Analisis Struktur Sekretori, Histokimia dan Fitokimia Tumbuhan Tonikum.
ANALISIS STRUKTUR SEKRETORI, HISTOKIMIA DAN
FITOKIMIA TUMBUHAN TONIKUM
CAHAYA UMAH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur
Sekretori, Histokimia dan Fitokimia Tumbuhan Tonikum benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Cahaya Umah
NIM G34100072
ABSTRAK
CAHAYA UMAH. Analisis Struktur Sekretori, Histokimia dan Fitokimia
Tumbuhan Tonikum. Dibimbing oleh DORLY dan YOHANA C.
SULISTYANINGSIH.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum diduga mengandung
berbagai senyawa metabolit yang diproduksi atau disekresikan oleh stuktur
sekretori. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur sekretori
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum dan senyawa yang diakumulasi
dalam struktur tersebut. Pengamatan struktur sekretori dan histokimia dilakukan
terhadap bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan herbal. Analisis
kandungan fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan struktur sekretori berupa sel idioblas terdapat pada daun
Decaspermum fruticosum, Lasianthus purpureus, Ficus deltoidea, Polyalthia
rumphii dan rimpang Smilax zeylanica. Rongga sekretori ditemukan pada daun D.
fruticosum dan P. rumphii. Trikoma kelenjar dijumpai pada daun Artemisia
vulgaris. Sel idioblas pada tumbuhan yang diamati umumnya mengandung
senyawa lipofil dan terpenoid atau alkaloid. Rongga sekretori mengandung
senyawa alkaloid. Sedangkan trikoma mengandung senyawa lipofil dan terpenoid.
Hasil analisis fitokimia tumbuhan D. fruticosum, L. purpureus, F. deltoidea, S.
Zeylanica, P. rumphii dan A.vulgaris mengandung senyawa terpenoid, fenol,
steroid, dan flavonoid.
Kata kunci: fitokimia, histokimia, struktur sekretori, tonikum.
ABSTRACT
CAHAYA UMAH. Secretory Structure, Histochemistry and Phytochemistry
Analyses of Stimulant Plant. Supervised by DORLY and YOHANA C
SULISTYANINGSIH.
Plants that are used as stimulant supposed to contains various metabolit
compounds that are produced or secreted by secretory structures. This study
aimed to identify the secretory structure of plant used as stimulant and chemical
compounds accumulated in it. The secretory structure and its histochemistry were
observed on plant material that are used as herbal ingredient. Phytochemical
content was analyzed by using a qualitative test. The result showed that the
idioblast cells were found in the leaves of Decaspermum fruticosum, Lasianthus
purpureus, Ficus deltoidea, Polyalthia rumphii and rhizomes of Smilax zeylanica.
Secretory cavities were found in the leaves of D. fruticosum, and P. rumphii;
while glandular trichomes were found only in the leaves of Artemisia vulgaris.
Most idioblast cells contained lipophilic substance and terpenoids or alkaloids,
while secretory cavity contained alkaloid. The glandular trichomes contained
lipophilic substance and terpenoids. Phytochemical analysis for D. fruticosum, L.
purpureus, F. deltoidea, S. zeylanica, P. rumphii and A.vulgaris contain
terpenoids, phenols, steroids, and flavonoids
Keywords: phytochemistry, histochemistry, secretory structure, stimulant.
ANALISIS STRUKTUR SEKRETORI, HISTOKIMIA DAN
FITOKIMIA TUMBUHAN TONIKUM
CAHAYA UMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah. Penelitian ini
dilaksakan sejak bulan Februari hingga Sepetember 2014 dengan judul Analisis
Struktur Sekretori, Histokimia dan Fitokimia Tumbuhan Tonikum.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Dorly, MSi dan Ibu
Dr Yohana C Sulistyaningsih, MSi selaku pembimbing karya ilmiah. Terima
kasih kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, MSi selaku penguji dari wakil Komisi
Pendidikan yang telah memberikan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
Terima kasih kepada Ibu Dr Ir Utut Widyastuti, MSi selaku pembimbing
akademik yang telah memberi arahan selama berada di IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada program beasiswa Bidikmisi dari
DIKTI yang telah memberikan kesempatan beasiswa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Strata 1. Terima kasih kepada Bapak Sunaryo sebagai teknisi di
Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan yang telah membantu
menyiapkan bahan kimia selama penelitian. Terima kasih kepada Ibu Tini
Wahyuni, Ibu Maysyaroh Yasyri yang telah membantu. Terima kasih kepada Fifi
Kurniawan, Deviana Novitasari, Ahmad Rifai, Evi Muliyah, Sintaria Praptinasari,
Darius Rupa, Ari Sunandar, Ahmad Zulkipli dan Jafar Shodiq yang telah setia
menemani dan membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ummi, Ka Ikhlas Ikhsanudian serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Cahaya Umah
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
ii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Koleksi dan Identifikasi Tumbuhan
Analisis Histologi
Pengujian Histokimia
Analisis Fitokimia Kualitatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
2
2
3
3
3
4
5
Stuktur Sekretori
Analisis Histokimia
Analisis Fitokimia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
5
7
12
13
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Jenis tumbuhan tonikum, pemanfaatan dan cara pengolahannya
Ukuran dan kerapatan berbagai struktur sekretori tumbuhan tonikum
Hasil uji histokimia tumbuhan tonikum
Hasil uji fitokimia kualitatif pada tumbuhan tonikum
2
6
8
13
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur sekretori tumbuhan tonikum
2 Hasil uji histokimia daun saledemo (D. fruticosum)
3 Hasil uji histokimia daun kahitutan (L. purpureus)
4 Hasil uji histokimia tabat barito (F. deltoidea)
5 Hasil uji histokimia daun akar kancil (S. zeylanica)
6 Hasil uji histokimia daun ganja sayur (P. rumphii)
7 Hasil uji histokimia daun lokatmala (A. vulgaris)
5
8
9
9
10
11
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian
Hasil uji fitokimia senyawa alkaloid
Hasil uji fitokimia senyawa fenol
Hasil uji fitokimia senyawa triterpen dan steroid
Hasil uji fitokimia senyawa flavonoid
Komposisi reagen untuk pengujian histokimia
18
19
19
19
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tonikum adalah suatu obat yang dapat memperkuat atau memberi tambahan
energi pada tubuh. Tonikum dapat berperan dalam meregangkan atau memperkuat
sistem fisiologis tubuh. Tumbuhan tonikum adalah jenis-jenis tumbuhan yang
dapat meningkatkan dan memelihara daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit, serta mempertahankan vitalitas tubuh untuk tetap sehat dan bugar
(Suriawiria 2000). Tumbuhan yang berpotensi sebagai tonikum sering
dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan oleh masyarakat tradisional, misalnya
Suku Anak Dalam (SAD) yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit
Duabelas (TNBD) Jambi dan masyarakat Sunda di Jawa Barat.
TNBD merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran rendah,
dikawasan tersebut dijumpai 110 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bahan obat. Dari 110 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, sebanyak 22
jenis telah diteliti kandungan kimianya, meliputi keberadaan senyawa alkaloid,
saponin, flavonoid, tanin dan polifenol (Deptan 2010; Sasmita et al. 2011).
Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna merupakan kawasan hutan yang
termasuk ke dalam Cagar Alam yang memiliki luas wilayah 268.25 Ha. TWA
Telaga Warna terletak di sekitar Puncak Pass dan tidak jauh dari jalan raya
Bogor–Cianjur (Dishut 2007). Menurut Siswono (2009) Cagar Alam di TWA
Telaga Warna terdapat sekitar 212 jenis flora yang berpotensi sebagai tumbuhan
obat, tumbuhan hias, tumbuhan bahan baku kerajinan, bahan minuman dan
penghasil pewarna alami. Beberapa tumbuhan yang dijumpai di TWA Telaga
Warna dimanfaatkan oleh masyarakat Sunda sebagai bahan obat.
SAD dan masyarakat Sunda memanfaatkan obat-obatan tradisional untuk
memelihara kesehatan berdasarkan pengetahuan, keyakinan, pengalaman dan
praktek langsung yang dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang
mereka. Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan dasar penemuan obat
baru pada sistem pengobatan modern (Ramawat 2009). Tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan obat mengandung senyawa metabolit yang berpotensi
sebagai bahan aktif diantaranya senyawa alkaloid, terpenoid, polifenol, saponin,
flavonoid, tanin, triterpen dan steroid. Kandungan senyawa yang dijumpai pada
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum diantaranya senyawa alkaloid,
terpenoid, kuinon, fenol, polisakarida dan glikoprotein (Wagner 1985).
Kajian ilmiah tentang struktur sekretori penghasil senyawa metabolit serta
uji histokimia pada tumbuhan tonikum yang dimanfaatkan oleh SAD dan
masyarakat Sunda belum pernah dilakukan. Kajian ilmiah tersebut memungkinkan
untuk mengembangkan informasi tentang kandungan senyawa metabolit pada
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan tonikum serta mengembangkannya
melalui kultur jaringan atau kultur sel.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur sekretori tumbuhan
yang dimanfaatkan sebagai tonikum dan senyawa yang diakumulasi dalam
struktur tersebut.
2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-September 2014.
Pembuatan sayatan sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi-LIPI Cibinong.
Pengamatan struktur sekretori dan uji histokimia dilakukan di Laboratorium
Anatomi dan Morfologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikroteknik, Departemen
Biologi. Analisis kandungan fitokimia kualitatif dilakukan di Laboratorium Kimia
Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan tumbuhan yang digunakan yaitu daun saledemo (Decaspermum
fruticosum), kahitutan (Lasianthus purpureus), tabat barito (Ficus deltoidea), akar
kancil (Smilax zeylanica), ganja sayur (Polyalthia rumphii) dan lokatmala
(Artemisia vulgaris)(Tabel 1) (Lampiran 1).
Bahan kimia yang digunakan adalalah larutan HNO3 50%, kloroks, safranin
1%, sudan IV 0.03 % dalam alkohol 70%, larutan kupri asetat 5% dalam akuades,
asam tartarat 5% dalam alkohol 95%, larutan Wagner (KI+I2) dalam akuades,
etanol pekat, dietil eter, asam sulfat pekat, pereaksi Lieberman-Burchard (asam
asetat anhidrat+H2SO4), HCl pekat, larutan besi (III) klorida 10%, NH3, CHCl3,
H2SO4, pereaksi Dragendrof, Mayer, dan Wagner. Alat yang digunakan antara
lain mikroskop cahaya, kamera optilab, mikrotom beku, dan grinder.
Tabel 1 Jenis tumbuhan tonikum, pemanfaatan dan cara pemanfaatan
Nama Lokal
Nama Ilmiah
(Suku)
Saledemo
D. fruticosum
(Myrtaceae)
Kahitutan
L. purpureus
(Rubiaceae)
F. deltoidea
(Moraceae)
S. zeylanica
(Smilaceae)
P. rumphii
(Annonaceae)
A. vulgaris
(Asteraceae)
Tabat barito
Akar kancil
Ganja sayur
Lokatmala
a
b
Bagian
Yang
Digunakan
Daun
Kegunaan
Cara pemanfaatan
Obat masuk
angina
Daun direbus:
diminum dan
dipakai mandi
Air rebusan daun
Diminum
Air rebusan daun
Diminum
Air rebusan akar :
Diminum
Lalapan
Daun
Obat kembungb
Daun
Obat kuatb
Rimpang
Obat kuata
Daun
Obat nafsu
makana
Obat nafsu
makanb
Daun
Lalapan
Tumenggung Tarip 20 Februari 2014, komunikasi pribadi
Aki 20 Juni 2014, komunikasi pribadi
Koleksi dan Identifikasi Tumbuhan
Koleksi tumbuhan dilakukan di hutan karet kawasan TNBD Jambi dan
kawasan TWA Telaga Warna di Puncak Bogor Jawa Barat. Tumbuhan yang
berasal dari Jambi yaitu D. fruticosum, S. zeylanica dan P. rumphii, sedangkan
3
tumbuhan yang berasal dari TWA Telaga Warna yaitu L. purpureus, F. deltoidea
dan A. vulgaris. Sampel daun untuk sayatan paradermal difiksasi di dalam etanol
70%. Sampel tumbuhan untuk uji histokimia dibawa ke laboratorium dalam
keadaan segar, sedangkan untuk uji fitokimia kualitatif, tumbuhan dikeringkan
dengan cahaya matahari selama ±2 hari dan selanjutnya dikeringkan didalam oven
pada suhu 50oC selama 5 hari. Identifikasi nama lokal tumbuhan asal TNBD
dibantu oleh kepala SAD (Tumenggung Tarip) sedangkan tumbuhan dari TWA
Telaga Warna dibantu pemandu lapang. Identifikasi tumbuhan lebih lanjut
dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI, Bogor.
Analisis Histologi
Pembuatan Sediaan Mikroskopis Sayatan Paradermal
Sayatan paradermal daun dibuat dalam bentuk preparat semi permanen
dengan metode sediaan utuh (whole mount) (Sass 1951). Daun yang telah difiksasi
dalam alkohol 70%, dicuci dengan akuades lalu direndam dalam larutan HNO3
50% kemudian dibilas dengan akuades. Proses pengerikan sisi adaksial dan
abaksial daun menggunakan silet. Hasil sayatan direndam dalam larutan kloroks
selama 3-5 menit kemudian diwarnai dengan safranin 1%, diberi media gliserin
30% lalu ditutup dengan kaca penutup.
Pengamatan struktur sekretori pada sayatan paradermal meliputi letak, tipe,
ukuran dan kerapatannya. Pengamatan dilakukan pada tiga ulangan tanaman, 5
area bidang pandang untuk masing-masing sampel. Kerapatan struktur sekretori
(KSS) ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
KSS =
Jumlah trikoma/sel idioblas
Luas bidang pandang (mm2 )
Pengujian Histokimia
Sampel daun D. fruticosum, L. purpureus, F.deltoidea, P. rumphii dan A.
vulgaris disayat melintang setebal 15-20 µm menggunakan mikrotom beku
sedangkan sampel rimpang S. zeylanica disayat dengan silet. Hasil sayatan diuji
dengan beberapa jenis reagen.
Uji kandungan terpenoid. Sayatan sampel direndam dalam reagen tembaga
asetat 5% selama 24 jam selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan media
gliserin 30%. Kandungan senyawa terpenoid ditunjukkan dengan warna kuningkecoklatan pada sel atau jaringan (Martin et al. 2002). Sebagai kontrol negatif,
sayatan sampel pada gelas objek ditetesi dengan air dan diberi media gliserin
30%.
Uji kandungan alkaloid. Pengujian senyawa alkaloid pada sel atau jaringan
menggunakan reagen Wagner. Sampel sayatan direndam dalam reagen Wagner
selama 24 jam selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan media gliserin 30%.
Kandungan senyawa alkaloid ditunjukkan dengan warna merah-kecoklatan pada
sel atau jaringan. Sebagai kontrol negatif alkaloid, sayatan direndam dengan asam
4
tartarat 5% selama 48 jam untuk melarutkan alkaloid kemudian direndam dalam
larutan Wagner, selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan media gliserin 30%
(Furr dan Mahlberg 1981).
Uji kandungan senyawa lipofil. Uji kandungan senyawa lipofil menggunakan
dua metode: Metode pertama digunakan pada sampel berupa daun. Sayatan daun
direndam dalam alkohol 70% selama 1 menit, diwarnai dengan reagen sudan IV
0.03% kemudian dipanaskan dalam water bath pada suhu 60 0C selama 30 menit.
Sayatan dicuci dengan alkohol 70%, selanjutnya ditempel pada gelas objek
dengan media gliserin 30% (Boix et al. 2013). Metode kedua digunakan untuk
sayatan rimpang. Sampel rimpang direndam dengan NaOH 5% selama 48 jam,
diwarnai dengan larutan sudan IV selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan
media gliserin 30% (Subaryanti 2005). Kandungan senyawa lipofil pada sel atau
jaringan ditunjukkan dengan warna jingga.
Analisis Fitokimia Kualitatif.
Sampel daun dan rimpang yang telah dikeringan dibuat serbuk. Serbuk
diuji kandungan fitokimianya secara kualitatif untuk mendeteksi keberadaan
senyawa terpenoid, steroid, flavonoid, alkaloid dan fenol mengikuti metode
Harborne (1987);
Uji Keberadaan Senyawa Terpenoid (Triterpen) dan Steroid :
Serbuk sampel sebanyak 3 gram ditambah dengan 5 ml etanol pekat,
dipanaskan kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diteteskan ke plat tetes dan
didiamkan hingga kering, selanjutnya ditambah 1 ml dietil eter dan pereaksi
Lieberman-Burchard (3 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4). Jika diperoleh
warna merah atau ungu menandakan bahwa positif mengandung senyawa triterpen,
tetapi jika yang muncul warna hijau atau biru menandakan positif mengandung
senyawa steroid.
Uji Keberadaan Senyawa Flavonoid:
Serbuk sampel sebanyak 3 gram diberi sedikit akuades dan dipanaskan
selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat ditambah dengan sedikit serbuk Mg,
beberapa tetes HCl pekat dan 2 ml amil alkohol. Hasil positif mengandung
flavonoid ditunjukkan dengan adanya lapisan berwarna jingga.
Uji Keberadaan Senyawa Alkaloid:
Sebanyak 3 gram serbuk sampel diekstrak dengan sedikit kloroform,
kemudian ditambah dengan 3-5 tetes amoniak dan disaring. Filtrat ditambah
dengan 1-2 ml H2SO4 2M, kemudian dikocok hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan asam (tidak berwarna) diteteskan ke tiga plat tetes, plat tetes pertama
ditetesi dengan pereaksi Dragendorf, plat tetes kedua ditetesi dengan pereaksi
Mayer, dan plat tetes ke tiga ditetesi dengan pereaksi Wagner. Uji dinyatakan
positif mengandung alkaloid bila larutan tersebut menghasilkan endapan berwarna
jingga dengan pereaksi (Dragendorf), putih kekuningan dengan pereaksi (Mayer),
dan coklat dengan pereaksi (Wagner).
5
Uji Keberadaan Senyawa Fenol (Hidroquinon)
Serbuk sampel sebanyak 3 gram ditambah dengan metanol 70% panas
kemudian disaring. Filtrat ditetesi dengan NaOH 10%. Reaksi positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna kuning sampai merah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Stuktur Sekretori
Struktur sekretori merupakan sel atau jaringan tumbuhan yang berfungsi
sebagai tempat sekresi senyawa metabolit seperti minyak esensial, getah, resin,
lateks, alkaloid, glikosida dan garam mineral. Struktur sekretori dibedakan
menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu struktur sekretori eksternal dan internal.
Struktur sekretori eksternal meliputi trikoma, nektarium atau kelenjar madu,
hidatoda serta stigma, sedangkan struktur sekresi internal dapat berupa idioblas,
rongga sekretori, saluran sekretori dan latisifer (Dickison 2000).
Struktur sekretori yang dijumpai pada keenam tumbuhan tonikum yang
diteliti berupa sel idioblas, rongga sekretori dan trikoma kelenjar (Gambar 1).
Tumbuhan saledemo (D. fruticosum) termasuk ke dalam suku Myrtaceae (Backer
& Van Den Brink 1963). Pada daun D. fruticosum dijumpai struktur sekretori
berupa sel idioblas dan rongga sekretori yang tersebar di jaringan palisade dan
jaringan bunga karang (Gambar 1). Sel idioblas berbentuk bulat dengan ukuran
bervariasi. Ukuran sel idioblas pada jaringan palisade dan bunga karang tidak
berbeda, namun kerapatan yang lebih tinggi terdapat pada jaringan bunga karang
(Tabel 2). Rongga sekretori pada tanaman ini berbentuk bulat dengan sel epitel di
sekelilingnya. Ukuran rongga sekretori lebih besar dari sel idioblas dengan ukuran
yang tidak berbeda pada jaringan palisade dan bunga karang, sedangkan kerapatan
pada jaringan palisade lebih tinggi (Tabel 2). Pada daun Ugni molinae Turcz dari
suku Myrtaceae terdapat juga rongga sekretori (Retameles et al. 2014). Menurut
Metcalfe dan Chalk (1979) keberadaan rongga sekretori merupakan ciri umum
dari suku Myrtaceae, walaupun struktur tersebut juga dijumpai pada suku lain.
Id
RS
B
A
Id
RS
C
Id
Id II
Id
D
Id I
E
F
6
Id
TK
RS
G
I
H
Gambar 1 Struktur sekretori pada tumbuhan tonikum. Daun D. fruticosum (A,B), L. purpureus
(C), F. deltoidea (D,E), S. zeylanica (F), P. rumphii (G,H), A. vulgaris (I); Id) sel idioblas; Id 1)
sel idioblas tipe 1; Id 2) sel idioblas tipe 2; TK) trikoma kelenjar; RS) rongga sekretori;
Tumbuhan kahitutan (L. purpureus) termasuk ke dalam suku Rubiaceae
(Backer & Van Den Brink 1965). Stuktur sekretori yang dijumpai pada tanaman
ini berupa sel idioblas berbentuk bulat yang tersebar di seluruh jaringan mesofil
(Gambar 1). Ukuran dan kerapatan sel idioblas pada jaringan palisade dan bunga
karang hampir seragam (Tabel 2).
Tabel 2 Ukuran dan kerapatan berbagai struktur sekretori tumbuhan tonikum
Nama
tumbuhan
D. fruticosum
(Myrtaceae)
L. purpureus
(Rubiaceae)
F. deltoidea
(Moraceae)
S. zeylanica
(Smilaceae)
P. rumphii
(Annonaceae)
A. vulgaris
(Asteraceae)
Organ
Struktur
sekretori
Daun
Sel idioblas
Daun
Rongga
sekretori
Sel idioblas
Daun
Sel idioblas
Rimpang
Sel idioblas 1
Sel idioblas 2
Daun
Sel idioblas
Rongga
sekretori
Ukuran diameter
(µm)
Bunga
Palisade
karang
26.3-36.1 31.6-39.6
Kerapatan
(mm-2)
Bunga
Palisade
Karang
16.8-18.6
20.4-33.4
46.1-58.3
52.7-56.1
26.3-35.5
16.6-20.2
5.9-6.7
5.2-5.6
444.1-504.9
331.1-515.3
19.1-26.3
20.5-21.7
19.8-36.4
7.7-18.7
Korteks
Ukuran diameter (µm)
Kerapatan (mm-2)
6.2-6.6
114.9-126.7
5.7-7.4
48.3-60.1
Ukuran diameter (µm)
Kerapatan (mm-2)
Bunga
Bunga
Palisade
Palisade
karang
karang
21.4-25.4
17.7-26.1
20.4-33.4
25.5-48
30.4-63
43.4-69.6
41.8-43.6
Adaksial
Panjang
(µm)
88.2-108.6
Tangkai
Lebar
(µm)
29.4-34.4
Panjang
(µm)
35.2-38.6
Kepala
Lebar
(µm)
15.5-16.7
Abaksial
103.5-138.3
32.8-38.2
32.1-40.1
15.1-16.5
Trikoma
30.2-48.8
Kerapatan
(mm-2)
13.7-23.1
13.5-24.1
Tumbuhan tabat barito (F. deltoidea) termasuk ke dalam suku Moraceae
(Backer & Van Den Brink 1968). Struktur sekretori pada daun F. deltoidea
berupa sel idioblas berbentuk bulat yang tersebar di jaringan palisade dan bunga
karang (Gambar 1). Ukuran sel idioblas di jaringan palisade dan bunga karang
7
tidak berbeda, namun kerapatannya lebih tinggi di jaringan palisade (Tabel 2).
Selain itu pada epidermis bawah pada daun F. deltoidea dijumpai sel idioblas lain
berupa litosit, berisi kristal diduga berupa kalsium karbonat. Sel idioblas juga
dijumpai pada mulbery (Morus alba) dari suku Moraceae (Sugimura et al. 1999).
Tumbuhan akar kancil (S. zeylanica) termasuk ke dalam suku Smilaceae
(Backer & Van Den Brink 1968). Hasil pengamatan terhadap rimpang S.
zeylanica menunjukkan adanya stuktur sekretori berupa dua tipe sel idioblas yang
tersebar di jaringan korteks (Gambar 1). Kedua tipe sel idioblas tersebut
dibedakan berdasarkan bentuk sel dan sekret yang dihasilkannya. Sel idioblas tipe
1 berbentuk lonjong, sedangkan sel idioblas tipe 2 berbentuk bulat. Ukuran sel
idioblas tipe 1 dan 2 hampir sama, namun kerapatan sel idioblas tipe 1 dua kali
lebih banyak dari pada tipe 2 (Tabel 2). Menurut Martins (2010) rimpang pada
beberapa spesies Smilax yang berasal dari Brazilia, memiliki sel idioblas yang
tersebar di jaringan korteks.
Tumbuhan ganja sayur (P. rumphii) yang merupakan anggota suku
Annonaceae (Backer & Van Den Brink 1968) memiliki struktur sekretori berupa
sel idioblas yang tersebar di seluruh jaringan mesofil, selain itu juga terdapat
rongga sekretori yang tersebar diantara jaringan palisade dan bunga karang
(Gambar 1). Ukuran rongga sekretori lebih besar dari pada sel idioblas. Sel
idioblas berbentuk bulat dengan ukuran dan kerapatan yang tidak berbeda antara
jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Rongga sekretori berbentuk bulat
dengan ukuran dan kerapatan yang sangat beragam (Tabel 2).
Tumbuhan lokatmala (A. vulgaris) termasuk ke dalam suku Asteraceae
(Backer & Van Den Brink 1968). Daun A. vulgaris memiliki struktur sekretori
berupa trikoma kelenjar yang berbentuk seperti huruf T (Gambar 1) yang tersebar
di epidermis daun. Trikoma kelenjar terdiri dari sel kepala dan sel tangkai yang
bersatu dengan sel kaki. Sel tangkai trikoma terdiri atas 2-3 sel, sedangkan sel
kepala terdiri atas 3 sel. Panjang sel tangkai trikoma sangat beragam namun
ukurannya lebih besar pada epidermis sisi abaksial dibandingkan pada sisi
adaksial. Lebar sel tangkai, panjang dan lebar sel kepala trikoma pada epidermis
sisi adaksial dan abaksial tidak berbeda. Kerapatan trikoma antara sisi adaksial
dan abaksial memiliki nilai yang sama (Tabel 2). Kepala trikoma berbentuk-T
merupakan ciri umum dari genus Artemisia dijumpai antara lain pada daun A.
roxburghiana, A. dubia dan A. moorcroftiana (Hayat et al. 2009). Menurut Hayat
et al. (2009) trikoma tipe demikian yang dijumpai pada Seriphidium leucotrichum,
S. kurramense dan Pyrethrum cinerariifolium yang termasuk suku Asteraceae (Jie
et al. 2010).
Analisis Histokimia
Sel idioblas pada daun D. fruticosum, L. purpureus, S. zeylanica, F.
deltoidea mengandung senyawa lipofil dan terpenoid. Pada F. deltoidea selain
kedua senyawa tersebut dihasilkan juga senyawa alkaloid, sedangkan pada P.
rumphii hanya mengandung senyawa lipofil. Rongga sekretori pada daun D.
fruticosum dan P. rumphii mengandung senyawa alkaloid. Trikoma kelenjar yang
dijumpai pada daun A. vulgaris mengandung senyawa lipofil dan terpenoid (Tabel
3). Pada daun Peganum harmala sel idioblas merupakan sel spesifik yang
mengakumulasi senyawa alkaloid (Khafagi 2007). Pada daun Mandevilla
8
guanabarica (Apocynaceae) sel idioblas menghasilkan senyawa lipofil (Cordeiro
et al. 2012).
Tabel 3 Hasil uji histokimia tumbuhan tonikum
Stuktur sekretori
Sel idioblas
Hasil pengujian
Nama
tumbuhan
Alkaloid
Terpenoid
Senyawa
lipofil
D. fruticosum
-
+
+
L. purpureus
-
+
+
F. deltoidea
+
+
+
S. zeylanica
-
+
+
P. rumphii
-
-
+
D. fruticosum
+
-
-
P. rumphii
+
Trikoma kelenjar
A. vulgaris
+ = terdeteksi senyawa metabolit sekunder
- = tidak terdeteksi senyawa metabolit sekunder
-
-
+
+
Rongga sekretori
Hasil uji histokimia daun D. fruticosum menunjukkan adanya senyawa
alkaloid, terpenoid dan senyawa lipofil (Tabel 3). Senyawa alkaloid terdeteksi di
rongga sekretori, senyawa lipofil dan terpenoid terdapat pada sel idioblas yang
berbeda (Gambar 2). Dari beberapa hasil penelitian, rongga sekretori selain
menghasilkan senyawa alkaloid juga menghasilkan sekret lain, seperti pada daun
Ugni molinae Turcz (Myrtaceae) menghasilkan senyawa lipofil (Retamales et al.
2014), sedangkan pada daun Myrrhinium atropurpureum Schott var.
atropurpureum (Myrtaceae) menghasilkan senyawa lipofil dan terpenoid (Victorio
et al. 2011). Daun L. purpureus mengandung senyawa terpenoid dan senyawa
lipofil yang terdeteksi di sel idioblas (Gambar 3).
AL
A
B
TP
C
D
9
LP
F
E
Gambar 2 Hasil uji histokimia pada daun D. fruticosum: senyawa alkaloid
(A), kontrol alkaloid (B), terpenoid (C), kontrol terpenoid (D),
senyawa lipofil (E), kontrol senyawa lipofil (F): AL) senyawa
alkaloid, TP) senyawa terpenoid, LP) senyawa lipofil.
TP
B
A
LP
C
D
Gambar 3 Hasil uji histokimia pada daun L. purpureus. Senyawa terpenoid
(A), kontrol terpenoid(B), senyawa lipofil (C), kontrol senyawa
lipofil)(D);
Sel idioblas pada daun F. deltoidea mengandung senyawa lipofil, alkaloid,
dan terpenoid (Gambar 4). Menurut Iranbakhsh et al. (2006) sel idioblas pada
daun Datura stramonium (Solanaceae) merupakan tempat sintesis utama senyawa
alkaloid.
AL
A
B
10
TP
D
C
LP
F
E
Gambar 4 Hasil uji histokimia pada daun F. deltoidea: alkaloid (A),
kontrol alkaloid (B) terpenoid (C), kontrol terpenoid (D),
senyawa lipofil (E), kontrol senyawa lipofil (F);
Pada rimpang S. zeylanica sel idioblas tipe 1 mengandung senyawa lipofil
sedangkan sel idioblas tipe 2 mengandung senyawa terpenoid (Gambar 5).
Penelitian lain menyebutkan pada daerah korteks dari rimpang Smilax brasiliensis
juga dijumpai sel idioblas tetapi menghasilkan sekret yang berbeda yaitu senyawa
fenol (Martins 2010).
TP
A
B
Gambar 5 Hasil uji histokimia pada daun S. zeylanica: senyawa terpenoid (A),
kontrol terpenoid (B), senyawa lipofil (C), kontrol senyawa lipofil (D).
11
Daun P. rumphii mengandung senyawa alkaloid yang terdeteksi pada
rongga sekretori dan senyawa lipofil terdeteksi di sel idioblas (Gambar 6). Daun A.
vulgaris mengandung senyawa lipofil dan terpenoid yang terdeteksi pada sel
tangkai trikoma kelenjar (Gambar 7). Sangwan et al. (2010) melaporkan bahwa
pada genus Artemisia senyawa lipofil disintesis dan diakumulasi di trikoma
kelenjar dan saluran sekretori. Secara umum trikoma kelenjar memproduksi
senyawa terpenoid dan mengakumulasi minyak esensial diantara lapisan kutikula
dan dinding selulosa dari sel kepala trikoma kelenjar (Sangwan et al. 2010).
Tangkai trikoma yang menghasilkan senyawa terpenoid selain pada A. vulgaris
juga dijumpai pada tanaman lain yaitu Salvia divinorum dari suku Labiatae
(Siebert 2004).
AL
B
A
LP
D
C
Gambar 6 Hasil uji histokimia pada daun P. rumphii: senyawa alkaloid
(A), kontrol alkaloid (B), senyawa lipofil (C), kontrol senyawa
lipofil (D).
TP
A
B
12
LP
C
D
Gambar 7 Hasil uji histokimia pada daun A. vulgaris: senyawa terpenoid
(A), kontrol terpenoid (B), senyawa lipofil (C), kontrol
senyawa lipofil (D).
Analisis Fitokimia
Hasil analisis fitokimia kualitatif daun D. fruticosum, L. purpureus, F.
deltoidea, P. rumphii, A.vulgaris dan rimpang S. zeylanica menunjukkan adanya
senyawa fenol, flavonoid, steroid, dan triterpen namun senyawa alkaloid tidak
terdeteksi (Tabel 4). Senyawa alkaloid tidak terdeteksi pada uji fitokimia
ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan ketika direaksikan dengan
pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendrof (Lampiran 2). Berbeda dengan hasil
fitokimia, hasil uji histokimia pada daun F. deltoidea, D. fruticosum dan P.
rumphii menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Senyawa alkaloid tidak terdeteksi
pada uji fitokimia disebabkan uji tersebut dilakukan terhadap serbuk yang berasal
dari seluruh jaringan organ tumbuhan, sehingga menyebabkan konsentrasi
senyawa metabolit rendah. Uji histokimia menunjukkan hasil yang positif
disebabkan uji histokimia dilakukan terhadap jaringan yang diperoleh dari sayatan
organ, sehingga pengujian langsung diamati pada struktur sekretori yang diamati.
Hasil uji keberdaan senyawa fenol ditunjukkan pada lampiran 3, triterpen
dan steroid pada lampiran 4 dan flavonoid pada lampiran 5. Secara umum pada
beberapa tumbuhan yang dimati kandungan triterpen relatif lebih tinggi
dibandingkan senyawa yang lain. Kandungan triterpen paling tinggi terdapat pada
daun D. fruticosum dan rimpang S. zeylanica. Kandungan steroid tertinggi pada
daun L. purpureus dan P. rumphii, sedangkan senyawa fenol dan flavonoid
tertinggi pada daun L. purpureus. Pada daun D. fruticosum dan rimpang S.
zeylanica triterpen merupakan komponen utama pada senyawa metabolit,
sedangkan senyawa lain terdapat dalam jumlah yang rendah (Tabel 4). Menurut
Wagner (1985) senyawa alkaloid, terpenoid, kuinon, fenol, polisakarida dan
glikoprotein berpotensi sebagai tonikum, demikian juga golongan flavonoid
seperti flavones dan flavonols (Hollman et al. 1996).
Hasil uji fitokimia rimpang S. zeylanica mengandung senyawa fenol,
flavonoid, steroid dan terpenoid (Tabel 4). Madhavan et al. (2010) melaporkan
bahwa rimpang tanaman ini juga mengandung senyawa alkaloid, fitosterol, tanin
dan saponin. Masyarakat SAD menggunakan rimpang S. zeylanica sebagai obat
kuat. Rimpang dan akar S. zeylanica juga dimanfaatkan sebagai tonikum oleh
masyarakat Bangladesh (Bari et al. 2010). Fitosterol merupakan senyawa dari
golongaan steroid. Salah satu dari tumbuhan yang menghasilkan fitosterol
13
misalnya kedelai yang menghasilkan empat tipe utama fitosterol yaitu β-sitosterol,
stigmasterol, campesterol dan brassicasterol (Wang et al. 2011). Fitosterol
merupakan salah satu bahan dasar dari sintesis steroid (Malaviya dan Gomes
2008). Sukmaningsih et al. (2012) melaporkan bahwa fitosterol pada rebung dapat
meningkatkan hormon testoteron.
Tabel 4 Hasil analisis kualitatif senyawa fitokimia pada tumbuhan tonikum
Tumbuhan
D. fruticosum
L. purpureus
S. zeylanica
F. deltoidea
P. rumphii
A. vulgaris
Alkaloid
-
Fenol
+
+++
+
++
++
++
Hasil pengujian
Flavonoid
Steroid
+
++
+++
+++
+
+
++
++
++
+++
++
++
Triterpen
++++
++
++++
+++
+++
+
Keterangan:
: tidak mengandung senyawa
+
: sedikit
++
: sedang
+++ : banyak
++++ : sangat banyak
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daun F. deltoidea mengandung
senyawa fenol, flavonoid, steroid dan terpenoid (Tabel 4). Amiera et al. (2014)
melaporkan bahwa selain senyawa tersebut daun F. deltoidea var. angustifolia
mengandung senyawa tanin, sedangkan F. deltoidea var. deltoidea mengandung
senyawa tanin dan saponin. Masyarakat Sunda memanfaatkan daun F. deltoidea
sebagai obat kuat, namun pemanfaatannya lebih luas dibandingkan rimpang S.
zeylanica karena dapat digunakan sebagai obat kuat untuk laki-laki maupun
perempuan. Nurdiana et al. (2012) melaporkan bahwa ekstrak air dan etanol dari
daun F. deltoidea dapat meningkatkan kadar testosteron, motilitas sperma dan
jumlah sperma. Potensi lain dari daun F. deltoidea sebagai uterotonic (pemperkuat
uterus) serta pengobatan setelah pendarahan (Amiera et al. 2014).
Hasil analisis fitokimia daun A. vulgaris dan P. rumphii menunjukkan
keberadaan senyawa fenol, flavonoid, terpenoid dan steroid (Tabel 4). Paarakh
dan Khosa (2009) melaporkan bahwa beberapa spesies dari genus Polyalthia juga
mengandung senyawa alkaloid.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Enam tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum memiliki struktur
sekretori berupa sel idioblas, rongga sekretori dan trikoma kelenjar. Struktur
sekretori berupa sel idioblas dijumpai pada daun D. fruticosum, L. purpureus, F.
deltoidea, P. rumphii dan rimpang S. zeylanica. Rongga sekretori terdapat pada
daun D. fruticosum dan P. rumphii. Trikoma kelenjar dijumpai pada daun A.
vulgaris. Sel idioblas pada daun D. fruticosum, L. purpureus, S. zeylanica, F.
14
deltoidea mengandung senyawa lipofil dan terpenoid. Selain mengandung
senyawa tersebut sel idioblas pada daun F. deltoidea juga menghasilkan senyawa
alkaloid, sedangkan pada P. rumphii hanya mengandung senyawa lipofil. Rongga
sekretori pada daun D. fruticosum dan P. rumphii mengandung senyawa alkaloid.
Trikoma kelenjar pada daun A. vulgaris mengandung senyawa lipofil dan
terpenoid. Kandungan senyawa fitokimia yang dihasilkan oleh tumbuhan D.
fruticosum, L. purpureus, F. deltoidea, S. Zeylanica, P. rumphii dan A.vulgaris
adalah senyawa terpenoid, fenol, steroid, dan flavonoid.
Saran
Pengujian fitokimia secara kuantitatif dengan metode GC-HPLC agar
diketahui senyawa aktifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amiera ZUR, Nihayah M, Wahida IF, Rajab NF. 2014. Phytochemical
characteristic and uterotonic effect of aqueous extract of Ficus deltoidea in
rats uterus. Pakistan J Biol Sci. 17(9): 1046-1051.
Backer CA, Van Den Brink RCB. 1963. Flora of Java. Volume ke-1. Groningen:
NVP Noordhoff.
___________________________. 1965. Flora of Java. Volume ke-2. Groningen:
NVP Noordhoff.
___________________________. 1968. Flora of Java. Volume ke-3. Groningen:
NVP Noordhoff.
Boix YF, Victorio CP, Defaveri ACA, Arruda R do carmo de oliveirea, Sato A,
Lage CLS. 2011. Glandular trichomes of Rosmarinus officinalis L:
anatomical and phytochemical analyses of leaf volatiles. Plant
Biosystems.145(4):848–856.
Cordeiro SZ, Sato A, do Carmo de Oliveira Arruda R, Simas NK. 2012. Volatile
compounds of Mandevilla guanabarica (Apocynoideae, Apocynaceae) from
three restingas in Rio de Janeiro, Brazilia. Biochem System and Ecol. 45:102–
107.
[Deptan] Departemen Kehutanan. 2010. Informasi Taman Nasional Bukit
Duabelas. Jambi (ID): Balai Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi.
[Depkes & Kesos] Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2000.
Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia (I). Jakarta (ID): Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
[Dishut] Dinas Kehutanan. 2007. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam TWA
Telaga Warna. [Internet]. [Diunduh 2014 November 11]. Tersedia pada:
http://dishut.jabarprov.go.id.
Fahn A. 1982.
Anatomi Tumbuhan. Soediarto A, Koesoemaningrat T,
Natasaputra M, Akmal H, penerjemah; Tjitrosomo SS, editor. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr, Terjemah dari: Plant Anatomy. Ed ke 3.
Furr Y, Mahlberg PG. 1981. Histochemical analysis of laticefers and glandular
trichomes in Cannabis sativa. J Nat Prod. 44(2):153-159.
15
Haniya AK, Padma PR. 2014. Phytochemical investigation of methanolic extract
of Artemisia vulgaris L. Leaves. IJPBS. 5 (2):184-195.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Pasmawinata K, Soediro I, Penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung (ID): Penerbit ITB Press. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Ed ke 2.
Hayat MQ, Ashraf M, Khan M A, Yasmin G, Shaheen N, Jabeen S. 2009.
Diversity of foliar trichomes and their systematic implications in the genus
Artemisia (Asteraceae). Int J Agric Biol. 11 : 566–570.
Hollman, PCH, Hertog MGL, Katan MB. 1996. Analysis and health effects of
flavonoids. Food Chem. 57 (1) : 43-46.
Iranbakhsh A, Oshaghi MA, Majd M. 2006. Distribution atropine and scopolamine
in different organs and stages of development in Datura stramonium L.
(Solanaceae). Structure and ultrastructure of biosynthesizing cells. Acta Bio
Cracov Series Bot. 48(1): 13–18.
Jie LI, Mei X, Ya-fe LI, Maarten J, Die Z, Cai-yun W. 2010. Comparative studies
on trichomes of florist’s Chrysanthemum and Pyrethrum. Acta Horticulturae
Sinica. 3(9):1463–1470
Khafagi IK. 2007. Generation of alkaloid-containing idioblast during celluler
morphogenesis of Peganum harmala L. cell suspension cultures. American
J Plant Physiol. 2(1):17-26.
Madhavan V, Hemalatha HT, Guruveda MR, Yoganarasimhan. 2010.
Pharmacognostical studies on the rhizome and root of Smilax zeylanica Linn.
A potential alternate source for the Ayurvedic drug chopachinee. Ind J Nat
Prod and Resour. 1(3): 328-337.
Malaviya A, Gomes J. 2008. Androstenedione production by biotransformation of
phytosterols. Bioresource Technology. 99: 6725-6737.
Martins AR. 2010. New approaches to underground systems in Brazilian Smilax
species (Smilacaceae). J Torrey Bot Society. 137(2–3): 220–235.
Martin D, Tholl D, Gershenzon J, Bohlmann J. 2002. Methyl jasmonate induces
traumatic resin ducts, terpenoid resin biosynthesis, and terpenoid
accumulation in developing xylem of norway spruce stems. Plant Physiol.
129: 1003-1018.
Metcalfe C, Chalk L. 1979. Anatomy of The Dicotyledons. Oxford (GB):
Clarendon Press.
Nurdiana S, Idzham N, Zanariah AZ, Hakim ML. 2012. Effect of Ficus deltoidea
leaves extracts on blood clotting, sperm quality and testosterone level in
alloxan-induced male diabetic rats. Int J Pharm Sci. 13(1):111-114.
Ramawat KG. 2009. Herbal Drugs: Ethnomedicine to Modern Medicine.
Heidelberg (DE): Springer Verlag Pr.
Paarakh PM, Khosa RL. 2009. Phytoconstituents from the genus Polyalthia
a review. JP. 2(4), 594-605.
Retamales HA, Scherson R, Scharaschkin T. 2014. Foliar micromorphology and
anatomy of Ugni molinae Turcz. (Myrtaceae), with particular reference to
schizogenous secretory cavities. Rev Chil de Historia Nat. 87(1):27.
Sangwan NS, Kumar S, Srivastava S, Kumar A, Gupta A, Sangwan RS. 2010.
Recent developments on secondary metabolite biosynthesis in Artemisia
annua L. J Plant Biol. 37 (2):1–24.
16
Sasmita K, Mulyani W, Priyantoro B, David, Marpaung JP, Algopeng Z. 2011.
Pengenalan Tumbuhan Obat Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi,
Indonesia. Jambi (ID): Balai Taman Nasional Bukit Duabelas.
Sass JE. 1951. Botanical Microtehnique. Iowa (US): Iowa State Coll Pr.
Siebert DJ. 2004. Localization of salvinorin a and related compounds in glandular
trichomes of the psychoactive sage, Salvia divinorum. Annals Bot. 93(6): 763771.
Siswono. 2009. Ekspedisi Ciliwung. Karim M, editor. Jakarta (ID): Kompas.
Subaryanti. 2005. Karakteristik komponen hasil dan mutu kencur (Kaempferia
galanga L.) pada lingkungan tumbuh yang berbeda. [Tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sugimura Y, Mori Y, Nitta I, Kotani E, Furusawa T, Tatsumi M, Ici KS, Wadas
M, Morita Y. 1999. Calcium deposition in idioblasts of mulberry leaves.
Annals bot. 83: 543-550.
Sukmaningsih AASgA, Widia IA, Antara NS, Kencana PD, Gunam IBW. 2012.
Rebung bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata) sebagai bahan afrodisiak
pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. Universitas Udayana (ID). Pusat
Studi Ketahanan Pangan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat.
Suriawiria. 2000. Obat Mujarab dari Pekarangan Rumah. Jakarta (ID): Papas
Sinar Sinarti.
Victorio CP, Moreira CP, Souzac M da Costa, Sato A, Arruda R do carmo de
oliveira. 2011. Secretory cavities and volatiles of Myrrhinium atropurpureum
Schott var. atropurpureum (Myrtaceae): an endemic species collected in the
restingas of Rio de Janeiro, Brazil. NPC. 6(7): 1045–1050.
Wagner H. 1985. Immunostimulants From Medicinal Plants. Di dalam: Chang
HM, Yeung HW, Tso WW, and Koo A, editor. Chinese Medicinal Materials
Research. Singapura (SG):World Scientific Publ.
Wang FQ, Yao K, Wei ZD. 2011. From soybean phytosterols to steroid hormones.
Soybean and Health. [Internet]. [Diunduh 2015 Februari 23].
http://www.intechopen.com/books/soybean-and-health/from-soybean
phytosterols-to-steroid-hormones
17
Lampiran 1 Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian
Saledemo (D. fruticosum)
Kahitutan (L. purpureus)
Tabat barito (F. deltoidea)
Akar kancil (S. zeylanica)
Lokatmala (A. vulgaris)
Ganja sayur (P. rumphii)
18
Lampiran 2 Hasil uji fitokimia senyawa alkaloid
Pereaksi Mayer
Pereaksi Wagner
Pereaksi Dragendrof
1
3
2
6
5
4
Lampiran 3 Hasil uji fitokimia senyawa fenol
2
1
3
5
4
6
Lampiran 4 Hasil uji fitokimia senyawa triterpen dan steroid
1
4
3
2
5
Lampiran 5 Hasil uji fitokimia senyawa flavonoid
1
2
Urutan sampel
1. L. purpureus
2. F. deltoidea
3. A. vulgaris
4. D. fruticosum
5. P. rumphii
6. S. zeylanica
3
4
5
6
6
19
Lampiran 6 Komposisi reagen untuk pengujian histokimia
Pengujian
Komposisi reagen
Hasil positif
Terpenoid
0.05 g kristal kupri asetat/ml akuades
Kuning kecoklatan
Alkaloid
0.01 g iodin/ml + 0.01 g kristal kalium
iodida/ml
Coklat kemerahan
Kontrol alkaloid
5 g kristal asam tartarat + 100 ml alkohol
95%
Tidak berwarna
Senyawa lipofil
0.0003 g sudan IV/ml alkohol 70%
Jingga
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 September 1991, putri dari
bapak Djajadi dan ibu Suhana. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.
Penulis lulus dari MI Mathlaul Anwar pada tahun 2004 dan lulus dari MTS AlAulia pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Cibungbulang, di
tahun yang sama penulis lolos seleksi jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam pada tahun 2010. Penulis merupakan penerima beasiswa
Bidikmisi tahun 2010.
Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa
Biologi (HIMABIO) sebagai Badan Pengawas pada tahun 2011-2012. Organisasi
eksternal kampus yang pernah diikuti yaitu Ikatan Mahasiswa Peduli Remaja
(IKPR) sebagai trainer dan pengisi kajian anak remaja. Penulis aktif mengajar di
SMP Al-Kautsar dan SMPIT Al-Ittihadiyah sebagai pengajar IPA Terpadu dan
Matematika. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Anatomi dan
Morfologi Tumbuhan dan Mikroteknik pada tahun 2014.
Penulis melaksanakan studi lapangan pada tahun 2012 di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang berjudul Keragaman Pisang Di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dibimbing oleh Dr Rita Megia. Penulis
melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2013 di Balai Besar Penelitian
Tumbuhan Padi Kebun Percobaan Muara, Bogor yang berjudul Verifikasi
Ketahanan 19 Varietas Padi Unggul Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri
(Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) Kelompok IV dan VIII di Rumah Kaca yang
dibimbing oleh Dr Ir Utut Widyastuti, MSi.
FITOKIMIA TUMBUHAN TONIKUM
CAHAYA UMAH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur
Sekretori, Histokimia dan Fitokimia Tumbuhan Tonikum benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Cahaya Umah
NIM G34100072
ABSTRAK
CAHAYA UMAH. Analisis Struktur Sekretori, Histokimia dan Fitokimia
Tumbuhan Tonikum. Dibimbing oleh DORLY dan YOHANA C.
SULISTYANINGSIH.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum diduga mengandung
berbagai senyawa metabolit yang diproduksi atau disekresikan oleh stuktur
sekretori. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur sekretori
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum dan senyawa yang diakumulasi
dalam struktur tersebut. Pengamatan struktur sekretori dan histokimia dilakukan
terhadap bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan herbal. Analisis
kandungan fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan struktur sekretori berupa sel idioblas terdapat pada daun
Decaspermum fruticosum, Lasianthus purpureus, Ficus deltoidea, Polyalthia
rumphii dan rimpang Smilax zeylanica. Rongga sekretori ditemukan pada daun D.
fruticosum dan P. rumphii. Trikoma kelenjar dijumpai pada daun Artemisia
vulgaris. Sel idioblas pada tumbuhan yang diamati umumnya mengandung
senyawa lipofil dan terpenoid atau alkaloid. Rongga sekretori mengandung
senyawa alkaloid. Sedangkan trikoma mengandung senyawa lipofil dan terpenoid.
Hasil analisis fitokimia tumbuhan D. fruticosum, L. purpureus, F. deltoidea, S.
Zeylanica, P. rumphii dan A.vulgaris mengandung senyawa terpenoid, fenol,
steroid, dan flavonoid.
Kata kunci: fitokimia, histokimia, struktur sekretori, tonikum.
ABSTRACT
CAHAYA UMAH. Secretory Structure, Histochemistry and Phytochemistry
Analyses of Stimulant Plant. Supervised by DORLY and YOHANA C
SULISTYANINGSIH.
Plants that are used as stimulant supposed to contains various metabolit
compounds that are produced or secreted by secretory structures. This study
aimed to identify the secretory structure of plant used as stimulant and chemical
compounds accumulated in it. The secretory structure and its histochemistry were
observed on plant material that are used as herbal ingredient. Phytochemical
content was analyzed by using a qualitative test. The result showed that the
idioblast cells were found in the leaves of Decaspermum fruticosum, Lasianthus
purpureus, Ficus deltoidea, Polyalthia rumphii and rhizomes of Smilax zeylanica.
Secretory cavities were found in the leaves of D. fruticosum, and P. rumphii;
while glandular trichomes were found only in the leaves of Artemisia vulgaris.
Most idioblast cells contained lipophilic substance and terpenoids or alkaloids,
while secretory cavity contained alkaloid. The glandular trichomes contained
lipophilic substance and terpenoids. Phytochemical analysis for D. fruticosum, L.
purpureus, F. deltoidea, S. zeylanica, P. rumphii and A.vulgaris contain
terpenoids, phenols, steroids, and flavonoids
Keywords: phytochemistry, histochemistry, secretory structure, stimulant.
ANALISIS STRUKTUR SEKRETORI, HISTOKIMIA DAN
FITOKIMIA TUMBUHAN TONIKUM
CAHAYA UMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah. Penelitian ini
dilaksakan sejak bulan Februari hingga Sepetember 2014 dengan judul Analisis
Struktur Sekretori, Histokimia dan Fitokimia Tumbuhan Tonikum.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Dorly, MSi dan Ibu
Dr Yohana C Sulistyaningsih, MSi selaku pembimbing karya ilmiah. Terima
kasih kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti, MSi selaku penguji dari wakil Komisi
Pendidikan yang telah memberikan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
Terima kasih kepada Ibu Dr Ir Utut Widyastuti, MSi selaku pembimbing
akademik yang telah memberi arahan selama berada di IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada program beasiswa Bidikmisi dari
DIKTI yang telah memberikan kesempatan beasiswa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Strata 1. Terima kasih kepada Bapak Sunaryo sebagai teknisi di
Laboratorium Anatomi dan Morfologi Tumbuhan yang telah membantu
menyiapkan bahan kimia selama penelitian. Terima kasih kepada Ibu Tini
Wahyuni, Ibu Maysyaroh Yasyri yang telah membantu. Terima kasih kepada Fifi
Kurniawan, Deviana Novitasari, Ahmad Rifai, Evi Muliyah, Sintaria Praptinasari,
Darius Rupa, Ari Sunandar, Ahmad Zulkipli dan Jafar Shodiq yang telah setia
menemani dan membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ummi, Ka Ikhlas Ikhsanudian serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Cahaya Umah
DAFTAR ISI
ABSTRAK
ii
ABSTRACT
ii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Koleksi dan Identifikasi Tumbuhan
Analisis Histologi
Pengujian Histokimia
Analisis Fitokimia Kualitatif
HASIL DAN PEMBAHASAN
2
2
3
3
3
4
5
Stuktur Sekretori
Analisis Histokimia
Analisis Fitokimia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
5
7
12
13
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
18
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
Jenis tumbuhan tonikum, pemanfaatan dan cara pengolahannya
Ukuran dan kerapatan berbagai struktur sekretori tumbuhan tonikum
Hasil uji histokimia tumbuhan tonikum
Hasil uji fitokimia kualitatif pada tumbuhan tonikum
2
6
8
13
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur sekretori tumbuhan tonikum
2 Hasil uji histokimia daun saledemo (D. fruticosum)
3 Hasil uji histokimia daun kahitutan (L. purpureus)
4 Hasil uji histokimia tabat barito (F. deltoidea)
5 Hasil uji histokimia daun akar kancil (S. zeylanica)
6 Hasil uji histokimia daun ganja sayur (P. rumphii)
7 Hasil uji histokimia daun lokatmala (A. vulgaris)
5
8
9
9
10
11
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian
Hasil uji fitokimia senyawa alkaloid
Hasil uji fitokimia senyawa fenol
Hasil uji fitokimia senyawa triterpen dan steroid
Hasil uji fitokimia senyawa flavonoid
Komposisi reagen untuk pengujian histokimia
18
19
19
19
19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tonikum adalah suatu obat yang dapat memperkuat atau memberi tambahan
energi pada tubuh. Tonikum dapat berperan dalam meregangkan atau memperkuat
sistem fisiologis tubuh. Tumbuhan tonikum adalah jenis-jenis tumbuhan yang
dapat meningkatkan dan memelihara daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit, serta mempertahankan vitalitas tubuh untuk tetap sehat dan bugar
(Suriawiria 2000). Tumbuhan yang berpotensi sebagai tonikum sering
dimanfaatkan untuk memelihara kesehatan oleh masyarakat tradisional, misalnya
Suku Anak Dalam (SAD) yang tinggal di kawasan Taman Nasional Bukit
Duabelas (TNBD) Jambi dan masyarakat Sunda di Jawa Barat.
TNBD merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran rendah,
dikawasan tersebut dijumpai 110 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
bahan obat. Dari 110 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat, sebanyak 22
jenis telah diteliti kandungan kimianya, meliputi keberadaan senyawa alkaloid,
saponin, flavonoid, tanin dan polifenol (Deptan 2010; Sasmita et al. 2011).
Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna merupakan kawasan hutan yang
termasuk ke dalam Cagar Alam yang memiliki luas wilayah 268.25 Ha. TWA
Telaga Warna terletak di sekitar Puncak Pass dan tidak jauh dari jalan raya
Bogor–Cianjur (Dishut 2007). Menurut Siswono (2009) Cagar Alam di TWA
Telaga Warna terdapat sekitar 212 jenis flora yang berpotensi sebagai tumbuhan
obat, tumbuhan hias, tumbuhan bahan baku kerajinan, bahan minuman dan
penghasil pewarna alami. Beberapa tumbuhan yang dijumpai di TWA Telaga
Warna dimanfaatkan oleh masyarakat Sunda sebagai bahan obat.
SAD dan masyarakat Sunda memanfaatkan obat-obatan tradisional untuk
memelihara kesehatan berdasarkan pengetahuan, keyakinan, pengalaman dan
praktek langsung yang dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang
mereka. Pengetahuan tentang obat tradisional merupakan dasar penemuan obat
baru pada sistem pengobatan modern (Ramawat 2009). Tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan obat mengandung senyawa metabolit yang berpotensi
sebagai bahan aktif diantaranya senyawa alkaloid, terpenoid, polifenol, saponin,
flavonoid, tanin, triterpen dan steroid. Kandungan senyawa yang dijumpai pada
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum diantaranya senyawa alkaloid,
terpenoid, kuinon, fenol, polisakarida dan glikoprotein (Wagner 1985).
Kajian ilmiah tentang struktur sekretori penghasil senyawa metabolit serta
uji histokimia pada tumbuhan tonikum yang dimanfaatkan oleh SAD dan
masyarakat Sunda belum pernah dilakukan. Kajian ilmiah tersebut memungkinkan
untuk mengembangkan informasi tentang kandungan senyawa metabolit pada
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan tonikum serta mengembangkannya
melalui kultur jaringan atau kultur sel.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur sekretori tumbuhan
yang dimanfaatkan sebagai tonikum dan senyawa yang diakumulasi dalam
struktur tersebut.
2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-September 2014.
Pembuatan sayatan sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi-LIPI Cibinong.
Pengamatan struktur sekretori dan uji histokimia dilakukan di Laboratorium
Anatomi dan Morfologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikroteknik, Departemen
Biologi. Analisis kandungan fitokimia kualitatif dilakukan di Laboratorium Kimia
Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan tumbuhan yang digunakan yaitu daun saledemo (Decaspermum
fruticosum), kahitutan (Lasianthus purpureus), tabat barito (Ficus deltoidea), akar
kancil (Smilax zeylanica), ganja sayur (Polyalthia rumphii) dan lokatmala
(Artemisia vulgaris)(Tabel 1) (Lampiran 1).
Bahan kimia yang digunakan adalalah larutan HNO3 50%, kloroks, safranin
1%, sudan IV 0.03 % dalam alkohol 70%, larutan kupri asetat 5% dalam akuades,
asam tartarat 5% dalam alkohol 95%, larutan Wagner (KI+I2) dalam akuades,
etanol pekat, dietil eter, asam sulfat pekat, pereaksi Lieberman-Burchard (asam
asetat anhidrat+H2SO4), HCl pekat, larutan besi (III) klorida 10%, NH3, CHCl3,
H2SO4, pereaksi Dragendrof, Mayer, dan Wagner. Alat yang digunakan antara
lain mikroskop cahaya, kamera optilab, mikrotom beku, dan grinder.
Tabel 1 Jenis tumbuhan tonikum, pemanfaatan dan cara pemanfaatan
Nama Lokal
Nama Ilmiah
(Suku)
Saledemo
D. fruticosum
(Myrtaceae)
Kahitutan
L. purpureus
(Rubiaceae)
F. deltoidea
(Moraceae)
S. zeylanica
(Smilaceae)
P. rumphii
(Annonaceae)
A. vulgaris
(Asteraceae)
Tabat barito
Akar kancil
Ganja sayur
Lokatmala
a
b
Bagian
Yang
Digunakan
Daun
Kegunaan
Cara pemanfaatan
Obat masuk
angina
Daun direbus:
diminum dan
dipakai mandi
Air rebusan daun
Diminum
Air rebusan daun
Diminum
Air rebusan akar :
Diminum
Lalapan
Daun
Obat kembungb
Daun
Obat kuatb
Rimpang
Obat kuata
Daun
Obat nafsu
makana
Obat nafsu
makanb
Daun
Lalapan
Tumenggung Tarip 20 Februari 2014, komunikasi pribadi
Aki 20 Juni 2014, komunikasi pribadi
Koleksi dan Identifikasi Tumbuhan
Koleksi tumbuhan dilakukan di hutan karet kawasan TNBD Jambi dan
kawasan TWA Telaga Warna di Puncak Bogor Jawa Barat. Tumbuhan yang
berasal dari Jambi yaitu D. fruticosum, S. zeylanica dan P. rumphii, sedangkan
3
tumbuhan yang berasal dari TWA Telaga Warna yaitu L. purpureus, F. deltoidea
dan A. vulgaris. Sampel daun untuk sayatan paradermal difiksasi di dalam etanol
70%. Sampel tumbuhan untuk uji histokimia dibawa ke laboratorium dalam
keadaan segar, sedangkan untuk uji fitokimia kualitatif, tumbuhan dikeringkan
dengan cahaya matahari selama ±2 hari dan selanjutnya dikeringkan didalam oven
pada suhu 50oC selama 5 hari. Identifikasi nama lokal tumbuhan asal TNBD
dibantu oleh kepala SAD (Tumenggung Tarip) sedangkan tumbuhan dari TWA
Telaga Warna dibantu pemandu lapang. Identifikasi tumbuhan lebih lanjut
dilakukan di Herbarium Bogoriense LIPI, Bogor.
Analisis Histologi
Pembuatan Sediaan Mikroskopis Sayatan Paradermal
Sayatan paradermal daun dibuat dalam bentuk preparat semi permanen
dengan metode sediaan utuh (whole mount) (Sass 1951). Daun yang telah difiksasi
dalam alkohol 70%, dicuci dengan akuades lalu direndam dalam larutan HNO3
50% kemudian dibilas dengan akuades. Proses pengerikan sisi adaksial dan
abaksial daun menggunakan silet. Hasil sayatan direndam dalam larutan kloroks
selama 3-5 menit kemudian diwarnai dengan safranin 1%, diberi media gliserin
30% lalu ditutup dengan kaca penutup.
Pengamatan struktur sekretori pada sayatan paradermal meliputi letak, tipe,
ukuran dan kerapatannya. Pengamatan dilakukan pada tiga ulangan tanaman, 5
area bidang pandang untuk masing-masing sampel. Kerapatan struktur sekretori
(KSS) ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
KSS =
Jumlah trikoma/sel idioblas
Luas bidang pandang (mm2 )
Pengujian Histokimia
Sampel daun D. fruticosum, L. purpureus, F.deltoidea, P. rumphii dan A.
vulgaris disayat melintang setebal 15-20 µm menggunakan mikrotom beku
sedangkan sampel rimpang S. zeylanica disayat dengan silet. Hasil sayatan diuji
dengan beberapa jenis reagen.
Uji kandungan terpenoid. Sayatan sampel direndam dalam reagen tembaga
asetat 5% selama 24 jam selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan media
gliserin 30%. Kandungan senyawa terpenoid ditunjukkan dengan warna kuningkecoklatan pada sel atau jaringan (Martin et al. 2002). Sebagai kontrol negatif,
sayatan sampel pada gelas objek ditetesi dengan air dan diberi media gliserin
30%.
Uji kandungan alkaloid. Pengujian senyawa alkaloid pada sel atau jaringan
menggunakan reagen Wagner. Sampel sayatan direndam dalam reagen Wagner
selama 24 jam selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan media gliserin 30%.
Kandungan senyawa alkaloid ditunjukkan dengan warna merah-kecoklatan pada
sel atau jaringan. Sebagai kontrol negatif alkaloid, sayatan direndam dengan asam
4
tartarat 5% selama 48 jam untuk melarutkan alkaloid kemudian direndam dalam
larutan Wagner, selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan media gliserin 30%
(Furr dan Mahlberg 1981).
Uji kandungan senyawa lipofil. Uji kandungan senyawa lipofil menggunakan
dua metode: Metode pertama digunakan pada sampel berupa daun. Sayatan daun
direndam dalam alkohol 70% selama 1 menit, diwarnai dengan reagen sudan IV
0.03% kemudian dipanaskan dalam water bath pada suhu 60 0C selama 30 menit.
Sayatan dicuci dengan alkohol 70%, selanjutnya ditempel pada gelas objek
dengan media gliserin 30% (Boix et al. 2013). Metode kedua digunakan untuk
sayatan rimpang. Sampel rimpang direndam dengan NaOH 5% selama 48 jam,
diwarnai dengan larutan sudan IV selanjutnya ditempel pada gelas objek dengan
media gliserin 30% (Subaryanti 2005). Kandungan senyawa lipofil pada sel atau
jaringan ditunjukkan dengan warna jingga.
Analisis Fitokimia Kualitatif.
Sampel daun dan rimpang yang telah dikeringan dibuat serbuk. Serbuk
diuji kandungan fitokimianya secara kualitatif untuk mendeteksi keberadaan
senyawa terpenoid, steroid, flavonoid, alkaloid dan fenol mengikuti metode
Harborne (1987);
Uji Keberadaan Senyawa Terpenoid (Triterpen) dan Steroid :
Serbuk sampel sebanyak 3 gram ditambah dengan 5 ml etanol pekat,
dipanaskan kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh diteteskan ke plat tetes dan
didiamkan hingga kering, selanjutnya ditambah 1 ml dietil eter dan pereaksi
Lieberman-Burchard (3 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4). Jika diperoleh
warna merah atau ungu menandakan bahwa positif mengandung senyawa triterpen,
tetapi jika yang muncul warna hijau atau biru menandakan positif mengandung
senyawa steroid.
Uji Keberadaan Senyawa Flavonoid:
Serbuk sampel sebanyak 3 gram diberi sedikit akuades dan dipanaskan
selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat ditambah dengan sedikit serbuk Mg,
beberapa tetes HCl pekat dan 2 ml amil alkohol. Hasil positif mengandung
flavonoid ditunjukkan dengan adanya lapisan berwarna jingga.
Uji Keberadaan Senyawa Alkaloid:
Sebanyak 3 gram serbuk sampel diekstrak dengan sedikit kloroform,
kemudian ditambah dengan 3-5 tetes amoniak dan disaring. Filtrat ditambah
dengan 1-2 ml H2SO4 2M, kemudian dikocok hingga terbentuk dua lapisan.
Lapisan asam (tidak berwarna) diteteskan ke tiga plat tetes, plat tetes pertama
ditetesi dengan pereaksi Dragendorf, plat tetes kedua ditetesi dengan pereaksi
Mayer, dan plat tetes ke tiga ditetesi dengan pereaksi Wagner. Uji dinyatakan
positif mengandung alkaloid bila larutan tersebut menghasilkan endapan berwarna
jingga dengan pereaksi (Dragendorf), putih kekuningan dengan pereaksi (Mayer),
dan coklat dengan pereaksi (Wagner).
5
Uji Keberadaan Senyawa Fenol (Hidroquinon)
Serbuk sampel sebanyak 3 gram ditambah dengan metanol 70% panas
kemudian disaring. Filtrat ditetesi dengan NaOH 10%. Reaksi positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna kuning sampai merah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Stuktur Sekretori
Struktur sekretori merupakan sel atau jaringan tumbuhan yang berfungsi
sebagai tempat sekresi senyawa metabolit seperti minyak esensial, getah, resin,
lateks, alkaloid, glikosida dan garam mineral. Struktur sekretori dibedakan
menjadi dua berdasarkan lokasinya yaitu struktur sekretori eksternal dan internal.
Struktur sekretori eksternal meliputi trikoma, nektarium atau kelenjar madu,
hidatoda serta stigma, sedangkan struktur sekresi internal dapat berupa idioblas,
rongga sekretori, saluran sekretori dan latisifer (Dickison 2000).
Struktur sekretori yang dijumpai pada keenam tumbuhan tonikum yang
diteliti berupa sel idioblas, rongga sekretori dan trikoma kelenjar (Gambar 1).
Tumbuhan saledemo (D. fruticosum) termasuk ke dalam suku Myrtaceae (Backer
& Van Den Brink 1963). Pada daun D. fruticosum dijumpai struktur sekretori
berupa sel idioblas dan rongga sekretori yang tersebar di jaringan palisade dan
jaringan bunga karang (Gambar 1). Sel idioblas berbentuk bulat dengan ukuran
bervariasi. Ukuran sel idioblas pada jaringan palisade dan bunga karang tidak
berbeda, namun kerapatan yang lebih tinggi terdapat pada jaringan bunga karang
(Tabel 2). Rongga sekretori pada tanaman ini berbentuk bulat dengan sel epitel di
sekelilingnya. Ukuran rongga sekretori lebih besar dari sel idioblas dengan ukuran
yang tidak berbeda pada jaringan palisade dan bunga karang, sedangkan kerapatan
pada jaringan palisade lebih tinggi (Tabel 2). Pada daun Ugni molinae Turcz dari
suku Myrtaceae terdapat juga rongga sekretori (Retameles et al. 2014). Menurut
Metcalfe dan Chalk (1979) keberadaan rongga sekretori merupakan ciri umum
dari suku Myrtaceae, walaupun struktur tersebut juga dijumpai pada suku lain.
Id
RS
B
A
Id
RS
C
Id
Id II
Id
D
Id I
E
F
6
Id
TK
RS
G
I
H
Gambar 1 Struktur sekretori pada tumbuhan tonikum. Daun D. fruticosum (A,B), L. purpureus
(C), F. deltoidea (D,E), S. zeylanica (F), P. rumphii (G,H), A. vulgaris (I); Id) sel idioblas; Id 1)
sel idioblas tipe 1; Id 2) sel idioblas tipe 2; TK) trikoma kelenjar; RS) rongga sekretori;
Tumbuhan kahitutan (L. purpureus) termasuk ke dalam suku Rubiaceae
(Backer & Van Den Brink 1965). Stuktur sekretori yang dijumpai pada tanaman
ini berupa sel idioblas berbentuk bulat yang tersebar di seluruh jaringan mesofil
(Gambar 1). Ukuran dan kerapatan sel idioblas pada jaringan palisade dan bunga
karang hampir seragam (Tabel 2).
Tabel 2 Ukuran dan kerapatan berbagai struktur sekretori tumbuhan tonikum
Nama
tumbuhan
D. fruticosum
(Myrtaceae)
L. purpureus
(Rubiaceae)
F. deltoidea
(Moraceae)
S. zeylanica
(Smilaceae)
P. rumphii
(Annonaceae)
A. vulgaris
(Asteraceae)
Organ
Struktur
sekretori
Daun
Sel idioblas
Daun
Rongga
sekretori
Sel idioblas
Daun
Sel idioblas
Rimpang
Sel idioblas 1
Sel idioblas 2
Daun
Sel idioblas
Rongga
sekretori
Ukuran diameter
(µm)
Bunga
Palisade
karang
26.3-36.1 31.6-39.6
Kerapatan
(mm-2)
Bunga
Palisade
Karang
16.8-18.6
20.4-33.4
46.1-58.3
52.7-56.1
26.3-35.5
16.6-20.2
5.9-6.7
5.2-5.6
444.1-504.9
331.1-515.3
19.1-26.3
20.5-21.7
19.8-36.4
7.7-18.7
Korteks
Ukuran diameter (µm)
Kerapatan (mm-2)
6.2-6.6
114.9-126.7
5.7-7.4
48.3-60.1
Ukuran diameter (µm)
Kerapatan (mm-2)
Bunga
Bunga
Palisade
Palisade
karang
karang
21.4-25.4
17.7-26.1
20.4-33.4
25.5-48
30.4-63
43.4-69.6
41.8-43.6
Adaksial
Panjang
(µm)
88.2-108.6
Tangkai
Lebar
(µm)
29.4-34.4
Panjang
(µm)
35.2-38.6
Kepala
Lebar
(µm)
15.5-16.7
Abaksial
103.5-138.3
32.8-38.2
32.1-40.1
15.1-16.5
Trikoma
30.2-48.8
Kerapatan
(mm-2)
13.7-23.1
13.5-24.1
Tumbuhan tabat barito (F. deltoidea) termasuk ke dalam suku Moraceae
(Backer & Van Den Brink 1968). Struktur sekretori pada daun F. deltoidea
berupa sel idioblas berbentuk bulat yang tersebar di jaringan palisade dan bunga
karang (Gambar 1). Ukuran sel idioblas di jaringan palisade dan bunga karang
7
tidak berbeda, namun kerapatannya lebih tinggi di jaringan palisade (Tabel 2).
Selain itu pada epidermis bawah pada daun F. deltoidea dijumpai sel idioblas lain
berupa litosit, berisi kristal diduga berupa kalsium karbonat. Sel idioblas juga
dijumpai pada mulbery (Morus alba) dari suku Moraceae (Sugimura et al. 1999).
Tumbuhan akar kancil (S. zeylanica) termasuk ke dalam suku Smilaceae
(Backer & Van Den Brink 1968). Hasil pengamatan terhadap rimpang S.
zeylanica menunjukkan adanya stuktur sekretori berupa dua tipe sel idioblas yang
tersebar di jaringan korteks (Gambar 1). Kedua tipe sel idioblas tersebut
dibedakan berdasarkan bentuk sel dan sekret yang dihasilkannya. Sel idioblas tipe
1 berbentuk lonjong, sedangkan sel idioblas tipe 2 berbentuk bulat. Ukuran sel
idioblas tipe 1 dan 2 hampir sama, namun kerapatan sel idioblas tipe 1 dua kali
lebih banyak dari pada tipe 2 (Tabel 2). Menurut Martins (2010) rimpang pada
beberapa spesies Smilax yang berasal dari Brazilia, memiliki sel idioblas yang
tersebar di jaringan korteks.
Tumbuhan ganja sayur (P. rumphii) yang merupakan anggota suku
Annonaceae (Backer & Van Den Brink 1968) memiliki struktur sekretori berupa
sel idioblas yang tersebar di seluruh jaringan mesofil, selain itu juga terdapat
rongga sekretori yang tersebar diantara jaringan palisade dan bunga karang
(Gambar 1). Ukuran rongga sekretori lebih besar dari pada sel idioblas. Sel
idioblas berbentuk bulat dengan ukuran dan kerapatan yang tidak berbeda antara
jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Rongga sekretori berbentuk bulat
dengan ukuran dan kerapatan yang sangat beragam (Tabel 2).
Tumbuhan lokatmala (A. vulgaris) termasuk ke dalam suku Asteraceae
(Backer & Van Den Brink 1968). Daun A. vulgaris memiliki struktur sekretori
berupa trikoma kelenjar yang berbentuk seperti huruf T (Gambar 1) yang tersebar
di epidermis daun. Trikoma kelenjar terdiri dari sel kepala dan sel tangkai yang
bersatu dengan sel kaki. Sel tangkai trikoma terdiri atas 2-3 sel, sedangkan sel
kepala terdiri atas 3 sel. Panjang sel tangkai trikoma sangat beragam namun
ukurannya lebih besar pada epidermis sisi abaksial dibandingkan pada sisi
adaksial. Lebar sel tangkai, panjang dan lebar sel kepala trikoma pada epidermis
sisi adaksial dan abaksial tidak berbeda. Kerapatan trikoma antara sisi adaksial
dan abaksial memiliki nilai yang sama (Tabel 2). Kepala trikoma berbentuk-T
merupakan ciri umum dari genus Artemisia dijumpai antara lain pada daun A.
roxburghiana, A. dubia dan A. moorcroftiana (Hayat et al. 2009). Menurut Hayat
et al. (2009) trikoma tipe demikian yang dijumpai pada Seriphidium leucotrichum,
S. kurramense dan Pyrethrum cinerariifolium yang termasuk suku Asteraceae (Jie
et al. 2010).
Analisis Histokimia
Sel idioblas pada daun D. fruticosum, L. purpureus, S. zeylanica, F.
deltoidea mengandung senyawa lipofil dan terpenoid. Pada F. deltoidea selain
kedua senyawa tersebut dihasilkan juga senyawa alkaloid, sedangkan pada P.
rumphii hanya mengandung senyawa lipofil. Rongga sekretori pada daun D.
fruticosum dan P. rumphii mengandung senyawa alkaloid. Trikoma kelenjar yang
dijumpai pada daun A. vulgaris mengandung senyawa lipofil dan terpenoid (Tabel
3). Pada daun Peganum harmala sel idioblas merupakan sel spesifik yang
mengakumulasi senyawa alkaloid (Khafagi 2007). Pada daun Mandevilla
8
guanabarica (Apocynaceae) sel idioblas menghasilkan senyawa lipofil (Cordeiro
et al. 2012).
Tabel 3 Hasil uji histokimia tumbuhan tonikum
Stuktur sekretori
Sel idioblas
Hasil pengujian
Nama
tumbuhan
Alkaloid
Terpenoid
Senyawa
lipofil
D. fruticosum
-
+
+
L. purpureus
-
+
+
F. deltoidea
+
+
+
S. zeylanica
-
+
+
P. rumphii
-
-
+
D. fruticosum
+
-
-
P. rumphii
+
Trikoma kelenjar
A. vulgaris
+ = terdeteksi senyawa metabolit sekunder
- = tidak terdeteksi senyawa metabolit sekunder
-
-
+
+
Rongga sekretori
Hasil uji histokimia daun D. fruticosum menunjukkan adanya senyawa
alkaloid, terpenoid dan senyawa lipofil (Tabel 3). Senyawa alkaloid terdeteksi di
rongga sekretori, senyawa lipofil dan terpenoid terdapat pada sel idioblas yang
berbeda (Gambar 2). Dari beberapa hasil penelitian, rongga sekretori selain
menghasilkan senyawa alkaloid juga menghasilkan sekret lain, seperti pada daun
Ugni molinae Turcz (Myrtaceae) menghasilkan senyawa lipofil (Retamales et al.
2014), sedangkan pada daun Myrrhinium atropurpureum Schott var.
atropurpureum (Myrtaceae) menghasilkan senyawa lipofil dan terpenoid (Victorio
et al. 2011). Daun L. purpureus mengandung senyawa terpenoid dan senyawa
lipofil yang terdeteksi di sel idioblas (Gambar 3).
AL
A
B
TP
C
D
9
LP
F
E
Gambar 2 Hasil uji histokimia pada daun D. fruticosum: senyawa alkaloid
(A), kontrol alkaloid (B), terpenoid (C), kontrol terpenoid (D),
senyawa lipofil (E), kontrol senyawa lipofil (F): AL) senyawa
alkaloid, TP) senyawa terpenoid, LP) senyawa lipofil.
TP
B
A
LP
C
D
Gambar 3 Hasil uji histokimia pada daun L. purpureus. Senyawa terpenoid
(A), kontrol terpenoid(B), senyawa lipofil (C), kontrol senyawa
lipofil)(D);
Sel idioblas pada daun F. deltoidea mengandung senyawa lipofil, alkaloid,
dan terpenoid (Gambar 4). Menurut Iranbakhsh et al. (2006) sel idioblas pada
daun Datura stramonium (Solanaceae) merupakan tempat sintesis utama senyawa
alkaloid.
AL
A
B
10
TP
D
C
LP
F
E
Gambar 4 Hasil uji histokimia pada daun F. deltoidea: alkaloid (A),
kontrol alkaloid (B) terpenoid (C), kontrol terpenoid (D),
senyawa lipofil (E), kontrol senyawa lipofil (F);
Pada rimpang S. zeylanica sel idioblas tipe 1 mengandung senyawa lipofil
sedangkan sel idioblas tipe 2 mengandung senyawa terpenoid (Gambar 5).
Penelitian lain menyebutkan pada daerah korteks dari rimpang Smilax brasiliensis
juga dijumpai sel idioblas tetapi menghasilkan sekret yang berbeda yaitu senyawa
fenol (Martins 2010).
TP
A
B
Gambar 5 Hasil uji histokimia pada daun S. zeylanica: senyawa terpenoid (A),
kontrol terpenoid (B), senyawa lipofil (C), kontrol senyawa lipofil (D).
11
Daun P. rumphii mengandung senyawa alkaloid yang terdeteksi pada
rongga sekretori dan senyawa lipofil terdeteksi di sel idioblas (Gambar 6). Daun A.
vulgaris mengandung senyawa lipofil dan terpenoid yang terdeteksi pada sel
tangkai trikoma kelenjar (Gambar 7). Sangwan et al. (2010) melaporkan bahwa
pada genus Artemisia senyawa lipofil disintesis dan diakumulasi di trikoma
kelenjar dan saluran sekretori. Secara umum trikoma kelenjar memproduksi
senyawa terpenoid dan mengakumulasi minyak esensial diantara lapisan kutikula
dan dinding selulosa dari sel kepala trikoma kelenjar (Sangwan et al. 2010).
Tangkai trikoma yang menghasilkan senyawa terpenoid selain pada A. vulgaris
juga dijumpai pada tanaman lain yaitu Salvia divinorum dari suku Labiatae
(Siebert 2004).
AL
B
A
LP
D
C
Gambar 6 Hasil uji histokimia pada daun P. rumphii: senyawa alkaloid
(A), kontrol alkaloid (B), senyawa lipofil (C), kontrol senyawa
lipofil (D).
TP
A
B
12
LP
C
D
Gambar 7 Hasil uji histokimia pada daun A. vulgaris: senyawa terpenoid
(A), kontrol terpenoid (B), senyawa lipofil (C), kontrol
senyawa lipofil (D).
Analisis Fitokimia
Hasil analisis fitokimia kualitatif daun D. fruticosum, L. purpureus, F.
deltoidea, P. rumphii, A.vulgaris dan rimpang S. zeylanica menunjukkan adanya
senyawa fenol, flavonoid, steroid, dan triterpen namun senyawa alkaloid tidak
terdeteksi (Tabel 4). Senyawa alkaloid tidak terdeteksi pada uji fitokimia
ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan ketika direaksikan dengan
pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendrof (Lampiran 2). Berbeda dengan hasil
fitokimia, hasil uji histokimia pada daun F. deltoidea, D. fruticosum dan P.
rumphii menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Senyawa alkaloid tidak terdeteksi
pada uji fitokimia disebabkan uji tersebut dilakukan terhadap serbuk yang berasal
dari seluruh jaringan organ tumbuhan, sehingga menyebabkan konsentrasi
senyawa metabolit rendah. Uji histokimia menunjukkan hasil yang positif
disebabkan uji histokimia dilakukan terhadap jaringan yang diperoleh dari sayatan
organ, sehingga pengujian langsung diamati pada struktur sekretori yang diamati.
Hasil uji keberdaan senyawa fenol ditunjukkan pada lampiran 3, triterpen
dan steroid pada lampiran 4 dan flavonoid pada lampiran 5. Secara umum pada
beberapa tumbuhan yang dimati kandungan triterpen relatif lebih tinggi
dibandingkan senyawa yang lain. Kandungan triterpen paling tinggi terdapat pada
daun D. fruticosum dan rimpang S. zeylanica. Kandungan steroid tertinggi pada
daun L. purpureus dan P. rumphii, sedangkan senyawa fenol dan flavonoid
tertinggi pada daun L. purpureus. Pada daun D. fruticosum dan rimpang S.
zeylanica triterpen merupakan komponen utama pada senyawa metabolit,
sedangkan senyawa lain terdapat dalam jumlah yang rendah (Tabel 4). Menurut
Wagner (1985) senyawa alkaloid, terpenoid, kuinon, fenol, polisakarida dan
glikoprotein berpotensi sebagai tonikum, demikian juga golongan flavonoid
seperti flavones dan flavonols (Hollman et al. 1996).
Hasil uji fitokimia rimpang S. zeylanica mengandung senyawa fenol,
flavonoid, steroid dan terpenoid (Tabel 4). Madhavan et al. (2010) melaporkan
bahwa rimpang tanaman ini juga mengandung senyawa alkaloid, fitosterol, tanin
dan saponin. Masyarakat SAD menggunakan rimpang S. zeylanica sebagai obat
kuat. Rimpang dan akar S. zeylanica juga dimanfaatkan sebagai tonikum oleh
masyarakat Bangladesh (Bari et al. 2010). Fitosterol merupakan senyawa dari
golongaan steroid. Salah satu dari tumbuhan yang menghasilkan fitosterol
13
misalnya kedelai yang menghasilkan empat tipe utama fitosterol yaitu β-sitosterol,
stigmasterol, campesterol dan brassicasterol (Wang et al. 2011). Fitosterol
merupakan salah satu bahan dasar dari sintesis steroid (Malaviya dan Gomes
2008). Sukmaningsih et al. (2012) melaporkan bahwa fitosterol pada rebung dapat
meningkatkan hormon testoteron.
Tabel 4 Hasil analisis kualitatif senyawa fitokimia pada tumbuhan tonikum
Tumbuhan
D. fruticosum
L. purpureus
S. zeylanica
F. deltoidea
P. rumphii
A. vulgaris
Alkaloid
-
Fenol
+
+++
+
++
++
++
Hasil pengujian
Flavonoid
Steroid
+
++
+++
+++
+
+
++
++
++
+++
++
++
Triterpen
++++
++
++++
+++
+++
+
Keterangan:
: tidak mengandung senyawa
+
: sedikit
++
: sedang
+++ : banyak
++++ : sangat banyak
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa daun F. deltoidea mengandung
senyawa fenol, flavonoid, steroid dan terpenoid (Tabel 4). Amiera et al. (2014)
melaporkan bahwa selain senyawa tersebut daun F. deltoidea var. angustifolia
mengandung senyawa tanin, sedangkan F. deltoidea var. deltoidea mengandung
senyawa tanin dan saponin. Masyarakat Sunda memanfaatkan daun F. deltoidea
sebagai obat kuat, namun pemanfaatannya lebih luas dibandingkan rimpang S.
zeylanica karena dapat digunakan sebagai obat kuat untuk laki-laki maupun
perempuan. Nurdiana et al. (2012) melaporkan bahwa ekstrak air dan etanol dari
daun F. deltoidea dapat meningkatkan kadar testosteron, motilitas sperma dan
jumlah sperma. Potensi lain dari daun F. deltoidea sebagai uterotonic (pemperkuat
uterus) serta pengobatan setelah pendarahan (Amiera et al. 2014).
Hasil analisis fitokimia daun A. vulgaris dan P. rumphii menunjukkan
keberadaan senyawa fenol, flavonoid, terpenoid dan steroid (Tabel 4). Paarakh
dan Khosa (2009) melaporkan bahwa beberapa spesies dari genus Polyalthia juga
mengandung senyawa alkaloid.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Enam tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tonikum memiliki struktur
sekretori berupa sel idioblas, rongga sekretori dan trikoma kelenjar. Struktur
sekretori berupa sel idioblas dijumpai pada daun D. fruticosum, L. purpureus, F.
deltoidea, P. rumphii dan rimpang S. zeylanica. Rongga sekretori terdapat pada
daun D. fruticosum dan P. rumphii. Trikoma kelenjar dijumpai pada daun A.
vulgaris. Sel idioblas pada daun D. fruticosum, L. purpureus, S. zeylanica, F.
14
deltoidea mengandung senyawa lipofil dan terpenoid. Selain mengandung
senyawa tersebut sel idioblas pada daun F. deltoidea juga menghasilkan senyawa
alkaloid, sedangkan pada P. rumphii hanya mengandung senyawa lipofil. Rongga
sekretori pada daun D. fruticosum dan P. rumphii mengandung senyawa alkaloid.
Trikoma kelenjar pada daun A. vulgaris mengandung senyawa lipofil dan
terpenoid. Kandungan senyawa fitokimia yang dihasilkan oleh tumbuhan D.
fruticosum, L. purpureus, F. deltoidea, S. Zeylanica, P. rumphii dan A.vulgaris
adalah senyawa terpenoid, fenol, steroid, dan flavonoid.
Saran
Pengujian fitokimia secara kuantitatif dengan metode GC-HPLC agar
diketahui senyawa aktifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Amiera ZUR, Nihayah M, Wahida IF, Rajab NF. 2014. Phytochemical
characteristic and uterotonic effect of aqueous extract of Ficus deltoidea in
rats uterus. Pakistan J Biol Sci. 17(9): 1046-1051.
Backer CA, Van Den Brink RCB. 1963. Flora of Java. Volume ke-1. Groningen:
NVP Noordhoff.
___________________________. 1965. Flora of Java. Volume ke-2. Groningen:
NVP Noordhoff.
___________________________. 1968. Flora of Java. Volume ke-3. Groningen:
NVP Noordhoff.
Boix YF, Victorio CP, Defaveri ACA, Arruda R do carmo de oliveirea, Sato A,
Lage CLS. 2011. Glandular trichomes of Rosmarinus officinalis L:
anatomical and phytochemical analyses of leaf volatiles. Plant
Biosystems.145(4):848–856.
Cordeiro SZ, Sato A, do Carmo de Oliveira Arruda R, Simas NK. 2012. Volatile
compounds of Mandevilla guanabarica (Apocynoideae, Apocynaceae) from
three restingas in Rio de Janeiro, Brazilia. Biochem System and Ecol. 45:102–
107.
[Deptan] Departemen Kehutanan. 2010. Informasi Taman Nasional Bukit
Duabelas. Jambi (ID): Balai Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi.
[Depkes & Kesos] Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. 2000.
Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia (I). Jakarta (ID): Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
[Dishut] Dinas Kehutanan. 2007. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam TWA
Telaga Warna. [Internet]. [Diunduh 2014 November 11]. Tersedia pada:
http://dishut.jabarprov.go.id.
Fahn A. 1982.
Anatomi Tumbuhan. Soediarto A, Koesoemaningrat T,
Natasaputra M, Akmal H, penerjemah; Tjitrosomo SS, editor. Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Pr, Terjemah dari: Plant Anatomy. Ed ke 3.
Furr Y, Mahlberg PG. 1981. Histochemical analysis of laticefers and glandular
trichomes in Cannabis sativa. J Nat Prod. 44(2):153-159.
15
Haniya AK, Padma PR. 2014. Phytochemical investigation of methanolic extract
of Artemisia vulgaris L. Leaves. IJPBS. 5 (2):184-195.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Pasmawinata K, Soediro I, Penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung (ID): Penerbit ITB Press. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Ed ke 2.
Hayat MQ, Ashraf M, Khan M A, Yasmin G, Shaheen N, Jabeen S. 2009.
Diversity of foliar trichomes and their systematic implications in the genus
Artemisia (Asteraceae). Int J Agric Biol. 11 : 566–570.
Hollman, PCH, Hertog MGL, Katan MB. 1996. Analysis and health effects of
flavonoids. Food Chem. 57 (1) : 43-46.
Iranbakhsh A, Oshaghi MA, Majd M. 2006. Distribution atropine and scopolamine
in different organs and stages of development in Datura stramonium L.
(Solanaceae). Structure and ultrastructure of biosynthesizing cells. Acta Bio
Cracov Series Bot. 48(1): 13–18.
Jie LI, Mei X, Ya-fe LI, Maarten J, Die Z, Cai-yun W. 2010. Comparative studies
on trichomes of florist’s Chrysanthemum and Pyrethrum. Acta Horticulturae
Sinica. 3(9):1463–1470
Khafagi IK. 2007. Generation of alkaloid-containing idioblast during celluler
morphogenesis of Peganum harmala L. cell suspension cultures. American
J Plant Physiol. 2(1):17-26.
Madhavan V, Hemalatha HT, Guruveda MR, Yoganarasimhan. 2010.
Pharmacognostical studies on the rhizome and root of Smilax zeylanica Linn.
A potential alternate source for the Ayurvedic drug chopachinee. Ind J Nat
Prod and Resour. 1(3): 328-337.
Malaviya A, Gomes J. 2008. Androstenedione production by biotransformation of
phytosterols. Bioresource Technology. 99: 6725-6737.
Martins AR. 2010. New approaches to underground systems in Brazilian Smilax
species (Smilacaceae). J Torrey Bot Society. 137(2–3): 220–235.
Martin D, Tholl D, Gershenzon J, Bohlmann J. 2002. Methyl jasmonate induces
traumatic resin ducts, terpenoid resin biosynthesis, and terpenoid
accumulation in developing xylem of norway spruce stems. Plant Physiol.
129: 1003-1018.
Metcalfe C, Chalk L. 1979. Anatomy of The Dicotyledons. Oxford (GB):
Clarendon Press.
Nurdiana S, Idzham N, Zanariah AZ, Hakim ML. 2012. Effect of Ficus deltoidea
leaves extracts on blood clotting, sperm quality and testosterone level in
alloxan-induced male diabetic rats. Int J Pharm Sci. 13(1):111-114.
Ramawat KG. 2009. Herbal Drugs: Ethnomedicine to Modern Medicine.
Heidelberg (DE): Springer Verlag Pr.
Paarakh PM, Khosa RL. 2009. Phytoconstituents from the genus Polyalthia
a review. JP. 2(4), 594-605.
Retamales HA, Scherson R, Scharaschkin T. 2014. Foliar micromorphology and
anatomy of Ugni molinae Turcz. (Myrtaceae), with particular reference to
schizogenous secretory cavities. Rev Chil de Historia Nat. 87(1):27.
Sangwan NS, Kumar S, Srivastava S, Kumar A, Gupta A, Sangwan RS. 2010.
Recent developments on secondary metabolite biosynthesis in Artemisia
annua L. J Plant Biol. 37 (2):1–24.
16
Sasmita K, Mulyani W, Priyantoro B, David, Marpaung JP, Algopeng Z. 2011.
Pengenalan Tumbuhan Obat Taman Nasional Bukit Duabelas Jambi,
Indonesia. Jambi (ID): Balai Taman Nasional Bukit Duabelas.
Sass JE. 1951. Botanical Microtehnique. Iowa (US): Iowa State Coll Pr.
Siebert DJ. 2004. Localization of salvinorin a and related compounds in glandular
trichomes of the psychoactive sage, Salvia divinorum. Annals Bot. 93(6): 763771.
Siswono. 2009. Ekspedisi Ciliwung. Karim M, editor. Jakarta (ID): Kompas.
Subaryanti. 2005. Karakteristik komponen hasil dan mutu kencur (Kaempferia
galanga L.) pada lingkungan tumbuh yang berbeda. [Tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sugimura Y, Mori Y, Nitta I, Kotani E, Furusawa T, Tatsumi M, Ici KS, Wadas
M, Morita Y. 1999. Calcium deposition in idioblasts of mulberry leaves.
Annals bot. 83: 543-550.
Sukmaningsih AASgA, Widia IA, Antara NS, Kencana PD, Gunam IBW. 2012.
Rebung bambu tabah (Gigantochloa nigrociliata) sebagai bahan afrodisiak
pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. Universitas Udayana (ID). Pusat
Studi Ketahanan Pangan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat.
Suriawiria. 2000. Obat Mujarab dari Pekarangan Rumah. Jakarta (ID): Papas
Sinar Sinarti.
Victorio CP, Moreira CP, Souzac M da Costa, Sato A, Arruda R do carmo de
oliveira. 2011. Secretory cavities and volatiles of Myrrhinium atropurpureum
Schott var. atropurpureum (Myrtaceae): an endemic species collected in the
restingas of Rio de Janeiro, Brazil. NPC. 6(7): 1045–1050.
Wagner H. 1985. Immunostimulants From Medicinal Plants. Di dalam: Chang
HM, Yeung HW, Tso WW, and Koo A, editor. Chinese Medicinal Materials
Research. Singapura (SG):World Scientific Publ.
Wang FQ, Yao K, Wei ZD. 2011. From soybean phytosterols to steroid hormones.
Soybean and Health. [Internet]. [Diunduh 2015 Februari 23].
http://www.intechopen.com/books/soybean-and-health/from-soybean
phytosterols-to-steroid-hormones
17
Lampiran 1 Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian
Saledemo (D. fruticosum)
Kahitutan (L. purpureus)
Tabat barito (F. deltoidea)
Akar kancil (S. zeylanica)
Lokatmala (A. vulgaris)
Ganja sayur (P. rumphii)
18
Lampiran 2 Hasil uji fitokimia senyawa alkaloid
Pereaksi Mayer
Pereaksi Wagner
Pereaksi Dragendrof
1
3
2
6
5
4
Lampiran 3 Hasil uji fitokimia senyawa fenol
2
1
3
5
4
6
Lampiran 4 Hasil uji fitokimia senyawa triterpen dan steroid
1
4
3
2
5
Lampiran 5 Hasil uji fitokimia senyawa flavonoid
1
2
Urutan sampel
1. L. purpureus
2. F. deltoidea
3. A. vulgaris
4. D. fruticosum
5. P. rumphii
6. S. zeylanica
3
4
5
6
6
19
Lampiran 6 Komposisi reagen untuk pengujian histokimia
Pengujian
Komposisi reagen
Hasil positif
Terpenoid
0.05 g kristal kupri asetat/ml akuades
Kuning kecoklatan
Alkaloid
0.01 g iodin/ml + 0.01 g kristal kalium
iodida/ml
Coklat kemerahan
Kontrol alkaloid
5 g kristal asam tartarat + 100 ml alkohol
95%
Tidak berwarna
Senyawa lipofil
0.0003 g sudan IV/ml alkohol 70%
Jingga
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 September 1991, putri dari
bapak Djajadi dan ibu Suhana. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.
Penulis lulus dari MI Mathlaul Anwar pada tahun 2004 dan lulus dari MTS AlAulia pada tahun 2007. Tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 1 Cibungbulang, di
tahun yang sama penulis lolos seleksi jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam pada tahun 2010. Penulis merupakan penerima beasiswa
Bidikmisi tahun 2010.
Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa
Biologi (HIMABIO) sebagai Badan Pengawas pada tahun 2011-2012. Organisasi
eksternal kampus yang pernah diikuti yaitu Ikatan Mahasiswa Peduli Remaja
(IKPR) sebagai trainer dan pengisi kajian anak remaja. Penulis aktif mengajar di
SMP Al-Kautsar dan SMPIT Al-Ittihadiyah sebagai pengajar IPA Terpadu dan
Matematika. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Anatomi dan
Morfologi Tumbuhan dan Mikroteknik pada tahun 2014.
Penulis melaksanakan studi lapangan pada tahun 2012 di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang berjudul Keragaman Pisang Di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango dibimbing oleh Dr Rita Megia. Penulis
melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2013 di Balai Besar Penelitian
Tumbuhan Padi Kebun Percobaan Muara, Bogor yang berjudul Verifikasi
Ketahanan 19 Varietas Padi Unggul Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri
(Xanthomonas oryzae pv. Oryzae) Kelompok IV dan VIII di Rumah Kaca yang
dibimbing oleh Dr Ir Utut Widyastuti, MSi.