Pengembangan fasilitas pps nizam zachman jakarta sebagai perikanan tuna di Jawa Bagian Barat

PENGEMBANGAN FASILITAS PPS NIZAM ZACHMAN
JAKARTA SEBAGAI PUSAT PERIKANAN TUNA DI JAWA
BAGIAN BARAT

RIZKI QORI BUDI HARTANTO

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan
Fasilitas PPS Nizam Zachman Jakarta Sebagai Pusat Perikanan Tuna Di Jawa
Bagian Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor,

Desember 2013

Rizki Qori Budi Hartanto
NIM C44090044

ABSTRAK
RIZKI QORI BUDI HARTANTO. Pengembangan Fasilitas PPS Nizam
Zachman Jakarta sebagai Pusat Perikanan Tuna di Jawa Bagian Barat.
Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan MUSTARUDDIN .
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tuna. Permintaan dunia
terhadap hasil perikanan Indonesia khususnya ikan tuna dari tahun ke tahun
semakin meningkat. PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan pelabuhan
terbesar di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi sentral pemasaran hasil
perikanan di Indonesia khususnya ikan tuna. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis produksi tuna, menganalisis kebutuhan fasilitas dan
menentukan strategi pengembangan industri tuna. Data primer diperoleh
dari wawancara dan data sekunder diperoleh dari observasi dan literatur.

Hasil penelitian ini adalah produksi ikan tuna selama tahun 2008-2012
meningkat sebesar 34,28%. Ikan tuna yang didatangkan dari daerah lain ke
PPSNZJ selama 2008-2012 sebesar 9,7 %. Distribusi ekspor sebesar
64,49%, regional 45%, dan lokal 53,88%. Selama 2008-2012 trend produksi
tuna lima tahun ke depan cenderung meningkat rata-rata 14,8% per tahun.
Fasilitas di PPSNZJ khusus tuna yang perlu diperbaiki antara lain TLC,
Dermaga, Pabrik es dan Cold Storage. Usaha yang perlu dilakukan selama
pengembangan industri tuna di PPSNZJ adalah memperluas pasar,
meningkatkan kualitas SDM dan fasilitas khusus tuna dan melakukan
kerjasama dengan investor asing.
Kata kunci : Perikanan tuna, PPS Nizam Zachman Jakarta, Pasar Dunia,
fasilitas.

ABSTRACT
RIZKI QORI BUDI HARTANTO. Development of PPS Nizam Zachman
Jakarta’s Facilities as A Tuna Fishery Center in Western Part of Java.
Supervised by IIN SOLIHIN and MUSTARUDDIN.
Indonesia is one of tuna exporters. World demand to fishery product of
Indonesia especially tuna increases year by year. PPSNZJ is the biggest
harbor in Indonesia and expected to be center of fishery product market

especially tuna in Indonesia. This research aimed to analyse tuna
production, analyse facility needs and decide the strategy of tuna industry
development. Primary data were obtained from interview and secondary
data were obtained from observation and literature. The result of this
research were that production of tuna during 2008-2012 increased 34,28%.
The amount of tuna which were imported from other places to PPSNZJ
during 2008-2012 were 9,7 %. The export distribution were 64,49%,
regional distribution were 45% and local distribution were 53,88%. From
2008 to 2012 tuna production rose in average 14,8% per year. The special
facilities for tuna in PPSNZJ which needed to be repaired were TLC, wharf,
ice factory and cold storage. The effort which needed to be made during
developing of tuna industry in PPSNZJ were expanding market, increasing
the quality of human resource and special facility of tuna and cooperating
with foreign enterprise.
Keywords : tuna fishery, PPS Nizam Zachman Jakarta, world trade, facility.

PENGEMBANGAN FASILITAS PPS NIZAM ZACHMAN
JAKARTA SEBAGAI PUSAT PERIKANAN TUNA DI JAWA
BAGIAN BARAT


RIZKI QORI BUDI HARTANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Pengembangan Fasilitas PPS Nizam Zachman Jakarta

sebagai Perikanan Tuna di Jawa Bagian Barat
: Rizki Qori Budi Hartanto
: C44090044
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si
Pembimbing I

Dr. Mustaruddin, S.TP
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April
2013 ini ialah dengan judul Pengembangan Fasilitas PPS Nizam Zachman
sebagai Pusat Perikan Tuna di Jawa Bagian Barat.
Ucapan terimaksih penulis sampaikan kepada:
1. Dr Iin Solihin, SPi, MSi dan Dr. Mustaruddin, S.TP yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi mulai dari awal sampai
akhir penulisan;
2. Ibu Tri Wiji Nurani, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan terhadap penulisan skripsi ini;
3. Ibu Vita Rumanti, SPi MT selaku komisi pendidikan yang telah
memberikan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini;
4. Pengelola PPS Nizam Zachman Jakarta yang telah bersedia
memberikan informasi yang dibutuhkan penulis;
5. Ibu (Nurul H), ayah (Budi S) dan keluarga yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian;
6. Teman paling dekat (Rosita Dewi C) yang men-support ketika akan
melakukan penelitian, serta membantu dalam mengoreksi tulisan ini;

7. Fajar Sidik teman penelitian, Ade Guntur, Lia, Eka S, Ulfa N, Faiz,
Agus J, Cahra, Bagus, dan Tyas;
8. Rekan-rekan angkatan PSP 46 yang telah menemani dalam suka dan
duka dalam menjalani proses perkuliahan hingga terselesainya
penulisan skripsi ini;
9. Serta pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor,

Desember 2013

Rizki Qori Budi Hartanto

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................v

PENDAHULUAN ..........................................................................................1
Latar Belakang ............................................................................................1
Tujuan Penelitian.........................................................................................2
METODE PENELITIAN ...............................................................................2
Waktu dan tempat ......................................................................................2
Metode Pengumpulan Data ........................................................................3
Analisis data ...............................................................................................3
Analisis produksi hasil tangkapan tuna ..............................................3
Analisis peramalan ..............................................................................4
Analisis SWOT ...................................................................................5
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................7
Analisis produksi hasil tuna .......................................................................7
Produksi berdasarkan volume ikan tuna yang didaratkan ................7
Produksi hasil tuna berdasarkan asal .................................................7
Produksi hasil tuna berdasarkan pemasaran ......................................8
Analisis peramalan produksi tuna .............................................................9
Penanganan tuna .....................................................................................10
Analisis fasilitas ......................................................................................11
Analisis SWOT ........................................................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................23

Kesimpulan ..............................................................................................23
Saran .......................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................24
LAMPIRAN .................................................................................................26
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................31

DAFTAR TABEL
Jenis yang dibutuhkan pengambilan data ........................................................... 3
Matriks internal factor evaluation (IFE) dan external factor
evaluation (EFE) .............................................................................................. 4
Fasilitas pokok di PPSNZJ ............................................................................... 11
Fasilitas fungsional di PPSNZJ......................................................................... 11
Fasilitas penunjang di PPSNZJ ......................................................................... 12
Fasilitas khusus tuna ......................................................................................... 13
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ......................................................... 19
Matriks EFE (External Factor Evaluation) ....................................................... 20
Matrix SWOT ................................................................................................... 21

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian .............................................................................................. 2

Diagram analisis SWOT ..................................................................................... 6
Pertumbuhan volume produksi ikan tuna tahun 2008-2012 ............................... 7
Daerah asal pemasok ikan tuna ........................................................................... 8
Volume distribusi tuna dari tahun 2008-2012 .................................................... 9
Perkembangan peramalan produksi lima tahun kedepan .................................. 10
Diagram SWOT ................................................................................................ 20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data daerah asal ikan tuna didatangkan ......................................................... 26
Data wilayah pemasaran ikan tuna ................................................................... 26
Data produksi dari darat dan laut ...................................................................... 26
Peramalan produksi ikan tuna tahun 2013 ........................................................ 26
Peramalan produksi ikan tuna tahun 2014 ........................................................ 27
Peramalan produksi ikan tuna tahun 2015 ........................................................ 27
Peramalan produksi ikan tuna tahun 2016 ........................................................ 28
Peramalan produksi ikan tuna tahun 2017 ........................................................ 28
Foto PPS Nizam Zachman Jakarta.................................................................... 29

1


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tuna. Hal ini terbukti dari
penyebaran tuna yang meliputi Laut Bali, Laut Flores, Laut Sewu, Laut Arafuru
serta Laut Banda. Penyebaran Ikan tuna tersebut menunjukkan bahwa keberadaan
ikan tuna cukup merata. Ikan tuna yang terdapat di Indonesia antara lain
madidihang (yellowfin tuna), ikan tuna mata besar (bigeye tuna), albacore, dan
ikan tuna sirip biru (Southern bluefin tuna) (Nontji 1993). Salah satu jenis tuna
yang sangat popular adalah ikan tuna sirip kuning (Retno et al. 2012).
Permintaan dunia terhadap hasil perikanan Indonesia khususnya ikan tuna
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh
jumlah penduduk yang semakin meningkat dan perubahan pola hidup masyarakat.
Ikan tuna merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi Indonesia (Retno et
al. 2012). Ikan tuna yang diekspor biasanya dalam bentuk tuna segar utuh disiangi
(fresh whole gilled and gutted), steak beku (frozen steak), serta produk dalam
kaleng (canned tuna). Salah satu strategi pemasaran hasil perikanan yang
direkomendasikan Kementrian dan Kelautan Perikanan (KKP) adalah dengan
tetap mempertahankan dan meningkatkan ekspor hasil perikanan Indonesia ke
pasar utama atau pasar produktif. Nilai ekspor ikan tuna ke negara seperti
Amerika Serikat (AS), Jepang dan Uni Eropa yang nilai ekspor Indonesia
mencapai 64,49% selama 5 tahun terakhir (PPSNZJ 2012).
Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta (PPSNZJ)
merupakan pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia (Sam 2012). Pelabuhan
perikanan ini didirikan pada tahun 1980. Sebagai sebuah pelabuhan berskala
besar, setiap tahunnya mampu memproduksi ikan beku dan segar, baik yang
berasal dari laut maupun dari darat. Ikan – ikan tersebut kemudian dipasarkan ke
dalam negeri dan luar negeri.
PPSNZJ diharapkan dapat menjadi sentral pemasaran hasil perikanan di
Indonesia, seperti ikan tuna. Selain itu, diharapkan dapat mengakomodir aktivitas
usaha perikanan tangkap nasional yang semakin berkembang sehingga menuntut
pengembangan pelabuhan perikanan agar dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada pihak-pihak yang memanfaatkan PPSNZJ.
Permasalahan perikanan tuna yang terdapat di PPSNZJ adalah permasalahan
mengenai fasilitas. Fasilitas perikanan tuna yang terdapat di PPSNZJ dinilai
kurang memadai. Hal ini terlihat dari penanganan ikan tuna di TLC (tuna lending
center). Produk tuna yang berkualitas ialah kesegaran yang sangat tinggi (Ilyas
1983). Untuk itu perlu adanya kajian atau penelitian terkait dengan ketersedian
fasilitas perikanan tuna yang memadai sehingga dapat meningkatkan produksi
tuna di PPSNZJ yang memiliki kualitas yang bagus, efektif dan berfungsi optimal,
serta dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi
wilayah dan nasional.

2

Tujuan
1. Mengidentifikasi produksi tuna yang didaratkan di PPS Nizam Zachman
Jakarta;
2. Mengidentifiksi kebutuhan fasilitas dalam pengembangan perikanan tuna di
Nizam Zachman Jakarta; dan
3. Menentukan strategi pengembangan industri perikanan tuna PPS Nizam
Zachman Jakarta.

Manfaat
1. Memberikan informasi bagi pelabuhan perikanan dan pemerintah terkait
pengembangan di PPS Nizam Zachman Jakarta; dan
2. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan mengembangkan
pengetahuan mengenai pengembangan perikanan tuna.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013. Penelitian dilakukan di
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta, tepatnya di muara
baru (Teluk Jakarta), Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Peta lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Lokasi penelitian PPS Nizam Zachman Jakarta

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode survei
digunakan untuk melihat gejala-gejala yang ada dan mengumpulkan data
mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan variabel penelitian (Jannah 2007).
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini terkait dengan faktor-faktor dalam

3

pengembangan perikanan tuna di PPS Nizam Zachman Jakarta. Data-data yang
diperlukan dalam mendukung metode penelitian meliputi data primer dan
sekunder.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah observasi dan
wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan perikanan di
pelabuhan sedangkan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer
mengenai perikanan tuna. Penentuan responden untuk wawancara dilakukan
dengan metode purposive sampling yaitu dengan cara mengambil respoden
menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel (Jannah 2007). Responden
ditujukan kepada pelaku perikanan tuna seperti kepala Tuna Landing Center
(TLC), UPT Perum, UPT PPSNZJ, karyawan perusahaan, dan nelayan.
Pengamatan pada proses penanganan produk tuna segar dilakukan dengan
mengambil sampel 1 industri tuna segar (Transit 16). Jumlah total responden yang
diwawancarai 15 orang, yang terdiri dari (TLC) 5 orang, UPT Perum 1 orang,
UPT PPSNZJ 2, karyawan perusahan 2 orang, nelayan 5 orang. Jenis data yang
dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis yang dibutuhkan dalam pengambilan data
Tujuan

Data yang diambil

Penangkapan tuna
 Volume penangkapan
 Pemasaran Pengolahan
tuna
 dari mana asal ikan
diperoleh
 nilai produksi tuna
 data pemasaran hasil olahan
tuna
2. Kebutuhan fasilitas  pabrik es
tuna
 fasilitas dan sarana
penunjang kegiatan
penaganan tuna
 cold strorage
3. Strategi
 faktor-faktor kekuatan
pengembangan
 faktor-faktor kelemahan
mengenggunakan
 faktor-faktor peluang
SWOT
 faktor-faktor ancaman

Jenis
Data

Tempat pengambilan data

1. Industri tuna

Data primer dan
data sekunder

PPSNZ Jakarta

Data primer dan
data sekunder

PPSNZ Jakarta

Data primer dan
data sekunder

PPSNZ Jakarta

Analisis Data
Analisis produksi hasil tangkapan tuna
Produksi hasil tuna dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu
dengan melihat trend produksi tuna selama lima tahun terakhir. Kecenderungan
ini dapat dilihat melalui aspek produksi berdasarkan volume ikan tuna yang
didaratkan, wilayah asal, dan wilayah pemasaran. Sementara itu, untuk menduga
produksi pada tahun berikutnya digunakan metode peramalan.

4

Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa
mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu, sedangkan peramalan
permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk yang diharapkan akan
terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang (Kenyo et al.
2013). Peramalan jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Nizam
Zachman lima tahun kedepan dilakukan dengan menggunakan metode peramalan
model dekomposisi multikatif (Gaspersz 1992).
Model Dekomposis Multiplikatif
Yt = It x Tt x Ct x Et ………………..(1)
Yt
It
Ct
Tt
1.

2.
3.

4.

5.
6.

: nilai deret waktu (data aktual) pada periode t
: indeks musiman pada periode t
: komponen siklik pada periode t
: komponen trend pada periode t

Langkah-langkah penyelesaian:
Dari data aktual Yt, tentukan rata-rata bergerak (moving average) 12 bulan, 4
triwulan atau 7 hari, tergantung data deret waktu yang digunakan. Tujuan dari
tahap ini adalah memperoleh dugaan dari trend (Tt) dan siklik (Ct).
Mt = (y1+y2+y3+……..+y12)/12............................... (2)
Hasil perhitungan diletakkan pada posisi dengan rumus 1/2 n+1 → bulan ke 7
Untuk memperoleh pengaruh musiman (It), bagilah fungsi (1) dengan fungsi
(2) (Yt/Mt) = It x Et
Penghilangan Et (eror), dengan merata-ratakan nilai pada bulan yang sama
tanpa nilai terbesar dan terkecil (rata-rata medial). Faktor koreksi =
1200/∑rata2 medial
Identifikasi pengaruh trend (Tt) yang sesuai dengan data (linear,
eksponensial, kuadratik, dll) dengan menggunakan metode kuadrat terkecil
seperti pada model regresi.
Model penduga trend : Tt = a + bt
Dimana Tt = kecenderungan (trend) pada periode
t = Indeks waktu
a,b = nilai dugaan parameter model
Untuk mendapatkan pengaruh siklik (Ct), bagilah persamaan (2) dengan Tt
(Mt/Tt) = Ct………………………..(3)
Untuk keperluan peramalan, gunakan ketiga komponen (It, Tt, Ct)
Ýt = It x Tt x Ct……………………(4)

Analisis fasilitas pelabuhan perikanan
Metode yang digunakan untuk analisis fungsi ketersedian fasilitas
dilakukan secara deskritif yaitu dengan melihat ketersediaan kapasitas dan tingkat
pemanfaatan. Analisis ketersedian dan fungsi fasilitas perikanan tuna dilakukan
untuk mengetahui kondisi fasilitas yang ada masih berfungsi dengan baik atau
tidak. Oleh sebab itu, diperlukan pengamatan dalam mengalalisis kinerja dari
masing-masing fasilitas yang ada di PPSNZJ. Analisis ini mencakup fasilitas
secara umum dan yang khusus digunakan untuk tuna.

5

Analisis strategi pengembangan perikanan tuna
Analisis data yang digunakan dalam pengembangan pelabuhan dilakukan
dengan pendekatan SWOT. SWOT adalah cara identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk mengambil keputusan strategis yang berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan suatu perusahaan (Rangkuti
2002).
Rangkuti (2002), menerangkan langkah-langkah pembuatan analisis SWOT
adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan informasi, yaitu mengidentifikasi variabel-variabel
internal dan eksternal.
2. Tahap penilaiaan, langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Kolom I dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang
dimiliki oleh perusahaan dengan membagi menjadi dua bagian, yaitu
internal /”IFE” (Internal Factor Evaluation) dan faktor eksternal /”EFE”
(Eksternal Factor Evaluation).
b. Pemberian bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).
c. Kolom 3 diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut
berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi PPS Nizam Zachman Jakarta.
Rentang nilai rating adalah 1 sampai 4, dimana perinciannya :
1 = sangat lemah
3 = cukup kuat
2 = tidak begitu lemah
4 = sangat kuat
d. Kolom 4 diisi dengan hasil perkalian dari bobot dan rating
Tabel 2. Matriks internal factor evaluation (IFE) dan external factor
evaluation (EFE)
Bobot

faktor-faktor internal

Rating

Skor

Rating

Skor

Kekuatan
1......
2.....
Kelemahan
1.....
2.....
Jumlah
kelemahan

Kekuatan

faktor-faktor eksternal


Bobot

Peluang
1.........
2........
Ancaman
1......
2......
Jumlah Peluang – Ancaman

3. Menentukan posisi titik koordinat pada kuadran
Rangkuti (2002), menyatakan bahwa posisi kondisi internal dan
eksternal dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu:
a. Kuadran I: merupakan posisi yang sangat menguntungkan dengan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang
yang ada. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi agresif.

6

b. Kuadran II: merupakan posisi yang menghadapi berbagai ancaman, namun
masih memiliki kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang. Strategi yang harus dilakukan adalah strategi diversifikasi.
c. Kuadran III: merupakan posisi yang memiliki peluang yang sangat besar,
namun harus meminimalkan kelemahan internal. Strategi yang harus
dilakukan adalah strategi turn around.
d. Kuadran IV: merupakan posisi yang sangat tidak menguntungkan karena
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang
harus dilakukan adalah strategi defensif.

Gambar 2 Diagram analisis SWOT
4. Menentukan strategi – strategi
Setelah diketahui posisi organisasi atau perusahaan dalam kuadran
SWOT maka dapat diketahui strategi yang harus digunakan oleh perusahaan
tersebut. Apakan strategi SO, strategi ST, strategi WT atau pun WO yang
cocok untuk keadaan organisasi atau perusahaan tersebut.
Peluang (O)
Ancaman (T)

Kekuatan (S)
Strategi S0
Strategi ST

Kelemahan (W)
Strategi WO
Strategi WT

5. Pengambilan keputusan strategi
Setelah mengetahui menggunakan strategi apa maka dapat pula ditentukan
solusi penggunaan metoda manajemen yang akan digunakan dalam
menjalankan organisasi atau perusahaan tersebut.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Produksi Tuna

P roduksi (ton)

1) Volume produksi ikan tuna PPS Nizam Zachman tahun 2008-2012
Produksi hasil tangkapan yang ada di PPSNZJ berasal dari laut dan dari
darat. Produksi ikan tuna relatif mengalami peningkatan dari tahun 2008 – 2012.
Diperkirakan produksi ikan mengalami kenaikan tiap tahun disebabkan oleh
sumberdaya ikan yang bersifat musiman dan pengaruh kondisi cuaca.
Perkembangan produksi ikan tuna di PPS Nizam Zachman selama lima tahun
terakhir (2008-2012) dapat dilihat pada Gambar 3.
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
2008

2009

2010
Tahun

2011

2012

Gambar 3 Pertumbuhan volume produksi ikan tuna tahun 2008-2012
Data produksi dari darat dan laut dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa volume produksi ikan tuna dari tahun
2008 - 2012 relatif meningkat sebesar 34,28%. Peningkatan tertinggi terjadi pada
tahun 2010 sebesar 54,9%. Peningkatan terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar
12,6%. Tingginya angka peningkatan produksi tersebut, mengartikan bahwa
jumlah tuna di PPS Nizam Zachman semakin banyak dari tahun ke tahun. Hal
tersebut memungkinkan terjadinya pengembangan industri pengolahan dengan
bahan baku utama ikan tuna. Menurut Fauziah (2007) bahwa jenis industri
pengolahan ikan yang dapat berkembang menggunakan bahan baku ikan tuna
adalah pembekuan, pengalengan, fillet dan loin.
Perubahan volume produksi ikan banyak dipengaruhi oleh faktor alam.
Selain faktor alam, yaitu manajemen penangkapan serta metode penangkapan
yang tidak benar. Penyebab lainnya adalah ikan tuna yang masuk melalui kapal
pengangkut di tengah laut.
2) Volume produksi berdasarkan asal
Produksi tuna di PPS Nizam Zachman berasal dari sumber yang berbeda
yaitu dari laut dan darat. Selama 5 tahun terakhir sebagian besar ikan tuna yang
ada di PPSNZJ merupakan hasil tangkapan laut yaitu sebesar 90,2 %. Daerah
penangkapan ikan dari kapal-kapal longline asal PPSNZJ berada di WPP 572 dan
WPP 573. WPP 572 meliputi Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat
Sunda sedangkan WPP 573 meliputi wilayah perairan Samudera Hindia sebelah
selatan Jawa hingga sebelah selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan laut Timor

8

bagian barat. Data daerah asal ikan tuna yang didatangkan dari luar Jakarta dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Ikan tuna yang berasal dari darat sebesar 9,7 %. Ikan tuna yang berasal dari
darat adalah ikan tuna hasil kiriman dari pelabuhan lain berbagai daerah yaitu
Sumatera, Banten, Sukabumi, Cirebon (PPN Kejawanan), Cilacap, Surabaya, dan
Bali. Daerah – daerah tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Daerah asal pemasok ikan tuna berasal dari darat
Persentase ikan yang didatangkan dari daerah luar Jakarta adalah sebagai
berikut : Bali sebesar 34 %, Banten sebesar 0,6 %, Cilacap sebesar 11,2 %,
Cirebon sebesar 1,9 % (PPN Kejawanan), Sukabumi sebesar 36,9 %, Sumatera
sebesar 5,9%, dan Surabaya sebesar 9,1%. Data statistik menunjukkan bahwa
Sukabumi merupakan daerah pemasok ikan tuna terbesar. Daerah yang pemasok
ikan tuna yang paling sedikit berasal dari Banten yaitu sebesar 78,031 atau 0,6%.
Hal ini disebabkan oleh pelabuhan perikanan di Banten yang masih berskala kecil
yaitu PPP, seperti Pelabuhan Perikanan Karangantu.
Volume ikan yang didatangkan melalui darat memberikan pertumbuhan
positif bagi PPS Nizam Zachman. Ikan yang didatangkan dari daerah di luar
Jakarta melalui jalur darat pada umumnya berbentuk produk ikan segar dan
produk ikan beku. Berdasarkan buku statistik ekspor PPS Nizam Zachman tahun
2012, pelabuhan ini menyumbang lebih dari dua pertiga total ekspor Provinsi DKI
Jakarta.
3) Pemasaran ikan tuna
Pada lima tahun terakhir pendistribusian ikan tuna di PPSNZJ mencapai
138.582 ton (PPSNZJ 2012). PPSNZJ melakukan tiga macam pendistribusian.
Pertama distribusi lokal yaitu aktivitas distribusi hasil tangkapan ikan tuna
dipasarkan langsung ke wilayah sekitar PPS Nizam Zachman atau kota Jakarta
seperti Jakarta Pusat, Jakarta Selatan untuk disuplai ke supermaket dan rumah
makan disekitar. Kedua distribusi regional yaitu pengiriman ikan tuna yang ke
luar daerah (provinsi) Jakarta seperti, Sukabumi, Cilacap, Indramayu, Subang,
Cianjur, dan lainnya. Ketiga hasil produksi yang berorientasi ekspor memiliki
perbedaan dari aktifitas pemasaran lokal dan regional, yaitu hasil tangkapan

9

langsung dijual ke negara-negara pembeli, Jepang, Thailand, Amerika, dan Eropa
(PPSNZJ 2012).
Tuna merupakan komoditi yang paling banyak diminati menurut profil
PPSNZJ ekspor ke negara tetangga yang tinggi ke Spanyol sebesar 5939,20 ton,
Amerika 3605,41 ton, Thailand 3346,93 ton, Jepang 3175,96 ton. Data wilayah
pemasaran ikan tuna dapat dilihat pada Lampiran 3.
30000,00

Produksi (ton)

25000,00
20000,00
Ekspor
15000,00

Regional

10000,00

Lokal

5000,00
0,00
2008

2009

2010

2011

2012

Gambar 5 Distribusi Ikan tuna
Gambar 5 menunjukkan volume distribusi tuna dari tahun 2008 – 2012.
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ikan tuna yang di PPSNZJ
dipasarkan di luar negeri. Ikan tuna yang diekspor sebesar 64,49% sedangkan
yang dipasarkan dalam negeri sebesar 35,51%. Selama 5 tahun terakhir
peningkatan ekspor yang tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 45%.
Pada pasar lokal peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 53,88%
kemudian pada pasar regional peningkatan tertinggi pada tahun 2012 sebesar
45%.
Tabel presentase volume distribusi ikan tuna juga menunjukkan bahwa
distribusi ekspor tuna lebih banyak dibandingkan distribusi lokal dan regional.
Banyaknya permintaan di luar negeri terjadi karena permintaan ikan tuna di pasar
luar negeri cukup tinggi. Selain itu, disebabkan pengetahuan terhadap kandungan
gizi pada ikan tuna.
Pendistribusian komoditas perikanan Indonesia di pasar dalam negeri
maupun luar negeri sebagian besar masih ditentukan oleh para pembeli/konsumen
(buyer market). Hal ini mengakibatkan harga jual produk perikanan seringkali
kurang menguntungkan pihak produsen (nelayan). Ada dua faktor utama yang
membuat pemasaran produk perikanan Indonesia masih lemah. Pertama, karena
lemahnya market intelligence yang meliputi penguasaan informasi
tentangpesaing, segmen pasar, dan selera (preference) para konsumen. Kedua,
belum memadainya prasarana dan sarana sistem transportasi dan komunikasi
untuk mendukung distribusi atau penyampaian (delivery) produk perikanan dari
produsen ke konsumen secara tepat waktu (Sam 2012).

Peramalan Hasil Produksi
Peramalan merupakan suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa
mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu (Kenyo et al.2013). Peramalan

10

sangat dibutuhkan dalam semua fungsional. Pengetahuan tentang keadaan masa
mendatang juga dapat dijelaskan dengan menggunakan peramalan. Pemilihan
metode dekomposisi multikatif ini karena dalam sektor perikanan pada umumnya
mengandung unsur musiman, siklik, serta memiliki kecenderungan.
Sektor perikanan tuna di PPS Nizam Zachman selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan jumlah produksi. Peningkatan volume produksi tuna
perlu dipertahankan untuk dapat mengembangkan usaha perikanan tuna di PPS
Nizam Zachman sebagai pusat tuna nasional, untuk itu perlu adanya analisis
terkait sumberdaya tuna ke depannya. Analisis ini menggunakan analisis
peramalan produksi untuk melihat ketersediaan sumberdaya tuna kedepannya.
Perhitungan hasil peramalan dapat dilihat pada Lampiran 4 sampai Lampiran 8.
86.104
76.328

Produksi (ton)

81.075

37.147

2013

37.256

2014

2015

2016

2017

Gambar 6 Perkembangan peramalan produksi lima tahun kedepan
Gambar 6 menunjukkan bahwa trend produksi tuna PPS Nizam Zachman
lima tahun ke depan cenderung meningkat. Namun, pada tahun 2016 terjadi
sedikit penurunan kemudian meningkat kembali pada tahun 2017. Peningkatan
tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 43819 ton. Kecenderungan peningkatan
produksi diperkirakan karena semakin memadainya teknologi penangkap.
Melihat peningkatan produksi tuna di PPS Nizam Zachman berdasarkan
peramalan perlu adanya penanganan tuna yang baik dari tahun ketahun, sehingga
dapat terealisasikannya hasil peramalan produksi tuna lima tahun kedepan agar
PPS Nizam Zachman menjadi pusat tuna di Indonesia dengan sumberdaya tuna
yang melimpah. Penanganan tuna yang baik dan memiliki jaminan mutu serta
fasilitas yang memadai di PPS Nizam Zachman akan mengembangkan industri
perikanan tuna di PPS Nizam Zachman. Implementasi PPS Nizam Zacman
sebagai pusat tuna nasional meliputi produk tuna segar dan produk tuna olahan.
Salah satu produk tuna olahan seperti tuna beku untuk sashimi, pengalengan,
fillet dan loin tuna serta nugget ikan (Fauziah 2007).

Penanganan Ikan Tuna
Bahan baku ikan tuna yang berasal dari laut maupun pelabuhan lain
dimasukkan kedalam transit atau TLC (tuna landing center). Penanganan ikan ada
dua yaitu penanganan fresh tuna dan non fresh tuna, namun penanganan tersebut
tidak jauh berbeda. Penanganan fresh tuna sebagai berikut:

11

1. Pengelompokan grade dan penandaan
2. Penimbangan dan tagging
3. Perendaman tuna dengan air es
4. Pembilasan tuna dengan menyemprotkan air bersih
5. Pengelapan tuna agar terlihat tidak basah
6. Packing dengan dilapisi plastik dan diletakkan di dalam kardus dan dikemas
7. Dimasukkan ke dalam mobil box
8. Buat surat perizinan ekspor
9. Pengiriman ke Bandara Soekarno-Hatta
10. Negara tujuan
Penanganan non fresh tuna prosesnya tidak jauh berbeda dengan fresh tuna.
Penanganan non fresh tuna tidak langsung dikirim ke negara tujuan melainkan
disimpan terlebih dahulu di ruang pendingin (cold storage).

Identifikasi Fasilitas Perikanan Tuna Di PPS Nizam Zachman
a). Fasilitas pelabuhan secara umum
Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan
perikanan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan tambahan/
penunjang.
1)
Fasilitas pokok
Fasilitas pokok pelabuhan perikanan adalah fasilitas yang diperlukan untuk
kepentingan aspek keselamatan pelayanan, selain itu termasuk juga tempat
berlabuh dan bertambat serta bongkar muat kapal. Fasilitas pokok tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Fasilitas pokok di PPSNZJ
No
Nama Fasilitas
1 Kolam dan Alur Pelabu

Ketersediaan Unit Keterangan
Pemanfaatan
Tersedia,
1
Kedalaman -4,5 s/d - Sesuai kapasitas
7,5 M
2 Lahan / Tanah Kawasan Tersedia,
71 Ha, 31 Ha untuk Sesuai kapasitas
Industri
pelayanan umum dan
40
Ha
sebagai
kawasan
industri
perikanan
3 Jalan Kawasan
Tersedia,
Lebar 6,75 M s/d 10 Ada permasalahan
M
4 Penahan
Tersedia,
2
Barat 750 M ; Timur Sesuai kapasitas
gelombang(breakwater)
290 M
5 Dermaga
Tersedia,
2
Barat 1.449 M ; Ada permasalahan
Timur 775 M
6 Turap (Revetment)
Tersedia,
2
Barat 1.480 M ; Sesuai kapasitas
Timur 1.560M
Hasil survei di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

2) Fasilitas Fungsional
Fasilitas fungsional adalah fasilitas yang secara langsung dimanfaatkan
untuk kepentingan manajemen perikanan dan atau yang dapat diusahakan oleh
perorangan atau badan hukum. Fasilitas fungsional terdiri dari fasilitas yang
dapat diusahakan dan fasilitas yang tidak dapat dipisahkan. Fasilitas yang
terdapat di PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Tabel 4.

12

Tabel 4. Fasilitas fungsional di PPSNZJ
No
1

Nama Fasilitas
Tempat Pelelangan Ikan

Ketersediaan
Tersedia,

2

Menara pengawas

Tersedia,

3

Rambu pelayaran

4

Unit
1

Kapasitas
3367

Pemanfaatan
Sesuai kapasitas

2

24 jam

Sesuai kapasitas

Tersedia,

2

24 jam

Sesuai kapasitas

Radio SSB

Tersedia,

2

24 jam

Sesuai kapasitas

5

Air Bersih

Tersedia,

3

6

Pabrik Es

Tersedia,

4

8

SPBB/SPBU

Tersedia,

4

4000
m3/hari
200
ton/hari
2800 KL

9

Dock

Tersedia,

1

6 kapal

Sesuai kapasitas

10

Tempat pengolahan ikan

Tersedia,

1

400 ton

Sesuai kapasitas

11

Cold storage

Tersedia,

6

200 ton

Ada permasalahan

12

TLC

Tersedia,

29

18 aktif

Ada permasalahan

13

Kantor instansi

Tersedia,

1

Jam kerja

Sesuai kapasitas

14

Instansi pengolahan limbah

Tersedia,

1

1.046.045
ton

Sesuai kapasitas

Ada permasalahan
Ada permasalahan
Sesuai kapasitas

Hasil survei di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

3)

Fasilitas Penunjang
Fasilitas tambahan atau penunjang pelabuhan perikanan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat umum. Fasilitas
Penunjang tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Fasilitas penunjang di PPSNZJ
No
1
2

3
4
5
6
7

Nama Fasilitas
Kantor
Pelayanan
Terpadu
Gedung Penunjang
Kegiatan
Nelayan
(GPKN)
Balai
Pertemuan
Nelayan
Toilet / MCK Umum
Mesjid dan Mushola

8

Mess Karyawan
Pelabuhan
Pelataran parkir

9
10

Halte
Kantor Polsek

/

Ketersediaan
Tersedia,

Unit
1

Tersedia,

2

Keterangan
Terdiri dari 2
Lantai
7408 M2

Pemenuhan
Sesuai kapasitas

Tersedia,

1

Jam kerja

Sesuai kapasitas

Tersedia,
Tersedia,

20
3

24 jam
Masjid 441 M2 dan
Mushola 150,53 M2

Diatas kapasitas
Sesuai kapasitas

Tersedia,
Tersedia,

3

24 jam

Sesuai kapasitas

Tersedia,

2

Sesuai kapasitas

Tersedia,
Tersedia,

1
1

Fasilitas parkir truck
dan container
angkutan umum
Kegiatan kepolisian
dalam rangka
pengendalian
keamanan dan
ketertiban

Sesuai kapasitas

Sesuai kapasitas
Sesuai kapasitas

13

No
11

Nama Fasilitas
Pos Kamla

Ketersediaan
Tersedia,

Unit
1

12

Pos Keamanan

Tersedia,

5

13

Poliklinik

Tersedia,

1

14

Mercusuar (tua)

Tersedia,

1

15

Kantor Agen Kapal

Tersedia,

1

16

Pos Masuk / Keluar

Tersedia,

3

Keterangan
digunakan untuk
kegiatan TNI AL
dalam rangka menjaga
keamanan
untuk kegiatan Satuan
pengamanan
sarana pengobatan

Pemenuhan
Sesuai kapasitas

Kondisi baik dan dapat
difungsikan
kantor para agen/
pengurus kapal

Sesuai kapasitas

Pos pelayanan
pasmasuk pelabuhan

Sesuai kapasitas

Sesuai kapasitas
Sesuai kapasitas

Sesuai kapasitas

Hasil survei di PPS Nizam Zachman Jakarta 2013

b). Fasilitas yang terkait dengan penangan tuna
Ketersediaan fasilitas merupakan salah satu faktor penting yang perlu
diperhitungkan bagi pengembangan PPS Nizam Zachman, karena ketersedian
fasilitas sangat menunjang kelancaran aktivitas perikanan di PPSNZJ. Hasil surve
fasilitas penanganan tuna di PPSNZJ kondisinya sebagian tidak berfungsi dengan
optimal, sehingga memerlukan perbaikan atau penambahan kapasitas. Fasilitas
khusus tuna dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Fasilitas khusus penanganan tuna
No

Fasilitas

1

Tuna Landing
(TLC)
Dermaga
Cold Storage
Pabrik Es
Jalan Kawasan
Air Bersih

2
3
4
5
6

Unit
Center

Kapasitas

Pemanfaatan

29

Tersedia

Ada permasalahan

2
6
3
3

Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia
Tersedia

Ada permasalahan
Ada permasalahan
Ada permasalahan
Ada permasalahan
Ada permasalahan

a). Tuna Landing Center
Fasilitas pelabuhan yang dibutuhkan untuk mendukung penanganan hasil
tangkapan tuna di PPS Nizam Zachman yaitu tuna landing center (TLC/transit),
perusahaan pengolahan, cold storage dan dermaga. Berdasarkan hasil observasi
mengenai keadaan fasilitas TLC/ transit terlihat bahwa fasilitas transit kurang
hiegenis dalam penanganan tuna. Penanganan tuna yang terlihat kurang hiegenis
yaitu pada saat ikan berada di tempat di ruang TLC. Di ruang tersebut ikan tuna
diletakkan di atas lantai tanpa alas. Pemindahan ikan pada saat penanganan
dilakukan dengan cara diseret sehingga hal ini menyebabkan kondisi ikan semakin
memburuk karena tidak adanya fasilitas yang mendukung untuk mempertahankan
kondisi tuna agar tetap baik. Selain itu, kondisi papan seluncur dan keranjang ikan
juga tidak terjaga kebersihannya, hal ini juga akan mempengaruhi kualitas ikan.
Menurut Ernani et al. (2009) hasil tangkapan ikan memerlukan penanganan yang
lebih baik karena ikan termasuk komoditi yang mudah busuk.
Selain masalah kebersihan, terdapat masalah lain yang terjadi pada TLC,
yaitu penurunan unit. Pada awalnya TLC yang tersedia ada 29 unit, namun saat ini

14

yang beroperasi hanya 60%. Penurunan ini terjadi karena sebagian TLC
mengalami gulung tikar yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) dan keterbatasan modal. Gambar penanganan ikan tuna dapat
dilihat pada Lampiran 9.
b). Dermaga
Luas dermaga yang terdapat di PPSNZJ relatif sempit yaitu 2224 M.
Dermaga di PPSNZJ hanya mampu menampung sekitar 281 unit kapal.
Pelaksanaan operasional dermaga di lapangan masih ditemui beberapa kendala,
seperti penumpukan kapal. Hal ini disebabkan kapal yang telah melakukan
pembongkaran ikan tidak segera melakukan penangkapan kembali melainkan
istirahat di dermaga tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, penumpukan kapal
terjadi karena terdapat beberapa kapal yang rusak dan tetap bersandar di dermaga
serta terjadinya kenaikan BBM. Kejadian seperti ini dapat mengganggu kapal
ikan yang akan melakukan pembongkaran hasil tangkapan sehingga fungsi
dermaga bukan untuk pembongkaran tetapi dipergunakan untuk memperbaiki
kapal atau tempat peristirahatan kapal yang tidak melakukan penangkapan. Kapal
yang mendarat di PPSNZJ pada tahun 2008-2012 meningkat sebesar 17,8 % per
tahunnya. Hal ini pula yang menyebabkan penumpukan kapal di dermaga. Jika hal
tersebut dibiarkan terus menerus, maka akan terjadi penumpukan kapal sehingga
dapat mengganggu kegiatan pembokaran ikan. Oleh karena itu, untuk mengurangi
antrian yang cukup lama agar masuk galangan kapal perlu penambahan fasilitas
galangan kapal/dock sehingga dermaga akan berfungsi sebagaimana mestinya.
c). Cold Storage
Menurut Ningsih (2006) fasilitas pendingin yang mendukung dalam
pengolahan kegiatan perikanan tuna adalah cold storage. Cold storage atau
gudang pendingin diperlukan untuk menyimpan produk tuna yang akan
dipasarkan dan sebagai tempat penyimpanan ketika jumlah stok ikan tuna
melimpah. Pada tahun 2000 kapasita cold storge yang ada memiliki kapasitas
1.120 ton namun pada tahun kapasitas menurun menjadi 1000 ton. Pernurunan ini
disebabkan oleh penuaan mesin yang menyebabkan peningkatan suhu. Suhu yang
dianjurkan -300 C, namun pada saat ini cold storage yang ada di PPSNZJ telah
mengalami peningkatan suhu. Berdasarkan hasil produksi ikan tuna, kapasitas
cold storage yang dibutuhkan kurang lebih 2000 ton. Jika hal ini diabaikan, maka
kapasitas cold storage akan terus menurun. Keadaan seperti ini berbanding
terbalik dengan peramalan hasil produksi tuna lima tahun ke depan yang terus
meningkat. Oleh karena itu, fasilitas ini harus segera diperbaiki atau menambah
mesin baru agar proses produksi berjalan semaksimal mungkin.
d). Pabrik es
Pelayanan penyediaan kebutuhan es di suatu unit pelabuhan perikanan dapat
difasilitasi melalui keberadaan pabrik es. Hanafiah dan Saefuddin (1986)
mengatakan bahwa fasilitas seperti pabrik es sangat diperlukan di tempat
pendaratan ikan, karena es digunakan untuk mempertahankan kesegaran ikan
setelah ikan ditangkap. Pada saat proses pendaratan serta dalam proses
pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran membutuhkan es yang cukup banyak.

15

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Perum, PPSNZJ memiliki
pabrik es sebanyak 4 unit namun mesin yang berfungsi hanya 3 unit yang masingmasing mampu memproduksi 50 ton/hari (total 150 ton/hari). Hal ini dilakukan
karena adanya pabrik es lain yang didirikan oleh pihak swasta yang menyebabkan
Perum mengalami kerugian. Mesin-mesin es dinilai kurang baik karena dari waktu
ke waktu fungsinya semakin menurun. Jika dibandingkan dengan produksi ikan
tuna yang mencapai 50 ton/hari, maka produksi es yang ada dinilai kurang. Selain
itu, permalan produksi ikan lima tahun ke depan terus mengalami peningkatan
sedangkan produksi es semakin menurun yang disebabkan oleh tidak
berfungsinya mesin secara maksimal. Jika hal ini tidak segera ditangani maka
dapat merusak kualitas ikan.
e). Jalan Kawasan
Jalan kawasan pelabuhan sepanjang 83.100 m, dengan lebar antara 6,75 m
sampai 10 m yang digunakan untuk berlalu lintas dan beraktifitas pemakai
jasa pelabuhan. Fasilitas jalan kawasan PPSNZJ pada saat ini dalam kondisi
kurang baik. Kondisi jalan di sekitar PPSNZJ terlihat kurang mendukung kegiatan
yg ada. Hal ini terbukti dari terjadinya genangan air hingga banjir ketika hujan
ataupun air laut pasang. Selain itu, akses jalan PPSNZJ berada di daerah
pemukiman padat penduduk yang menyebabkan jalan sempit dan macet. Keadaan
tersebut dapat mengganggu akses pengiriman ikan karena jalan terlalu padat
sehingga waktu yang diperlukan untuk melakukan distribusi ikan memakan waktu
yg lama.
f). Air Bersih
Kebutuhan air bersih sangat diperlukan untuk kegiatan di PPSNZJ.
Penyediaan air bersih merupakan unsur penting dalam menjaga kualitas ikan.
Selain dipergunakan sebagai perbekalan untuk kebutuhan nelayan, air bersih juga
digunakan untuk menyiram ikan yang dilelang, aktivitas kantor, dan WC umum.
Kebutuhan air bersih di PPSNZJ mencapai 169.250 kl per tahun selama tahun
2008-2012. Berdasarkan hasil peramalan kebutuhan air bersih lima tahun ke
depan cenderung mengalami penurunan sebesar 6,32 %. Hal ini berbanding
terbalik dengan peramalan produksi ikan tuna yang semakin meningkat selama
periode lima tahun ke depan. Jika hal ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan
akan mempengaruhi kehigienisan dan kualitas ikan tuna di masa yang akan
datang.
Berdasarkan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas di PPSNZJ
masih perlu ditingkatkan agar perikanan tuna dapat berkembang pesat. Salah satu
contohnya yaitu peningkatan kapasitas slipway sehingga tidak ada lagi kapal yang
melakukan perbaikan di area kolam pelabuhan. Kebersihan fasilitas-fasilitas yang
sudah tersedia terutama cara penanganan tuna yang ada di tuna landing center
(TLC) juga perlu dijaga. Selain itu, penambahan atau perbaikan cold storage
untuk memenuhi target produksi.

16

Pengembangan Perikanan Tuna
1) Faktor Kekuatan
S1) Produksi tuna yang didaratkan di PPSNZJ melimpah.
Menurut data statistik PPSNZJ, volume produksi ikan tuna tahun selama
tahun 2008-2012 reelatif meningkat. Data produksi perikanan tuna
menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 34,28% per tahunnya. Besarnya
produksi tuna yang didaratkan di PPSNZJ menjadikan PPSNZJ sebagai salah
satu Pelabuhan Perikanan Samudera terbesar di Indonesia. Hal ini menjadi
suatu kekuatan dalam mengembangkan PPSNZJ sebagai pusat perikanan tuna
di Indonesia. Sebagian besar ikan yang didaratkan di PPSNZJ didistribusikan
ke luar negeri.
S2) Banyaknya jumlah perusahaan tuna di PPSNZJ
Berdasarkan data dari Perum, diketahui bahwa jumlah perusahaan tuna di
PPSNZJ sebesar 98 unit. Perusahaan tuna di PPSNZJ memiliki bidang
kegiatan yang berbeda-beda. Kegiatan-kegiatan utamanya ada yang sebagai
perusahaan penangkapan dan perusahaan pemasaran produk perikanan
khususnya ikan tuna. Banyaknya jumlah perusahaan tuna di PPSNZJ
mengindikasikan bahwa PPSNZJ memiliki potensi sebagai pusat bisnis
perikanan tuna. Hal ini menjadi kekuatan bagi PPSNZJ dalam
mengembangkan PPSNZJ sebagai pusat perikanan tuna di Indonesia.
S3) Letak PPS Nizam Zachman yang strategis
PPS Nizam Zachman terletak di Jakarta Utara, tepatnya di Muara Baru.
Secara Geografis, Kawasan Muara Baru terletak pada posisi 06o05’30’’ LU06 o 07’00’’ LU dan 106 o 47’45’’BT-106 o 48’45’’ BT. PPS Nizam Zachman
memiliki lokasi yang strategis, dengan dermaga yang luas dan dekat dengan
Bandara Internasional Soekarno Hatta. Akses jalan menuju bandara dengan
jarak tempuh 25 km ke Bandara Internasional Soekarno Hatta dan 35 km ke
Bandara Halim Perdana Kusuma. Selain dekat dengan bandara, PPSNZJ juga
dekat dengan Pelabuhan Niaga Sunda Kelapa dan Pelabuhan Angkut Tanjung
Priok, serta dekat dengan pusat pemerintahan (PPSNZJ 2012).
S4) Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PPSNZJ
Dukungan pemerintah terhadap pengembangan PPSZNJ sebagai
pelabuhan perikanan berskala internasional sangat diperlukan, salah satunya
di bidang perikanan tuna. Adanya dukungan pemerintah, PPSNZJ dapat
mengekspor hasil perikanan tangkap, khususnya tuna. Bentuk dukungan
pemerintah pada PPSNZJ berupa pembenahan fasilitas sarana dan prasarana
untuk meningkatkan operasional dan pelayanan sehingga meningkatkan daya
tarik bisnis. Selain itu, dukungan lain berupa adanya program revitalisasi
perikanan yang dilakukan oleh KKP. Program revitalisasi tersebut meliputi
tiga komoditas utama yaitu tuna, tongkol dan cakalang (TTC). Dengan
adanya dukungan-dukungan tersebut menjadi sebuah kekuatan bagi PPSZNJ
untuk melakukan ekspansi dalam pengembangan perikanan tuna. (KKP 2012)

17

2) Faktor Kelemahan
W1) Proses penanganan kan tuna masih kurang higienis
Proses penanganan ikan tuna di PPSNJZ masih kurang higienis. Hal ini
terlihat dari metode pengangkutan ikan tuna dari transit ke perusahaan tuna,
cara penurunan tuna dari kapal dan peletakan tuna di lantai. Cara penanganan
tuna juga haru melihat Standar Operasional Prosedur (SOP) dari para pekerja
dalam melakukan penanganan. Persyaratan bagi pekerja yaitu harus
menggunakan pakaian kerja yang lengkap dan bersih, rambut harus ditutup
dengan penutup kepala yang rapat, bersih dan dalam kondisi yang baik,
tangan dicuci setiap kali akan memulai kerja, serta pekerja dilarang merokok,
meludah dan makan di area penyimpanan serta harus dilengkapi ramburambu tanda larangan tersebut (DKP 2007)
Metode penanganan seperti itu akan menjaga mutu dan kualitas ikan
tuna secara higienis. Jika penanganan ikan tuna tidak higienis, maka
menyebabkan turunnya mutu ikan tuna khususnya asal PPSNZJ. Rendahnya
mutu ikan tuna dapat menyebabkan turunnya jumlah ekspor ikan tuna asal
PPSNZJ karena adanya penolakan dari negara lain seperti Uni Eropa. Hal
inilah yang menjadi faktor kelemahan perikananan tuna sehingga PPSNZJ
sulit melakukan pengembangan perikanan tuna sebagai pusat tuna di
Indonesia.
W2) Kurangnya koordinasi antara pihak pengusaha perikanan tuna dan pihak
pelabuhan
Kurangnya kordinasi dalam proses pengembangan ikan tuna di PPSNZJ
menjadi faktor kelemahan dalam pengembangan PPSNZJ sebagai pusat tuna
di Indoensia. Hal ini terlihat pada kurangnnya transparansi pengusaha tuna
kepada pihak pelabuhan terkait pada jumlah produksi tuna, harga tuna dan
sumberdaya tuna yang dimilikinya. Kurangnya transparansi diakibatkan
karena adanya persaingan pasar tuna yang terjadi pada perusahaanperusahaan tuna di kawasan PPSNZJ. Oleh karena itu, perlu adanya kordinasi
yang saling mengintegrasi satu sama lainnya agar tidak menjadi sebuah faktor
kelemahan dalam proses pengembangan perikanan tuna di PPSNZJ.
W3) Fasilitas perikanan tuna yang kurang memadai
Berasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa fa