BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan Wilayah Kota
Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang matrealistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan
non alami dengan gejala pemusatan penduduk daerah belakangnya. Beberapa aspek kehidupan di kota antara lain aspek sosial sebagai pusat pendidikan, pusat
kegiatan ekonomi , dan pusat pemerintahan. Ditinjau dari hirarki tempat, kota itu memiliki tingkat atau rangking yang tertinggi, walaupun demikian menurut
sejarah perkembangannya kota itu berasal dari tempat-tempat pemukiman sederhana.
Kota juga memiliki banyak ikon yang memungkinkan terjadinya perubahan dan perkembangan, sehingga kita dapat menemukan pola yang pasti
untuk menentukan perencanaan pembangunan yang lebih terarah. Sehingga sudah semestinya jika perbedaan-perbedaan yang penting antara satu kota dengan kota
lainnya akan menarik perhatian untuk dikaji lebih jauh. Misalnya ada perbedaan mengenai penulisan tema kota diharapkan akan memperkaya pengetahuan dan
wawasan kita tentang keadaan kota yang dikaji itu secara lebih kompleks. Di dalam pembangunan ekonomi, perencanaan wilayah sangat perlu untuk
menetapkan suatu tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota atau bukan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga
8
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan fasilitasnya pun berbeda. Pada dasarnya untuk melihat apakah daerah itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan
yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Menurut Robinson Tarigan 2005:158-159 fasilitas perkotaan atau fungsi perkotaan antara
lain adalah sebagai berikut : 1.
Pusat perdagangan, yang digunakan untuk melayani masyarakat kota itu sendiri, melayani masyarakat kota dan daerah pinggiran, melayani
beberapa kota kecil pusat kabupaten, melayani pusat provinsi dan pusat beberapa provinsi sekaligus
2. Pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa perusahaan
3. Tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik,
jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air minum, pelayanan sampah, sistem drainase, taman kota, atau pasar
4. Pusat penyediaan fasilitas sosial atau seperti prasarana pendidikan
universitas, akademi, SLTP, SD, prasarana kesehatan, tempat ibadah, prasarana olahraga, prasarana sosial seperti gedung pertemuan, dan lain-
lain 5.
Pusat pemerintahan. Pusat pemerintahan turut mempercepat tumbuhnya suatu kota karena banyak masyarakat yang perlu datang ke tempat itu
untuk urusan pemerintahan 6.
Pusat komunikasi dan transportasi 7.
Lokasi pemukiman yang tertata Menurut Wibowo, dkk, 1999, pengembangan wilayah merupakan suatu
usaha mengembangkan dan meningkatkan hubungan saling ketergantungan dan 9
Universitas Sumatera Utara
interaksi antarsistem ekonomi economic system, manusia atau masyarakat lingkungan hidup dan sember daya alam. Kondisi ini dapat diterjemahkan dalam
bentuk pengembangan ekonomi, sosial, politik, budaya maupun pertahanan keamanan yang seharusnya berada dalam konteks keseimbangan, kselerasan dan
kesesuaian. Menurut Sirojuzilam 2005, pengembangan wilayah pada dasarnya
merupakan peningkatan nilai manfaat bagi masyarakat suatu wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak saranaprasana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha
masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Teori-teori pengembangan wilayah menganut berbagai azasdasar berdasarkan tujuan penerapan masing-masing teori. Berbagai paradigma teori
pengambangan wilayah dapat dirangkum sebagai berikut Purboyo, 2001, 1.
Teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran wilayah local prosperity
2. Teori yang menekankan pada sumber daya lingkungan dan faktor alam
yang dinilai dapat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi di suatu daerah sustainable production activity. Kelompok
penganut teori ini sering disebut sangat peduli dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development
3. Teori yang memberi penekanan kepada kelembagaan dalam proses
pengambilan keputusan di tingkat lokal, sehingga kajian teori ini 10
Universitas Sumatera Utara
terfokus kepada good governance yang bisa bertanggungjawab dan berkinerja bagus
4. Teori yang perhatiannya tertuju kepada kesejahteraan masyarakat yang
tinggal di suatu lokasi people prosperity Menurut Misra 1977, pengembangan wilayah ditopang oleh empat pilar
tetraploid discipline yaitu geografi, ekonomi, perencanaan kota dan teori lokasi. Namun pendapat Misra mengenai pengembangan wilayah ini terlalu sederhana
dimana aspek biogeofisik tidak hanya direpresentasikan dengan teori geografi maupun teori lokasi. Oleh karena itu, menurut Budiharsono 2005,
pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu ditopang oleh 6 pilar, yaitu 1 aspek biogeofisik; 2 aspek ekonomi; 3 aspek sosial budaya; 4 aspek
kelembagaan; 5 aspek lokasi dan 6 aspek lingkungan.
Gambar 2.1 Pilar-Pilar Pengembangan Wilayah Budiharsono, 2005
Dari gambar diatas dapat dilihat berbagai analisis yang dapat dilakukan terhadap pengembangan wilayah yaitu aspek biogeofisik melindungi kandungan
sumber daya hayati, sumber daya nirhayati, jasa-jasa maupun sarana dan prasarana yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan aspek ekonomi meliputi
Pengembangan Wilayah
Aspek Kelembagaan
Aspek Lokasi
Aspek Lingkungan
Aspek Biogeofisik
Aspek Sosial
Aspek Ekonomi
11
Universitas Sumatera Utara
kegiatan ekonomi yang terjadi di sekitar wilayah. Aspek sosial meliputi budaya, polotik dan hankam yang merupakan pembinaan kualitas sumber daya manusia,
budaya masyarakat serta pertahanan dan keamanan. Aspek lokasi menunjukkan keterkaitan antar wilayah yang satu dengan yang lainnya yang berhubungan
dengan sarana produksi, pengelolaan maupun pemasaran. Aspek lingkungan meliputi kajian mengenai bagaimana proses produksi mengambil input apakah
merusak atau tidak. Aspek kelembagaan meliputi kelembagaan masyarakat yang ada dalam pengelolaan suatu wilayah apakah kondusif atau tidak.
Aspek pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari aspek ekonomi dan aspek lokasinya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat
unsur pendapatan masyarakat sekitar dan didalam aspek lokasi terdapat unsur keterkaitan antara keberadaan lokasi kegiatan jasa pendidikan dengan wilayah
sekitarnya.
2.2. Institusi Pendidikan Sebagai Bagian Ruang Kota