wilayah, sedang keberadaan dan ketersediaan ruang bersifat bebas. Dalam menyeimbangkan kebutuhan demand dan ketersedian supply lahan agar
mendekati kondisi optimal, maka perlu dilakukan perencanaan pemanfaatan ruang yang komprehensif melalui perpaduan pendekatan sektoral dan pendekatan
regional.
2.3. Pola dan Struktur Ruang Perkotaan
Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang didalamnya memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di Indonesia,
maka ditempuh melalui upaya penataan ruang yang terdiri dari 3 tiga proses utama, yakni :
a. Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata
ruang wilayah RTRW. Disamping sebagai “guidance of future actions” RTRW pada dasarnya merupakan bentuk intervensi yang dilakukan agar
interaksi manusiamakhluk hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk tercapainya kesejahteraan manusiamakhluk
hidup serta kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan development sustainability
b. Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionalisasi
rencana tata ruang atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri c.
Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap
sesuai dengan RTRW dan tujuan penataan ruang wilayahnya.
17
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, selain merupakan proses untuk mewujudkan tujuan- tujuan pembangunan, penataan ruang sekaligus juga merupakan produk yang
memiliki landasan hukum legal instrument untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah. Chapin dalam Soekonjono, 1998 mengemukakan ada 2
hal yang mempengaruhi tuntutan kebutuhan ruang yang selanjutnva menyebabkan perubahan penggunaan lahan yaitu adanya perkembangan penduduk dan
perekonomian serta pengaruh sistem aktivitas, sistem pengembangan, dan sistem lingkungan.
Rencana pola ruang merupakan elemen penting dalam rencana tata ruang wilayah kota, dimana didalamnya ditunjukkan alokasi ruang bagi berbagai
kegiatan perkotaan. Rencana pola ruang ini dirumuskan sesuai dengan hasil analisis serta dengan mempertimbangkan arahan kebijakan dari stakeholders
Kota. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional Pasal 1 UU No.
27 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang. Perencanaan struktur ruang diarahkan untuk menentukan hirarki dan fungsi pusat-pusat permukiman serta sistem
jaringan prasarana dan sarana, sehingga dapat menciptakan tingkat perkembangan fisik, ekonomi dan sosial yang diinginkan selama kurun waktu perencanaan. Suatu
kota pada dasarnya terbentuk dari pusat-pusat kegiatan yang membentuk hirarki dan pola keterkaitan satu dengan lainnya. Karena itu rencana sistem pusat
kegiatan dirumuskan dengan menentukan hirarki serta fungsi setiap pusat kegiatan berdasarkan pertimbangan tertentu.
18
Universitas Sumatera Utara
Sesuai Permen PU No. 17PRTM2009, rencana sistem pusat kegiatan dirumuskan dengan kriteria:
a. Memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupatenkota yang
berbatasan b.
Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan
c. Penentuan pusat-pusat pelayanan di dalam struktur ruang kota harus
berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang kota serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem
Gambar 2.4 Diagram Sistem Pusat-Pusat Kegiatan
2.4. Tata Guna Lahan Perkotaan