Identifikasi karakteristik industri tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal (studi kasus industri tas di Kec.Ciampea Kab.Bogor)

(1)

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, bersedia : “Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 30 April 2013

Penulis,

M. Hasan Basri 1.06.08.019


(2)

Catatan

Saya tidak keberatan dengan di-online-kan Semua Data Tugas Akhir saya.

Surat keterangan ini wajib ada (scan bentuk Image/gambar/PDF), baik penelitian di perusahaan ataupun bukan di perusahaan dengan mengedit kalimat yang diperlukan, di teks yang berwenang


(3)

Bandung, 30 April 2013

Perihal: Plagiat Tugas Akhir

Saya yang bertanda tanggan dibawah ini :

Nama : M. Hasan Basri Nim : 10608019

Judul Tugas Akhir : “IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK INDUSTRI TAS CIAMPEA

SEBAGAI POTENSI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL”

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan meniru, menyalin atau menjiplak Tugas Akhir/karya ilmiah yang telah ada. Apabila saya terbukti melakukan kegitan tersebut, maka saya bersedia untuk menerima sanksi yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dan berlaku di jurusan Perencanaan Wilayah dan kota Universitas Komputer Indonesia.

Mengetahui,

Yang Memberikan Pernyataan


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : M. Hasan Basri Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Bogor, 28 Juni 1990 Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Kapten Dasuki Bakrie No. 26 Desa Cibatok II Kab. Bogor Status pernikahan : Belum Menikah

Tinggi, berat badan : 169 cm, 49 kg

Agama : Islam

Telephone : 085724417414

E-mail : babaz_planner18@yahoo.co.id

1996 - 2002 : SDN 03 Cibatok 02

2002 - 2005 : SMP Negeri 1 Cibungbulang 2005 - 2008 : SMA Negeri 1 Leuwiliang

2008 - sekarang : Program Sarjana (S-1) Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung

DATA PRIBADI


(5)

- SMP : OSIS (Anggota)

- Perguruan Tinggi : Himpuna Jurusan PWK ( Anggota 2010-2011)

- Identifikasi Pergerakan Bekerja dari WP Karees dan WP Gedebage (2009).

- Studio Perencanaan Kota : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Cipanas (2010). - Studio Perencanaan Wilayah : Pengembangan Konsep Cyber City di Kota Cimahi (2011).

-Bahasa : Indonesia, -Bahasa Daerah : sunda Komputer

- Microsoft office (word, excel, powerpoint) - ArcGIS

- Auto CAD - Sketchup - Corel Draw PENGALAMAN ORGANISASI

PENELITIAN YANG PERNAH DILAKUKAN


(6)

i KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke pada Allah SWT. Karena atas Rah mat, Hidayah, dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu. Tugas Akhir ini berisikan tentang penelitian mengenai “Identifikasi Karakteristik Industri Tas Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal”.

Penulis pun ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungannya baik secara moril dan materil dalam melaksanakan penyusunan Tugas Akhir ini hingga pembuatan Tugas Akhir ini selesai dibuat.

Terbatasnya kemampuan, pengetahuan,dan wawasan menjadi hambatan besar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Namun berkat atas kerja keras dan kemauan diri yang besar, pada akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu p enulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., sela ku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Prof. Dr. Ir Denny Kurniadie, M.Sc. , selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer;

3. Yth. Ibu Rifiati Safariah, ST., MT . selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia , dan juga selaku dosen pembimbing terima kasih telah memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Tugas Akhir dan terima kasih untuk arahan dan bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Romeiza Syafriharti, Ir.,MT. selaku dosen pembahas dan penguji, koreksi dan motivasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini.


(7)

ii 5. Ibu Dr.Ir. Lia Warlina, M.Si. selaku dosen penguji atas masukan dan

koreksi dalam penyusunan Tugas Akhir ini .

6. Bapak Tatang Suheri, ST.,MT. selaku dosen penguji yang te lah mengapresiasi penyusunan Tugas Akhir ini .

7. Kepada Ayah dan Ibutercinta yang tak henti-hentinya memberikan doa dan memberikan dukungannya baik secara moril dan materil , sehingga ananda dapat menyelasaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

8. Untuk kakakku tersayang Teh Shofa yang selalu memberikan nasehat dan tenaganya dalam memberikan dukungannya dan juga adik -adikku.

9. Segenap Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia.

10. Untuk teman-teman seperjuangan ; Yudis Supriatna, Nilton Calado, Bang Ricard, Ryan Afandi,Giri Syalaludin, Vandrokman Manuel Tendri, Sarwendami, Dwi Sudarta, Melati M.Budiman, Saona Angkotasan dan Rahnanda Hegar,terima kasih atas kebersamaannya , motifasi, nasehat dan persahabatannya selama ini.

11. Terima kasih kepada Teh Fitri yang telah memberikan kemudahan dalam mengurus surat menyurat dan perizinan.

12. Semua alumni dan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia, terima kasi h atas pengalaman, pengabdian dan penghormatan kalian terhadap jurusan.

13. Semua teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungannya, saya ucapkan TERIMA KASIH BANYAK.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses Penyusunan Tugas Akhir ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Amien.

Bandung, Maret 2013


(8)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.4.1 Ruang Lingkup Materi ... 5

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 5

1.5 Metodologi Penelitian ... 7

1.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.5.2 Metode Pengambilan Sampel... 7

1.5.3 Metode Analisis ... 9

1.6 Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Industri ... 13

2.1.1 Pengertian Industri ... 13

2.1.2 Pengelompokan Industri ... 14

2.2 Tenaga Kerja ... 15

2.2.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 15

2.2.2 Penggolongan Tenaga Kerja ... 16

2.3 Pengembangan Ekonomi Lokal ... 16

2.4 Klaster Indsutri ... 22

2.4.1 Pemahaman Klaster Industri ... 22


(9)

iv

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ... 25

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Ciampea ... 25

3.1.1 Kondisi Fisik Wilayah ... 25

3.1.2 Kondisi Kependudukan ... 25

3.1.3 Potensi Perekonomian Kecamatan Ciampea... 26

3.1.4 Kebijakan Pemanfaatan Kawasan Sentra Industri ... 27

3.2 Gambaran Umum Wilayah Sentra Industri Tas Ciampea ... 28

3.2.1 Perkembangan Sentra Industri Tas Ciampea ... 28

3.2.2 Karakteristik Industri Tas Ciampea ... 34

3.2.2.1 Pengusaha industri Tas Ciampea ... 34

3.2.2.2 Tenaga Kerja Industri Tas Ciampea... 37

3.2.2.3 Bahan Baku... 38

3.2.2.4 SDM... 39

3.2.2.5 Rantai Produksi... 41

BAB IV ANALISIS KARAKTERISTIK INDUTRI TAS SEBAGAI POTENSI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL ... 43

4.1 Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea ... 43

4.1.1 Identifikasi Pengusaha Tas Ciampea ... 43

4.1.1.1 Identifikasi Karakteristik Pengusaha Industri Tas Ciampea Bedasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur ... 43

4.1.1.2 Identifikasi Karakteristik Pengusaha Industri Tas Bedasarkan Lokasi Tempat Tinggal dan Asal Daerah Pengusaha Industri Tas Ciampea ... 46

4.1.1.3 Identifikasi Karakteristik Pengusaha Industri Tas Ciampea Berdasarkan Awal berdirinya Industri Tas dan Status Kepemilikan Tempat UsahaIndustri Tas Ciampea ... 48

4.1.1.4 Identifikasi Karakteristik Pengusaha Industri Tas Bedasarkan Status Kepemilikan Usaha Industri Tas dan Penghasilan/Omset Yang Diperoleh Tiap Bulan ... 51


(10)

v

4.1.2.1 Identifikasi Karakteristik Tenaga Kerja Industri Tas Bedasarkan Jumlah Tenaga Kerja dan Asal Tenaga Kerja .. 53 4.1.2.2 Identifikasi Karakteristik Keterlibatan Lembaga

Pendukung (Pemerintah, Asosiasi/Swadaya Mayarakat) Yang Membantu Dalam Pengembangan Industri ... 56 4.1.3 Identifikasi Karakteristik Bahan Baku Industri Tas Ciampea ... 57

4.1.3.1 Asal Memperoleh Bahan Baku Utama dan Asal Memperoleh Bahan Baku Penolong ... 57 4.1.3.2 Cara Memperoleh Bahan Baku Utama dan Cara

Memperoleh Bahan Baku Penolong ... 59 4.1.4 Identifikasi Karakteristik SDM Industri Tas Ciampea ... 63 4.1.5 Identifikasi Karakteristik Rantai Produksi ... 66

4.1.5.1 Identifikasi Karakteristik Jenis Tas Yang Dihasilkan Di Industri Tas dan Kendala Yang Dihadapi Dalam Produksi Di Industri Tas Ciampea ... 66 4.1.5.2 Identifikasi Rantai Produksi Jenis Tas Ciampea ... 67 4.1.5.3 Identifikasi Karakteristik Kendala Yang Dihadapi Dalam

Produksi Di Industri Tas Ciampea ... 77 4.1.6 Identifikasi Karakteristik Pemasaran dan Promosi Tas Ciampea .... 78 4.2 Identifikasi Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi

Lokal ... 82 4.2.1 Analisis Penggunaan Bahan Baku Dan Sumber Daya Lokal Pada

Industri Tas Ciampea ... 82 4.2.2 Analisis Dominasi Tenaga Kerja Lokal Sebagai Pengusaha Dan

Tenaga Kerja Serta Dapat Digerakan Oleh Penduduk Lokal/Sesuai Dengan Kemampuan (SDM) Lokal ... 85 4.2.3 Analisis Penduduk Lokal Sebagian Besar Dilibatkan dalam

Kegiatan Industri Tas Ciampea ... 86 4.2.4 Analisis Terdapatnya Organisasi/Kelompok Kegiatan Ekonomi

Di Kawasan Industri Tas Ciampea ... 88 4.2.5 Analisis Skala Pelayanan Kecil Di Tunjukan Oleh Jumlah


(11)

vi

4.2.6 Analisis Terdapatnya Keterkaitan Dengan Kegiatan Ekonomi Lain

dan Dapat Memunculkan Wiraswasta Baru ... 91

4.3 Dampak Perkembangan Industri Tas Ciampea ... 96

4.3.1 Munculnya Usaha Baru ... 97

4.3.2 Penyerapan Tenaga Kerja ... 101

4.3.3 Pengembangan SDM dan Kerjasama Antar Pengusaha Industri Tas Ciampea ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Rekomendasi ... 108

5.3 Keterbatasan Studi dan Rekomendasi Studi Lanjutan ... 108

5.3.1 Keterbatasan Studi ... 109

5.3.2 Rekomendasi Studi Lanjutan ... 109

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Tabel List Variabel Penelitian ... 9

Tabel III.1 Jumlah Penduduk Bedasarkan Jenis Kelamin, Luas Desa, Kepadatan dan Jumlah Rumah Tangga Di Kecamatan Ciampea Tahun 2010 ... 26

Tabel III.2 Jumlah Industri Besar Sedang dan Tenaga Kerja Di Kecamatan Ciampea Tahun 2010 ... 27

Tabel III.3 Industri Tas Yang Berada di Kecamatan Ciampea Bedasarkan Hasil Survei ... 31

Tabel III.4 Perkembangan Jumlah Industri Tas Yang Berada Di Kecamatan Ciampea ... 33

Tabel III.5 Asal Daerah Pengusaha Industri Tas Ciampea ... 35

Tabel III.6 Golongan Industri Tas Ciampea ... 37

Tabel III.7 Asal Tenaga Kerja Industri Tas Ciampea ... 38

Tabel III.8 Asal Memperoleh Bahan Baku Utama Industri Tas Ciampea ... 39

Tabel III.9 Tingkat Pendidikan Pengusaha dan Tenaga Kerja Di Kawasan Industri Tas Ciampea ... 40

Tabel IV.1 Jenis kelamin pengusaha industri tas Ciampea ... 44

Tabel IV.2 Kelompok umur pengusaha industri tas Ciampea ... 45

Tabel IV.3 Lokasi tempat tinggal pengusaha industri tas Ciampea ... 46

Tabel IV.4 Asal daerah pengusaha industri tas Ciampea ... 47

Tabel IV.5 Awal berdirinya industri tas Ciampea ... 49

Tabel IV.6 Status kepemilikan tempat usaha industri tas Ciampea ... 50

Tabel IV.7 Status kepemilikan usaha industri tas Ciampea ... 51

Tabel IV.8 Penghasilan/Omset yang dip;eroleh tiap bulan industri tas Ciampea ... 52

Tabel IV.9 Jumlah tenaga kerja industri tas Ciampea ... 53

Tabel IV.10 Asal tenaga kerja industri tas Ciampea ... 55

Tabel IV.11 Keterlibatan Lembaga Pendukung (Pemerintah) Yang Membantu Dalam Pengembangan Industri Tas Ciampea ... 56


(13)

viii

Tabel IV.12 Asal memperoleh bahan baku utama industri tas ciampea ... 58

Tabel IV.13 Asal memperoleh bahan baku penolong industri tas ciampea .... 59

Tabel IV.14 Cara memperoleh bahan baku Utama industri tas ciampea ... 60

Tabel IV.15 Cara memperoleh bahan baku Penolong industri tas ciampea ... 61

Tabel IV.16 Kendala yang dihadapi dalam mendapatkan bahan baku industri tas ciampea ... 62

Tabel IV.17 Tingkat pendidikan terakhir pengusaha industri tas ciampea ... 63

Tabel IV.18 Mendirikan usaha dengan dasar pelatihan yang berada di industri tas ciampea ... 64

Tabel IV.19 Tingkat pendidikan terakhir tenaga kerja industri tas ciampea .. 65

Tabel IV.20 Jenis tas yang dihasilkan Di industritas ciampea ... 67

Tabel IV.21 Kendala yang dihadapi dalam proses produksi tas ciampea ... 77

Tabel IV.22 Tempat pemasaran hasil produsi di industri tas ciampea ... 79

Tabel IV.23 Tujuan pemasaran hasil produksi industri tas ciampea ... 80

Tabel IV.24 Moda yang digunakan dalam pengangkutan hasil produksi industri tas ciampea ... 81

Tabel IV.25 Cara mempromosikan hasil produksi di industri tas ciampea .... 82

Tabel IV.26 Penilaian Aspek Penggunaan Bahan Baku dan Sumber Daya Lokal Pada Industri Tas Ciampea ... 84

Tabel IV.27 Penilaian Aspek Dominasi Tenaga Kerja Lokal Sebagai Pengusaha Dan Tenaga Kerja Serta Dapat Digerakan Oleh Penduduk Lokal/Sesuai Dengan Kemampuan (SDM) Lokal ... 86

Tabel IV.28 Penilaian Aspek Penduduk Lokal Sebagian Besar Dilibatkan dalam Kegiatan Industri Tas Ciampea ... 88

Tabel IV.29 Penilaian Aspek Terdapatnya Organisasi/Kelompok Kegiatan Ekonomi Di Kawasan Industri Tas Ciampea ... 89

Tabel IV.30 Gololongan industri tas Ciampea ... 90

Tabel IV.31 Penilaian Aspek Skala Pelayanan Kecil Di Tunjukan Oleh Jumlah Investasi dan Jumlah Tenaga Kerja ... 91

Tabel IV.32 Penilaian Aspek Terdapatnya Keterkaitan Dengan Kegiatan Ekonomi Lain dan Dapat Memunculkan Wiraswasta Baru ... 93


(14)

ix

Tabel IV.34 Jumlah Kegiata Usaha Masyarakat Sekitar Kawasan Industri

Tas Ciampea Yang Berhubungan Langsung/Direct ... 99 Tabel IV.35 Jumlah Kegiatan Usaha Masyarakat Sekitar Kawasan Industri Tas Ciampea Yang Berhubungan Tidak Langsung ... 100 Tabel IV.36 Keterlibatan Masyarakat Sekitar Dalam Proses Produksi

Industri Tas Ciampea ... 102 Tabel IV.37 Pengaruh Dari Terpusatnya Industri Tas Di Kecamatan


(15)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar1.1 Ruang lingkup wilayah penelitian ... 6

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ... 10

Gambar 3.1 Bahan baku utama dan bahan baku penolong ... 29

Gambar 3.2 Industri tas yang berada di Desa Bojong Rangkas dan Tegalwaru 30 Gambar 3.3 Jenis tas yang dihasilkan industri tas Ciampea ... 31

Gambar 3.4 Peta sebaran industri tas Ciampea ... 36

Gambar 3.5 Tenaga erja industri tas Ciampea ... 38

Gambar 3.6 Proses produksi tas Ciampea ... 42

Gambar 4.1 Presentase pengusaha berdasarkan jenis kelamin ... 44

Gambar 4.2 Presentase Kelompok umur pengusaha industri tas Ciampea ... 45

Gambar 4.3 Presentase Lokasi tempat tinggal pengusaha industri tas Ciampea 46 Gambar 4.4 Presentase Asal daerah pengusaha industri tas Ciampea ... 47

Gambar 4.5 Presentase Awal berdirinya industri tas Ciampea ... 49

Gambar 4.6 Presentase Status kepemilikan tempat usaha industri tas Ciampea... 50

Gambar 4.7 Presentase Status kepemilikan usaha industri tas Ciampea ... 51

Gambar 4.8 Presentase Penghasilan/Omset yang diperoleh tiap bulan industri tas Ciampea ... 52

Gambar 4.9 Presentase Jumlah tenaga kerja industri tas Ciampea ... 54

Gambar 4.10 Presentase Asal tenaga kerja industri tas Ciampea ... 55

Gambar 4.11 Keterlibatan Lembaga Pendukung (Pemerintah) Yang Membantu Dalam Pengembangan Industri Tas Ciampea ... 56

Gambar 4.12 Asal memperoleh bahan baku utama industri tas Ciampea... 58

Gambar 4.13 Asal memperoleh bahan baku penolong industri tas Ciampea . 59 Gambar 4.14 Cara memperoleh bahan baku Utama industri tas Ciampea ... 60

Gambar 4.15 Cara memperoleh bahan baku Penolong industri tas Ciampea . 61 Gambar 4.16 Kendala yang dihadapi dalam mendapatkan bahan baku industri tas Ciampea ... 62


(16)

xi

Gambar 4.18 Mendirikan usaha dengan dasar pelatihan yang berada di

industri tas Ciampea ... 64

Gambar 4.19 Tingkat pendidikan terakhir tenaga kerja industri tas Ciampea 65 Gambar 4.20 Jenis tas yang dihasilkan Di industri tas Ciampea ... 67

Gambar 4.21 Rantai produksi Jenis Tas Wanita ... 68

Gambar 4.22 Rantai Produksi Untuk Jenis Tas Menengah Kebawah ... 70

Gambar 4.23 Rantai Produksi Untuk Janis Tas Menengah Keatas ... 72

Gambar 4.24 Rantai Produksi Untuk Jenis Tas Promosi ... 74

Gambar 4.25 Rantai Produksi Untuk Jenis Tas Campuran ... 76

Gambar 4.26 Presentase Kendala Yang Dihadapi Dalam Produksi di Industri Tas Ciampea ... 78

Gambar 4.27 Presentase Tempat Pemasaran Hasil Produksi Di Industri Tas Ciampea... 79

Gambar 4.28 Tujuan pemasaran hasil produksi industri tas Ciampea ... 80

Gambar 4.29 Moda yang digunakan dalam pengangkutan hasil produksi industri tas Ciampea ... 81

Gambar 4.30 Cara mempromosikan hasil produksi di industri tas Ciampea ... 82

Gambar 4.31 Pemetaan Dampak Potensi Pengembangan Industri Tas Ciampea... 98

Gambar 4.32 Keterlibatan Masyarakat Sekitar Dalam Proses Produksi Industri Tas Ciampea ... 103

Gambar 4.33 Pengaruh Dari Terpusatnya Industri Tas Di Kecamatan Ciampea ... 105


(17)

Daftar Pustaka

Jurnal

Lestari, Puji dan Oktavia, Putu. 2006. Distro: The Next Local Economic Development For Bandung. International Seminar On Urban Culture/Arte-Polis Creative Culture And The Making Of Place, Bandung.

Supriyadi, Ery. 2007. Telaah Kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal; Pragmatisme Dalam Praktek Pendekataan PEL. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota.

Buku

Blakely, Edward J dan Bradshaw, Tedy K. Planning Local Economic Development. Theory and Practice. 2002.

Kecamatan Dalam angka. 2010. Kecamatan Ciampea.

Mulyanto, Heru dan Anna Wulandari. Penelitian: Metode dan analisis, CV agung, Semarang, 2010.

Pengelompokan Industri. 2011. Badan Pusat Statistik.

Pengelompokan Industri Nasional. 2010. Departemen Perindustrian Nasional.

Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 1991. Ekonomi Edisi 12 Jilid 1. Bandung: Erlangga.

Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.

Sukirno, Sadorno. 1996. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


(18)

Skripsi, Tesis

Irfany, Riza Agus. 2004. Keterkaitan dan Dampak Industri Tas dan Koper Terhadap Pengembangan Perekonomian Lokal. Tugas Akhir Departemen Teknik Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknilogi Bandung.

Kautsar, Ikra. 2008. Dampak Industri Terhadap Kesejahteraan Penduduk Lokal Yang Bekerja Disekitar Industri Di Kabupaten Bandung.Tugas Akhir Departemen Teknik Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknilogi Bandung.

Kurniawan, Dicky. 2008. Analisis Peran Pertanian Lidah Buaya Dalam Konteks Pengembangan Ekonomi Lokal. Tugas Akhir Departemen Teknik Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknilogi Bandung.

Safariah, Rifiati. 2005. Analisis Keterkaitan Karakteristik Skala Usaha, Performansi dan Daya Saing Industri Bordir. Tesis Program Studi Teknik dan Manajemen Industri, Institut Teknologi Bandung.

Saragih, Jumpatuah. 2004. Pengaruh Forward Dan Backward Linkage Sektor Industri Terhadap Pengembangan Wiliyah Dikota Pematang Siantar, Tesis, Universitas Sumatera Utara.

Sentosa, Aji. 2008. Studi Perekonomian Nasional dan Pengembangan Ekonomi Nasional tahun 2008. Tugas Akhir Departemen Teknik Planologi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung.

Ohoitimur, Imelda Francsisca. 2010. Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal. Tugas Akhir Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Program Studi Perencanaan wilayah dan Kota, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Website

http://bogorkab.go.id/


(19)

http://klaster-industri.blogspot.com/2008/12/apa-itu-klaster-industri.html

http://klaster-industri.blogspot.com/2008/12/pemikiran-di-balik-klaster-industri_29.html http://patriakulit.co.cc


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup studi, metode penelitian dan kerangka pemikiran serta sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berkembang dalam bidang perekonomian. Dengan kondisi alam yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai potensi daerah pariwisata serta industri/perdagangan dan jasa. Dampak menjadi kawasan seperti itu, menimbulkan pembangunan ekonomi yang meningkat yang berpengaruh terhadap penyerapan tenagakerja yang ikut meningkat. Selain itu, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Hal ini dilihat dari tahun 2010 sebesar 5,09 dan tahun 2011 naik menjadi sebesar 5,70 (BPS, 2012). Hal tersebut menunjukan bahwa perekonomian Kabupaten Bogor berkembang karena salah satunya sector industri yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Bogor.

Sektor yang paling tinggi dalam membangun perkembangan di Kabupaten Bogor salah satunya adalah sector industri. Hal ini dapat dilihat kenaikan statistic industri Kabupaten Bogor dari tahun ketahun, Pada tahun 2008, industri menengah dan besar sebesar 3.002.720 (jutaRp.), dan industri kecil sebesar 71.815 (jutaRp.), mengalami kenaikan pada tahun 2009 industri menengah dan besar menjadi sebesar 3.103.231 (jutaRp.), dan industri kecil sebesar 72.146 (jutaRp.). Hal tersebut menunjukan bahwa industri berperan dan berpengaruh dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Bogor (BPS, 2012)

Dengan melihat perkembangan perkonomian Kabupaten Bogor, sektor unggulan yang paling berpotensi terletak pada sektor industri. Industri ini dapat berpotensi untuk mengembangkan ekonomi lokal, terutama pada industri kecil. Pembangunan ekonomi lokal memiliki peran penting dalam pembangunan suatu kawasan.


(21)

2 Pembangunan lokal (Local Development) diartikan sebagai pertumbuhan suatu lokalitas secara social-ekonomi dengan lebih mandiri, bedasarkan potensi-potensi yang dimilikinya. Titik sentranya adalah mengorganisasi serta menstranformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal. Pengertian pengembanagan lokal sebagai peningkatan peran elemen-elemen endogenous dalam kehidupan social-ekonomi suatu lokalitas, dengan tetap melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah (region) yang lebih luas.(Sentosa, 2008).

Suatu wilayah dapat berkembang lebih baik dengan berlandaskan upaya PEL membutuhkan suatu kebijakan yang mendorong inovasi dalam struktur industri yang terintegrasi (Supriyadi R, 2007). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan bagi pengembangan ekonomi lokal tersebut adalah:

a. Memperbaiki keberadaan sumber daya ekonomi lokal melalui investasi baik modal fisik maupun manusia.

b.Memperbaiki fleksibilitas ekonomi lokal

c. Mendorong pengembangan atau masuknya perusahaan layanan bisnis khusus, terspesialisasi.

d.Terbangunnya kapasitas pendidikan dan penelitian wilayah.

e. Terbangunnya hubungan antar bisnis-bisnis lokal, serta jalinan hubungan antara masyarakat lokal dengan lembaga litbang, serta jalinan hubungan antara masyarakat lokal dengan lembaga-lembaga pendidikan dan litbang. f. Tertariknya perusahaan dari luar wilayah yang memungkinkan usaha yang

ada tetap berhasil dari layanan bisnis yang tersedia sebelumnya.

g.Memasarkan kemampuan dan keunggulan wilayah kepada dunia usaha di luar wialayah.

h.Keahlian indivisu dan wirausaha terpasarkan hingga tercapainya kualitas hidup di wilayah.

Blakely (1989) dalam Supriyadi R (2007) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi lokal adalah suatu proses pembangunan ekonomi dimana pemerintah daerah dan atau kelompok masyarakat berperan aktif mengelola sumberdaya alam yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan pihak swasta atau lainnya, menciptakan lapangan kerja, memberikan stimulasi kegiatan ekonomi pada zona


(22)

3 perekonomiannya. Sebagai suatu proses, peran kerjasama lembaga pemerintah daerah, swasta dan kemasyarakatan sangat menentukan dalam pengembangan ekonomi lokal.

Kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut (Blakely, 1987):

 Bahan baku dan sumber daya lokal

 Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal

 Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja lokal  Melibatkan sebagian besar penduduk lokal

 Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja

 Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi  Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain  Memunculkan wiraswasta baru.

Pusat Industri kecil di Kabupaten Bogor salah satunya berada di Kecamatan Ciampea.Kecamatan Ciampea sendiri memiliki 13 desa yang setiap desanya mempunyai komoditas unggulan yang dimiliki. Contohnya Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru yang sama-sama memiliki komoditas unggulan dalam produk penghasil tas terbesar di Kecamatan Ciampea.

Dilihat dari data Kecamatan Ciampea tahun 2010, sebagian besar masyarakat Kecamatan Ciampea, khususnya masyarakat di Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru memiliki jenis pekerjaan sebagai pengrajin tas atau sebagai pekerja pembuat tas. Hal ini menunjukan bahwa di Kecamatan Ciampea memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi terhadap perekonomian lokal. Hal ini dikarenakan keberadaan industri kecil dan menengah tas sudah ada turun-menurun sejak tahun 1974.

Meskipun masih terdapat banyak industri yang dalam kategori industri kecil, tetapi produksitas di Kecamatan Ciampea ini dapat mencapai 1000 lusin/minggu dengan berbagai model dan tipe mengikuti tren yang disesuaikan permintaan (Survei 2012), pemasarannya pun sangat luas yaitu meliputi Kota Bogor, JABODETABEK dan pabrik baik dalam kota dan luar Kota Bogor.


(23)

4 Dengan kejadian yang pesat serta melihat potensi yang besar mengenai industri kecil yang ada di Kecamatan Ciampea maka diperlukannya Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal yang memperhatikan terhadap kriteria-kriteria pada pengembangan ekonomi lokal (Blakely, 1987).

1.2 Perumusan Masalah

Industri tas merupakan kegiatan yang diunggulkan di Kecamatan Ciampea. Ini terlihat dari awal keberadaannya dari tahun 1974 sehingga hasil produksi industri tas Ciampea sudah tersebar sekitar JABODETABEK.

Industri tas Ciampea tergolong kedalam industri yang masih kecil, terbukti dari jumlah tenaga kerja yang masih relatif kecil di masing-masing industrinya, sehingga lingkup pelayanannya pun masih berskala kecil. Akan tetapi hasil produksi industri tas Ciampea dapat bersaing dengan hasil produksi industri tas daerah lain. Minat pembeli yang semakin banyak membeli produksi tas hasil industri tas Ciampea sehingga sekarang ini industri tas Ciampea mampu memproduksi tas hingga mencapai ribuan lusin dalam satu minggu.

Dengan melihat karakteristik industri tas Ciampea tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah : “apakah industri tas Ciampea berpotensi dalam

pengembangan ekonomi lokal ?”

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik industri tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Ciampea. Untuk mencapai tujuan tersebut maka sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik industri tas, dilihat dari bahan baku, pengusaha, tenaga kerja, SDM, rantai produksi dan pemasaran serta promosi.

2. Mengidentifikasi industri tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal dilihat dari kriteria Blakely.

3. Mengidentifikasi dampak ekonomi potensi perkembangan industri tas Ciampea.


(24)

5 1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Ruang lingkup materi meliputi hal-hal yang menjadi pokok kajian studi, sedangkan ruang lingkup wilayah penelitian meliputi kawasan yang akan dijadikan sebagai wilayah penelitian.

1.4.1Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini dilatarbelakangi keinginan untuk melihat apakah keberadaan industri tas yang berkembang di Kecamatan Ciampea dapat berperan sebagai penggerak utama dalam menumbuh kembangkan perekonomian lokal. Oleh karena itu, materi yang di amati dalam studi ini adalah keadaan kegiatan industri tas yang berdampak pada perekonomian lokal di Kecamatan Ciampea.

1.4.2Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi batasan wilayah yang menjadi sumber ruang lingkup penelitian yang sudah dijadikan wilayah deliniasi, yaitu Desa Tegalwaru dan Desa Bojong Rangkasyang berada dalam wilayah Kecamatan Ciampea.

Peta Kecamatan Ciampea dapat dilihat pada Gambar 1.1. Hanya dua desa yang dijadikan wilayah deliniasi karena dua desa tersebutlah yang paling banyak memiliki potensi industri tas dibanding desa lainnya. Hal ini yang menjadikan peneliti lebih memilih dua desa tersebut sebagai ruang lingkup wilayah studi untuk dikaji lebih dalam.


(25)

6 GAMBAR 1.1


(26)

7 1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dibahas dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu metode analisis dan metode pengumpulan data. Metode analisis merupakan cara atau alat untuk mengerjakan penelitian ini, sedangkan metode pengumpulan data merupakan cara memperoleh informasi sehingga tujuan penelitian tercapai.

1.5.1Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui: 1. Survei Primer

Survei primer dilakukan dengan dengan menyebarkan kuisioner, dan wawancara kepada tenaga kerja industri tas Ciampea. Selain itu pun wawancara langsung akan dilakukan kedinas-dinas yang berkaitan dengan industri seperti pegawai Disperindag, pegawai kecamatan dan kepada pemilik usaha.

2. Survei Sekunder

Suvei Sekunder dilakukan dengan pengambilan data-data pada instansi-instansi terkait, seperti Kecamatan Ciampea, BPS Kabupaten Bogor, DISPERINDAG dan BAPPEDA Kabupaten Bogor untuk mendukung dan melengkapi survei primer. Selain itu pun, untuk melengkapi survei primer maka dilakukan survei sekunder melalui kajian literature berkaitan dengan studi yang dilakukan.

1.5.2Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini termasuk probality sampling, artinya tiap unit populasi memiliki peluang/kesempatan yang sama untuk dipilih atau menjadi responden.

Pengusaha industri tas di Kecamatan Ciampea di dominasi oleh dua desa diantara tiga belas desa lainnya, yaitu Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru. Populasi pengusaha industri tas di Desa Bojong Rangkas sebesar 67 pengusaha dan di Desa Tegalwaru sebesar 53 Pengusaha, yang seluruhnya berjumlah 120 pengusaha industri tas. Dengan menggunakan aturan Slovin, diperoleh jumlah sampel (responden) sebanyak 55 pengusaha.


(27)

8 n=N/(Nd2+1)

dimana,

n = besar sampel (responden). N = jumlah populasi.

d = derajat eror estimate, yakni derajat kepercayaan studi.

Studi ini menggunakan derajat kepercayaan sebesar 10%, dengan pertimbangan: keterbatasan biaya, waktu dan tingkat kesamaan (homogenitas) pengusaha industri tas yang relatif tinggi. Berikut perhitungan teknik pengambilan sampel:

n = 120/(120.0,01+1) n = 120/2,2

n = 54,5 n = 55 Sampel

Selain melakukan wawancara dengan pengusaha, dilakukan wawancara dengan tenaga kerja dan masyarakat sekitar industri mengenai kegiatan dan proses industri tas di Kecamatan Ciampea. Adapun variabel -variabel yang digunakan dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan studi penelitian ini, antara lain yaitu variabel industri tas dan masyarakat (ekonomi lokal), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:


(28)

9 Tabel 1.1

Variabel Penelitian

1.5.3Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk membuat pencadaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian secara sistematis, faktual dan akurat (Suryabrata, 2002 dalam Irfany, 2004).

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab besarnya potensi perkembangan industri tas Kecamatan Ciampea terhadap perekonomian lokal. Potensi perkembangan industri tas ini akan dilihat dari karakteristik indutri tas yang terdiri dari, pengusaha tas Ciampea, bahan baku, tenaga kerja, SDM, rantai produksi dan pemasaran serta promosi.

Sasaran Variabel

Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea

1. Pengusaha 2. Tenaga Kerja 3. Bahan Baku 4. SDM

5. Rantai Produksi

6. Pemasaran dan Promosi

Identifikasi Industri Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal

1. Bahan Baku dan Sumber Daya Lokal

2. Pengusaha dan tenaga dominasi adalah tenaga kerja lokal serta dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) lokal

3. Melibatkan sebagian besar penduduk lokal 4. Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi 5. Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah

investasi dan jumlah tenaga kerja

6. Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain dan Memunculkan wiraswasta baru


(29)

10 1.6 Kerangka Pemikiran

GAMBAR 1.2

KERANGKA PEMIKIRAN

Identifikasi Karakteristik Industri Tas Ciampea

1. Pengusaha 2. Tenaga kerja 3. Bahan Baku 4. SDM

5. Rantai Produksi

6. Pemasaran dan Promosi

Kriteria PEL (Blakely 1987) 1. Bahan baku dan sumber daya lokal

2. Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) lokal

3. Pengusaha dan tenaga dominasi adalah tenaga kerja lokal

4. Melibatkan sebagian besar penduduk lokal 5. Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah

investasi dan jumlah tenaga kerja 6. Terdapat organisasi/kelompok kegiatan

ekonomi

7. Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain

8. Memunculkan Wiraswasta Baru Perkembangan Industri

Tas di Kecamatan Ciampea

Identifikasi Industri Tas Ciampea Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Lokal

1. Bahan Baku dan Sumber Daya Lokal 2. Pengusaha dan tenaga dominasi adalah

tenaga kerja lokal serta dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) lokal

3. Melibatkan sebagian besar penduduk lokal 4. Terdapat organisasi/kelompok kegiatan

ekonomi

5. Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja 6. Terdapat keterkaitan dengan kegiatan

ekonomi lain dan Memunculkan wiraswasta baru

Dampak Perkembangan Industri Tas Ciampea

Kesimpulan dan Rekomendasi


(30)

11 1.7 Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab dan beberapa subab yang secara sistematis disusun sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang studi, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup studi, metodelogi, serta sistematika pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa teori pendekatan mengenai pengertian industri, menjelaskan pengertian tenaga kerja, pengembangan ekonomi lokal dan tentang klaster industri.

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Dalam bab ini akan dipaparkan gambaran umum mengenai Kecamatan Ciampea dan wilayah sentra industri tas Ciampea. Pembahasan ini mencakup: kondisi fisik wilayah, kondisi kependudukan, potensi perekonomian Kecamatan Ciampea, kebijakan pemanfaatan kawasan sentra industri tas, perkembangan sentra industri tas Ciampea dan karakteristik industri tas Ciampea.

BAB 4 IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK INDUSTRI TAS CIAMPEA

SEBAGAI POTENSI PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai hasil pengolahan data kuisioner yang kemudian di identifikasi untuk mengetahui permasalahannya. Identifikasi ini meliputi identifikasi karakteristik industri tas Ciampea, identifikasi tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi lokal dan dampak perkembangan industri tas Ciampea. Identifikasi karakteristik industri tas Ciampea yang terdiri dari; identifikasi karakteristik pengusaha, identifikasi karakteristik tenaga kerja, identifikasi karakteristik bahan baku, identifikasi karakteristik SDM (sumber daya manusia), identifikasi karakteristik rantai produksi dan identifikasi pemasaran dan promosi.


(31)

12

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis, yaitu mengenai kesimpulan dari hasil analisis identifikasi karakteristik indutri tas Ciampea, kesimpulan dari analisis identifikasi tas Ciampea sebagai potensi pengembangan ekonomi local dan kesimpulan dari analisis dampak perkembangan ekonomi industri tas Ciampea. Selain itu, bab ini akan menjelaskan mengenai rekomendasi yang dilihat dari hasil analisis dampak perkembangan ekonomi industri tas Ciampea. Serta keterbatasan studi dan rekomendasi studi lanjutan.


(32)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan membahas mengenai literature yang berkaitan dengan penelitian ini. Diantaranya yaitu mengenai definisi industri, menjelaskan definisi tenaga kerja, pengembangan ekonomi lokal dan tentang klaster industri.

2.1 Industri

2.1.1 Pengertian Industri

Industri secara gambaran umum merupakan kegiatan yang dapat merubah tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar jika memiliki keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain disekitarnya, jika tidak industri tersebut hanya akan memberikan peluang dalam pembuka lapangan kerja. Akan tetapi memiliki dampak yang sama yang bisa merubah pola kegiatan suatu wilayah menjadi lebih produktif.

Menurut Hamilton dan J.Linge dalam Kautsar (2006), industri adalah aktivitas pabrik dimana bahan baku mentah atau bahan baku diproses secara mekanis atai kimiawi menjadi suatu hasil akhir yang lebih bernilai. Jadi bisa dikatakan bahwa industri memiliki hubungan dari mulai penyediaan, proses, hingga menjadi sebuah barang yang mempunyai nilai rupiah.

Industri memiliki hubungan antara kegiatan satu dengan lainnya dan dapat menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan suatu wilayah. Sehingga menurut Partadirja (1985) dalam Ohoitimur (2010), ada beberapa faktor produksi dalam mendukung suatu perkembangan industri, diantaranya yaitu:

a. Faktor Produksi Modal, yang terdiri atas:

• Modal buatan manusia yang terdiri dari bangunan-bangunan, mesin-mesin, jalan raya, kereta api, bahan mentah, persediaan barang jadi dan setengah jadi.

• Lahan terdiri dari tanah, air, udara, mineral di dalamnya, termasuk sinar matahari.

b. Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari:

• Tenaga kerja atau buruh berupa jumlah pekerja termasuk tingkat pendidikan dan tingkat keahliannya


(33)

14 • Kewirausahaan sebagai kecakapan seseorang untuk mengoganisasi faktor-

faktor produksi lain beserta resiko yang dipikulnya berupa keuntungan dan kerugian.

2.1.2 Pengelompokan Industri

Industri dapat di artikan dari sudut pandang manapun, akan tetapi secara garis besar hampir memiliki suatu tujuan dan dampak yang masing-masing sama. Daripada itu, pengertiian industri memiliki pengertian yang sangat luas yang dapat berpengaruh terhadap pendapat tiap orang berbeda-beda.

Pembangian atau pengelompokan industri dilihat dari sudut pandang Badan Pusat Statistik (BPS) dibagi menjadi beberapa kelompok bedasarkan jumlah tenaga kerja. Berdasarkan pengelompokan itu, maka industri dibagi menjadi:

1. Industri besar yaitu perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang yaitu perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja sebanyak 20 sampai 99 orang.

3. Industri kecil yaitu perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5 sampai 19 orang.

4. Industri rumah tangga yaitu perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang.

Berbeda dengan BPS, pengelompokan dari sudut pandang Departemen Perindustrian dibagi dari jenis produk yang dihasilkan. Maka Departemen Perindustrian mengelompokan industri nasional Indonesia dalam 3 kelompok besar yaitu:

1. Industri Dasar

Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri silikat dan sebagainya. Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan 16 pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi


(34)

15 yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.

2. Aneka Industri

Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang menolah sumber daya pertanian secara luas dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.

3. Industri Kecil

Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan sebagainya).

2.2 Tenaga Kerja

2.2.1 Pengertian Tenaga Kerja

Suatu kegiatan yang berkaitan dengan ekonomi tidak luput dari yang namanya tenaga kerja. Karena dengan adanya tenaga kerja suatu kegiatan ekonomi baik itu kegiatan industri atau yang lainnya dapat tercipta.

Tenaga kerja merupakan tenaga manusia yang dipekerjakan dalam suatu proses produksi di dalam sebuah industri atau kegiatan lainnya. Rusli (1982) dalam Kurniawan (2008) menyatakan bahwa, “Tenaga kerja (man power) adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.”

Usia yang produktif sebagai tenaga kerja adalah yang berusia 10 tahun ke atas (standara usia yang digunakan di Indonesia). Akan tetapi tidak menutup kemungkinan di bawah umur 10 tahun sudah menjadi tenaga kerja, hal ini dengan ditandai fakta usia anak-anak sudah dijadikan pekerja, khususnya bagi mereka masyarakat miskin. Sedangkan menurut Mc Eachern (2000) dalam Kurniawan


(35)

16 (2008) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sumber daya yang paling umum digunakan untuk mengukur produktivitas, sehingga tenaga kerja menempati posisi yang sangat penting bagi keberlanjutan suatu kegiatan produksi di suatu wilayah.

2.2.2 Penggolongan Tenaga kerja

Tenaga kerja di Indonesia beragam golongan, pembagian golongan ini dibagi bedasarkan tingkat pendidikan dan kemampuan yang dimiliki SDM tersebut. Akan tetapi timbul permasalah antara pembanyaran upah dengan tingkat kemampuan yang dimiliki, hal ini terjadi karena adanya tingkat ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan pada suatu tingkat upah tertentu.

Tenaga kerja dibagi menjadi beberapa penggolongan, berikut adalah penggolongan tenaga kerja menurut Ohoitimur (2010) yaitu:

1. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

2. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan tukang memperbaiki televisi dan radio.

3. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli ekonomi, dan insinyur.

2.3 Pengembangan Ekonomi Lokal

Pembangunan lokal (Local Development) diartikan sebagai pertumbuhan suatu lokalitas secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri, bedasarkan potensi-potensi yang dimilikinya. Titik sentranya adalah mengorganisasi serta menstranformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal. Pengertian pengembanagan lokal sebagai peningkatan peran elemen-elemen endogenous dalam kehidupan sosial-ekonomi suatu lokalitas, dengan tetap melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah (region) yang lebih luas.(Sentosa, 2008).

Suatu wilayah dapat berkembang lebih baik dengan berlandaskan upaya PEL membutuhkan suatu kebijakan yang mendorong inovasi dalam struktur


(36)

17 industri yang terintegrasi (Supriyadi R, 2007). Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan bagi pengembangan ekonomi lokal tersebut adalah:

a. Memperbaiki keberadaan sumber daya ekonomi lokal melalui investasi baik modal fisik maupun manusia.

b.Memperbaiki fleksibilitas ekonomi lokal

c. Mendorong pengembangan atau masuknya perusahaan layanan bisnis khusus, terspesialisasi.

d.Terbangunnya kapasitas pendidikan dan penelitian wilayah.

e. Terbangunnya hubungan antar bisnis-bisnis lokal, serta jalinan hubungan antara masyarakat lokal dengan lembaga litbang, serta jalinan hubungan antara masyarakat lokal dengan lembaga-lembaga pendidikan dan litbang. f. Tertariknya perusahaan dari luar wilayah yang memungkinkan usaha yang

ada tetap berhasil dari layanan bisnis yang tersedia sebelumnya.

g. Memasarkan kemampuan dan keunggulan wilayah kepada dunia usaha di luar wialayah.

h.Keahlian individu dan wirausaha terpasarkan hingga tercapainya kualitas hidup di wilayah.

Blakely (1989) dalam Supriyadi R (2007) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi lokal adalah suatu proses pembangunan ekonomi dimana pemerintah daerah dan atau kelompok masyarakat berperan aktif mengelola sumberdaya alam yang dimiliki melalui pola kerjasama dengan pihak swasta atau lainnya, menciptakan lapangan kerja, memberikan stimulasi kegiatan ekonomi pada zona perekonomiannya. Sebagai suatu proses, peran kerjasama lembaga pemerintah daerah, swasta dan kemasyarakatan sangat menentukan dalam pengembangan ekonomi lokal.

Untuk kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut (Blakely, 1987);

 Bahan baku dan sumber daya lokal

Bahan baku lokal merupakan bahan yang digunakan dalam sebuah proses membentuk suatu barang jadi. Dalam kriteria ini menjelaskan bahwa bahan baku yang diperoleh itu harus dihasilkan oleh masyarakat di sekitar wilayah industri. Sumber daya merupakan suatu input untuk dijadikan sebuah output


(37)

18 melalui suatu proses atau transformasi/perubahan. Sumber daya secara umum dibagi 2: sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Jika melihat pada penegertian blakely, bahan baku untuk pengembangan ekonomi lokal harus bahan baku yang dihasilkan atau memang diolah di dalam kawasan industri tidak boleh bahan baku dari luar karena itu akan mengurangi sektor basis. Sedangkan batasan dalam penelitian yaitu, bahan baku yang akan di teliti adalah perolehan bahan baku yang diperoleh di dalam kawasan industri itu sendiri, walau memang bahan baku ini masih dari luar dan dari dalam industri hanya sebagai perantara yaitu si penyedia bahan baku. Akan tetapi ini tidak mengurangi dampak atau perkembangan yang terjadi, karena disamping itu dengan adanya industri tas ini menjadikan sektor non basis menjadi lebih berkembang, yaitu memunculkan dampak baik secara langsung dan tidak langsung.

 Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal

Pengertian dapat digerakan oleh penduduk lokal yaitu kegiatan industri dalam menunjang ekonomi lokal digerakan sepenuhnya oleh penduduk lokal dengan menyesuaikan kemampuan penduduk lokal yang ada.

 Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja lokal

Pengusaha merupakan pelaku usaha yang mendirikan, menjalankan dan memimpin suatu kegiatan industri untuk menghasilkan suatu produk. Sedangkan tenaga kerja merupakan tenaga manusia yang dipekerjakan dalam kegiatan proses produksi dalam suatu industri. Kriteria ini mengharuskan baik pengusaha dan tenaga kerja harus dominan atau sebagian besar adalah penduduk lokal. Untuk menumbuhkembangkan perekonomian lokal, sumber daya manusia dalam sebuah industri harus berasal dari masyarakat lokal.

 Melibatkan sebagian besar penduduk lokal

Dalam suatu proses kegiatan industri, masyarakat lokal dilibatkan di dalamnya. Tidak hanya dalam prosesnya, masyarakat bisa ikut terlibat dalam hal lainnya, seperti dalam hal penyediaan bahan baku atau dalam hal


(38)

19 memasarkan hasil produk industri. Keterkaitan antar industri dengan masyarakat menjadi penguat untuk meningkatkan perekonomian dikawasan tersebut. Tujuan dari kerterkaitan tersebut untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di dalamnya.

 Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja

Skala dalam pelayanan, baik dalam jumlah modal, produksi dan pemasaran yang lingkup pelayanannya masih kecil. Hal ini ditunjukan kepada investasi dan jumlah tenaga kerja yang dapat mempengaruhi dalam skala pelayanan industri tas tersebut. Pengertian dari kriteria ini adalah skala dalam pelayanan, baik dalam jumlah modal, produksi dan pemasaran yang lingkup pelayanannya masih kecil.

 Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi

Dalam suatu kawasan industri terdapat adanya organisasi/kelompok untuk membantu kegiatan ekonomi. Organisasi/kelompok kegiatan ekonomi tersebut merupakan organisasi/kelompok yang memang terbentuk dari adanya kegiatan industri tersebut, untuk mendorong dan mengembangkan industri yang ada. Organisasi/kelompok ini bisa bersifat kelembagaan pemerintah atau swasta.

 Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain

Adanya keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain dalam kegiatan industri. Keterkaitan ini harus ada dalam kegiatan industri, yaitu hubungan satu kegiatan ekonomi dengan kegiatan ekonomi lainnya. Seperti dalam hal penyedia bahan baku, industri membutuhkan bahan baku dari luar industri, ini berarti adanya hubungan antara si penyedia bahan baku dengan industri.  Memunculkan wiraswasta baru

Memunculkan wiraswasta baru dalam pengertian kegiatan suatu industri dapat memunculkan usaha baru, baik dampak secara langsung atau tidak langsung. Seperti contoh dampak secara langsung itu, munculnya kegiatan atau usaha baru dalam penyedia bahan baku ataupun pengusaha tas baru,


(39)

20 sedangkan dampak secara tidak langsungnya yaitu, munculnya kegiatan ekonomi lain seperti warung-warung makan dan sebagainya.

Menurut Gultom (1998) dalam Irfany (2004) memberikan pengertian pengembangan lokal sebagai peningkatan peran elemen-elemen endogenous dalam kehidupan sosial-ekonomi suatu lokalitas, dengan tetap melihat keterkaitan serta integrasinya secara fungsional dan spasial dengan wilayah (region) yang lebih luas.

4 tahap dari proses pengembangan lokal ini, adalah sebagai berikut:

1.Tumbuh kembangnya kewiraswastaan lokal, yaitu masyarakat lokal memulai membuka bisnis kecil-kecilan, mulai mengambil resiko keuangan dengan menginvestasikan modalnya dalam kegiatan bisnis baru.

2.Pertumbuhan dan perluasan perusahaan-perusahaan lokal, yaitu lebih banyak perusahaan yang mulai beroperasi dan perusahaan-perusahaan yang sudah ada semakin bertambah besar dalam hal penjualan, tenaga kerja dan keuntungannya.

3.Berkembangnya perusahaan-perusahaan lokal ke luar lokalitas.

4.Terbentuknya suatu perekonomian wilayah yang bertumpu pada kegiatan dan inisiatif lokal serta keunggulan komparatif aktivitas ekonomi lokal tersebut.

Jadi pada dasarnya pengembangan ekonomi lokal merupakan proses dimana pemerintah lokal dan atau kelompok-kelompok masyarakat mengelola sumber daya dan melakukan kerja sama dengan pihak swasta untuk mencipatakan lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, Gultom (1998) dalam Irfany (2004).

Rumusan, Indikator, dan tujuan pembangunan ekonomi lokal adalah sebagai berikut:

 LED sebagai model menekankan pada bagaimana merumuskan

endogenus development policies dengan sebanyak mungkin

menggunakan aspek lokalitas dalam pembangunan yang meliputi : sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, dan kelembagaan


(40)

21  Indikator yang sering digunakan adalah pada peningkatan kesempatan kerja atau penciptaan lapangan kerja lokal dan penyerapan komoditas lokal

 Harapan pada LED ditunjukan pada suatu pencapaian untuk meningkatkan jumlah dan keanekaragaman kesempatan kerja yang disediakan untuk masyarakat setempat

Menurut Supriyadi 2007, sebagai trategi, pengembangan ekonomi lokal juga bertujuan memberdayakan orang-orang lokal, pemerintah lokal, dan indutri-industri lokal. Terjadinya kolaborasi antar actor baik public, bisnis dan masyarakat, serta tindak kolektif yang mendorong kondisi yang nyaman bagi pertumbuhan ekonomi maupun ketenagakerjaan, tersirat makna bahwa pengembangan ekonomi lokal bersifat komprehensif yang melibatkan berbagai pihak sebanyak mungkin stakeholder yang ada.

Bedasarkan fokus penerapannya, tujuan pembangunan ekonomi lokal meliputi:

1. Membentuk jaringan kerja kemitraan antar pelaku ekonomi untuk pemanfaatan potensi lokal dengan meningkatkan kapasitas pasar pada tingkat lokal, regional dan global.

2. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam pengelola pengembangan ekonomi lokal.

3. Terjadinya kolaborasi antar actor baik public, bisnis dan masyarakat. 4. Secara kolektif mendorong kondisi yang nyaman bagi pertumbuhan

ekonomi dan ketenagakerjaan.

Sedangkan sasaran pengembangan ekonomi ekonomi lokal meliputi:

1. Tumbuh dan berkembangnya usaha masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat terutama si miskin serta berkurangnya kesenjangan antara masyarakat perdesaan dan perkotaan, dan

2. Pro-poor policy.

Dengan melihat tujuan pembangunan ekonomi lokal di atas, maka keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa indikator (Supriyadi 2007), yaitu;


(41)

22  Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja

dan berusaha.

 Perluasan kesempatan bagi si miskin untuk meningkatkan pendapatan.  Keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan

pemasaran.

 keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, usaha swasta dan masyarakat lokal.

2.4 Klaster Industri

2.4.1 Pemahaman Klaster Industri

Klaster Industri adalah pemusatan geografis dari keterhubungan antara perusahaan, supplyer khusus, pengembangan pelayanan, perusahaan yang terhubung dalam industri, dan asosiasi intitusi (contoh: Universitas, asosiasi perdagangan) yang bersaing dan bekerja sama pada bidang tertentu (Porter, 2000, 2006).

Ruang lingkup;

1. Ada kesamaan letak geografis. 2. Terhubung dalam bidang tertentu.

3. Memiliki keadaan yang secara umum sama. 4. Saling melengkapi dan bekerjasama.

Pengaruh Cluster dalam kompetisi:

1. Meningkatkan produktivitas dari perusahaan atau industri.

2. Meningkatkan inovasi dan pertumbuhan produksi karena cluster saling berinteraksi sehingga terjadi pertukaran ilmu dan informasi.

3. Merangsang bentuk bisnis baru yang mendukung inovasi dan perluasan cluster.

Kotler (1997) mendefinisikan klaster industri atau kelompok industri adalah segmen-segmen industri yang bersama-sama memiliki kaitan vertikal dan horizontal. Jika sebuah industri mendiversifikasi bidang-bidang yang merupakan input ataupun output dari industri itu, maka arah diversifikasi itu bersifat vertikal. Ada 2 macam kaitan vertikal : kaitan kedepan dan kaitan kebelakang. Kaitan kedepan adalah kaitan antara industri utama dan industri-industri hilirnya,


(42)

23 sedangkan kaitan kebelakang adalah kaitan antara industri utama dan industri hulunya.

Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupun related industry (Disperindag, 2000) 2.4.2 Pengelompokan Klaster Industri

Klaster industri terdiri dari beberapa pengelompokan, yang masing-masing di dalamnya dibagi lagi menjadi industri penghasil. Ada enam kelompok industri menurut DISPERINDAG tahun 2011, yaitu:

1. Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur (8 Klaster indutri), yaitu: 1) Klaster Industri Baja, 2) Klaster Industri Semen, 3) Klaster Industri Petrokimia, 4) Klaster Industri Keramik, 5) Klaster Industri Mesin Listrik & Peralatan Listrik, 6) Klaster Industri Mesin Peralatan Umum, 7) Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil, 8) Klaster Industri Alas Kaki.

2. Kelompok Klaster Industri Berbasis Agro (12 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit, 2) Klaster Industri Karet dan Barang Karet, 3) Klaster Industri Kakao, 4) Klaster Industri Pengolahan Kelapa, 5) Klaster Industri Pengolahan Kopi, 6) Klaster Industri Gula, 7) Klaster Industri Hasil Tembakau, 8) Klaster Industri Pengolahan Buah, 9) Klaster Industri Furniture, 10) Klaster Industri Pengolahan Ikan, 11) Klaster Industri Kertas, 12) Klaster Industri pengolahan Susu.

3. Kelompok Klaster Industri Alat Angkut (4 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Kendaraan Bermotor, 2) Klaster Industri Perkapalan, 3) Klaster IndustriKedirgantaraan, 4) Klaster Industri Perkeretaapian.

4. Kelompok Klaster Industri Elektronika dan Telematika (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Elektronika, 2) Klaster Industri Telekomunikasi, 3) Klaster Industri Komputer dan Peralatannya.

5. Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu (3 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, 2) Klaster Industri Fashion, 3) Klaster Industri Kerajinan dan Barang seni.


(43)

24 6. Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu (5 Klaster Industri), yaitu: 1) Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2) KlasterIndustri Garam, 3) Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4) Klaster Industri Minyak Atsiri, 5) Klaster Industri Makanan Ringan.

Klaster industri secara pragmatis pada prinsipnya lebih merupakan konsensus yang didasarkan atas sehimpunan kriteria yang digunkan dalam dalam pendefinisian Feser dan Renski (2000). Dalam studinya dengan pendekatan benchmarking melakukan kajian tentang klaster industri berbasis teknologi tinggi di AS untuk mengidentifikasi klaster industri berbasis teknologi tinggi di Negara Bagian North Carolina, AS. Dalam konsep klaster industri, menurutnya terdapat tiga dimensi utama,m yaitu:

1. Keterkaitan atau kesalingbergantungan: yang dapat diturunkan dari rantai

nilai bersama, penggunaan tenaga kerja (keterampilan) yang sama, adopsiteknologi yang serupa atau pertukaran pengetahuan dan inovasi.

2. Waktu atau tahapan perkembangan: dalam hal ini klaster industri dapat dikelompokan

atas klaster industri yang telah mencapai critical mass. Sedangkan emerging cluster adalah klaster industri yang akan mencapai critical mass jika kecenderungan yang terjadi saat ini terus berlangsung. Sementara itu potential cluster adalah klaster industri yang nilai berpotensi berkembangnya kondisi yang diperlukan untuk berkembang masih tak pasti.

3. Geografi: beberapa klaster terkonsentrasi di daerah tertentu, namun

adakalanya klaster juga tersebar melintasi beberapa daerah. Seringkali wilayah geografis klaster industri tidak sama dngan batasan administratif daerah.


(44)

25 BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Ciampea

Karakteristik wilayah studi ini akan menjelaskan tentang kondisi fisik wilayah studi, tentang kondisi kependudukan yang terdiri dari jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, kemudian potensi perekonomian yang terdapat pada Kecamatan Ciampea. Penjelesan lebih lengkap dapat dilihat pada subab di bawah ini.

3.1.1Kondisi Fisik Wilayah

Kecamatan Ciampea merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor. Kecamatan Ciampea pada tahun 2010 memiliki luas sebesar 2.816 Ha dengan jumlah penduduk sebesar 141.392 jiwa. Wilayah administrasi Kecamtan Ciampea dibagi menjadi 13 desa, yaitu: Desa Ciampea Udik, Desa Cinangka, Desa Cibuntu, Desa Cicadas, Desa Tegal Waru, Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideung Udik, Desa Cihideung Ilir, Desa Cibanteng, Desa Bojong Rangkas, Desa Cibadak, Desa Benteng, Desa Ciampea.

3.1.2 Kondisi Kependudukan

Kecamatan Ciampea memiliki jumlah penduduk yang meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2007 sebesar 138.974 jiwa kemudian pada tahun 2009 menjadi 139.822 jiwa dan meningkat pada tahun 2010 sebesar 141.392 jiwa dengan komposisi 72.167 jiwa laki-laki dan 69.225 jiwa perempuan.

Penduduk terbanyak pada Desa Cibanteng sebesar 14.669 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk ini pun berpengaruh terhadap jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Ciampea. Pada tahun 2010 jumlah rumah tangga yang ada sebesar 34.002. Selain itupun kepadatan yang terjadi semakin meningkat dengan seiring bertambahnya jumlah penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(45)

26 Tabel III.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Luas Desa, Kepadatan Dan Jumlah Rumah Tangga Di Kecamatan Ciampea Tahun 2010

No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas

(Ha)

Kepadatan (Jiwa/Ha)

Rumah Tangga

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Ciampea Udik 3,961 3,693 7,654 235,36 32,52 1,668

2 Cinangka 5,874 5,556 11,430 221,50 51,60 2,929

3 Cibuntu 3,994 4,140 8,134 254,00 32,02 2,067

4 Cicadas 5,423 5,257 10,680 320,00 33,38 2,553

5 Tegal Waru 6,131 6,134 12,265 226.00 54,27 2,204

6 Bojong Jengkol 4,752 4,441 9,193 212.00 43,36 2,193

7 Cihideung Udik 7,225 6,667 13,892 284.00 48,92 3,353

8 Cihideung Ilir 4,862 4,524 9,386 182,50 51,43 2,491

9 Cibanteng 7,471 7,198 14,669 170,97 85,80 3,619

10 Bojong Rangkas 5,812 5,439 11,251 104,00 108,18 2,867

11 Cibadak 5,265 5,215 10,480 114.00 91,93 2,588

12 Benteng 6,284 5,835 12,119 248,50 48,77 2,913

13 Ciampea 5,113 5,126 10,239 243.00 42,14 2,557

Sumber: BPS, Kecamatan Ciampea Dalam Angka Tahun 2011 3.1.3 Potensi Perekonomian Kecamatan Ciampea

Perekonomian di Kecamatan Ciampea terus berkembang, ini ditandakan dengan semakin banyaknya sektor jasa yang ada dalam memamerkankan hasil industri tas tersebut, seperti toko atau showroom tas.

Kecamatan Ciampea memiliki berbagai jenis industri seperti industri sepatu, industri pengolahan makanan ringan, industri pembuat baju dll, akan tetapi hanya jenis industri taslah yang banyak berkembang dan hampir mendominasi di 2 desa dari 13 desa yang ada.

Dari hasil sumber yang ada, industri tas di Kecamatan Ciampea memang telah turun menurun dari sejak tahun 1970-an, jadi tidak heran jika banyak sekali ditemukan industri tas yang berada di Kecamatan Ciampea. Selain itu, industri tas di Kecamatan Ciampea jadi lebih berkembang sejak Kota Bogor mengeluarkan Perda bagi pajak industri pembuat tas di daerah tajur, sehingga dengan adanya kebijakan tersebut maka industri-industri tas di tajur pun berpindah ke Kecamatan Ciampea. Dengan demikian semakin banyak dan bertambah kembangnya industri tas di Kecamatan Ciampea, apalagi dengan sudah terkenalnya tas asli buatan dari


(46)

27 Kecamatan Ciampea ini dengan model dan kualitas yang baik serta harga yang relatife murah, menjadikan banyak diminati oleh orang banyak, sehingga menjadi nilai tambah bagi industri tas tersebut.

Semakin pesatnya pertumbuhan industri tas di Kecamatan Ciampea, tidak dibarengi dengan upaya pemerintah untuk lebih mengembangkan potensi yang ada ini untuk mengembangkan perekonomian. Padahal jika dilihat dari sisi sektoral dan keterkaitan, industri tas di Kecamatan Ciampea ini mampu menjadi penggerak utama dalam menumbuhkan sektor-sektor lainnya.

Hal lain yang utama dari keberadaan industri tas ini yaitu penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembang dan bertambahnya industri tas, maka peluang untuk penyerapan tenaga semakin lebih besar bagi masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel III.2

Jumlah Industri Besar Sedang Dan Tenaga Kerja Di Kecamatan Ciampea Tahun 2010

No Desa Jumlah Industri Tenaga Kerja

1 Ciampea Udik 0 0

2 Cinangka 0 0

3 Cibuntu 0 0

4 Cicadas 0 0

5 Tegal Waru 5 150

6 Bojong Jengkol 2 300

7 Cihideung Udik 4 120

8 Cihideung Ilir 1 70

9 Cibanteng 1 33

10 Bojong Rangkas 9 750

11 Cibadak 0 0

12 Benteng 0 0

13 Ciampea 3 100

Sumber: BPS, Kecamatan Ciampea Dalam Angka Tahun 2011

3.1.4 Kebijakan Pemanfaatan Kawasan Sentra Industri Kecil Menengah  Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 bahwa Kawasan budi daya

adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Dimana dalam kawasan budidaya diperuntukan


(47)

28 beberapa zona kawasan diantaranya; kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan industri, kawasan pariwisata dan kawasan permkiman.

 Berdasarkan Perda Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, dimana dicantumkan pada pasal 34 yang berbunyi bahwa dalam kawasan budidaya termasuk beberapa zona kawasan dan salah satunya yaitu zona Kawasan Industri.

 Turunan dari PERDA RTRW Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tercantum dalam Pasal 37 dimana pemanfaatan kawasan zona industri dibagi menjadi 3 klasifikasi dan salah satunya yaitu kawasan sentra industri kecil (Pasal 37 Ayat 1 Huruf C).

 Kecamatan Ciampea telah ditetapkan dalam PERDA NO 19 Tahun 2008 sebagai pusat industri kecil terbukti dalam pasal 37 ayat 4 Huruf C

3.2 Gambaran Umum Wilayah Sentra Industri Tas Ciampea

Gambaran umum wilayah sentra industri tas di Kecamatan Ciampea ini terdapat pada dua desa, yaitu Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru. Dua desa tersebut merupakan desa yang paling mendominasi sebagai kawasan sentra industri tas yang ada di Kecamatan Ciampea dan sudah menjadi komoditas unggulan desa tersebut.

3.2.1 Perkembangan Sentra Industri Tas Ciampea

Sentra Tas di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor telah dimulai sekitar tahun 1974. Salah satu desa di Kabupaten Bogor yang mengembangkan industri kecil menengah tas terletak di Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea. Kerajinan tas yang berkembang di Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru berasal dari dua bahan utama, yaitu bahan baku (kulit asli atau imitasi) dan bahan pembantu (benang, lem, pc, latek, dan berbagai macam bahan variasi). Kedua Bahan utama tersebut diperoleh dari daerah Kota Bogor, dan sebagian dari Jakarta (Tanah Abang, Pasar Senen, Mangga Dua). Bahan baku tersebut merupakan bahan yang berasal dari produksi lokal maupun produk impor.


(48)

29 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini bahan baku utama dan penolong:

Gambar 3.1

Bahan Baku Utama dan Bahan Baku Penolong

Desa Bojong Rangkas merupakan desa yang terletak di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Desa Bojong Rangkas ini, adalah salah satu desa yang dihuni oleh masyarakat yang melakukan aktifitas rutinnya sebagai pengrajin/UKM tas. Pengrajin/UKM tas yang ada di Bojong Rangkas berjumlah sekitar enam puluh tujuh pengrajin yang melakukan kegiatan produksi tas dengan berbagai macam model, ukuran,dan jenis tas yang diproduksi di desa tersebut.

Desa Tegalwaru yang berada bersebelahan dengan Desa Bojong Rangkas mempunyai karakteristik sama. Yaitu banyaknya pengrajin tas yang terdapat di desa ini. Ada sekitar lima puluh tiga pengrajin yang tersebar di dalam desa ini. Persamaan karakteristik ini karena dahulunya pengrajin tas yang ada di Desa Tegalwaru merupakan bagian dari kegiatan produksi tas yang ada di Desa Bojong Rangkas. Pada awal tahun 2001 para pengrajin tas yang ada di Desa Tegalwaru berdiri sendiri/tidak menginduk lagi terhadap Desa Bojong Rangkas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini industri tas yang ada di Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru:

Bahan Baku Utama

Sumber: hasil survei 2013

Bahan Baku Penolong


(49)

30 Gambar 3.2

Industri Tas yang Berada Di Desa Bojong Rangkas dan Tegalwaru

Perkembangan tas yang ada di kedua desa saat ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan para pengrajin tas rata-rata mampu memproduksi tas sebanyak 1.000–1.200 lusin per minggu. Tas produksi sentra Bojong Rangkas dan Tegalwaru adalah tas dengan model terbaru yang mengikuti tren. Hanya dengan mengandalkan gambar tas yang ingin ditiru, para pengrajin mampu mengerjakan mirip dengan tas asli. Sebelum memasarkan tas model baru, mereka biasa mengadakan tes pasar. Apabila habis terjual dalam waktu singkat, pemilik akan memproduksi tas dengan model serupa. Namun, satu model tas tak diproduksi masal sehingga pembeli tas perlu khawatir tas miliknya banyak yang menyamai.

Tas-tas buatan pengrajin di Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru, dipasarkan hingga luar daerah dan hampir seluruh Indonesia. Perajin melayani pemesanan dengan penenentuan minimum order yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan skala pengerjaan perajin sentra berbeda satu sama lain, ada yang skala pengerjaan perajin sentra berbeda satu sama lain, ada skala besar dengan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, contohnya perajin tas di Tegalwaru yang banyak menyetor ke Pasar Grosir Mangga Dua, ke Pasar Senen, Jakarta. Namun umumnya perajin menerima pesanan minimal selusin dengan pembayaran uang muka setidaknya 50 persen. Biasanya untuk pembelian dalam jumlah banyak akan mendapat diskon 5-10%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat produk jenis tas yang dihasilkan oleh kedua desa:

Industri yang ada di Desa Tegalwaru

Sumber: hasil survei 2013

Industri yang ada di Desa Bojong Rangkas


(50)

31 Gambar 3.3

Jenis Tas Yang Dihasilkan Industri Tas Ciampea

Adapun industri-industri yang berhasil didata berdasarkan hasil survei yang berada pada Desa Bojong Rangkas dan Desa Tegalwaru dengan batas wilayah penelitian yaitu industri tas yang berada di Kecamatan Ciampea. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini:

Tabel III-3

Industri Tas Yang Berada di Kecamatan Ciampea Berdasarkan Hasil Survei

No Nama Nama Industri Tas Lokasi Pengrajin Tas

1 Bpk. Sueb Raiman Raiman Colection Bojong Rangkas 2 Bpk.M.Ikhwan Ikhwan Colection Bojong Rangkas 3 Bpk.Saefudin Saefudin Colection Bojong Rangkas 4 Bpk.Jakarsih Jakarsih Colection Bojong Rangkas 5 Bpk.Dulhak Dulhak Colection Bojong Rangkas 6 Bpk.H.Supriyono Supriyono Colection Bojong Rangkas 7 Bpk.Endang Muchroji Muchroji Colection Bojong Rangkas

Sumber:http://www.businessreview.co.i d/bisnis-investasi-1775

Sumber:http://bogor.olx.co.id/pengrajin -tas-patria-bogor-produksi-ribuan-tas-dan-agenda-2012-iid-215531711

Sumber: hasil survei 2013 Sumber: hasil survei 2013


(1)

104 ada sehingga lebih berkembang, sehingga menjadikan masyarakat tersebut bisa mempunyai peluang untuk menjadi seorang pengusaha industri tas atau usaha lain dengan kemampuan yang sudah dimiliki.

Selain berdampak pada pengembangan SDM masyarakat sekitar, dengan terdapatnya organisasi/kelompok ini, berdampak juga pada adanya jalinan antar pengusaha industri tas Ciampea. Ini terjadi karena dalam organisasi biasanya terdiri dari anggota yang seluruhnya sebagai pengusaha industri tas. Ini menjadikan dengan adanya organisasi/kelompok ini menjadikan antar pengusaha industri tas Ciampea bisa lebih saling kenal dan saling sharing pengalaman. Seperti contoh pada Koperasi Sentra Tas di Desa Tegalwaru. Koperasi ini dibagi dalam 6 Korwil (kordinator wilayah) yang diketuai oleh 1 ketua setiap Korwilnya. Dalam 1 korwil biasanya mencangkup wilayah 1 RW untuk memudahkan dalam koordinator dan memantau anggota koperasi. Pengusaha ini pun biasanya dalam satu Korwil saling bekerjasama dalam hal mencari order atau memproduksi tas. Jika salah satu pengusah industri tas mendapatkan order yang cukup besar, pengusaha ini pun akan mengajak pengusaha industri tas lain untuk bekerjasama memproduksi tas orderan tersebut dengan cara dikerjakan bebarengan atau join. Jadi dapat dikatan dampak yang terjadi sangat positif, yaitu terjalinnya kerjasama antar pengusaha industri. Jika pada umumnya biasanya terdapat persaingan yang sangat ketat antar pengusaha industri dalam mendapatkan order, akan tetapi di kawasan industri tas Ciampea ini tidak demikian.

Hal lain yang memperjelas adanya peningkatan kerjasama anatar pengusaha industri tas Ciampea, dikarenakan mengelompoknya lokasi industri tas ini. Berikut adalah tabel IV-31 yang menerangkan pengaruh dari terpusatnya industri tas yang berada di kawasan industri tas Ciampea.

Tabel IV-37

Pengaruh Dari Terpusatnya Industri Tas Di Kecamatan Ciampea Dengan terpusatnya di Kec.Ciampea, ada

pengaruh dalam industri tas anda? Frekuensi Presentase (%)

a). Ya 44 80,00

b). Tidak 11 20,00

Jumlah 55 100


(2)

105

Gambar 4.33

Pengaruh Dari Terpusatnya Industri Tas Di Kecamatan Ciampea

Terpusatnya industri tas Ciampea ini ternyata sangat berpengaruh terhadap dampak berkembangnya industri tas, hal ini diperjelas pada tabel IV-31 presentase sebesar 80% mengatakan bahwa terpusatnya industri tas di Kecamatan Ciampea tidak berpengaruh terhadap perkembangan industri tas. Hal ini terjadi karena industri tas di Kecamatan Ciampea sudah terorganisir dengan baik dalam hal mendapatkan order dan dalam hal menjual produk, dan hal lain positif dari terpusatnya industri tas ini, mereka para pengusaha tas sama-sama saling membantu dalam mencari order, sehingga adanya jalinan kerjasama antar pengusaha industri tas Ciampea.


(3)

106 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui hasil proses analisis terhadap industri tas di Kecamatan Ciampea, dan dengan melihat dari analisis potensi tas Ciampea terhadap perekonomian lokal, dampak ekonomi potensi perkembangan industri tas Ciampea, serta keterbatasan studi dan rekomendasi studi lanjutan, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut:

A. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa identifikasi karakteristik industri tas Ciampea sebagai berikut:

 Karakteristik pengusaha tas Ciampea sebagian besar merupakan penduduk lokal yang sudah lama menajalankan industri tas, dan sebagian besar industri yang dijalankannya adalah usaha milik sendiri.Selain itu banyak sekali tempat tinggal pengusaha tas ini menyatu atau dekat dengan tempat industri. Ini memiliki keterkaitan bahwa memang jarak dekat dan tempat milik sendiri menjadi faktor untuk meminimalkan pengeluaran dibanding harus jauh dan menyewa tempat.

 Karakteristik tenaga kerja tas Ciampea sebagian besar berasal dari dalam kawasan industri Tas. Hal ini dikarenakan memang, para pengusaha tas ini mendirikan industri tas selain mempunyai tujuan untuk memperoleh penghasilan, tetapi juga ingin menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar untuk dipekerjakan. Jadi hampir seluruh tenaga kerja yang ada, berasal dari dalam kawasan tas Ciampea. Selain mempunyai tujuan untuk menyerap tenaga kerja lokal, pengusaha lebih memilih tenaga kerja lokal ini karena dapat memberi kemudahan pada tenaga kerja dalam bekerja. Semakin dekat jarak rumah tenaga kerja dengan industri, maka semakin sedikit pula biaya yang harus dikeluarkan, sehingga biaya yang seharusnya dipakai dalam transport bisa dialihkan kebiaya lain untuk lebih menunjang kesejahteraannya.


(4)

107  Karakteristik bahan baku tas Ciampea dibagi dalam dua bahan baku, yaitu bahan baku utama dan bahan baku penolong. Sebagian besar baik bahan baku utama dan baku penolong, industri tas mendapatkan bahan baku tersebut dari dalam wilayah kawasan tas Ciampea. Hal ini dikarenakan sudah banyaknya muncul kegiatan ekonomi penyedia bahan baku yang tersebar di dalam kawasan tas Ciampea. Akan tetapi untuk bahan baku utama dan bahan baku penolong tertentu, industri tetap memilih membeli keluar kawasan, seperti ke Kota Jakarta, karena penyedia bahan baku yang ada di dalam kawasan tas Ciampea belum begitu komplit dalam menjual bahan baku tas.

 Karakteristik SDM tas Ciampea memiliki pelatihan dasar dalam mendirikan usaha industri tas. Ini dibuktikan melalui hasil analisis, para pengusaha sebagian besar memiliki dasar pelatihan dan hampir seluruhnya pengusaha tas Ciampea berasal dari penduduk lokal. Ini membuktikan bahwa kegiatan industri tas Ciampea digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal  Karakteristik rantai produksi pembuatan tas Ciampea tidak sepenuhnya

dikerjakan di dalam industri, hampir setiap industri memproduksi tas dengan setengah jadi kemudian di alihkan ke masyarakat sekitar untuk diselesaikan, setelah itu di kembalikan lagi ke industri untuk pengkemasan dan kemudian dipasarkan, sehingga memang sangat berdampak pada perekonomian masyarakat lokal. Ini juga membuktikan bahwa kegiatan industri tas ciampea melibatkan penduduk lokal.

 Karakteristik pemasaran dan promosi Ciampea, pemasarannya sebagian besar meliputi Kota Bogor untuk jenis tas wanita, sedangkan untuk jenis tas menengah ke atas meliputi JABODETABEK. Untuk promosi pun dapat diketahui ternyata promosi untuk tas Ciampea ini sebagian besar didapat dari order, baik itu yang berskala kecil atau besar.

B. Para pengusaha industri tas Ciampea memperoleh bahan baku di sekitar kawasan industri tas dengan cara membeli di toko dan bahan baku tersebut bukan yang dibuat di sekitar industry tas, sehingga kriteria ini tidak terpenuhi dalam kriteria Blakely. Dalam pengertian Blakely, kriteria bahan


(5)

108 baku merupakan bahan baku yang dihasilkan dari kawassan industri. Sedangkan untuk hasil identifikasi didapat bawa bahan baku di industri tas Ciampea ini diperoleh dengan di beli di toko di sekitar kawasan industri tass Ciampea.

C. Dari kriteria yang digunakan, ternyata dari 6 aspek dari 8 kriteria Blakely berdampak terhadap perkembangan industri tas Ciampea yang cukup besar. Ini karena dampak dari perkembangan industri tas Ciampea dapat memberi dampak seperti penumbuhan usaha baru baik secara langsung dan tidak langsung, penyerapan tenaga kerja dan pemberdayaan SDM masyarakat sekitar dan terjalinnya kerjasama antar pengusaha industri tas Ciampea.

5.2 Rekomendasi

A. Penyedia bahan baku di industri tas Ciampea secara umum memang ada dan cukup untuk melayani kebutuhan industri tas Ciampea. Akan tetapi belum sepenuhnya industri dapat memperoleh bahan baku di kawasan industri tas Ciampea. Sehingga perlunya penciptaan wirausaha untuk bahan baku yang menyediakan seluruh jenis bahan baku baik bahan baku utama dan bahan baku penolong, dari yang berkualitas biasa, standar hingga yang berkualitas sangat bagus. Dengan demikian tidak harus lagi ada industri tas yang harus membeli bahan baku keluar kawasan industri tas.

B. Perlunya pengoptimalan pelatihan yang ada di organisasi, agar pengembangan SDM masyarakat sekitar kawasan industri tas Ciampea bisa lebih berkembang dan mempunyai kemampuan yang cukup untuk menjadi bekal membuka lapangan pekerjaan, baik itu sebagai pengusaha baru tas atau sebagai pengusaha baru lain.

5.3 Keterbatasan Studi dan Rekomendasi Studi Lanjutan

Dalam subab ini akan menjelaskan mengenai keterbatasan studi dari penelitian ini yang merupakan kelemahan studi. Sedangkan rekomendasi studi lanjutan merupakan saran terhadap studi-studi yang dapat melengkapi studi ini.


(6)

109 5.3.1 Keterbatasan Studi

Keterbatasan studi ini merupakan kelemahan studi yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan keterbatasan data yang tersedia. Adapun keterbatasan pada studi ini adalah:

a. Penelitian ini meliputi dua desa dari tiga belas desa yang ada di Kecamtan Ciampea, sementara ada sebaran industri tas di sebelas desa lainnya. Sehingga perlu kajian untuk melihat potensi industri tas dengan meliputi keseluruhan desa yang ada di Kecamatan Ciampea.

b. Dampak yang dilihat meliputi aspek ekonomi dan merupakan turunan dari hasil potensi pengembangan ekonomi lokal. Sedangkan perlu dilihatnya dampak industri tas dilihat dari aspek lainnya.

c. Dalam studi ini keterkaitan kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkage) yang dilihat belum rinci. Sehingga perlu kajian yang rinci mengenai keterkaitan kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward linkage) yang ada di industri tas Ciampea.

5.3.2 Rekomendasi Studi Lanjutan

Bedasarkan keterbatasan-keterbatasan studi yang diungkapkan di atas maka perlu studi lanjutan untuk melengkapi studi mengenai poteni pengembangan ekonomi lokal di Kecamatan Ciampea. Maka rekomendasi studi lanjutan yang diusulkan untuk lebih melengkapi studi ini adalah:

a. Kajian industri tas Ciampea yang melingkupi semua desa yang terdapat di Kecamatan Ciampea.

b. Kajian dampak industri tas Ciampea terhadap masalah lain, seperti lingkungan.

c. Kajian backward linkage dan forward linkage yang lebih rinci dari industri tas yang ada di Kecamatan Ciampea.