dengan
bantuan carrier. Ada dugaan bahwa pigmen dilepaskan dari degradasi Hb bertindak sebagai reseptor untuk klorokuin dan turunannya. Pigmen ini atau kompleksnya dan
klorokuin dapat menyebabkan lisis parasit. Ganiswara, 1995.
2.4. Penetapan Kadar