Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)
KONTINUITAS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI
KAYU RAKYAT
(Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten
Bogor)
DENY PUTRI JANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kontinuitas
Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan
Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Deny Putri Jana
NIM E14100055
ABSTRAK
DENY PUTRI JANA. Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan
Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten
Bogor). Dibimbing oleh YULIUS HERO dan HARDJANTO.
Pertumbuhan dan perkembangan industri berdampak pada permintaan kayu
yang semakin meningkat, namun potensi hutan alam mengalami penurunan.
Pemanfaatan kayu dari hutan rakyat sudah dijadikan alternatif pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri kayu khususnya di Pulau Jawa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi hutan rakyat dalam menyediakan
bahan baku industri pengolahan kayu di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea
Kabupaten Bogor. Data kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara wawancara
menggunakan metode recalling selama 5 tahun terakhir. Data tersebut dikaitkan
dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Potensi hutan
rakyat di Kecamatan Pamijahan lebih besar dibandingkan Kecamatan Ciampea.
Hutan rakyat di lokasi penelitian belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku
industri pengolahan kayu pada lokasi tersebut. Sebagian besar bahan baku industri
di Kecamatan Pamijahan berasal dari dalam kecamatan, sedangkan pada
Kecamatan Ciampea sebagian besar bahan baku industri berasal dari luar
kecamatan.
Kata kunci: bahan baku, hutan rakyat, industri kayu
ABSTRACT
DENY PUTRI JANA. The Continuity of Raw Material Availability for
Community Wood Processing Industry (Case Study at Sub-district of Pamijahan
and Ciampea in Bogor District). Supervised by YULIUS HERO and
HARDJANTO.
The growth and development of industry has impact to wood supply
increasing, but the natural forest potency is decreasing. Utilization of timber from
community private forest is become alternative for fulfill raw material demand of
wood industry especially in Java Island. This research aims to identifying the
contribution of community private forest industry for raw material supply of wood
processing industry at Pamijahan sub-district and Ciampea sub-district in Bogor
District. Data is collected through interview using recalling method for latest 5
years. The data is linked to the community private forest potency at Pamijahan
sub-district and Ciampea. The potential of community private forest in the
Pamijahan sub-district is greater than the Ciampea sub-district. The community
private forest at the research location couldn’t fulfil the raw material demand of
wood processing industry in that location. Most of the raw materials industry in
the Pamijahan sub-district come from the sub-districts, while the Ciampea subdistrict mostly industrial raw materials come from outside the sub-district.
Keywords: raw material, community private forest, wood industry
KONTINUITAS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI
KAYU RAKYAT
(Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten
Bogor)
DENY PUTRI JANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi
Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)
Nama
: Deny Putri Jana
NIM
: E14100055
Disetujui oleh
Dr Ir Yulius Hero, MSc
Pembimbing I
Prof Dr Ir Hardjanto, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.F
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan
November 2014 ini adalah Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku industri Kayu
Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Yulius Hero, MSc dan Prof Dr
Ir Hardjanto, MS selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, saran dan waktu
yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengumpulan data
skripsi ini, terutama kepada Euis Wahyuni, Muhammad Rifqi Tirta M, Wida
Ningrum, Winda Lismaya, Maizura Septi, Pebi Yusnita, Wilda Yunitra, Galuh
Ajeng, Lili Nurindah S dan Sukmandari Hersandini. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan dukungan yang diberikan. Terakhir, terima kasih penulis ucapkan kepada
teman-teman satu bimbingan, teman-teman wisma Green House, teman-teman
asrama TPB dan teman-teman Manajemen Hutan angkatan 47 atas dukungan dan
bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Deny Putri Jana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Waktu dan Lokasi
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
3
Metode Pengumpulan Data
3
Teknik Pengumpulan Data
4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Karakteristik Responden
6
Karakteristik Hutan Rakyat
8
Potensi Hutan Rakyat
9
Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat
10
Kontribusi dan Kontinuitas Kayu Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Bahan
Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat
15
Sumber Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat Berdasarkan Wilayah
Asal Bahan Baku
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sebaran umur responden
Tingkat pendidikan responden
Jenis pekerjaan responden
Tanggungan keluarga
Persentase luas lahan yang dimiliki oleh responden
Potensi hutan rakyat berdasarkan kelas diameter
Identitas industri pengolahan kayu rakyat
Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku
Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual
7
7
7
8
8
10
11
12
14
DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan jenis pohon dengan persentase jenis tanaman yang ditanam
oleh responden
2 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu
rakyat
3 Produk-produk yang dihasilkan industri pengolahan kayu rakyat
4 Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat
5 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan
6 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
7 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Ciampea
8 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Ciampea terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
9 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan
kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Pamijahan
10 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan
kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Ciampea
9
13
13
15
16
17
18
18
19
20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian
2 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di
Kecamatan Pamijahan
3 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di
Kecamatan Ciampea
4 Kebutuhan bahan baku kayu industri pengolahan kayu rakyat/tahun
5 Kebutuhan bahan baku/tahun, kebutuhan bahan baku/bulan dan
ketersediaan (potensi) hutan rakyat
6 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam
memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan
22
25
26
27
27
27
7 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam
memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan
8 Sumber bahan baku industri pengolahan kayu rakyat berdasarkan
wilayah asal bahan baku
27
28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan
dalam berbagai hal, termasuk kebutuhan kayu. Kondisi ini menyebabkan
permintaan kayu semakin meningkat dari waktu ke waktu. Begitu pula dengan
industri perkayuan makin lama semakin berkembang dan jumlahnya pun semakin
banyak. Sebaliknya, seiring dengan berjalannya waktu, potensi hutan semakin
menurun. Menurut Direktorat Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran Hasil Hutan
(2006), setelah tahun 1990-an sektor kehutanan mengalami kemunduran, potensi
hutan alam semakin menurun, hutan alam mengalami degradasi baik secara luasan
maupun kualitas. Semakin menurunnya potensi hutan alam ini, berakibat pada
kemampuan hutan untuk menyediakan pasokan bahan baku kayu juga akan
semakin menurun. Akibatnya, banyak industri kehutanan yang harus ditutup
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan bakunya
Penurunan pasokan bahan baku hutan alam menuntut adanya upaya untuk
mencari solusi dengan cara subtitusi bahan baku industri dengan pemanfaatan
kayu hasil dari budidaya masyarakat. Pada umumnya jenis kayu yang ditanam
oleh masyarakat adalah jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) yang
memiliki daur yang singkat sehingga akan lebih cepat menghasilkan. Pemanfaatan
kayu dari hutan rakyat ini sudah dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan bahan
baku industri kayu khususnya di Pulau Jawa.
Bogor Barat merupakan daerah yang memiliki produksi hutan rakyat
terbesar di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Bogor Tengah dan Bogor
Timur. Produksi hutan rakyat di Bogor Barat berdasarkan Monografi Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor (Distanhut 2008) adalah sebesar 30 858.48 m3.
Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Ciampea merupakan bagian dari wilayah
Bogor Barat yang memiliki hutan rakyat dan menyumbang produksi hutan rakyat
di Kabupaten Bogor. Besarnya potensi hutan rakyat pada suatu daerah akan
mempengaruhi jumlah industri pengolahan kayu di daerah tersebut. Semakin
banyak potensi yang dihasilkan, maka semakin banyak industri pengolahan kayu
yang muncul. Begitu pula dengan besar kecilnya kebutuhan bahan akan
tergantung pada jumlah industri. Bahan baku merupakan faktor penting dalam
menentukan berjalan atau tidaknya suatu industri. Oleh karena itu, penelitian
tentang kebutuhan bahan baku serta hubungannya dengan potensi hutan rakyat
yang dimiliki perlu dilakukan.
Assauri (1978) menyebutkan bahwa bahan baku merupakan salah satu
faktor yang penting, karena sangat menentukan bagi keberlanjutan sebuah
industri. Kekurangan bahan baku dapat menghambat proses produksi.
Ketersediaan bahan baku dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi
pembelian bahan baku maupun pemakaian bahan baku. Kondisi ini menyebabkan
keberadaan bahan baku disuatu industri tidak selalu tersedia sesuai dengan
kebutuhan. Ketidakpastian bahan baku yang dipergunakan di dalam industri pada
umumnya sering terjadi. Ketidakpastian ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu
ketidakpastian yang berasal dari dalam perusahaan dan ketidakpastian yang
berasal dari luar perusahaan (Ahyari 1984)
2
Industri pengolahan kayu rakyat memegang peranan sangat penting dalam
pemasaran kayu rakyat. Tingginya tingkat pertumbuhan industri harus pula diikuti
dengan pembangunan hutan rakyat yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar industri kecil pengolahan kayu menggunakan kayu rakyat sebagai
bahan baku industrinya. Kesinambungan antara suplai bahan baku yang berasal
dari kayu rakyat sangat diharapkan, karena proses produksi pada industri
pengolahan kayu rakyat akan terhambat jika bahan baku tidak kontinyu (Pribadi
2001). Ketersediaan bahan baku baku kayu rakyat merupakan hal yang sangat
penting dalam menentukan besar kecilnya produksi pada suatu industri kayu dan
sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan industri pengolahan kayu rakyat.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung potensi hutan rakyat di lokasi
penelitian, mengidentifikasi kontribusi hutan rakyat terhadap pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu serta mengidentifikasi sumber
bahan baku industri berdasarkan wilayah asal bahan baku di Kecamatan
Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi hutan rakyat,
kebutuhan bahan baku industri kayu rakyat dan asal bahan baku kayu rakyat yang
berada Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Informasi ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan hutan
rakyat kedepannya dan sebagai informasi untuk penelitian lainnya mengenai hutan
rakyat.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2014 di
Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pada
setiap kecamatan dipilih masing-masing dua desa yang termasuk memiliki lahan
kering yang luas yaitu Desa Purwabakti dan Desa Cibunian untuk Kecamatan
Pamijahan serta Desa Benteng dan Desa Tegal Waru untuk Kecamatan Ciampea.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai panduan dalam kegiatan
wawancara, alat tulis, laptop, kamera untuk keperluan dokumentasi, serta tali
tambang, pita ukur dan walking stik untuk kegiatan pengukuran di lapangan.
3
Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara langsung dengan
pemilik industri kayu pengolahan kayu rakyat dan petani hutan rakyat serta
melakukan pengukuran langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan
diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Kantor
Kecamatan Pamijahan dan Kantor Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data industri pengolahan kayu
rakyat, identitas petani hutan rakyat dan pendugaan potensi hutan rakyat. Data
industri pengolahan kayu rakyat meliputi: identifikasi perusahaan, bahan baku dan
produk. Identifikasi perusahaan terdiri dari nama pemilik, tahun berdiri, jumlah
mesin yang dimiliki dan kapasitas industri. Untuk bahan baku berupa asal bahan
baku, jenis kayu yang digunakan, harga beli bahan baku dan kebutuhan baku per
bulan. Produk, meliputi jenis produk yang dihasilkan dan harga jual berdasarkan
ukuran dan produk. Data identitas petani meliputi nama responden, umur,
pendidikan, pekerjaan serta tanggungan keluarga. Untuk pendugaan potensi hutan
rakyat dihitung berdasarkan pengukuran pohon di lapangan yang meliputi
pengukuran diameter dan tinggi, untuk memperoleh volume pohon.
Metode Pengumpulan Data
Lokasi Hutan Rakyat
Penentuan lokasi hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling melalui survei pendahuluan, sehingga diperoleh 2 Kecamatan
sebagai contoh yaitu Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Pada masing-masing
kecamatan ini dipilih 2 desa contoh berdasarkan pertimbangan waktu, akses,
tenaga dan biaya serta potensi hutan rakyat yang dimiliki.
Petani Hutan Rakyat
Penentuan petani hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Petani yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah petani yang memiliki hutan rakyat. Jumlah responden petani hutan rakyat
pada penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, yang tersebar pada 4 desa contoh.
Pada masing-masing desa dipilih sebanyak 15 petani hutan rakyat.
Pendugaan Potensi Hutan Rakyat
Potensi hutan rakyat diketahui melaui pengukuran dimensi pohon di
lapangan yang berupa diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang pada pohon
yang memiliki diameter minimal 10 cm. Pengukuran dilakukan dengan cara
membuat plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0.1 ha atau dengan jari-jari
17.8 m untuk lahan petani yang lebih dari 0.1 Ha, namun untuk lahan yang kurang
dari 0.1 Ha pengukuran dilakukan dengan cara sensus.
Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Penentuan industri sebagai responden dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Industri yang dijadikan responden adalah industri
4
pengolahan kayu rakyat yang telah berdiri minimal 5 tahun. Diperoleh sebanyak 6
industri sebagai responden pada penelitian ini yang tersebar pada 2 kecamatan,
yaitu Kecamatan Pamijahan dan Cimpea. Pada Kecamatan Pamijahan ditemukan
sebanyak 4 industri dan di Kecamatan Ciampea ditemukan 2 industri. Data
diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan teknik recalling.
Teknik Pengumpulan Data
1.
2.
3.
4.
Teknik yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut :
Teknik observasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat langsung
keadaan hutan rakyat yang ada di desa contoh.
Teknik wawancara, pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab
langsung dengan responden pemilik industri pengolahan kayu rakyat maupun
petani hutan rakyat dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan dalam
proses wawancara.
Metode pengukuran, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran
langsung dimensi pohon di lapangan untuk mengetahui potensi hutan rakyat
yang ada di desa contoh.
Studi pustaka, metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari
dokumen-dokumen terkait ataupun hasil penelitian yang serupa, dan sumbersumber pustaka yang berkaitan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Karakteristik Petani Hutan Rakyat
Data karakteristik petani hutan rakyat diolah dan dianalisis secara
deskriptif, meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan serta tanggungan keluarga dan
disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan keadaan umum dari petani
hutan rakyat pada Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Pendugaan Potensi Hutan Rakyat
Pendugaan potensi hutan rakyat dihitung berdasarkan hasil pengukuran
pohon di lapangan, meliputi : diameter setinggi dada dan tinggi pohon bebas
cabang. Data diameter dan tinggi pohon diolah untuk mendapatkan volume pohon.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung potensi adalah sebagai berikut.
1.
Volume tegakan per hektar
Vi
= 0.25 x π x D2 x T x F
Vt/plot = ∑ vi
olume tega an plot
t ha
=
p
Keterangan :
Vi = Volume pohon ke-i (m3)
π = Konstanta (3.14)
D = Diameter pohon setinggi dada (m)
T = Tinggi bebas cabang pohon (m)
5
Vt = Volume tegakan (m3)
Lp = Luas plot contoh (0.1 Ha)
F = Faktor angka bentuk pohon (0.7)
2.
Volume rata-rata per kecamatan
Untuk potensi rata-rata di satu kecamatan diperoleh dengan mengalikan
volume rata-rata contoh per kecamatan dengan luas hutan rakyat yang ada di
kecamatan tersebut. Volume rata-rata contoh per kecamatan diperoleh dengan
membagi jumlah seluruh potensi tegakan per plot di satu kecamatan dengan
jumlah seluruh plot contoh di kecamatan tersebut.
Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Data karakteristik industri pengolahan kayu rakyat yang meliputi status
kepemilikan, tahun berdiri, jenis usaha, jumlah alat dan kapasitas industri. Datadata tersebut disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran tentang
industri pengolahan kayu rakyat yang ada di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea
Kabupaten Bogor.
Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Kebutuhan Bahan Baku
Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Kontribusi hutan rakyat terhadap ketersediaan kebutuhan bahan baku
industri pengolahan kayu diperoleh dengan menghitung persentase potensi hutan
rakyat di masing-masing kecamatan (Kecamatan Pamijahan dan Ciampea)
terhadap rata-rata kebutuhan bahan baku industri per tahun masing-masing
kecamatan tersebut. Data mengenai potensi hutan rakyat dan kebutuhan bahan
baku industri pada penelitian ini adalah data 5 tahun terakhir dan disajikan dalam
bentuk gambar.
Sumber Bahan Baku dalam Pemenuhan Kebutuhan Industri berdasarkan
Asal
Sumber bahan baku pada penelitian ini dibedakan menjadi 3, yaitu: berasal
dari dalam kecamatan, luar kecamatan (masih dalam satu kabupaten) dan luar
kabupaten. Besarnya kebutuhan bahan baku yang berasal dari dalam kecamatan,
dari luar kecamatan dan dari luar kabupaten dihitung dengan cara mengalikan
persentase bahan baku yang diperoleh dari masing-masing wilayah asal dengan
jumlah bahan baku yang digunakan per tahun. Informasi mengenai sumber bahan
baku disajikan dalam bentuk gambar.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Pamijahan
Berdasarkan buku monografi Kecamatan Pamijahan (2012), Kecamatan
Pamijahan terdiri dari 15 desa dengan luas wilayah 8089 Ha dan ketinggian
berkisar antara 550 sampai 800 meter di atas permukaan laut. Desa Purwabakti
dan Desa Cibunian merupakan desa yang berada dalam Kecamatan Pamijahan.
Desa Purwabakti memiliki luas wilayah 1662 Ha, dengan jarak dari pusat
pemerintahan yaitu 18 Km dari kecamatan, 55 Km dari kabupaten dan 145 Km
dari provinsi. Desa Cibunian memiliki luas wilayah 1248 Ha, jarak dari pusat
pemerintahan yaitu sejauh 17 Km dari kecamatan, 78 Km dari kabupaten dan 128
Km dari provinsi. Masyarakat di Kecamatan Pamijahan juga memiliki agama
yang beragam, yaitu agama Islam, Katolik dan Protestan, namun mayoritas
masyarakatnya beragama Islam.
Kecamatan Ciampea
Berdasarkan buku monografi Kecamatan Ciampea (2014), Kecamatan
Ciampea terdiri dari 13 desa dengan luas wilayah sebesar 3059 Ha dan ketinggian
berkisar antara 200 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Desa Benteng dan
Desa Tegal Waru merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Desa
Benteng memiliki luas wilayah 248.5, dengan jarak dari pusat pemerintahan yaitu
sejauh 1 Km dari kecamatan, 25 Km dari kabupaten dan 130 Km dari provinsi.
Desa Tegal Waru memiliki luas wilayah 338 Ha, jarak dari pusat pemerintahan
yaitu sejauh 2.5 Km dari kecamatan, 25 Km dari kabupaten dan 132 Km dari
provinsi. Untuk agama, masyarakat di Kecamatan Ciampea memiliki agama yang
beragam, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, namun
sebagian besar masyarakatnya adalah beragama Islam.
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 60 responden yang tersebar di 4
desa, petani yang dipilih sebagai responden adalah petani yang memiliki hutan
rakyat. Responden memiliki umur yang berbeda-beda, mayoritas petani hutan
rakyat berada pada sebaran umur 51 sampai 60 tahun, yaitu sebesar 36.7% dengan
jumlah 22 orang responden. Sebanyak 20 orang responden berada pada sebaran
umur 41 sampai 50 tahun dengan persentase sebesar 33.3%. Tabel 1 menunjukkan
sebaran umur responden.
7
Tabel 1 Sebaran umur responden
Rentang umur
(tahun)
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Jumlah responden
(orang)
3
7
20
22
3
5
Persentase
(%)
5.0
11.7
33.3
36.7
5.0
8.3
Tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian masih tergolong rendah.
Sebagian besar responden adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75%
dengan jumlah 45 orang, sedangkan untuk lulusan Sarjana berjumlah 0% atau
tidak ada responden yang lulusan sarjana. Faktor yang menyebabkan masih
rendahnya tingkat pendidikan ini adalah keadaan ekonomi masyarakat yang masih
sulit. Rendahnya tingkat pendidikan ini juga dikarenakan sebagian besar
responden memiliki umur yang lebih dari 40 tahun, dimana pada zaman
responden masih muda pendidikan SD sudah dianggap cukup dan kebanyakan
tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (Oktaviarini 2014).
Tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 2.
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Tabel 2 Tingkat pendidikan responden
Jumlah responden
Persentase
(orang)
(%)
1
1.7
45
75.0
5
8.3
9
15.0
0
0.0
Responden pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani
sawah, dengan persentase sebesar 90%. Responden yang memiliki pekerjaan
sebagai PNS berjumlah 1 orang dari total keseluruhan responden. Banyaknya
masyarakat yang memiliki mata pencarian sebagai petani ini disebabkan karena
bertani sudah menjadi budaya masyarakat yang turun temurun dilakukan, selain
itu hal ini juga berhubungan dengan tingkat pendidikan petani yang masih rendah
sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi PNS ataupun pegawai Swasta yang
memiliki standar pendidikan minimal (disajikan pada Tabel 3).
Pekerjaan
Petani
Wiraswasta
PNS
Tabel 3 Jenis pekerjaan responden
Jumlah responden
(orang)
54
5
1
Persentase
(%)
90.0
8.3
1.7
8
Tanggungan keluarga responden sebagian besar berkisar antara 3 sampai 5
orang yaitu sebanyak 60% responden. Banyaknya responden yang memiliki
tanggungan keluarga 3 sampai 5 orang disebabkan karena sebagian besar
responden memiliki umur yang masih kurang dari 60, pada saat umur tersebut
masih banyak diantara responden memiliki anak yang belum menikah dan masih
tanggungan responden. Jumlah tanggungan keluarga responden disajikan pada
Tabel 4.
Tanggungan keluarga
(orang)
2
3-5
6-8
9
Tabel 4 Tanggungan keluarga
Jumlah responden
(orang)
13
36
10
1
Persentase
(%)
21.7
60.0
16.7
1.7
Karakteristik Hutan Rakyat
Hutan rakyat merupakan hutan yang dibebani hak atas tanah dan sering
disebut hutan milik. Hutan rakyat di Jawa pada umumnya hanya sedikit yang
memenuhi kriteria luasan hutan yaitu 0.25 Ha. Luasan lahan yang sempit
mendorong pemiliknya untuk memanfaatkan hutan yang dimiliki dengan
seoptimal mungkin (Hardjanto 2000). Hutan rakyat yang dimiliki oleh responden
memiliki luas yang beda-beda, mulai dari 0.0125 Ha sampai dengan 2.25 Ha.
Luas lahan 0.0125 Ha ini ditemukan di Kecamatan Ciampea. Hal ini disebabkan
karena luas lahan di Kecamatan Ciampea lebih kecil dibandingkan dengan
Kecamatan Pamijahan sehingga rata-rata responden yang di Kecamatan Ciampea
memiliki luas lahan yang lebih kecil dari Pamijahan. Untuk Kecamatan Pamijahan
rata-rata luas lahan hutan rakyat yang dimiliki masing-masing responden adalah
0.5 Ha dan Kecamatan Ciampea 0.3 Ha. Berdasarkan data yang diperoleh, luas
lahan yang dimiliki sebagian besar responden kurang dari 0.25 Ha, dengan
persentase sebesar 45% dari total keseluruhan responden (disajikan pada Tabel 5).
Tabel 5 Persentase (%) luas lahan yang dimiliki oleh responden
Luas lahan (Ha)
No Kecamatan Desa
0.0125-0.25
0.25-0.5
0.5-2.25
1
Pamijahan
Purwabakti
10
7
8
Cibunian
8
8
8
2
Ciampea
Benteng
15
10
0
Tegal Waru
12
8
5
Total
45
33
22
Pada umumnya, lahan yang dimiliki oleh petani terpisah menjadi beberapa
blok di daerah yang yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan
yang dimiliki oleh responden merupakan tanah warisan dari orang tuanya, namun
sebagian laiinya diperoleh dengan cara membeli sehingga satu orang petani bisa
9
memiliki lahan di beberapa tempat. Sebagian besar petani pada lokasi penelitian
menerapkan pola tanam campuran, hanya terdapat satu orang petani di Kecamatan
Ciampea yang menerapkan pola monokultur dalam kegiatan pengelolaan hutan
rakyat. Untuk kegiatan penebangan biasanya dilakukan petani untuk memenuhi
kebutuhan atau dijual (ditebang) pada saat ada kebutuhan. Sistem penebangan
seperti ini sering disebut “daur butuh”.
Potensi Hutan Rakyat
Persentase jenis tanaman (%)
Jenis-jenis pohon yang banyak ditanam oleh petani hutan rakyat di
antaranya: Sengon (Paraserianthes falcataria), Mahoni (Swietenia macrophylla),
Kayu afrika (Maesopsis eminii) dan Jabon (Anthocephalus cadamba). Jenis pohon
yang paling banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea
adalah jenis Sengon dengan jumlah sebesar 95% dari total responden (disajikan
pada Gambar 1)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
95
60
sengon
mahoni
31.7
26.7
afrika
jabon
Jenis pohon
Gambar 1 Hubungan jenis pohon dengan persentase jenis tanaman yang ditanam
oleh responden
Berdasarkan hasil wawancara, alasan petani hutan rakyat memilih jenis
tanaman sengon adalah karena daurnya lebih cepat dan pemeliharaannya lebih
mudah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Hadi dan Napitupulu 2012) yang
menyebutkan bahwa Sengon merupakan pilihan tepat karena memiliki umur
panen yang lebih singkat serta karakter kayu yang ringan dan indah warnanya.
Selain itu, cukup banyak kelebihan mulai dari pembudidayaannya yang mudah,
mudah tumbuh, mudah diusahakan dan memiliki harga yang cukup bagus.
Selain memiliki daur yang lebih cepat petani juga mempertimbangkan
harga jual, seperti hal nya jenis mahoni. Jenis mahoni memiliki daur yang lebih
lama, namun cukup banyak petani yang menanam jenis ini. Jumlah petani yang
menanam jenis mahoni ini mencapai 60%, yang merupakan jenis terbanyak kedua
yang paling sering ditanam oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena harga jual
kayu jenis mahoni lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya dan permintaan
pasar untuk jenis ini juga cukup bagus.
10
Tabel 6 Potensi hutan rakyat berdasarkan kelas diameter
Kecamatan
Pamijahan
(Luas:
1196 Ha)
Ciampea
(Luas:
224 Ha)
Potensi
Jumlah rata-rata / Ha (batang)
Total batang
Volume rata-rata / Ha (m3)
Total volume (m3)
Jumlah rata-rata / Ha (batang)
Total batang
Volume rata-rata / Ha (m3)
Total volume (m3)
10-15
157.33
188 316.99
5.66
6778.75
177.33
39 882.27
6.88
1546.44
Diameter (cm)
16-20
47.33
56 654.69
3.54
4239.74
43.33
9744.92
3.61
811.89
>20
45.33
54 256
7.71
9228.33
28
6297.20
5.23
1176.23
Tabel 6 menunjukkan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan
Ciampea. Rata-rata volume/ha terbesar di Kecamatan Pamijahan berada pada
diameter lebih dari 20 cm sebesar 7.71 m3/ha sedangkan volume rata-rata/ha
terkecil berada pada diameter 16 cm sampai 20 cm sebesar 3.54 m3/ha. Hal ini
berbeda dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Ciampea dengan volume ratarata/ha terbesar berada pada diameter 10 cm sampai 15 cm sebesar 6.88 m3/ha
sedangkan terkecil berada pada diameter 16 cm sampai 20 cm sebesar 3.61 m3/ha.
Secara rata-rata volume/ha potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan
Ciampea tidak jauh berbeda, namun untuk volume total Kecamatan Pamijahan
dan Ciampea memiliki potensi yang jauh berbeda. Kecamatan Pamijahan
memiliki potensi hutan rakyat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan
Ciampea. Volume total terbesar di Kecamatan Pamijahan terdapat pada pohon
yang memiliki diameter lebih dari 20 cm sebesar 9228.33 m3, sedangkan volume
terkecil diperoleh dari pohon yang memiliki diameter 16 cm sampai 20 cm dengan
total volume sebesar 4239.74 m3. Volume pohon untuk Kecamatan Ciampea
terbesar terdapat pada pohon yang memiliki diameter 10 cm sampai 15 cm dengan
total volume 1546.44 m3, sedangkan volume terkecil diperoleh dari pohon
berdiameter 16 cm sampai 20 cm dengan total volume sebesar 811.89 m3
(disajikan pada Tabel 6, Lampiran 2 dan Lampiran 3). Perbedaan potensi hutan
rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea disebabkan karena luas hutan yang
dimiliki sangat jauh berbeda. Berdasarkan Monografi Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor (Distanhut 2012) luas hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan
mencapai 1196.9 Ha, sedangkan luas hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya
224.9 Ha.
Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Industri pengolahan kayu rakyat di lokasi penelitian merupakan industri
dengan skala kecil. Pembagian kelas industri penggergajian dibagi menjadi 3
kategori, yaitu penggergajian besar, penggergajian sedang dan penggergajian kecil.
Kelas industri penggergajian yang termasuk dalam penggergajian besar adalah
yang memiliki produksi rata-rata sebesar 12 000 m3 per tahun, penggergajian
sedang dengan produksi rata-rata 3000 m3 sampai 12 000 m3 per tahun, dan
tergolong penggergajian kecil jika memiliki produksi rata-rata kurang dari 3000
m3 per tahun (Djajapertjunda dan Djamhuri 2013). Berdasarkan kriteria kelas
industri diatas, Industri pengolahan kayu rakyat di lokasi penelitan dimasukkan
11
pada industri dengan skala kecil karena produksi rata-rata per tahun kurang dari
3000 m3, yaitu 2031.24 m3 per tahun. Produksi rata-rata per tahun masing-masing
industri berturut-turut adalah 2738.80 m3, 2645.34 m3, 2066.08 m3, 1644.60 m3,
1616.04 m3 dan 1476.59 m3. Informasi mengenai identitas industri disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Identitas industri pengolahan kayu rakyat
No
Pemilik
Lokasi
Tahun
berdiri
1
Responden 1
Desa Cimayang, Kec.
Pamijahan
2008
Kapasitas
industri
(m3/bulan)
192
Jumlah
mesin
Jumlah
pekerja
1
4
2
Responden 2
Desa Cibunian, Kec.
Pamijahan
1997
192
1
2
3
Responden 3
Desa Cibunian, Kec.
Pamijahan
2008
192
1
4
4
Responden 4
Desa Gunung Minan,
Kec. Pamijahan
1998
384
2
5
5
Responden 5
Desa Cihideung Hilir,
Kec. Pamijahan
2004
192
1
4
6
Responden 6
Desa Bojong Jengkol,
Kec. Pamijahan
2006
384
2
6
Alat yang digunakan dalam jumlah yang sedikit, mesin Bandsaw adalah
alat yang digunakan pada industri sebagai alat potong atau belah dalam mengolah
kayu. Bahan bakar yang digunakan mesin Bandsaw adalah solar, dalam satu hari
rata-rata industri membutuhkan 10 sampai 15 liter solar untuk jam kerja mulai
pukul 08.00 sampai 16.00. Jumlah pekerja pada industri pengolahan kayu pada
lokasi penelitian berkisar antara dua sampai enam orang dan jumlah mesin yang
dimiliki industri rata-rata satu sampai dua mesin. Banyaknya jumlah tenaga kerja
tergantung pada jumlah mesin yang dimiliki oleh industri, semakin banyak mesin
yang dimiliki maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kapasitas produksi merupakan kemampuan suatu pabrik atau industri
untuk memproduksi dan mengolah suatu barang (input) menjadi barang baru
(output). Tinggi rendahnya kapasitas industri ini menggambarkan besar kecilnya
suatu industri (Ratnaningrum 2009). Kapasitas industri dipengaruhi oleh jumlah
mesin yang dimiliki dan jumlah tenaga kerja. Rata-rata kapasitas industri
pengolahan kayu di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea adalah sebesar 192 m3
per bulan untuk industri yang memiliki satu mesin. Kapasitas terpasang industri
ini pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh industri pengolahan kayu rakyat.
Jumlah bahan baku per bulan yang digunakan oleh industri pengolahan kayu
rakyat lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas industri yang dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara dari enam industri yang terdapat di
Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Ciampea terdapat dua industri yang paling
lama berdiri, yaitu industri yang dimiliki oleh responden satu dan responden
empat. Kedua industri pengolahan kayu ini telah berdiri lebih dari 15 tahun, yang
12
berlokasi di Desa Gunung Minan dan Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan. Hal
ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi yang cukup
bagus dalam menyediakan bahan baku kayu bagi industri di sekitarnya, terutama
bagi kedua industri ini sehingga masih bisa bertahan sampai saat ini (disajikan
pada Tabel 7).
Tabel 8 Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku
No
Pemilik
Jenis bahan baku
Hargabeli/pohon
(Rp)
35 000 – 200 000
Asal bahan baku
1
Responden 1
Sengon, Afrika
2
Responden 2
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 100 000
Kec.Pamijahan (Desa
Cibunian, Desa
Cikondang dan Desa
Purwabakti)
3
Responden 3
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 100 000
Kec. Pamijahan (Desa
Ciasmara, Desa
Purwabakti dan Desa
Cibunian) dan
Kec.Leuwiliang
4
Responden 4
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 200 000
Kec. Pamijahan
5
Responden 5
Sengon, Jabon,
Mahoni, pohon
buah
300 000 – 400 000
Kec. Dramaga dan Prov.
Banten
6
Responden 6
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 200 000
Kec. Leuwiliang, Kec.
Ciampea dan Kec.
Dramaga
Kec. Pamijahan (Desa
Gn.pete) dan
Kec.Cibungbulang (Desa
Galuga)
Bahan baku yang digunakan industri pengolahan kayu rakyat pada
umumnya adalah jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species), namun pohon
buah juga sering digunakan. Jenis kayu fast growing species yang digunakan
biasanya adalah jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Kayu Afrika
(Maesopsis eminii). Bahan baku diperoleh dari beberapa daerah, di Kecamatan
Pamijahan bahan baku diperoleh dari dalam kecamatan (Ds. Gunung Ds. Peuteuy,
Ds. Cibunian, Ds. Cikondang, Ds. Purwabakti dan Ds. Ciasmara), Kecamatan
Cibungbulang (Ds. Galuga) dan Kecamatan Leuwiliang. Pada Kecamatan
Ciampea bahan baku yang diperoleh berasal dari Kecamatan Cimpea, Kecamatan
Dramaga, Kecamatan Leuwiliang dan Provinsi Banten (disajikan pada Tabel 8).
Harga beli bahan baku tergantung pada besar diameter dan kemudahan
untuk mencapai areal hutan rakyat (aksesibilitas). Penebangan banyak dilakukan
ketika tegakan berdiameter masih kecil dan belum layak untuk tebang sehingga
pendapatan yang diterima petani relatif kecil. Kayu yang berada pada daerah yang
13
memiliki aksesibilitas yang baik akan memiliki harga beli yang lebih tinggi
dibandingkan kayu yang memiliki akses yang susah untuk dicapai. Hal ini
disebabkan karena jika akses untuk mencapai lokasi sulit dijangkau, maka biaya
yang dikeluarkan untuk proses pengangkutan kayu dari lokasi hutan rakyat sampai
ke industri akan semakin besar sehingga harga beli pohon kepada petani hutan
rakyat harus dikurangi. Harga beli pohon ini juga tergantung pada jenis kayu, ratarata harga beli kayu di lokasi penelitian berkisar antara Rp. 35 000 sampai Rp.
400 000. Harga ini berada di bawah kisaran harga menurut Witantriasti (2010)
yaitu Rp. 110 000 per pohon untuk diameter < 20 cm, Rp. 200 000 sampai Rp.
270 000 per pohon untuk diameter 20 sampai 29 cm dan untuk diameter yang >
30 cm dijual dengan harga Rp 300 000 sampai Rp 340 000 per pohon untuk
pohon jenis Sengon dan Afrika dalam keadaan berdiri. Untuk jenis mahoni harga
berkisar antara Rp 500 000 (diameter 20 cm sampai 29 cm) sampai Rp 1 500 000
(>30 cm)
(a)
(b)
Gambar 2 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu
rakyat, kayu bulat (a) dan balken (b)
Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri terdiri dari kayu bulat
dan balken (dapat dilihat pada Gambar 2). Pada umumnya industri membeli bahan
baku melalui perantara tengkulak. Sistem pembelian pohon yang dilakukan oleh
tengkulak adalah dengan sistem borongan dan per pohon. Bahan baku yang
digunakan oleh industri umumnya dibeli dalam bentuk pohon berdiri, dimana
dengan sistem ini petani memperoleh hasil bersih. Petani tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk kegiatan penebang ataupun pengangkutan. Banyaknya
petani yang menjual pohon dalam keadaan pohon berdiri ini disebabkan karena
keterbatasan alat yang dimiliki, beberapa faktor lain diantaranya kurangnya modal
yang dimiliki oleh petani untuk menjual pohon dalam bentuk kayu bulat, jumlah
pohon yang akan ditebang sedikit dan kurangnya informasi dan akses petani
terhadap pasar (Oktaviarini 2014).
(a)
Gambar 3
(b)
(c)
Produk-produk yang dihasilkan industri pengolahan kayu rakyat,
bahan bangunan (a), papan petong (b) dan pallet (c)
14
Tabel 9 Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual
No
Pemilik
Jenis produk
Ukuran
1
Rsponden 1
Balok
Papan
Galar
Kaso
Reng
Pallet
(tatakan kaca)
2
Responden 2
Balok
Papan petong
3
Responden 3
Papan petong
4
Responden 4
5
Responden 5
6
Responden 6
Balok
Papan
Galar
Kaso
Reng
Balok
Papan
Galar
Kaso
Reng
Balok
Galar
Kaso
Reng
palet
(tatakan es)
6 cm x 12 cm x 4 m
2 cm x 10 cm x 3 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
3 cm x 4 cm x 4 m
1.4 m x 2 m
1.4 m x 1.7 m
1.4 m x 1.2 m
6 cm x 12 cm x 4 m
1.5 cm x 16 cm x 2 m
2 cm x 4 cm x 2 m
1.5 cm x 16 cm x 2 m
2 cm x 4 cm x 2 m
6 cm X 12 cm x 4 m
2 cm x 10 cm x 4 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
3 cm x 4 cm x 4 m
6 cm X 12 cm x 4 m
2 cm x 10 cm x 4 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
2 cm x 3 cm x 4 m
6 cm X 12 cm x 4 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
2 cm x 3 cm x 4 m
1,2 m x 1 m (diserut)
1,2 m x 1 m (tidak diserut)
Harga jual
(Rp)
70 000
7 000
35 000
15 000
10 000
65 000
50 000
43 000
50 000
5 400
1 250
5 400
1 250
70 000
15 000
35 000
15 000
10 000
60 000
15 000
40 000
18 000
5 000
60 000
40 000
18 000
5 000
70 000
20 000
Produk-produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu rakyat
terdiri dari balok, papan, galar, kaso, reng, pallet (tatakan es krim dan tatakan
kaca), papan petong. Petong merupakan istilah lain dari lemari TV atau lemari
pakaian yang berukuran kecil. Industri pengolahan kayu yang memproduksi papan
petong hanya ada dua dari enam industri yang berlokasi di Desa Cibunian
Kabupaten Pamijahan. Produk yang dihasilkan oleh industri harus disesuaikan
dengan permintaan konsumen. Permintaan terbanyak di Desa Cibunian dan Desa
Purwabakti adalah papan petong, sehingga produk yang dihasilkan oleh industri
adalah papan petong. Harga jual dari produk-produk yang dihasilkan oleh industri
pengolahan kayu rakyat akan berbeda satu dengan lainnya, tergantung jenis kayu,
jenis produk dan ukuran.
Produk yang dihasilkan dijual secara eceran (per lembar) dan per m 3.
Balok, papan, galar, kaso dan reng biasanya dijual per lembar. Untuk produk
berupa balok harga jual per lembarnya berkisar antara Rp. 60 000 sampai Rp. 70
000. Balok yang memiliki harga jual Rp. 60 000 adalah yang berbahan baku kayu
sengon dan kayu afrika, sedangkan untuk balok dengan harga Rp. 70 000 adalah
yang berbahan baku kayu mahoni. Uukuran balok hasil olahan industri biasanya
menggunakan ukuran standar, yaitu 6 cm x 12 cm x 4 m. Jenis papan dengan
ukuran standar 2 cm x 10 cm x 4 m memiliki harga jual Rp 15 000, Galar dengan
ukuran 5 cm x 10 cm x 4 m memiliki harga Rp. 35 000 sampai Rp. 40 000, Kaso
15
dengan ukuran 4 cm x 6 cm x 4 m memiliki harga jual Rp 15 000 sampai Rp. 18
000 dan Reng dengan ukuran 3 cm x 4 cm x 4 m memiliki harga jual Rp. 10 000.
Selain balok, papan, galar, kaso dan reng, produk lain dari industri berupa
papan untuk bahan petong dan pallet (tatakan kaca dan es). Produk berupa papan
untuk bahan petong juga memiliki harga yang berbeda, tergantung ukuran papan.
Harga jual papan petong berkisar antara Rp. 1250 sampai Rp. 5400 per lembar.
Jenis produk berupa pallet biasanya dijual per unit, harga tergantung pada ukuran.
Pallet untuk tatakan kaca memiliki harga jual berkisar antara Rp. 43 000 sampai
Rp. 65 000 per unit. Pallet untuk tatakan es juga memiliki harga berbeda, namun
perbedaan harga ini bukan karena ukuran pallet yang dibuat, tapi kualitas kayu
yang digunakan sebagai bahan untuk membuat pallet. Pallet dengan bahan yang
diserut memiliki harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pallet dengan
bahan baku tidak diserut (disajikan pada Tabel 9).
Selain menghasilkan produk, industri pengolahan kayu juga menghasilkan
limbah dalam proses produksinya. Limbah dari hasil olahan kayu terdiri dari kayu
bakar dan serbuk gergaji. Limbah berupa kayu bakar dijual per mobil pickup
kepada industri batu bata begitu juga dengan serbuk gergaji yang dijual per
karung. Harga per mobil berkisar antara Rp. 70 000 sampai Rp. 120 000. Serbuk
gergaji dijual perkarung dengan kisaran harga Rp 1200 sampai Rp. 2000
(dokumentasi limbah hasil penggergajian kayu dapat dilihat pada Gambar 4).
Perbedaan harga pada jenis produk yang sama antara industri satu dengan lainnya
disebabkan oleh tingkat pengolahan yang intensif, kemampuan membaca peluang
dan kondisi pasar, serta banyaknya rekan kerja dan jangkauan pemasaran
(Oktaviarini 2014).
(a)
(b)
Gambar 4 Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat, berupa
kayu bakar (a) dan serbuk gergaji (b)
Kontribusi dan Kontinuitas Kayu Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan
Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Kebutuhan bahan baku setiap industri di Kecamatan Pamijahan mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini berbeda dengan kebutuhan bahan di
Kecamatan Ciampea yang mengalami penurunan pada tahun ke-5. Penurunan
kebutuhan bahan baku ini terjadi karena mesin sering rusak, sumber daya manusia
(pekerja) berkurang, serta kesulitan mendapatkan bahan baku karena kondisi
cuaca. Kebutuhan bahan baku industri dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
16
Grafik ini menggambarkan kebutuhan bahan baku dan volume tegakan siap
tebang di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea selama lima tahun terakhir.
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa terjadi selisih antara volume siap tebang
dan kebutuhan bahan baku. Volume tegakan hutan rakyat di Kecamatan
Pamijahan dan Ciampea lebih kecil dibandingkan kebutuhan bahan baku industri.
Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan dan Cimpea belum mampu
sepenuhnya menyediakan bahan baku bagi industri di sekitarnya. Kondisi ini
disebabkan oleh jumlah industri yang semakin lama semakin meningkat, namun
tidak diikuti dengan perkembangan hutan rakyat, sehingga peningkatan kebutuhan
bahan baku tidak seimbang dengan produksi hutan rakyat.
Sebagian besar petani hanya memanfaatkan terubusan untuk regenerasi
pohon. Usaha hutan rakyat hanya dijadikan sebagai usaha sampingan sebagai
investasi jangka panjang yang bisa dimanfaatkan jika ada keperluan mendadak
(daur butuh), misalnya untuk biaya sekolah anak, untuk biaya rumah sakit dan lain
sebagainya. Faktor utama yang menyebabkan usaha hutan rakyat dijadikan usaha
sampingan karena daurnya yang lama. Kondisi ini menyebabkan bahan baku dari
hutan rakyat tidak tentu ketersediaannya.
27960
30000
Volume kayu (m3)
24127
25000
20000
17500
19471
21714
Kebutuhan bahan baku
kayu di Kec. Pamijahan
Volume tegakan HR di
Kec. Pamijahan
15000
10000
5000
9228
9228
9228
9228
9228
0
2009-20102010-20112011-20122012-20132013-2014
Tahun
Gambar 5 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan
Rata-rata kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu per tahun di
Kecamatan Pamijahan sebesar 22 154 m3, sedangkan potensi tegakan yang siap
tebang hanya 9228 m3, sehingga menyebabkan terjadinya selisih antara volume
tegakan siap tebang dan kebutuhan bahan baku sebesar 12 926 m3 per tahunnya.
Selanjutnya, hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan hanya mampu menyediakan
bahan baku untuk industri di sekitarnya sebanyak 41.65% dari kebutuhan rata-rata
bahan baku setiap tahunnya (disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 4).
Kebutuhan bahan baku industri rata-rata per tahun Kecamatan Ciampea
sebesar 7067 m3 sedangkan volume kayu siap tebang di hutan rakyat hanya 1176
m3. Hal ini menyebabkan terjadinya selisih antara kebutuhan bahan baku kayu
dengan volume kayu yang siap tebang sebesar 5891 m3. Jika dipersentasekan
hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya mampu memenuhi sebagian kecil
bahan baku industri disekitarnya, yaitu sebesar 16.64% (disajikan pada Gambar 6
dan Lampiran 4)
Volume kayu (m3)
17
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
7295
5903
8105
7470
6562
Kebutuhan bahan baku
kayu di Kec. Cimpea
Volume tegakan HR di
Kec. Ciampea
1176
1176
1176
1176
1176
2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014
Tahun
Gambar 6 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Ciampea
Volume kayu (m3)
Kebutuhan bahan baku di Kecamatan Ciampea jauh berbeda dibandingkan
kebutuhan bahan baku di Kecamatan Pamijahan. Kecamatan Ciampea
membutuhkan bahan baku yang lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Pamijahan,
karena memang industri yang terdapat di Kecamatan Ciampea lebih sedikit
dibandingkan jumlah industri di Kecamatan Pamijahan. Besarnya kebutuhan
bahan baku dipengaruhi oleh jumlah industri yang ada di kecamatan tersebut.
Jumlah industri yang terdapat di Kecamatan Ciampea hanya berjumlah 3
sedangkan untuk Kecamatan Pamijahan terdapat sebanyak 12 industri. Menurut
Hardjanto et al. (2013), Kecamatan Pamijahan mengalami defisit sebanyak 10 kali
dan di Kecamatan Ciampea defisit yang terjadi adalah sebanyak 5 kali.
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Gambar 7
9228
7382
5536
3689
1843
1846
1846
1846
1846
1846
1
2
3
Bulan ke
4
5
Ketersediaan bahan
baku kayu HR
Kebutuhan bahan
baku kayu
Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
Ketersediaan bahan baku kayu sangat menentukan keberlanjutan suatu
industri pengolahan kayu. Oleh karena itu, kontinuitas bahan baku kayu sangat
diharapkan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Besarnya
ketersediaan bahan baku kayu rakyat di suatu daerah tergantung pada besarnya
potensi hutan rakyat yang dimiliki oleh daerah tersebut. Potensi hutan rakyat
belum tentu sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri di
18
sekitarnya. Terjadinya selisih antara potensi hutan rakyat dan kebutuhan bahan
baku disebabkan karena potensi hutan rakyat yang dimiliki tidak mampu
menyedikan bahan baku untuk industri pengolahan kayu secara
berkesinambungan setiap tahunnya. Potensi yang ada hanya mampu menyediakan
bahan baku bagi industri dalam beberapa bulan saja (Pribadi 2001)
Gambar 7 menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata bahan baku industri
pengolahan kayu rakyat di Kecamatan Pamijahan sebesar 1846 m3/bulan dan
ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat sebesar 9887 m3/tahun.
Ketersediaan bahan baku pada bulan ke-1 adalah 9887 m3 dan mengalami
penurunan sebesar 1846 m3/bulan karena digunakan untuk bahan baku industri.
Pada bulan ke-2 ketersediaan bahan baku hutan rakyat mengalami penurunan,
begitu pula pada bulan ke-3, ke-4 dan akan habis pada bulan ke-5 (disajikan pada
Gambar 7 dan Lampiran 6). Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa hutan
rakyat di Kecamatan hanya mampu menyediakan bahan baku sebesar 41.65%
(Lampiran 4) dari kebutuhan total bahan baku industri di kecamatan tersebut.
Ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat ini hanya mampu memenuhi
kebutuhan bahan baku industri selama 5 bulan setiap tahunnya.
1400
1176
Volume kayu (m3)
1200
1000
800
587
600
400
589
589
1
2
Ketersediaan bahan
baku kayu HR
Kebutuhan bahan
baku kayu
200
0
Bulan ke
Gambar 8
Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Ciampea terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
Hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya berkontribusi sebesar 16.64%
dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri di sekitarnya dengan kebutuhan
rata-rata sebesar 7067 m3/tahun (Lampiran 4). Hutan rakyat di Kecamatan
Ciampea ini hanya mampu menyediakan bahan baku kayu bagi industri sebesar
1176 m3 setiap tahun
KAYU RAKYAT
(Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten
Bogor)
DENY PUTRI JANA
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kontinuitas
Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan
Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015
Deny Putri Jana
NIM E14100055
ABSTRAK
DENY PUTRI JANA. Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan
Kayu Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten
Bogor). Dibimbing oleh YULIUS HERO dan HARDJANTO.
Pertumbuhan dan perkembangan industri berdampak pada permintaan kayu
yang semakin meningkat, namun potensi hutan alam mengalami penurunan.
Pemanfaatan kayu dari hutan rakyat sudah dijadikan alternatif pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri kayu khususnya di Pulau Jawa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi hutan rakyat dalam menyediakan
bahan baku industri pengolahan kayu di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea
Kabupaten Bogor. Data kebutuhan bahan baku diperoleh dengan cara wawancara
menggunakan metode recalling selama 5 tahun terakhir. Data tersebut dikaitkan
dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Potensi hutan
rakyat di Kecamatan Pamijahan lebih besar dibandingkan Kecamatan Ciampea.
Hutan rakyat di lokasi penelitian belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku
industri pengolahan kayu pada lokasi tersebut. Sebagian besar bahan baku industri
di Kecamatan Pamijahan berasal dari dalam kecamatan, sedangkan pada
Kecamatan Ciampea sebagian besar bahan baku industri berasal dari luar
kecamatan.
Kata kunci: bahan baku, hutan rakyat, industri kayu
ABSTRACT
DENY PUTRI JANA. The Continuity of Raw Material Availability for
Community Wood Processing Industry (Case Study at Sub-district of Pamijahan
and Ciampea in Bogor District). Supervised by YULIUS HERO and
HARDJANTO.
The growth and development of industry has impact to wood supply
increasing, but the natural forest potency is decreasing. Utilization of timber from
community private forest is become alternative for fulfill raw material demand of
wood industry especially in Java Island. This research aims to identifying the
contribution of community private forest industry for raw material supply of wood
processing industry at Pamijahan sub-district and Ciampea sub-district in Bogor
District. Data is collected through interview using recalling method for latest 5
years. The data is linked to the community private forest potency at Pamijahan
sub-district and Ciampea. The potential of community private forest in the
Pamijahan sub-district is greater than the Ciampea sub-district. The community
private forest at the research location couldn’t fulfil the raw material demand of
wood processing industry in that location. Most of the raw materials industry in
the Pamijahan sub-district come from the sub-districts, while the Ciampea subdistrict mostly industrial raw materials come from outside the sub-district.
Keywords: raw material, community private forest, wood industry
KONTINUITAS KETERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI
KAYU RAKYAT
(Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten
Bogor)
DENY PUTRI JANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku Industri Kayu Rakyat (Studi
Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor)
Nama
: Deny Putri Jana
NIM
: E14100055
Disetujui oleh
Dr Ir Yulius Hero, MSc
Pembimbing I
Prof Dr Ir Hardjanto, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MSc.F
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan
November 2014 ini adalah Kontinuitas Ketersediaan Bahan Baku industri Kayu
Rakyat (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Yulius Hero, MSc dan Prof Dr
Ir Hardjanto, MS selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, saran dan waktu
yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengumpulan data
skripsi ini, terutama kepada Euis Wahyuni, Muhammad Rifqi Tirta M, Wida
Ningrum, Winda Lismaya, Maizura Septi, Pebi Yusnita, Wilda Yunitra, Galuh
Ajeng, Lili Nurindah S dan Sukmandari Hersandini. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan dukungan yang diberikan. Terakhir, terima kasih penulis ucapkan kepada
teman-teman satu bimbingan, teman-teman wisma Green House, teman-teman
asrama TPB dan teman-teman Manajemen Hutan angkatan 47 atas dukungan dan
bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015
Deny Putri Jana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE PENELITIAN
2
Waktu dan Lokasi
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
3
Metode Pengumpulan Data
3
Teknik Pengumpulan Data
4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Karakteristik Responden
6
Karakteristik Hutan Rakyat
8
Potensi Hutan Rakyat
9
Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat
10
Kontribusi dan Kontinuitas Kayu Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Bahan
Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat
15
Sumber Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat Berdasarkan Wilayah
Asal Bahan Baku
19
SIMPULAN DAN SARAN
20
Simpulan
20
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Sebaran umur responden
Tingkat pendidikan responden
Jenis pekerjaan responden
Tanggungan keluarga
Persentase luas lahan yang dimiliki oleh responden
Potensi hutan rakyat berdasarkan kelas diameter
Identitas industri pengolahan kayu rakyat
Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku
Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual
7
7
7
8
8
10
11
12
14
DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan jenis pohon dengan persentase jenis tanaman yang ditanam
oleh responden
2 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu
rakyat
3 Produk-produk yang dihasilkan industri pengolahan kayu rakyat
4 Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat
5 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan
6 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
7 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Ciampea
8 Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Ciampea terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
9 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan
kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Pamijahan
10 Sumber bahan baku dalam pemenuhan kebutuhan industri pengolahan
kayu rakyat berdasarkan asal di Kecamatan Ciampea
9
13
13
15
16
17
18
18
19
20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian
2 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di
Kecamatan Pamijahan
3 Rekapitulasi potensi kayu hutan rakyat berdasarkan kelas diameter di
Kecamatan Ciampea
4 Kebutuhan bahan baku kayu industri pengolahan kayu rakyat/tahun
5 Kebutuhan bahan baku/tahun, kebutuhan bahan baku/bulan dan
ketersediaan (potensi) hutan rakyat
6 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam
memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan
22
25
26
27
27
27
7 Kontinuitas ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat dalam
memenuhi kebutuhan bahan baku industri di Kecamatan Pamijahan
8 Sumber bahan baku industri pengolahan kayu rakyat berdasarkan
wilayah asal bahan baku
27
28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan kebutuhan
dalam berbagai hal, termasuk kebutuhan kayu. Kondisi ini menyebabkan
permintaan kayu semakin meningkat dari waktu ke waktu. Begitu pula dengan
industri perkayuan makin lama semakin berkembang dan jumlahnya pun semakin
banyak. Sebaliknya, seiring dengan berjalannya waktu, potensi hutan semakin
menurun. Menurut Direktorat Bina Iuran Kehutanan dan Peredaran Hasil Hutan
(2006), setelah tahun 1990-an sektor kehutanan mengalami kemunduran, potensi
hutan alam semakin menurun, hutan alam mengalami degradasi baik secara luasan
maupun kualitas. Semakin menurunnya potensi hutan alam ini, berakibat pada
kemampuan hutan untuk menyediakan pasokan bahan baku kayu juga akan
semakin menurun. Akibatnya, banyak industri kehutanan yang harus ditutup
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan bakunya
Penurunan pasokan bahan baku hutan alam menuntut adanya upaya untuk
mencari solusi dengan cara subtitusi bahan baku industri dengan pemanfaatan
kayu hasil dari budidaya masyarakat. Pada umumnya jenis kayu yang ditanam
oleh masyarakat adalah jenis pohon cepat tumbuh (fast growing species) yang
memiliki daur yang singkat sehingga akan lebih cepat menghasilkan. Pemanfaatan
kayu dari hutan rakyat ini sudah dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan bahan
baku industri kayu khususnya di Pulau Jawa.
Bogor Barat merupakan daerah yang memiliki produksi hutan rakyat
terbesar di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Bogor Tengah dan Bogor
Timur. Produksi hutan rakyat di Bogor Barat berdasarkan Monografi Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor (Distanhut 2008) adalah sebesar 30 858.48 m3.
Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Ciampea merupakan bagian dari wilayah
Bogor Barat yang memiliki hutan rakyat dan menyumbang produksi hutan rakyat
di Kabupaten Bogor. Besarnya potensi hutan rakyat pada suatu daerah akan
mempengaruhi jumlah industri pengolahan kayu di daerah tersebut. Semakin
banyak potensi yang dihasilkan, maka semakin banyak industri pengolahan kayu
yang muncul. Begitu pula dengan besar kecilnya kebutuhan bahan akan
tergantung pada jumlah industri. Bahan baku merupakan faktor penting dalam
menentukan berjalan atau tidaknya suatu industri. Oleh karena itu, penelitian
tentang kebutuhan bahan baku serta hubungannya dengan potensi hutan rakyat
yang dimiliki perlu dilakukan.
Assauri (1978) menyebutkan bahwa bahan baku merupakan salah satu
faktor yang penting, karena sangat menentukan bagi keberlanjutan sebuah
industri. Kekurangan bahan baku dapat menghambat proses produksi.
Ketersediaan bahan baku dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari segi
pembelian bahan baku maupun pemakaian bahan baku. Kondisi ini menyebabkan
keberadaan bahan baku disuatu industri tidak selalu tersedia sesuai dengan
kebutuhan. Ketidakpastian bahan baku yang dipergunakan di dalam industri pada
umumnya sering terjadi. Ketidakpastian ini dapat dibedakan atas dua bagian yaitu
ketidakpastian yang berasal dari dalam perusahaan dan ketidakpastian yang
berasal dari luar perusahaan (Ahyari 1984)
2
Industri pengolahan kayu rakyat memegang peranan sangat penting dalam
pemasaran kayu rakyat. Tingginya tingkat pertumbuhan industri harus pula diikuti
dengan pembangunan hutan rakyat yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar industri kecil pengolahan kayu menggunakan kayu rakyat sebagai
bahan baku industrinya. Kesinambungan antara suplai bahan baku yang berasal
dari kayu rakyat sangat diharapkan, karena proses produksi pada industri
pengolahan kayu rakyat akan terhambat jika bahan baku tidak kontinyu (Pribadi
2001). Ketersediaan bahan baku baku kayu rakyat merupakan hal yang sangat
penting dalam menentukan besar kecilnya produksi pada suatu industri kayu dan
sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan industri pengolahan kayu rakyat.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menghitung potensi hutan rakyat di lokasi
penelitian, mengidentifikasi kontribusi hutan rakyat terhadap pemenuhan
kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu serta mengidentifikasi sumber
bahan baku industri berdasarkan wilayah asal bahan baku di Kecamatan
Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan informasi mengenai potensi hutan rakyat,
kebutuhan bahan baku industri kayu rakyat dan asal bahan baku kayu rakyat yang
berada Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Informasi ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan hutan
rakyat kedepannya dan sebagai informasi untuk penelitian lainnya mengenai hutan
rakyat.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2014 di
Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pada
setiap kecamatan dipilih masing-masing dua desa yang termasuk memiliki lahan
kering yang luas yaitu Desa Purwabakti dan Desa Cibunian untuk Kecamatan
Pamijahan serta Desa Benteng dan Desa Tegal Waru untuk Kecamatan Ciampea.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai panduan dalam kegiatan
wawancara, alat tulis, laptop, kamera untuk keperluan dokumentasi, serta tali
tambang, pita ukur dan walking stik untuk kegiatan pengukuran di lapangan.
3
Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara langsung dengan
pemilik industri kayu pengolahan kayu rakyat dan petani hutan rakyat serta
melakukan pengukuran langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan
diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Kantor
Kecamatan Pamijahan dan Kantor Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data industri pengolahan kayu
rakyat, identitas petani hutan rakyat dan pendugaan potensi hutan rakyat. Data
industri pengolahan kayu rakyat meliputi: identifikasi perusahaan, bahan baku dan
produk. Identifikasi perusahaan terdiri dari nama pemilik, tahun berdiri, jumlah
mesin yang dimiliki dan kapasitas industri. Untuk bahan baku berupa asal bahan
baku, jenis kayu yang digunakan, harga beli bahan baku dan kebutuhan baku per
bulan. Produk, meliputi jenis produk yang dihasilkan dan harga jual berdasarkan
ukuran dan produk. Data identitas petani meliputi nama responden, umur,
pendidikan, pekerjaan serta tanggungan keluarga. Untuk pendugaan potensi hutan
rakyat dihitung berdasarkan pengukuran pohon di lapangan yang meliputi
pengukuran diameter dan tinggi, untuk memperoleh volume pohon.
Metode Pengumpulan Data
Lokasi Hutan Rakyat
Penentuan lokasi hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling melalui survei pendahuluan, sehingga diperoleh 2 Kecamatan
sebagai contoh yaitu Kecamatan Pamijahan dan Ciampea. Pada masing-masing
kecamatan ini dipilih 2 desa contoh berdasarkan pertimbangan waktu, akses,
tenaga dan biaya serta potensi hutan rakyat yang dimiliki.
Petani Hutan Rakyat
Penentuan petani hutan rakyat dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Petani yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini
adalah petani yang memiliki hutan rakyat. Jumlah responden petani hutan rakyat
pada penelitian ini adalah sebanyak 60 orang, yang tersebar pada 4 desa contoh.
Pada masing-masing desa dipilih sebanyak 15 petani hutan rakyat.
Pendugaan Potensi Hutan Rakyat
Potensi hutan rakyat diketahui melaui pengukuran dimensi pohon di
lapangan yang berupa diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang pada pohon
yang memiliki diameter minimal 10 cm. Pengukuran dilakukan dengan cara
membuat plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0.1 ha atau dengan jari-jari
17.8 m untuk lahan petani yang lebih dari 0.1 Ha, namun untuk lahan yang kurang
dari 0.1 Ha pengukuran dilakukan dengan cara sensus.
Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Penentuan industri sebagai responden dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling. Industri yang dijadikan responden adalah industri
4
pengolahan kayu rakyat yang telah berdiri minimal 5 tahun. Diperoleh sebanyak 6
industri sebagai responden pada penelitian ini yang tersebar pada 2 kecamatan,
yaitu Kecamatan Pamijahan dan Cimpea. Pada Kecamatan Pamijahan ditemukan
sebanyak 4 industri dan di Kecamatan Ciampea ditemukan 2 industri. Data
diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan teknik recalling.
Teknik Pengumpulan Data
1.
2.
3.
4.
Teknik yang digunakan dalam penelitian, sebagai berikut :
Teknik observasi, pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat langsung
keadaan hutan rakyat yang ada di desa contoh.
Teknik wawancara, pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab
langsung dengan responden pemilik industri pengolahan kayu rakyat maupun
petani hutan rakyat dengan menggunakan kuisioner sebagai panduan dalam
proses wawancara.
Metode pengukuran, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran
langsung dimensi pohon di lapangan untuk mengetahui potensi hutan rakyat
yang ada di desa contoh.
Studi pustaka, metode studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari
dokumen-dokumen terkait ataupun hasil penelitian yang serupa, dan sumbersumber pustaka yang berkaitan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Karakteristik Petani Hutan Rakyat
Data karakteristik petani hutan rakyat diolah dan dianalisis secara
deskriptif, meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan serta tanggungan keluarga dan
disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan keadaan umum dari petani
hutan rakyat pada Kecamatan Pamijahan dan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Pendugaan Potensi Hutan Rakyat
Pendugaan potensi hutan rakyat dihitung berdasarkan hasil pengukuran
pohon di lapangan, meliputi : diameter setinggi dada dan tinggi pohon bebas
cabang. Data diameter dan tinggi pohon diolah untuk mendapatkan volume pohon.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung potensi adalah sebagai berikut.
1.
Volume tegakan per hektar
Vi
= 0.25 x π x D2 x T x F
Vt/plot = ∑ vi
olume tega an plot
t ha
=
p
Keterangan :
Vi = Volume pohon ke-i (m3)
π = Konstanta (3.14)
D = Diameter pohon setinggi dada (m)
T = Tinggi bebas cabang pohon (m)
5
Vt = Volume tegakan (m3)
Lp = Luas plot contoh (0.1 Ha)
F = Faktor angka bentuk pohon (0.7)
2.
Volume rata-rata per kecamatan
Untuk potensi rata-rata di satu kecamatan diperoleh dengan mengalikan
volume rata-rata contoh per kecamatan dengan luas hutan rakyat yang ada di
kecamatan tersebut. Volume rata-rata contoh per kecamatan diperoleh dengan
membagi jumlah seluruh potensi tegakan per plot di satu kecamatan dengan
jumlah seluruh plot contoh di kecamatan tersebut.
Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Data karakteristik industri pengolahan kayu rakyat yang meliputi status
kepemilikan, tahun berdiri, jenis usaha, jumlah alat dan kapasitas industri. Datadata tersebut disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran tentang
industri pengolahan kayu rakyat yang ada di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea
Kabupaten Bogor.
Kontribusi Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan Kebutuhan Bahan Baku
Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Kontribusi hutan rakyat terhadap ketersediaan kebutuhan bahan baku
industri pengolahan kayu diperoleh dengan menghitung persentase potensi hutan
rakyat di masing-masing kecamatan (Kecamatan Pamijahan dan Ciampea)
terhadap rata-rata kebutuhan bahan baku industri per tahun masing-masing
kecamatan tersebut. Data mengenai potensi hutan rakyat dan kebutuhan bahan
baku industri pada penelitian ini adalah data 5 tahun terakhir dan disajikan dalam
bentuk gambar.
Sumber Bahan Baku dalam Pemenuhan Kebutuhan Industri berdasarkan
Asal
Sumber bahan baku pada penelitian ini dibedakan menjadi 3, yaitu: berasal
dari dalam kecamatan, luar kecamatan (masih dalam satu kabupaten) dan luar
kabupaten. Besarnya kebutuhan bahan baku yang berasal dari dalam kecamatan,
dari luar kecamatan dan dari luar kabupaten dihitung dengan cara mengalikan
persentase bahan baku yang diperoleh dari masing-masing wilayah asal dengan
jumlah bahan baku yang digunakan per tahun. Informasi mengenai sumber bahan
baku disajikan dalam bentuk gambar.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Pamijahan
Berdasarkan buku monografi Kecamatan Pamijahan (2012), Kecamatan
Pamijahan terdiri dari 15 desa dengan luas wilayah 8089 Ha dan ketinggian
berkisar antara 550 sampai 800 meter di atas permukaan laut. Desa Purwabakti
dan Desa Cibunian merupakan desa yang berada dalam Kecamatan Pamijahan.
Desa Purwabakti memiliki luas wilayah 1662 Ha, dengan jarak dari pusat
pemerintahan yaitu 18 Km dari kecamatan, 55 Km dari kabupaten dan 145 Km
dari provinsi. Desa Cibunian memiliki luas wilayah 1248 Ha, jarak dari pusat
pemerintahan yaitu sejauh 17 Km dari kecamatan, 78 Km dari kabupaten dan 128
Km dari provinsi. Masyarakat di Kecamatan Pamijahan juga memiliki agama
yang beragam, yaitu agama Islam, Katolik dan Protestan, namun mayoritas
masyarakatnya beragama Islam.
Kecamatan Ciampea
Berdasarkan buku monografi Kecamatan Ciampea (2014), Kecamatan
Ciampea terdiri dari 13 desa dengan luas wilayah sebesar 3059 Ha dan ketinggian
berkisar antara 200 sampai 500 meter di atas permukaan laut. Desa Benteng dan
Desa Tegal Waru merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Ciampea. Desa
Benteng memiliki luas wilayah 248.5, dengan jarak dari pusat pemerintahan yaitu
sejauh 1 Km dari kecamatan, 25 Km dari kabupaten dan 130 Km dari provinsi.
Desa Tegal Waru memiliki luas wilayah 338 Ha, jarak dari pusat pemerintahan
yaitu sejauh 2.5 Km dari kecamatan, 25 Km dari kabupaten dan 132 Km dari
provinsi. Untuk agama, masyarakat di Kecamatan Ciampea memiliki agama yang
beragam, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu, namun
sebagian besar masyarakatnya adalah beragama Islam.
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 60 responden yang tersebar di 4
desa, petani yang dipilih sebagai responden adalah petani yang memiliki hutan
rakyat. Responden memiliki umur yang berbeda-beda, mayoritas petani hutan
rakyat berada pada sebaran umur 51 sampai 60 tahun, yaitu sebesar 36.7% dengan
jumlah 22 orang responden. Sebanyak 20 orang responden berada pada sebaran
umur 41 sampai 50 tahun dengan persentase sebesar 33.3%. Tabel 1 menunjukkan
sebaran umur responden.
7
Tabel 1 Sebaran umur responden
Rentang umur
(tahun)
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
Jumlah responden
(orang)
3
7
20
22
3
5
Persentase
(%)
5.0
11.7
33.3
36.7
5.0
8.3
Tingkat pendidikan responden di lokasi penelitian masih tergolong rendah.
Sebagian besar responden adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 75%
dengan jumlah 45 orang, sedangkan untuk lulusan Sarjana berjumlah 0% atau
tidak ada responden yang lulusan sarjana. Faktor yang menyebabkan masih
rendahnya tingkat pendidikan ini adalah keadaan ekonomi masyarakat yang masih
sulit. Rendahnya tingkat pendidikan ini juga dikarenakan sebagian besar
responden memiliki umur yang lebih dari 40 tahun, dimana pada zaman
responden masih muda pendidikan SD sudah dianggap cukup dan kebanyakan
tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi (Oktaviarini 2014).
Tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 2.
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Tabel 2 Tingkat pendidikan responden
Jumlah responden
Persentase
(orang)
(%)
1
1.7
45
75.0
5
8.3
9
15.0
0
0.0
Responden pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani
sawah, dengan persentase sebesar 90%. Responden yang memiliki pekerjaan
sebagai PNS berjumlah 1 orang dari total keseluruhan responden. Banyaknya
masyarakat yang memiliki mata pencarian sebagai petani ini disebabkan karena
bertani sudah menjadi budaya masyarakat yang turun temurun dilakukan, selain
itu hal ini juga berhubungan dengan tingkat pendidikan petani yang masih rendah
sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi PNS ataupun pegawai Swasta yang
memiliki standar pendidikan minimal (disajikan pada Tabel 3).
Pekerjaan
Petani
Wiraswasta
PNS
Tabel 3 Jenis pekerjaan responden
Jumlah responden
(orang)
54
5
1
Persentase
(%)
90.0
8.3
1.7
8
Tanggungan keluarga responden sebagian besar berkisar antara 3 sampai 5
orang yaitu sebanyak 60% responden. Banyaknya responden yang memiliki
tanggungan keluarga 3 sampai 5 orang disebabkan karena sebagian besar
responden memiliki umur yang masih kurang dari 60, pada saat umur tersebut
masih banyak diantara responden memiliki anak yang belum menikah dan masih
tanggungan responden. Jumlah tanggungan keluarga responden disajikan pada
Tabel 4.
Tanggungan keluarga
(orang)
2
3-5
6-8
9
Tabel 4 Tanggungan keluarga
Jumlah responden
(orang)
13
36
10
1
Persentase
(%)
21.7
60.0
16.7
1.7
Karakteristik Hutan Rakyat
Hutan rakyat merupakan hutan yang dibebani hak atas tanah dan sering
disebut hutan milik. Hutan rakyat di Jawa pada umumnya hanya sedikit yang
memenuhi kriteria luasan hutan yaitu 0.25 Ha. Luasan lahan yang sempit
mendorong pemiliknya untuk memanfaatkan hutan yang dimiliki dengan
seoptimal mungkin (Hardjanto 2000). Hutan rakyat yang dimiliki oleh responden
memiliki luas yang beda-beda, mulai dari 0.0125 Ha sampai dengan 2.25 Ha.
Luas lahan 0.0125 Ha ini ditemukan di Kecamatan Ciampea. Hal ini disebabkan
karena luas lahan di Kecamatan Ciampea lebih kecil dibandingkan dengan
Kecamatan Pamijahan sehingga rata-rata responden yang di Kecamatan Ciampea
memiliki luas lahan yang lebih kecil dari Pamijahan. Untuk Kecamatan Pamijahan
rata-rata luas lahan hutan rakyat yang dimiliki masing-masing responden adalah
0.5 Ha dan Kecamatan Ciampea 0.3 Ha. Berdasarkan data yang diperoleh, luas
lahan yang dimiliki sebagian besar responden kurang dari 0.25 Ha, dengan
persentase sebesar 45% dari total keseluruhan responden (disajikan pada Tabel 5).
Tabel 5 Persentase (%) luas lahan yang dimiliki oleh responden
Luas lahan (Ha)
No Kecamatan Desa
0.0125-0.25
0.25-0.5
0.5-2.25
1
Pamijahan
Purwabakti
10
7
8
Cibunian
8
8
8
2
Ciampea
Benteng
15
10
0
Tegal Waru
12
8
5
Total
45
33
22
Pada umumnya, lahan yang dimiliki oleh petani terpisah menjadi beberapa
blok di daerah yang yang berbeda. Hal ini disebabkan karena sebagian besar lahan
yang dimiliki oleh responden merupakan tanah warisan dari orang tuanya, namun
sebagian laiinya diperoleh dengan cara membeli sehingga satu orang petani bisa
9
memiliki lahan di beberapa tempat. Sebagian besar petani pada lokasi penelitian
menerapkan pola tanam campuran, hanya terdapat satu orang petani di Kecamatan
Ciampea yang menerapkan pola monokultur dalam kegiatan pengelolaan hutan
rakyat. Untuk kegiatan penebangan biasanya dilakukan petani untuk memenuhi
kebutuhan atau dijual (ditebang) pada saat ada kebutuhan. Sistem penebangan
seperti ini sering disebut “daur butuh”.
Potensi Hutan Rakyat
Persentase jenis tanaman (%)
Jenis-jenis pohon yang banyak ditanam oleh petani hutan rakyat di
antaranya: Sengon (Paraserianthes falcataria), Mahoni (Swietenia macrophylla),
Kayu afrika (Maesopsis eminii) dan Jabon (Anthocephalus cadamba). Jenis pohon
yang paling banyak ditanam oleh petani di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea
adalah jenis Sengon dengan jumlah sebesar 95% dari total responden (disajikan
pada Gambar 1)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
95
60
sengon
mahoni
31.7
26.7
afrika
jabon
Jenis pohon
Gambar 1 Hubungan jenis pohon dengan persentase jenis tanaman yang ditanam
oleh responden
Berdasarkan hasil wawancara, alasan petani hutan rakyat memilih jenis
tanaman sengon adalah karena daurnya lebih cepat dan pemeliharaannya lebih
mudah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Hadi dan Napitupulu 2012) yang
menyebutkan bahwa Sengon merupakan pilihan tepat karena memiliki umur
panen yang lebih singkat serta karakter kayu yang ringan dan indah warnanya.
Selain itu, cukup banyak kelebihan mulai dari pembudidayaannya yang mudah,
mudah tumbuh, mudah diusahakan dan memiliki harga yang cukup bagus.
Selain memiliki daur yang lebih cepat petani juga mempertimbangkan
harga jual, seperti hal nya jenis mahoni. Jenis mahoni memiliki daur yang lebih
lama, namun cukup banyak petani yang menanam jenis ini. Jumlah petani yang
menanam jenis mahoni ini mencapai 60%, yang merupakan jenis terbanyak kedua
yang paling sering ditanam oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena harga jual
kayu jenis mahoni lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lainnya dan permintaan
pasar untuk jenis ini juga cukup bagus.
10
Tabel 6 Potensi hutan rakyat berdasarkan kelas diameter
Kecamatan
Pamijahan
(Luas:
1196 Ha)
Ciampea
(Luas:
224 Ha)
Potensi
Jumlah rata-rata / Ha (batang)
Total batang
Volume rata-rata / Ha (m3)
Total volume (m3)
Jumlah rata-rata / Ha (batang)
Total batang
Volume rata-rata / Ha (m3)
Total volume (m3)
10-15
157.33
188 316.99
5.66
6778.75
177.33
39 882.27
6.88
1546.44
Diameter (cm)
16-20
47.33
56 654.69
3.54
4239.74
43.33
9744.92
3.61
811.89
>20
45.33
54 256
7.71
9228.33
28
6297.20
5.23
1176.23
Tabel 6 menunjukkan potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan
Ciampea. Rata-rata volume/ha terbesar di Kecamatan Pamijahan berada pada
diameter lebih dari 20 cm sebesar 7.71 m3/ha sedangkan volume rata-rata/ha
terkecil berada pada diameter 16 cm sampai 20 cm sebesar 3.54 m3/ha. Hal ini
berbeda dengan potensi hutan rakyat di Kecamatan Ciampea dengan volume ratarata/ha terbesar berada pada diameter 10 cm sampai 15 cm sebesar 6.88 m3/ha
sedangkan terkecil berada pada diameter 16 cm sampai 20 cm sebesar 3.61 m3/ha.
Secara rata-rata volume/ha potensi hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan dan
Ciampea tidak jauh berbeda, namun untuk volume total Kecamatan Pamijahan
dan Ciampea memiliki potensi yang jauh berbeda. Kecamatan Pamijahan
memiliki potensi hutan rakyat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan
Ciampea. Volume total terbesar di Kecamatan Pamijahan terdapat pada pohon
yang memiliki diameter lebih dari 20 cm sebesar 9228.33 m3, sedangkan volume
terkecil diperoleh dari pohon yang memiliki diameter 16 cm sampai 20 cm dengan
total volume sebesar 4239.74 m3. Volume pohon untuk Kecamatan Ciampea
terbesar terdapat pada pohon yang memiliki diameter 10 cm sampai 15 cm dengan
total volume 1546.44 m3, sedangkan volume terkecil diperoleh dari pohon
berdiameter 16 cm sampai 20 cm dengan total volume sebesar 811.89 m3
(disajikan pada Tabel 6, Lampiran 2 dan Lampiran 3). Perbedaan potensi hutan
rakyat di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea disebabkan karena luas hutan yang
dimiliki sangat jauh berbeda. Berdasarkan Monografi Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor (Distanhut 2012) luas hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan
mencapai 1196.9 Ha, sedangkan luas hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya
224.9 Ha.
Karakteristik Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Industri pengolahan kayu rakyat di lokasi penelitian merupakan industri
dengan skala kecil. Pembagian kelas industri penggergajian dibagi menjadi 3
kategori, yaitu penggergajian besar, penggergajian sedang dan penggergajian kecil.
Kelas industri penggergajian yang termasuk dalam penggergajian besar adalah
yang memiliki produksi rata-rata sebesar 12 000 m3 per tahun, penggergajian
sedang dengan produksi rata-rata 3000 m3 sampai 12 000 m3 per tahun, dan
tergolong penggergajian kecil jika memiliki produksi rata-rata kurang dari 3000
m3 per tahun (Djajapertjunda dan Djamhuri 2013). Berdasarkan kriteria kelas
industri diatas, Industri pengolahan kayu rakyat di lokasi penelitan dimasukkan
11
pada industri dengan skala kecil karena produksi rata-rata per tahun kurang dari
3000 m3, yaitu 2031.24 m3 per tahun. Produksi rata-rata per tahun masing-masing
industri berturut-turut adalah 2738.80 m3, 2645.34 m3, 2066.08 m3, 1644.60 m3,
1616.04 m3 dan 1476.59 m3. Informasi mengenai identitas industri disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Identitas industri pengolahan kayu rakyat
No
Pemilik
Lokasi
Tahun
berdiri
1
Responden 1
Desa Cimayang, Kec.
Pamijahan
2008
Kapasitas
industri
(m3/bulan)
192
Jumlah
mesin
Jumlah
pekerja
1
4
2
Responden 2
Desa Cibunian, Kec.
Pamijahan
1997
192
1
2
3
Responden 3
Desa Cibunian, Kec.
Pamijahan
2008
192
1
4
4
Responden 4
Desa Gunung Minan,
Kec. Pamijahan
1998
384
2
5
5
Responden 5
Desa Cihideung Hilir,
Kec. Pamijahan
2004
192
1
4
6
Responden 6
Desa Bojong Jengkol,
Kec. Pamijahan
2006
384
2
6
Alat yang digunakan dalam jumlah yang sedikit, mesin Bandsaw adalah
alat yang digunakan pada industri sebagai alat potong atau belah dalam mengolah
kayu. Bahan bakar yang digunakan mesin Bandsaw adalah solar, dalam satu hari
rata-rata industri membutuhkan 10 sampai 15 liter solar untuk jam kerja mulai
pukul 08.00 sampai 16.00. Jumlah pekerja pada industri pengolahan kayu pada
lokasi penelitian berkisar antara dua sampai enam orang dan jumlah mesin yang
dimiliki industri rata-rata satu sampai dua mesin. Banyaknya jumlah tenaga kerja
tergantung pada jumlah mesin yang dimiliki oleh industri, semakin banyak mesin
yang dimiliki maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Kapasitas produksi merupakan kemampuan suatu pabrik atau industri
untuk memproduksi dan mengolah suatu barang (input) menjadi barang baru
(output). Tinggi rendahnya kapasitas industri ini menggambarkan besar kecilnya
suatu industri (Ratnaningrum 2009). Kapasitas industri dipengaruhi oleh jumlah
mesin yang dimiliki dan jumlah tenaga kerja. Rata-rata kapasitas industri
pengolahan kayu di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea adalah sebesar 192 m3
per bulan untuk industri yang memiliki satu mesin. Kapasitas terpasang industri
ini pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh industri pengolahan kayu rakyat.
Jumlah bahan baku per bulan yang digunakan oleh industri pengolahan kayu
rakyat lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas industri yang dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara dari enam industri yang terdapat di
Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Ciampea terdapat dua industri yang paling
lama berdiri, yaitu industri yang dimiliki oleh responden satu dan responden
empat. Kedua industri pengolahan kayu ini telah berdiri lebih dari 15 tahun, yang
12
berlokasi di Desa Gunung Minan dan Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan. Hal
ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi yang cukup
bagus dalam menyediakan bahan baku kayu bagi industri di sekitarnya, terutama
bagi kedua industri ini sehingga masih bisa bertahan sampai saat ini (disajikan
pada Tabel 7).
Tabel 8 Rekapitulasi jenis bahan baku, harga dan asal bahan baku
No
Pemilik
Jenis bahan baku
Hargabeli/pohon
(Rp)
35 000 – 200 000
Asal bahan baku
1
Responden 1
Sengon, Afrika
2
Responden 2
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 100 000
Kec.Pamijahan (Desa
Cibunian, Desa
Cikondang dan Desa
Purwabakti)
3
Responden 3
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 100 000
Kec. Pamijahan (Desa
Ciasmara, Desa
Purwabakti dan Desa
Cibunian) dan
Kec.Leuwiliang
4
Responden 4
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 200 000
Kec. Pamijahan
5
Responden 5
Sengon, Jabon,
Mahoni, pohon
buah
300 000 – 400 000
Kec. Dramaga dan Prov.
Banten
6
Responden 6
Sengon, Afrika,
pohon buah
35 000 – 200 000
Kec. Leuwiliang, Kec.
Ciampea dan Kec.
Dramaga
Kec. Pamijahan (Desa
Gn.pete) dan
Kec.Cibungbulang (Desa
Galuga)
Bahan baku yang digunakan industri pengolahan kayu rakyat pada
umumnya adalah jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species), namun pohon
buah juga sering digunakan. Jenis kayu fast growing species yang digunakan
biasanya adalah jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Kayu Afrika
(Maesopsis eminii). Bahan baku diperoleh dari beberapa daerah, di Kecamatan
Pamijahan bahan baku diperoleh dari dalam kecamatan (Ds. Gunung Ds. Peuteuy,
Ds. Cibunian, Ds. Cikondang, Ds. Purwabakti dan Ds. Ciasmara), Kecamatan
Cibungbulang (Ds. Galuga) dan Kecamatan Leuwiliang. Pada Kecamatan
Ciampea bahan baku yang diperoleh berasal dari Kecamatan Cimpea, Kecamatan
Dramaga, Kecamatan Leuwiliang dan Provinsi Banten (disajikan pada Tabel 8).
Harga beli bahan baku tergantung pada besar diameter dan kemudahan
untuk mencapai areal hutan rakyat (aksesibilitas). Penebangan banyak dilakukan
ketika tegakan berdiameter masih kecil dan belum layak untuk tebang sehingga
pendapatan yang diterima petani relatif kecil. Kayu yang berada pada daerah yang
13
memiliki aksesibilitas yang baik akan memiliki harga beli yang lebih tinggi
dibandingkan kayu yang memiliki akses yang susah untuk dicapai. Hal ini
disebabkan karena jika akses untuk mencapai lokasi sulit dijangkau, maka biaya
yang dikeluarkan untuk proses pengangkutan kayu dari lokasi hutan rakyat sampai
ke industri akan semakin besar sehingga harga beli pohon kepada petani hutan
rakyat harus dikurangi. Harga beli pohon ini juga tergantung pada jenis kayu, ratarata harga beli kayu di lokasi penelitian berkisar antara Rp. 35 000 sampai Rp.
400 000. Harga ini berada di bawah kisaran harga menurut Witantriasti (2010)
yaitu Rp. 110 000 per pohon untuk diameter < 20 cm, Rp. 200 000 sampai Rp.
270 000 per pohon untuk diameter 20 sampai 29 cm dan untuk diameter yang >
30 cm dijual dengan harga Rp 300 000 sampai Rp 340 000 per pohon untuk
pohon jenis Sengon dan Afrika dalam keadaan berdiri. Untuk jenis mahoni harga
berkisar antara Rp 500 000 (diameter 20 cm sampai 29 cm) sampai Rp 1 500 000
(>30 cm)
(a)
(b)
Gambar 2 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri pengolahan kayu
rakyat, kayu bulat (a) dan balken (b)
Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri terdiri dari kayu bulat
dan balken (dapat dilihat pada Gambar 2). Pada umumnya industri membeli bahan
baku melalui perantara tengkulak. Sistem pembelian pohon yang dilakukan oleh
tengkulak adalah dengan sistem borongan dan per pohon. Bahan baku yang
digunakan oleh industri umumnya dibeli dalam bentuk pohon berdiri, dimana
dengan sistem ini petani memperoleh hasil bersih. Petani tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk kegiatan penebang ataupun pengangkutan. Banyaknya
petani yang menjual pohon dalam keadaan pohon berdiri ini disebabkan karena
keterbatasan alat yang dimiliki, beberapa faktor lain diantaranya kurangnya modal
yang dimiliki oleh petani untuk menjual pohon dalam bentuk kayu bulat, jumlah
pohon yang akan ditebang sedikit dan kurangnya informasi dan akses petani
terhadap pasar (Oktaviarini 2014).
(a)
Gambar 3
(b)
(c)
Produk-produk yang dihasilkan industri pengolahan kayu rakyat,
bahan bangunan (a), papan petong (b) dan pallet (c)
14
Tabel 9 Rekapitulasi jenis produk yang dihasilkan, ukuran dan harga jual
No
Pemilik
Jenis produk
Ukuran
1
Rsponden 1
Balok
Papan
Galar
Kaso
Reng
Pallet
(tatakan kaca)
2
Responden 2
Balok
Papan petong
3
Responden 3
Papan petong
4
Responden 4
5
Responden 5
6
Responden 6
Balok
Papan
Galar
Kaso
Reng
Balok
Papan
Galar
Kaso
Reng
Balok
Galar
Kaso
Reng
palet
(tatakan es)
6 cm x 12 cm x 4 m
2 cm x 10 cm x 3 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
3 cm x 4 cm x 4 m
1.4 m x 2 m
1.4 m x 1.7 m
1.4 m x 1.2 m
6 cm x 12 cm x 4 m
1.5 cm x 16 cm x 2 m
2 cm x 4 cm x 2 m
1.5 cm x 16 cm x 2 m
2 cm x 4 cm x 2 m
6 cm X 12 cm x 4 m
2 cm x 10 cm x 4 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
3 cm x 4 cm x 4 m
6 cm X 12 cm x 4 m
2 cm x 10 cm x 4 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
2 cm x 3 cm x 4 m
6 cm X 12 cm x 4 m
5 cm x 10 cm x 4 m
4 cm x 6 cm x 4 m
2 cm x 3 cm x 4 m
1,2 m x 1 m (diserut)
1,2 m x 1 m (tidak diserut)
Harga jual
(Rp)
70 000
7 000
35 000
15 000
10 000
65 000
50 000
43 000
50 000
5 400
1 250
5 400
1 250
70 000
15 000
35 000
15 000
10 000
60 000
15 000
40 000
18 000
5 000
60 000
40 000
18 000
5 000
70 000
20 000
Produk-produk yang dihasilkan dari industri pengolahan kayu rakyat
terdiri dari balok, papan, galar, kaso, reng, pallet (tatakan es krim dan tatakan
kaca), papan petong. Petong merupakan istilah lain dari lemari TV atau lemari
pakaian yang berukuran kecil. Industri pengolahan kayu yang memproduksi papan
petong hanya ada dua dari enam industri yang berlokasi di Desa Cibunian
Kabupaten Pamijahan. Produk yang dihasilkan oleh industri harus disesuaikan
dengan permintaan konsumen. Permintaan terbanyak di Desa Cibunian dan Desa
Purwabakti adalah papan petong, sehingga produk yang dihasilkan oleh industri
adalah papan petong. Harga jual dari produk-produk yang dihasilkan oleh industri
pengolahan kayu rakyat akan berbeda satu dengan lainnya, tergantung jenis kayu,
jenis produk dan ukuran.
Produk yang dihasilkan dijual secara eceran (per lembar) dan per m 3.
Balok, papan, galar, kaso dan reng biasanya dijual per lembar. Untuk produk
berupa balok harga jual per lembarnya berkisar antara Rp. 60 000 sampai Rp. 70
000. Balok yang memiliki harga jual Rp. 60 000 adalah yang berbahan baku kayu
sengon dan kayu afrika, sedangkan untuk balok dengan harga Rp. 70 000 adalah
yang berbahan baku kayu mahoni. Uukuran balok hasil olahan industri biasanya
menggunakan ukuran standar, yaitu 6 cm x 12 cm x 4 m. Jenis papan dengan
ukuran standar 2 cm x 10 cm x 4 m memiliki harga jual Rp 15 000, Galar dengan
ukuran 5 cm x 10 cm x 4 m memiliki harga Rp. 35 000 sampai Rp. 40 000, Kaso
15
dengan ukuran 4 cm x 6 cm x 4 m memiliki harga jual Rp 15 000 sampai Rp. 18
000 dan Reng dengan ukuran 3 cm x 4 cm x 4 m memiliki harga jual Rp. 10 000.
Selain balok, papan, galar, kaso dan reng, produk lain dari industri berupa
papan untuk bahan petong dan pallet (tatakan kaca dan es). Produk berupa papan
untuk bahan petong juga memiliki harga yang berbeda, tergantung ukuran papan.
Harga jual papan petong berkisar antara Rp. 1250 sampai Rp. 5400 per lembar.
Jenis produk berupa pallet biasanya dijual per unit, harga tergantung pada ukuran.
Pallet untuk tatakan kaca memiliki harga jual berkisar antara Rp. 43 000 sampai
Rp. 65 000 per unit. Pallet untuk tatakan es juga memiliki harga berbeda, namun
perbedaan harga ini bukan karena ukuran pallet yang dibuat, tapi kualitas kayu
yang digunakan sebagai bahan untuk membuat pallet. Pallet dengan bahan yang
diserut memiliki harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pallet dengan
bahan baku tidak diserut (disajikan pada Tabel 9).
Selain menghasilkan produk, industri pengolahan kayu juga menghasilkan
limbah dalam proses produksinya. Limbah dari hasil olahan kayu terdiri dari kayu
bakar dan serbuk gergaji. Limbah berupa kayu bakar dijual per mobil pickup
kepada industri batu bata begitu juga dengan serbuk gergaji yang dijual per
karung. Harga per mobil berkisar antara Rp. 70 000 sampai Rp. 120 000. Serbuk
gergaji dijual perkarung dengan kisaran harga Rp 1200 sampai Rp. 2000
(dokumentasi limbah hasil penggergajian kayu dapat dilihat pada Gambar 4).
Perbedaan harga pada jenis produk yang sama antara industri satu dengan lainnya
disebabkan oleh tingkat pengolahan yang intensif, kemampuan membaca peluang
dan kondisi pasar, serta banyaknya rekan kerja dan jangkauan pemasaran
(Oktaviarini 2014).
(a)
(b)
Gambar 4 Limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kayu rakyat, berupa
kayu bakar (a) dan serbuk gergaji (b)
Kontribusi dan Kontinuitas Kayu Hutan Rakyat terhadap Ketersediaan
Bahan Baku Industri Pengolahan Kayu Rakyat
Kebutuhan bahan baku setiap industri di Kecamatan Pamijahan mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Kondisi ini berbeda dengan kebutuhan bahan di
Kecamatan Ciampea yang mengalami penurunan pada tahun ke-5. Penurunan
kebutuhan bahan baku ini terjadi karena mesin sering rusak, sumber daya manusia
(pekerja) berkurang, serta kesulitan mendapatkan bahan baku karena kondisi
cuaca. Kebutuhan bahan baku industri dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
16
Grafik ini menggambarkan kebutuhan bahan baku dan volume tegakan siap
tebang di Kecamatan Pamijahan dan Ciampea selama lima tahun terakhir.
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa terjadi selisih antara volume siap tebang
dan kebutuhan bahan baku. Volume tegakan hutan rakyat di Kecamatan
Pamijahan dan Ciampea lebih kecil dibandingkan kebutuhan bahan baku industri.
Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pamijahan dan Cimpea belum mampu
sepenuhnya menyediakan bahan baku bagi industri di sekitarnya. Kondisi ini
disebabkan oleh jumlah industri yang semakin lama semakin meningkat, namun
tidak diikuti dengan perkembangan hutan rakyat, sehingga peningkatan kebutuhan
bahan baku tidak seimbang dengan produksi hutan rakyat.
Sebagian besar petani hanya memanfaatkan terubusan untuk regenerasi
pohon. Usaha hutan rakyat hanya dijadikan sebagai usaha sampingan sebagai
investasi jangka panjang yang bisa dimanfaatkan jika ada keperluan mendadak
(daur butuh), misalnya untuk biaya sekolah anak, untuk biaya rumah sakit dan lain
sebagainya. Faktor utama yang menyebabkan usaha hutan rakyat dijadikan usaha
sampingan karena daurnya yang lama. Kondisi ini menyebabkan bahan baku dari
hutan rakyat tidak tentu ketersediaannya.
27960
30000
Volume kayu (m3)
24127
25000
20000
17500
19471
21714
Kebutuhan bahan baku
kayu di Kec. Pamijahan
Volume tegakan HR di
Kec. Pamijahan
15000
10000
5000
9228
9228
9228
9228
9228
0
2009-20102010-20112011-20122012-20132013-2014
Tahun
Gambar 5 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan
Rata-rata kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu per tahun di
Kecamatan Pamijahan sebesar 22 154 m3, sedangkan potensi tegakan yang siap
tebang hanya 9228 m3, sehingga menyebabkan terjadinya selisih antara volume
tegakan siap tebang dan kebutuhan bahan baku sebesar 12 926 m3 per tahunnya.
Selanjutnya, hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan hanya mampu menyediakan
bahan baku untuk industri di sekitarnya sebanyak 41.65% dari kebutuhan rata-rata
bahan baku setiap tahunnya (disajikan pada Gambar 5 dan Lampiran 4).
Kebutuhan bahan baku industri rata-rata per tahun Kecamatan Ciampea
sebesar 7067 m3 sedangkan volume kayu siap tebang di hutan rakyat hanya 1176
m3. Hal ini menyebabkan terjadinya selisih antara kebutuhan bahan baku kayu
dengan volume kayu yang siap tebang sebesar 5891 m3. Jika dipersentasekan
hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya mampu memenuhi sebagian kecil
bahan baku industri disekitarnya, yaitu sebesar 16.64% (disajikan pada Gambar 6
dan Lampiran 4)
Volume kayu (m3)
17
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
7295
5903
8105
7470
6562
Kebutuhan bahan baku
kayu di Kec. Cimpea
Volume tegakan HR di
Kec. Ciampea
1176
1176
1176
1176
1176
2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 2013-2014
Tahun
Gambar 6 Perbandingan kebutuhan bahan baku kayu industri dengan potensi
hutan rakyat di Kecamatan Ciampea
Volume kayu (m3)
Kebutuhan bahan baku di Kecamatan Ciampea jauh berbeda dibandingkan
kebutuhan bahan baku di Kecamatan Pamijahan. Kecamatan Ciampea
membutuhkan bahan baku yang lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Pamijahan,
karena memang industri yang terdapat di Kecamatan Ciampea lebih sedikit
dibandingkan jumlah industri di Kecamatan Pamijahan. Besarnya kebutuhan
bahan baku dipengaruhi oleh jumlah industri yang ada di kecamatan tersebut.
Jumlah industri yang terdapat di Kecamatan Ciampea hanya berjumlah 3
sedangkan untuk Kecamatan Pamijahan terdapat sebanyak 12 industri. Menurut
Hardjanto et al. (2013), Kecamatan Pamijahan mengalami defisit sebanyak 10 kali
dan di Kecamatan Ciampea defisit yang terjadi adalah sebanyak 5 kali.
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Gambar 7
9228
7382
5536
3689
1843
1846
1846
1846
1846
1846
1
2
3
Bulan ke
4
5
Ketersediaan bahan
baku kayu HR
Kebutuhan bahan
baku kayu
Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Pamijahan terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
Ketersediaan bahan baku kayu sangat menentukan keberlanjutan suatu
industri pengolahan kayu. Oleh karena itu, kontinuitas bahan baku kayu sangat
diharapkan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Besarnya
ketersediaan bahan baku kayu rakyat di suatu daerah tergantung pada besarnya
potensi hutan rakyat yang dimiliki oleh daerah tersebut. Potensi hutan rakyat
belum tentu sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri di
18
sekitarnya. Terjadinya selisih antara potensi hutan rakyat dan kebutuhan bahan
baku disebabkan karena potensi hutan rakyat yang dimiliki tidak mampu
menyedikan bahan baku untuk industri pengolahan kayu secara
berkesinambungan setiap tahunnya. Potensi yang ada hanya mampu menyediakan
bahan baku bagi industri dalam beberapa bulan saja (Pribadi 2001)
Gambar 7 menunjukkan bahwa kebutuhan rata-rata bahan baku industri
pengolahan kayu rakyat di Kecamatan Pamijahan sebesar 1846 m3/bulan dan
ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat sebesar 9887 m3/tahun.
Ketersediaan bahan baku pada bulan ke-1 adalah 9887 m3 dan mengalami
penurunan sebesar 1846 m3/bulan karena digunakan untuk bahan baku industri.
Pada bulan ke-2 ketersediaan bahan baku hutan rakyat mengalami penurunan,
begitu pula pada bulan ke-3, ke-4 dan akan habis pada bulan ke-5 (disajikan pada
Gambar 7 dan Lampiran 6). Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa hutan
rakyat di Kecamatan hanya mampu menyediakan bahan baku sebesar 41.65%
(Lampiran 4) dari kebutuhan total bahan baku industri di kecamatan tersebut.
Ketersediaan bahan baku kayu dari hutan rakyat ini hanya mampu memenuhi
kebutuhan bahan baku industri selama 5 bulan setiap tahunnya.
1400
1176
Volume kayu (m3)
1200
1000
800
587
600
400
589
589
1
2
Ketersediaan bahan
baku kayu HR
Kebutuhan bahan
baku kayu
200
0
Bulan ke
Gambar 8
Kontinuitas kayu hutan rakyat di Kecamatan Ciampea terhadap
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan kayu rakyat
Hutan rakyat di Kecamatan Ciampea hanya berkontribusi sebesar 16.64%
dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri di sekitarnya dengan kebutuhan
rata-rata sebesar 7067 m3/tahun (Lampiran 4). Hutan rakyat di Kecamatan
Ciampea ini hanya mampu menyediakan bahan baku kayu bagi industri sebesar
1176 m3 setiap tahun