Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Perkebunan Padang Halaban, Pt Smart Tbk, Sumatera Utara

PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG
HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA

HARI PRASETYO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengendalian Gulma
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang
Halaban, PT SMART Tbk, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang b erasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Hari Prasetyo
NIM A24100142

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
HARI PRASETYO. Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk,
Sumatera Utara. Dibimbing oleh SOFYAN ZAMAN.
Kegiatan magang memberikan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan
keterampilan kerja dari segi teknis dan manajerial dalam proses pemeliharaan
tanaman kelapa sawit khususnya dalam pengendalian gulma. Kegiatan
berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2014 di Perkebunan Padang Halaban
PT SMART Tbk, Sumatera Utara. Pengamatan vegetasi gulma dilakukan dengan
analisis vegetasi pada 4 blok dengan tahun tanam yang berbeda untuk
mendapatkan nisbah jumlah dominansi (NJD) dan koefisien komunitas

menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis. Gulma yang dominan pada 4 blok
termasuk ke dalam golongan rumput. Keempat blok memiliki vegetasi gulma
yang tidak homogen. Blok yang memiliki kesamaan vegetasi gulma terdekat
hingga terjauh secara berurut adalah blok tanaman tahun ini (TTI), tanaman
menghasilkan (TM) tua, TM muda dan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Biaya pengendalian gulma di pembibitan main nursery lebih tinggi dibandingkan
pre nursery. Biaya pengendalian di TBM lebih tinggi dibandingkan TM.
Kata kunci: biaya, Kebun Padang Halaban, kelapa sawit, pengendalian gulma

ABSTRACT
HARI PRASETYO. Weed Control on Oil Palm (Elaeis guineenis Jacq.)
Plantation in Padang Halaban Estate, PT SMART Tbk, North Sumatera.
Supervised by SOFYAN ZAMAN.
Internships gave knowledge, understanding, experience, and job skills of
technical and managerial aspects in the maintenance of oil palm plantations,
especially in weed control. The activity started from February to June 2014 in
Padang Halaban Estate of PT SMART Tbk, North Sumatra. Observations of
weed vegetation made with the analysis of vegetation in 4 blocks with different
planting years to get summed dominance ratio (SDR) and index of similarity
using Bray-Curtis index of similarity. The dominant weeds in 4 blocks belong to

the group of grass. Weed vegetation in 4 blocks is not homogeneous. Blocks that
have high levels of weed vegetation similarity to the farthest sequentially is this
year plant, old mature plant, young mature plant and then immature plant. The
cost of weed control in main nursery is higher than pre nursery. The cost of weed
control in immature plant is higher than mature plant.
Keywords: cost, oil palm, Padang Halaban Estate, weed control

PENGENDALIAN GULMA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PADANG
HALABAN, PT SMART TBK, SUMATERA UTARA

HARI PRASETYO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini
merupakan hasil dari kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari 2014
sampai Juni 2014 dengan judul Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Padang Halaban, PT SMART Tbk,
Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Sarjana, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Sofyan Zaman, MP sebagai dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan motivasi
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Dr Ir Eko Sulistyono, MSi
sebagai dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama penulis menjalani
studi. Terima kasih kepada Ruslianto, BBA sebagai Senior Estate Manager

(SEM) Padang Halaban Estate yang telah menerima, memberi fasilitas dan
membimbing selama kegiatan magang. Terima kasih kepada Asep Saepul Anwar
sebagai staf RC Region Sumut dan Lisepta Noviansyah sebagai Asisten Bibitan
yang telah memberi nasehat, arahan, dan berbagi pengalaman selama kegiatan
magang. Terima kasih kepada Askep 1 Marlan Baro dan Askep 2 Bejo Kusma
beserta jajaran Asisten divisi, staf dan karyawan kebun atas bimbingan dan arahan
selama kegiatan magang berlangsung. Terima kasih kepada Bapak (Ir.Agung
Prabowo), Mama (Neni Isnaeni), dan adik (Daniel MP) serta keluarga atas segala
do’a dan dukungan yang diberikan. Terima kasih kepada Wulan sebagai rekan
magang yang telah membantu dalam pengamatan. Terima kasih kepada Nazih,
Fian, Rendy, Hakiem, Ika, Icha, Tiwi dan rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura
Angkatan 47. Terima kasih kepada Kartika Sari Touw atas doa, motivasi dan
inspirasi yang telah diberikan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
Indonesia.

Bogor, September 2014
Hari Prasetyo

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa Sawit
Gulma
Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Vegetasi Gulma
Teknik Pengendalian Gulma
Estimasi Biaya Pengendalian Gulma
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vi
vi
1
1
2

2
2
2
3
4
4
4
5
5
6
6
7
7
7
8
9
9
21
23
23

26
30
31
31
32
32
34

DAFTAR TABEL
1 Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun 20092013
2 Kriteria buah dan target panen di PHLE PT SMART Tbk
3 Deskripsi peralatan panen
4 Nilai NJD gulma berdasarkan analisis vegetasi pada 4 blok dengan
umur tanaman yang berbeda
5 Nilai koefisien komunitas berdasarkan analisis vegetasi dari 2 blok
dengan umur tanaman yang berbeda
6 Estimasi biaya pengendalian gulma di Pembibitan
7 Estimasi biaya pengendalian gulma di Lapangan

8

19
20
24
25
30
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Penumbangan kelapa sawit menggunakan excavator

Kegiatan pemupukan oleh BHL
Kegiatan dongkel anak kayu (DAK)
Alat pelindung diri: baju pelindung dan sarung tangan (a); pelindung
wajah (b); apron (c)
Pembibitan Mucuna (a); penanaman Mucuna di lapangan (b)
Kode pemanen (a); pemuatan TBS menggunakan crane grabber (b)
Fingerprint Scanner
Dendrogram jarak ketidaksamaan gulma berdasarkan analisis gerombol
Hasil semprot anak kayu 4 minggu setelah aplikasi
Tenaga semprot tidak menggunakan APD secara lengkap

11
13
14
16
17
20
22
26
29
30

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Padang
Halaban Estate PT SMART Tbk
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Padang
Halaban Estate PT SMART Tbk
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Padang
Halaban Estate PT SMART Tbk
4 Peta areal Padang Halaban Estate PT SMART Tbk
5 Data curah hujan Padang Halaban Estate PT SMART Tbk 2004-2013
6 Data klasifikasi lahan Padang Halaban Estate PT SMART Tbk
7 Data luas dan jumlah tanaman kelapa sawit di Padang Halaban Estate
PT SMART Tbk tahun 2014
8 Struktur organisasi Padang Halaban Estate PT SMART Tbk
9 Rincian estimasi biaya pengendalian gulma di Pembibitan
10 Rincian estimasi biaya pengendalian gulma di TBM
11 Rincian estimasi biaya pengendalian gulma di TM

34
35
35
37
38
39
40
41
42
43
44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan utama di Indonesia. Kelapa sawit telah memberikan peran penting
pada perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia. Menurut Pahan (2008),
sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai Indonesia dan Malaysia.
Berdasarkan kajian oleh Amir (2004), ekspor pertanian memiliki pengaruh yang
positif terhadap pendapatan nasional. Menurut data yang dihimpun oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan, volume ekspor kelapa sawit Indonesia pada tahun
2013 mencapai 20.572.200 ton yang nilai ekspornya mencapai 15.8 milyar USD.
Perkebunan kelapa sawit juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga
menambah kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan luas total areal perkebunan kelapa pada tahun
2013 mencapai 9.149.919 ha.
Produksi crude palm oil (CPO) Indonesia pada tahun 2013 mencapai
24.431.640 ton. Produksi yang tinggi tidak terlepas dari pengelolaan tanaman
yang tepat. Pengelolaan tanaman tersebut meliputi kegiatan pembibitan,
penanaman, pemupukan, pemanenan dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT) seperti hama, penyakit tumbuhan dan gulma. Menurut PPKS
(2010), areal yang didominasi oleh gulma yang berbahaya atau pesaing berat
seperti sembung rambat (Mikania micrantha), alang-alang (Imperata cylindrica),
dan Asystasia coromandeliana dapat menurunkan produksi kelapa sawit sampai
20%.
Menurut Barus (2003), kerugian yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat
secara langsung. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat
persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma antara lain pertumbuhan
tanaman terhambat, penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman,
produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit,
serta biaya pengendalian gulma yang mahal.
Menurut Alamprabu (2010), di Provinsi Jambi tercatat kerugian hasil pada
komoditi kelapa sawit yang disebabkan oleh gulma Mikania micrantha sebesar
Rp_38.110.500 dengan luas serangan 757.5 ha, kerugian akibat Imperata
cylindrica sebesar Rp_59.971.500 dengan luas serangan 1.086 ha, dan
akibat Paspalum conjugatum sebesar Rp_43.416.599 dengan luas serangan
1.149.9 ha.
Pengelolaan tanaman yang tepat merupakan kegiatan yang penting untuk
meningkatkan produksi kelapa sawit. Pengendalian gulma merupakan salah satu
kegiatan pengelolaan yang tidak kalah penting dibandingkan tindakan pengelolaan
yang lain, maka perlu dilakukan tindakan pengendalian gulma yang efektif dan
efisien.

2
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
keterampilan kerja dari segi teknis dan manajerial dalam proses pemeliharaan
tanaman kelapa sawit khususnya dalam pengendalian gulma. Menguraikan jenis
gulma yang ada di perkebunan kelapa sawit. Menguraikan permasalahan dan cara
penyelesaian masalah mengenai pengendalian gulma pada perkebunan kelapa
sawit serta menguraikan biaya yang dibutuhkan dalam pengendalian gulma.

TINJAUAN PUSTAKA
Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil dari famili
palmae dengan spesies Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) atau Elaeis
melanococca (kelapa sawit Amerika Latin). Kelapa sawit merupakan sumber
minyak nabati yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga
matahari, zaitun, dan sebagainya. Minyak sawit yang dimanfaatkan berasal dari
daging buah (mesocarp) dan inti sawit (kernel, endosperm). Tanaman kelapa
sawit dimasukkan pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Belanda dengan bibit
yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan
dari Amsterdam juga dua batang. Bibit tersebut kemudian di Kebun Raya Bogor
dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848 (Setyamidjaja 2006).
Kelapa sawit termasuk tanaman tropis yang tumbuh baik antara garis lintang
13 derajat lintang utara dan 12 derajat lintang selatan, terutama kawasan Afrika,
Asia dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500
sampai 4.000 mm tahun-1, curah hujan optimal 2.000 sampai 3.000 mm tahun-1,
dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari tahun-1. Suhu optimal untuk
pertumbuhan kelapa sawit adalah 24o C sampai 28o C dengan suhu terendah 18o C
dan tertinggi 32o C. Ketinggian optimum tanaman kelapa sawit adalah 0 sampai
400 m di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 dpl
pertumbuhan kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan rendah.
Kelapa sawit mengehendaki kelembapan udara sekitar 80% dan penyinaran
matahari yang cukup. Lama penyinaran yang dibutuhkan oleh kelapa sawit adalah
5 sampai 7 jam hari-1 (Setyamidjaja 2006).
Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan
kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk megendalikannya. Gulma
merupakan bagian dari OPT disamping hama dan penyakit tanaman. Gulma
menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma tersebut hidup berinteraksi
bersama tanaman. Kerugian tersebut terjadi melalui proses persaingan atau
kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh seperti
hara, air, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Selain persaingan, kerugian tanaman
dapat pula terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan

3
tanaman akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma
(Sembodo 2010).
Menurut Barus (2003), gulma dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
kriteria. Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma
berdaun sempit (grasses), gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma teki-tekian
(sedges) dan gulma pakis-pakisan (ferns). Gulma berdaun sempit memiliki ciri
khas berupa daun yang menyerupai pita, batang tanaman beruas, tanaman tumbuh
tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helai daun. Gulma berdaun lebar
memiliki ciri khas berupa daun yang melebar dan tanaman yang tumbuh tegak
atau menjalar. Gulma teki-tekian menyerupai gulma berdaun sempit namun
memiliki ciri khas berupa batang yang berbentuk segitiga. Gulma pakis-pakisan
pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar.
Selain itu gulma juga dapat diklasifikasikan berdasarkan siklus hidupnya
yaitu gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan
gulma tahunan (perennial weeds). Siklus hidup gulma semusim mulai dari
berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama satu tahun.
Pada umumya gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya
sangat cepat karena produksi biji yang sangat banyak. Siklus hidup gulma dua
musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun. Gulma ini
menghasilkan bentuk roset pada tahun pertama, berbunga pada tahun kedua,
menghasilkan biji dan akhirnya mati (Barus 2003).

Pengendalian Gulma Perkebunan Kelapa Sawit
Menurut Setyamidjaja (2006), secara garis besar jenis-jenis gulma yang
dijumpai pada perkebunan kelapa sawit dapat digolongkan menjadi gulma
berbahaya dan gulma lunak. Gulma berbahaya adalah gulma yang memiliki daya
saing tinggi terhadap tanaman pokok seperti ilalang (Imperata cylindrica),
sembung rambat (Mikania micrantha), lempuyangan (Panicum repens), teki
(Cyperus rotundus), kirinyuh (Chromolaena odorata), harendong (Melastoma
malabatrichum) dan tembelekan (Lantana camara). Gulma lunak adalah gulma
yang keberadaannya dalam budi daya tanaman kelapa sawit dapat ditoleransi dan
dapat menahan erosi tanah namun jumlahnya juga tetap harus dikendalikan.
Contoh gulma lunak diantaranya babadotan (Ageratum conyzoides), rumput
kipahit (Paspalum conjugatum), dan pakis (Nephrolepis biserrata).
Menurut Sastroutomo (1990), pada lahan perkebunan dimana tanahnya
jarang mengalami pengolahan mempunyai jenis gulma tahunan yang
komposisinya cukup besar dibandingkan dengan gulma semusim. Areal yang
didominasi oleh gulma berbahaya atau pesaing berat dapat menurunkan produksi
hingga 20%. Gulma di perkebunan kelapa sawit selain menimbulkan persaingan
dengan tanaman juga mengganggu kelancaran kegiatan kebun. Gulma di
gawangan dapat menyulitkan pemanenanan, pengutipan brondolan dan
mengurangi efektivitas pemupukan. Gulma di pasar pikul dapan mengganggu
pergerakan tenaga kerja. Kelancaran kegiatan yang terganggu dapat mengurangi
produktivitas tenaga kerja (PPKS 2010).
Menurut Sembodo (2010), terdapat beberapa metode pengendalian gulma
yaitu, manual atau mekanik, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu.

4
Pengendalian secara manual bertujuan untuk merusak fisik atau bagian tubuh
gulma sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Beberapa sarana
yang digunakan dalam pengendalian secara manual adalah sabit, bajak, cangkul,
kored, sosrok, tangan atau bahan bakar. Metode pengendalian gulma secara kultur
teknis bertujuan untuk memanipulasi ekologi atau lingkungan sehingga
pertumbuhan gulma tertekan dan sebaliknya untuk tanaman. Metode secara hayati
bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan menggunakan organisme seperti
serangga, kumbang, ternak, mikroba, maupun ikan. Penerapan metode ini harus
hati-hati dan memenuhi syarat yaitu organisme yang digunakan sebagai pemangsa
gulma harus spesifik sehingga tidak menyerang tanaman. Pengendalian secara
kimia adalah mengendalikan atau membunuh gulma menggunakan herbisida.
Pengendalian secara terpadu adalah metode dengan memadukan dua atau lebih
metode pengendalian gulma yang berbeda dalam suatu sistem produksi tanaman.
Menurut Pahan (2007), pengendalian gulma dilakukan berdasarkan umur
tanaman kelapa sawit. Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit yang
berumur kurang dari 1 tahun dilakukan secara manual dengan rotasi setiap bulan
selama 1 tahun. Pengendalian gulma untuk tanaman kelapa sawit yang berumur
lebih dari dua tahun dilakukan secara kimia dengan 4 kali rotasi dalam 1 tahun.
Pengendalian gulma pakis dilakukan pengendalian secara kimia dengan 2 kali
rotasi dalam 1 tahun. Pengendalian gulma harus berorientasi terhadap kualitas
(gulma dapat dikendalikan secara efektif) dan kuantitas (pencapaian hasil luasan
aktual sama dengan budget). Pengendalian gulma perlu dilakukan dengan teliti,
perlu pengawasan yang ketat, serta mengutamakan keselamatan kerja dan
keselamatan kesehatan (safety health) (Perdana 2009).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Padang
Halaban Estate (PHLE), PT SMART Tbk, Kecamatan Aek Kuo, Kabupaten
Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan
selama empat bulan yang dimulai pada 24 Februari 2014 sampai 23 Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang dilaksanakan dengan melakukan praktek kerja secara
langsung di perkebunan kelapa sawit. Kegiatan yang dilaksanakan berhubungan
dengan aspek teknis dan aspek manajerial kebun. Terdapat beberapa peranan yang
berbeda bagi mahasiswa untuk setiap bulanannya.
Satu bulan pertama mahasiswa bertugas sebagai karyawan harian lepas
(KHL). Mahasiswa melaksanakan kegiatan yang berubungan dengan aspek teknis
seperti persiapan lahan, penanaman, pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma,
pemangkasan, pemanenan dan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Kegiatan
lebih difokuskan pada kegiatan pengendalian gulma.

5
Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping mandor
pada satu bulan berikutnya. Kegiatan yang dilaksanakan terkait dengan aspek
manajerial. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi
pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan biayanya, penentuan
dosis, konsentrasi, dan jumlah bahan kimia yang digunakan, manajemen
pengendalian gulma, manajemen pemanenan, serta pembuatan buku kegiatan
mandor.
Mahasiswa melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping asisten
pada dua bulan terakhir yang bertugas menyusun rencana kerja harian dan bulanan,
mengevaluasi hasil kegiatan kebun, mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan
di lapangan (kontrol lapangan), dan membantu asisten dalam menyelesaikan
administrasi kebun. Seluruh rangkaian kegiatan dicatat pada jurnal harian kegiatan
magang yang dilampirkan pada Lampiran 1 sampai Lampiran 3.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang ini adalah data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan pada saat
mengikuti kegiatan di lapangan dengan cara mencatat seluruh kegiatan. Data
tersebut meliputi dominansi jenis gulma, dosis dan konsentrasi herbisida yang
digunakan, organisasi pengendalian gulma, ketepatan pelaksanaan pengendalian,
jumlah HK yang dibutuhkan dan estimasi biaya pengendalian per tahun.
Data sekunder diperoleh dari arsip perkebunan meliputi data kondisi kebun
seperti peta areal, jenis tanah, topografi, populasi tanaman, data produksi dan
produktivitas, curah hujan serta dosis rekomendasi herbisida pada kebun tersebut.
Selain itu juga data non teknis meliputi organisasi dan manajemen kebun.
Pengambilan data dominansi jenis gulma dilakukan dengan analisis vegetasi
menggunakan kuadrat 50 cm × 50 cm. Pengambilan sampel dilaksanakan di 4
blok dengan umur tanaman yang berbeda. Blok tersebut diantaranya adalah blok
tanaman tahun ini (TTI), blok tanaman belum menghasilkan (TBM), blok
tanaman menghasilkan (TM) muda (kurang dari 6 tahun), dan blok TM Tua.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak tidak langsung dengan membagi
blok menjadi 3 luasan. Setiap luasan diambil 5 sampel kuadrat yang disebar
merata sehingga diperoleh total 15 kuadrat per blok. Data yang diambil pada
setiap sampel kuadrat diantaranya adalah kerapatan mutlak (KM), bobot basah
mutlak (BBM) dan frekuensi mutlak (FM). KM adalah jumlah individu spesies
gulma tertentu dalam petak sampel. BBM adalah bobot basah spesies gulma
tertentu dalam petak sampel. FM adalah jumlah petak sampel yang memuat
spesies gulma tertentu.

Analisis Data dan Informasi
Dominansi jenis gulma dihitung dengan menggunakan nisbah jumlah
dominansi (NJD) setiap jenis gulma yang diperoleh. NJD dihitung dengan rumus
(Fitriana et al. 2013):

6

KN merupakan kerapatan nisbi yaitu nilai KM spesies gulma tertentu dibagi
total KM semua jenis gulma. BBN merupakan bobot basah nisbi yaitu nilai BBM
spesies gulma tertentu dibagi total BBM semua jenis gulma. FN merupakan
frekuensi nisbi yaitu nilai FM spesies gulma tertentu dibagi total FM semua jenis
gulma. NJD menunjukkan kemampuan suatu jenis gulma tertentu untuk
menguasai sarana tumbuh yang ada. Kemudian setiap blok dibandingkan tingkat
kesamaan vegetasi gulmanya dengan menghitung koefisien komunitas (KK)
menggunakan indeks kesamaan Bray-Curtis (Ludwig dan Reynolds 1988). KK
dihitung dengan rumus:

Nilai W adalah jumlah individu terendah dari spesies gulma yang terdapat di
2 blok yang dibandingkan. Nilai a adalah jumlah semua individu dari spesies
gulma pada blok pertama, dan b adalah jumlah semua individu dari spesies gulma
pada blok kedua. KK menunjukkan tingkat kesamaan antara 2 blok yang
dibandingkan. Kemudian dihitung jarak ketidaksamaan antara setiap blok
menggunakan rumus (Ludwig dan Reynolds 1988):
Jarak Ketidaksamaan = 1 - KK
Kemudian dilakukan analisis gerombol menggunakan nilai jarak
ketidaksamaan. Hasil dari analisis gerombol ditampilkan dalam bentuk
dendrogram jarak ketidaksamaan. Biaya pengendalian gulma diperoleh dengan
menghitung upah tenaga kerja, rotasi pengendalian dalam setahun dan harga
herbisida pada budget perusahaan untuk tahun 2014. Data lain yang diperoleh
dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil yang
diperoleh dengan standar operasional dan aturan kerja yang berlaku.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Wilayah Administratif
PHLE merupakan salah satu perkebunan kelapa sawit milik PT SMART
Tbk di Region Sumatera Utara. Region Sumatera Utara dibagi menjadi 2 bagian
yaitu bagian utara dan bagian selatan. PHLE termasuk ke dalam Unit Region
Sumatera Utara bagian utara.
PHLE berlokasi di kecamatan Aek Kuo, Kabupaten Labuhan Batu Utara,
Provinsi Sumatera Utara. PHLE memiliki lokasi yang relatif mudah untuk diakses.
Terdapat Stasiun kereta api di dalam areal PHLE yaitu Stasiun Padang Halaban.
PHLE dapat diakses menggunakan kereta api dengan waktu tempuh sekitar 5 jam

7
dari Stasiun Kota Medan. Jarak kantor besar PHLE dari Stasiun Padang Halaban
sekitar 5 km. Peta PHLE dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah
Menurut klasifikasi Schmidth – Ferguson, PHLE memiliki tipe iklim A
dengan nilai Q sebesar 9.57%. Curah hujan rata-rata tahunan dalam 10 tahun
terakhir (2004 sampai 2013) adalah 2.406 mm tahun-1 dengan hari hujan rata-rata
173.6 hari tahun-1. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu
mencapai 299.9 mm dan terendah terjadi pada bulan Februari yaitu 107.2 mm.
Data curah hujan PHLE dapat dilihat pada Lampiran 5.
Lahan di PHLE sebagian besar memiliki kelas kesesuaian lahan S2 dengan
kedalaman solum lebih dari.100 cm dan kedalaman efektif 50 sampai 100 cm.
PHLE didominasi oleh lahan yang datar-berombak. Sekitar 78.42 % lahan
memiliki topografi datar-berombak, 20.80% memiliki topografi bergelombang
dan 0.78% memiliki topografi berbukit. Data klasifikasi tanah selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 6.

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan HGU, PHLE PT SMART Tbk memiliki luas areal konsesi
seluas 7 464.92 ha. Luas areal yang ditanami adalah 7 140.19 Ha dan areal yang
tidak ditanam adalah 324.73 ha. PHLE dibagi menjadi 8 divisi dengan luasan
yang berbeda. Divisi I seluas 897.41 ha, divisi II seluas 893.05 ha, divisi III seluas
897.70 ha, divisi IV seluas 811.99 ha, divisi V 776.58 ha, divisi VI 972.45 ha,
divisi VII 924.27 ha dan divisi VIII seluas 966.74 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi
Bibit tanaman kelapa sawit yang ada di PHLE berasal dari sumber yang
berbeda, diantaranya adalah Socfindo, Costa Rica, Marihat, dan Dami Mas. PHLE
menggunakan bibit Dami Mas untuk replanting. Dami Mas adalah bibit yang
berasal dari PT Dami Mas Sejahtera yang merupakan anak perusahaan dari PT
SMART Tbk. Bibit Dami Mas memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah
dapat mulai dipanen pada umur 24 bulan setelah tanam, produksi potensial pada
umur 2 sampai 8 tahun dapat melebihi 26 ton TBS per ha per tahun, nilai ekstraksi
minyak lebih dari 25% dan probabilitas yang rendah terhadap kemunculan
chimaera dan penyakit tajuk.
Lahan di PHLE banyak yang terserang jamur ganoderma. Pertanaman pada
lahan yang terserang ganoderma menggunakan jarak tanam 8.8 m segitiga sama
sisi antar tanaman atau dengan populasi 148 tanaman ha-1, sedangkan pada lahan
yang tidak terserang ganoderma menggunakan jarak tanam 9.2 m segitiga sama
sisi atau dengan populasi 136 tanaman ha-1. Luas areal divisi dan jumlah tanaman
di PHLE pada tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 7.

8
Produksi TBS PHLE dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan. Hal
tersebut disebabkan PHLE sedang menjalankan program replanting untuk
menggantikan tanaman yang sudah tidak produktif sehingga luasan panen
menurun. Luasan panen yang menurun juga menurunkan hasil TBS yang dapat di
panen. Produksi TBS PHLE dalam 5 tahun terakhir disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Produksi TBS Padang Halaban Estate PT SMART Tbk tahun 2009-2013
Luas Panen
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton ha-1)

2009
7 013.22

2010
6 503.26

176 233.78 146 241.32

25.12

22.48

2011
6 532.11

2012
6 491.42

2013
6 019.13

143 573.10 136 328.33

124 057.55

21.97

21.01

20.61

Sumber: Kantor Besar PHLE

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PHLE dipimpin oleh 1 Senior Estate Manager (SEM) dan 1 Estate Manager
(EM). SEM memimpin divisi I sampai V, sedangkan EM memimpin divisi VI
sampai VII dan pembibitan. PHLE menggunakan 3 Asisten kepala (Askep).
Askep rayon 1 memimpin asisten divisi I, asisten divisi II dan asisten LA/JJK
(Land Application/Janjangan kosong). Askep rayon 2 memimpin asisten divisi III
sampai V. Askep rayon 3 memimpin asisten divisi VI sampai VIII dan pembibitan.
Posisi EM dan Askep rayon 3 sedang kosong pada saat penulis melaksanakan
magang sehingga terjadi perubahan manajemen. SEM memimpin seluruh divisi
untuk sementara. Askep rayon 1 memimpin asisten divisi I sampai III dan LA/JJK.
Askep rayon 2 memimpin asisten divisi IV sampai VIII dan pembibitan.
Perubahan manajemen sementara tersebut berlangsung hingga ada pengganti
untuk menempati posisi EM dan Askep rayon 3 yang baru. Struktur organisasi
dapat dilihat pada Lampiran 8.
Status karyawan di PHLE dibagi menjadi karyawan staf dan non-staf.
Karyawan staf terdiri atas Asisten, Askep, Kepala Tata Usaha (KTU), Kepala
Administrasi (Kasie), Kepala Unit Pengamanan (Kanitpam) dan Manager.
Karyawan non-staf di PHLE terdiri atas Serikat Kerja Umum (SKU), dan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), sedangkan Buruh Harian Lepas (BHL)
tidak termasuk sebagai karyawan. PKWT merupakan karyawan setingkat SKU
hanya saja menggunakan kontrak dengan waktu tertentu. Upah SKU ditetapkan
oleh kebijakan perusahaan dengan gaji per bulan, namun jika di hitung perhari
kerja, upah SKU adalah Rp 84.426 HK-1, sedangkan upah BHL adalah Rp 67.584
HK-1. Jumlah karyawan staf di PHLE saat pelaksanan magang adalah 16 orang,
karyawan non-staf adalah 551 orang dan BHL 623 orang. Total seluruh karyawan
di PHLE adalah 1190 orang dengan indeks tenaga kerja (ITK) senilai 0.16.

9

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis meliputi kegiatan teknis dan
kegiatan manajerial. Kegiatan yang mencakup aspek teknis dilaksanakan saat
menjadi karyawan harian lepas. Kegiatan tersebut meliputi pembibitan, replanting,
pemupukan, pengendalian gulma dan pemanenan. Kegiatan yang mencakup aspek
manajerial dilaksanakan saat menjadi pendamping mandor dan pendamping
asisten.

Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan tahap awal dalam mengembangkan suatu
perkebunan yang nantinya berpengaruh besar terhadap produktivitas kebun.
Pembibitan harus dilaksanakan dengan baik agar menghasilkan bibit yang
berkualitas, yaitu bibit siap tanam yang mempunyai kemampuan tumbuh baik,
tahan terhadap cekaman lingkungan, dan punya kemampuan berproduksi tinggi.
Areal pembibitan Padang Halaban Estate berlokasi di dalam divisi VII blok
25 dan blok 26. Total luas areal pembibitan tersebut adalah 36 ha yang terdiri atas
16 ha areal pembibitan 1 dan 20 ha areal pembibitan 2. Areal pembibitan tersebut
memiliki topografi yang datar dan permukaan yang rata.
Pembibitan di Padang Halaban Estate menggunakan sistem double stage
atau sistem 2 tahap yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama
(main nursery). Penggunaan sistem double stage dimaksudkan untuk memperoleh
bibit yang berkualitas tinggi. Persiapan bibit menggunakan sistem tersebut dapat
lebih optimal karena tidak memerlukan areal yang luas dibandingkan dengan
sistem single stage yang langsung ditanam di pembibitan utama. Hal tersebut
dapat mempermudah perawatan, penyiraman dan seleksi sehingga diperoleh bibit
siap tanam yang berkualitas tinggi.
Pre nursery. Kegiatan yang dilakukan di pre nursery meliputi persiapan
penerimaan kecambah, penanaman kecambah, penyiraman bibit, pengendalian
gulma, dan seleksi bibit. Areal pre nursery memiliki permukaan yang cukup datar
dan rata. Bibit pada pre nursery ditanam pada baby polybag yang berukuran
23.cm × 15 cm. Bibit disusun dalam bedengan 0.8 m × 15 m sehingga dalam satu
bedengan terdapat 1.200 bibit. Bibit pada pre nursery berumur 0 sampai 3 bulan.
Setelah 3 bulan bibit dilakukan pindah tanam ke main nursery.
Kegiatan persiapan penerimaan kecambah meliputi kegiatan perhitungan
kebutuhan tanah, kebutuhan pupuk Rock Phosphat (RP), dan pengisian polybag.
Kegiatan tersebut dilakukan satu bulan sebelum penerimaan kecambah.
Kebutuhan tanah untuk pengisian polybag adalah 2 m3 1.000-1 polybag-1,
sedangkan kebutuhan pupuk RP adalah 5 kg 1.000-1 polybag-1. Pengisian tanah
pada polybag diawali dengan pengayakan tanah. Tanah diayak menggunakan
ayakan tegak. Pengayak mengunakan cangkul dengan cara melempar bongkahan
tanah ke ayakan. Tanah yang telah diayak diisi kedalam polybag. Prestasi pekerja
dalam mengisi polybag adalah 750 polybag HK-1 dan prestasi penulis adalah 500
polybag HK-1. Polybag yang telah diisi tanah kemudian disusun pada bedengan.

10
Penyiraman bibit dimulai setiap pukul 7.00 WIB. Penyiraman bibit
dilakukan secara manual menggunakan selang dan gembor. Bibit pada disiram
hingga tanah pada polybag jenuh air. Pekerja penyiram bibit adalah seorang BHL
wanita yang sudah biasa melakukan penyiraman pada bibit pre nursery.
Gulma yang dikendalikan pada pre nursery adalah gulma pada polybag dan
gulma diluar polybag. Gulma di dalam polybag dikendalikan secara manual
dengan cara dicabut. Gulma diluar polybag dikendalikan secara manual dengan
cara di cabut dan dengan menggunakan cangkul. Gulma yang banyak terdapat
pada areal pre nursery adalah Eleusine indica, Axonopus compressus, dan
Paspalum conjugatum.
Main nursery. Bibit pada pembibitan utama ditanam pada large polybag
yang berukuran 40 cm × 50 cm. Bibit tersebut disusun dengan jarak antar tanaman
90 cm dan berpola segitiga sama sisi. Bibit siap untuk ditanam di lahan apabila
telah berumur 11 sampai 13 bulan. Kegiatan yang dilakukan di main nursery
adalah penyiraman bibit, pemangkasan bibit, pemupukan dan pengendalian gulma.
Penyiraman dilakukan menggunakan mesin sprinkle. Mesin sprinkle
dinyalakan setiap pukul 7.00 oleh operator mesin dan dibuka secara bergantian
selama 30 menit oleh operator pompa untuk setiap line. Kebutuhan air untuk
pembibitan kelapa sawit adalah 2 l hari-1 untuk setiap bibit.
Pemangkasan bibit dilakukan pada bibit main nursery yang terlambat
ditanam di lapang. Pemangkasan dilakukan sebanyak 2 kali. Pemangkasan
pertama dilakukan saat bibit berumur 18 bulan. Pemangkasan kedua dilakukan
saat bibit berumur 24 bulan atau 4 bulan sebelum ditanam dilapangan.
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan memudahkan proses transportasi dan
proses penanaman di lapangan.
Pemangkasan bibit dilakukan dengan memangkas setiap pelepah pada bibit.
Alat yang digunakan adalah arit. Pelepah yang terluar dipangkas pada ketinggian
120 cm dari permukaan tanah pada polybag. Pelepah yang paling dalam
dipangkas dengan ketinggian 150 cm dari permukaan tanah pada polybag. Pelepah
yang telah dipangkas ditumpuk dan disusun rapi di antara bibit.
Pengendalian gulma di pembibitan utama dilakukan dengan 2 cara yaitu
secara manual dan secara kimia. Gulma sasaran dari pengendalian manual adalah
gulma yang tumbuh di dalam polybag dan dikendalikan dengan cara dicabut.
Gulma sasaran dari pengendalian kima adalah gulma yang tumbuh di luar polybag.
Herbisida yang digunakan adalah Rolixone 276 SL (Parakuat diklorida) dengan
dosis 250 ml 1000-1 bibit-1. Alat yang digunakan adalah knapsack RB 15 dengan
kapasitas 15 l. Penyemprotan dilakukan di antara polybag dengan ketinggian ¾
dari tinggi polybag atau sekitar 27 cm dari permukaan tanah. Hal tersebut
dimaksudkan agar herbisida tidak mengenai bibit kelapa sawit di dalam polybag.
Replanting
Replanting merupakan kegiatan penanaman kembali pohon kelapa sawit
untuk mengganti tanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif lagi. Suatu
blok yang akan dilakukan replanting harus memenuhi beberapa syarat yaitu umur
tanaman yang akan diganti lebih dari 25 tahun, tinggi tanaman kelapa sawit lebih
dari 13 m, produksi pertahun kurang dari 14 ton ha-1 dan jumlah tegakan tanaman
kurang dari 100 tanaman ha-1. Luas areal yang dilakukan replanting adalah 4%
dari total luas areal perkebunan. Hal tersebut dimaksudkan agar luas TBM dalam

11
satu tahun tidak melebihi 12% sehingga produksi TBS tetap stabil. Kegiatan
replanting yang diikuti oleh penulis meliputi tumbang, chipping, ripping dan
penanaman kelapa sawit.
Tumbang dan chipping. Tumbang dan chipping merupakan serangkaian
kegiatan penumbangan tanaman kelapa sawit, penyusunan tumbangan pada
gawangan mati dan pemotongan batang kelapa sawit menjadi bagian-bagian kecil
(chipping). Serangkaian kegiatan tersebut dilakukan menggunakan alat berat
excavator. Kelapa sawit yang ditumbangkan menggunakan excavator disusun
pada gawangan mati. Kemudian kelapa sawit tersebut di-chipping menggunakan
pisau pada ujung bucket dari excavator dengan kemiringan pisau 45°-60°. Batang
kelapa sawit dipotong dengan ketebalan kurang dari 10 cm dan panjang 60 cm.
Kemudian potongan-potongan tersebut dirumpuk dengan lebar rumpukan 3.5 m
dan tinggi maksimal 1.5 m. Kegiatan penumbangan kelapa sawit dapat dilihat
pada Gambar 1.
Kegiatan tumbang dan chipping dilakukan di blok 25 dengan luasan
50.29.ha. Jumlah excavator yang beroperasi adalah 8 unit. Excavator bekerja
selama 10 hours machine (HM) hari-1 dan dapat melakukan tumbang dan chipping
100 sampai 110 pohon. Masing-masing excavator tersebut dioperasikan oleh satu
operator dan satu helper. Helper bertugas sebagai pembantu operator apabila
terdapat kerusakan dan permasalahan lain. Kegiatan tumbang dan chipping
diawasi oleh satu mandor dengan jumlah anggota sama dengan jumlah excavator.
Setiap anggota mengawasi pekerjaan satu excavator. Hal yang diawasi adalah
ketinggian rumpukan, lebar rumpukan, tebal dan panjang chipping-an serta titik
perumpukkan pohon agar rumpukan tetap lurus.
Ripping. Ripping merupakan kegiatan menggaruk dan membalik tanah
menggunakan alat berat ripper dozer. Kegiatan ripping dilakukan setelah tumbang
dan chipping. Ketika penulis melakukan kegiatan magang, kegiatan tumbang dan
chipping mengalami keterlambatan sehingga dilakukan ripping terlebih dahulu.
Kegiatan ripping bertujuan untuk mengeluarkan akar kelapa sawit yang telah
ditumbang dan menggemburkan tanah. Satu unit ripper dozer bekerja selama 10
HM hari-1 dengan luasan 3 ha hari-1.
Penanaman kelapa sawit. Kegiatan penanaman dilakukan di Divisi I Blok
21 dengan luas areal 16.43 ha. Kegiatan penanaman pada saat itu merupakan
kegiatan penanaman terakhir pada bulan itu. Jumlah bibit yang ditanam adalah 82
bibit. Tenaga kerja berjumlah 6 orang dan satu diantaranya adalah SKU. Kegiatan
dibagi menjadi 3 pekerjaan yaitu langsir bibit, tabur pupuk dan penanaman. Satu
pekerja melakukan penaburan pupuk, 2 pekerja melakukan langsir dan 3 pekerja
melakukan penanaman.

Gambar 1 Penumbangan kelapa sawit menggunakan excavator

12
Kegiatan diawali dengan pengangkutan bibit dan pupuk menggunakan
tractor di kantor divisi kemudian ditransportasikan ke areal penanaman. Tractor
masuk ke dalam gawangan hidup, bibit dilangsir dan diletakkan di sebelah lubang
tanam. Kemudian pupuk ditabur oleh penabur pupuk di setiap lubang tanam.
Pupuk yang digunakan adalah triple super phosphat (TSP) dengan dosis 350 g
lubang-1 dan biofungisida nogan dengan dosis 300 g lubang-1. Pupuk tersebut telah
diuntil sesuai dosis dan dimasukkan ke dalam plastik satu hari sebelum
penanaman sehingga memudahkan saat melaksanaan penaburan pupuk. Pupuk
TSP berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar bibit setelah ditanam
sedangkan nogan berfungsi untuk mencegah pertumbuhan ganoderma. Pupuk TSP
ditabur pertama kali di dasar lubang tanam. Setelah itu pupuk TSP ditutup oleh
tanah sebelum penaburan pupuk nogan. Nogan kemudian ditabur pada lubang dan
dinding lubang tanam.
Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah ditabur pupuk. Lubang tanam
memiliki diameter 60 cm pada permukaan dan 40 cm pada dasar lubang dengan
kedalaman 60 cm. Bagian bawah polybag disobek secara melingkar sebelum bibit
dimasukkan ke dalam lubang. Bibit dimasukkan kedalam lubang. Polybag
disobek vertical dan dibuka. Lubang ditimbun secara bertahap sepertiga dari
kedalaman lubang. Setiap sepertiga kedalaman, tanah dipadatkan dan terus
ditimbun hingga tertutup seluruhnya. Polybag yang telah dilepas disangkutkan
pada bibit untuk menandakan bahwa polybag pada bibit tersebut telah di lepas.
Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara tanaman dengan menggunakan pupuk. Kebutuhan hara yang tercukupi
dapat menghasilkan produksi yang optimal pada tanaman. Kegiatan pemupukan
merupakan kegiatan yang menggunakan biaya yang tinggi. Maka perlu
diperhatikan ketepatan dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemupukan.
Pupuk yang digunakan PHLE adalah pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik yang digunakan adalah tandan kosong, limbah cair dan abu janjang.
Pupuk anorganik yang digunakan seperti urea, KCl, TSP dan kiserite. Kegiatan
Pemupukan dilakukan 2 rotasi tahun-1. Rotasi pertama januari sampai juni dan
rotasi kedua juli sampai desember. Pemupukan tidak dilakukan pada saat kemarau
karena menghidari menguapnya pupuk yang diaplikasikan.
Kebutuhan pupuk. Rekomendasi pemupukan dibuat setiap tahun oleh
SMART Research Institute (SMARTRI). Dosis pupuk untuk setiap divisi bahkan
setiap blok dapat berbeda. Hal tersebut ditentukan berdasarkan pertimbangan hasil
analisa daun (leaf sampling unit) dan analisa tanah (soil sampling unit). Leaf
sampling unit (LSU) dilakukan oleh kebun yang dikoordinasikan dengan
SMARTRI. LSU diambil setiap tahun sekali pada bulan Januari sampai dengan
Maret, pada kondisi normal LSU dilaksanakan sekitar 2 sampai 3 bulan setelah
pemupukan semester 2 selesai diaplikasi. LSU pertama kali dilakukan pada saat
awal tahun umur ke 3 TBM.
Soil sampling unit (SSU) dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui
perkembangan kadar hara di dalam tanah secara detail, yang akan digunakan
sebagai pendukung rekomendasi pemupukan. SSU pertama dilakukan saat TBM
masuk umur 3 tahun, selanjutnya dilakukan secara periodik setiap 5 tahun dan 1
tahun sebelum dilakukan replanting.

13

Gambar 2 Kegiatan pemupukan oleh BHL
Aplikasi pupuk anorganik. Pemupukan diawali dengan penguntilan pupuk.
Penguntilan pupuk adalah membagi pupuk ke dalam beberapa karung dengan
bobot tertentu sesuai dengan dosis pemupukan yang akan dilaksanakan.
Penguntilan bertujuan untuk mempermudah pengangkutan, mempermudah
pengeceran di lapangan dan jumlah pupuk yang dibawa ke lapang tepat dengan
kebutuhan. Penguntilan dilakukan satu hari sebelum aplikasi pemupukan.
Contoh pelaksanan pemupukan urea dilakukan di blok 45 divisi VII. Luas
areal yang dipupuk 14.86 ha atau sekitar 2199 tanaman. Dosis pupuk urea yang
digunakan adalah 1.5 kg tanaman-1 sehingga total pupuk urea yang dibutuhkan
adalah 3298.5 kg. Dengan jumlah tanaman 34 tanaman baris-1, maka kebutuhan
pupuk per gawangan adalah 25.5 kg. Satu sak pupuk adalah 50 kg dan untuk
penguntilan dilakukan dengan bobot 12.5 kg untilan-1 sehingga jumlah total
untilan adalah 264 untilan pupuk urea.
Pupuk yang telah diuntil diangkut menggunakan traktor. Pupuk kemudian
diecer ke lapangan. Pengecer berjumlah 2 orang dan berada diatas bak traktor.
Pengecer mengecer pupuk dengan cara melempar untilan ke pinggir blok.
Pengecer melempar 2 untilan untuk 1 baris tanaman. Pemupuk kemudian
memasukkan pupuk ke dalam ember dan masuk kedalam rintis. Pemupuk
menebar pupuk menggunakan piring plastik. Piring plastik diasumsikan memiliki
takaran 0.5 kg sehingga satu tanaman dipupuk 3 kali piring plastik. Pupuk ditebar
pada piringan dengan jarak 1 m dari tanaman. Pupuk yang ditebar harus tersebar
merata dengan lapisan yang tipis dan tidak ada pupuk yang menumpuk atau
menggumpal. Norma HK pemupukan adalah 4 ha HK-1. Gambar 2 menunjukkan
pelaksanaan pemupukan oleh BHL.
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma
manual di PHLE diantaranya adalah dongkel anak kayu (DAK), garuk piringan
dan dangir kacangan. DAK dan dangir kacangan dilakukan 2 rotasi tahun-1. Rotasi
pertama dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni, sedangkan rotasi kedua
dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember. DAK dilaksanakan di TM dan
TBM, sedangkan dangir kacangan pada lahan TBM yang ditanami kacangan.
Garuk piringan dilakukan 6 rotasi tahun-1 pada TBM.
DAK merupakan kegiatan pengendalian gulma dengan cara mencangkul
tanah pada pangkal gulma anak kayu dan mengeluarkannya secara utuh sampai ke
akarnya dari dalam tanah. Anak kayu adalah gulma daun lebar yang memiliki
batang berkayu. Gulma anak kayu yang telah didongkel dikumpulkan di pinggir
jalan collection road (CR). Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan

14
gulma di piringan dengan cara menggaruk piringan menggunakan garukan atau
parang babat bergalah hingga kondisi bersih gulma. Dangir kacangan merupakan
kegiatan membersihkan gulma di sekeliling tanaman kacangan yang baru ditanam
dan vegetasinya belum menutup tanah.

Gambar 3 Kegiatan dongkel anak kayu (DAK)
Kegiatan DAK dilakukan di Blok 2 Divisi IV dengan luas areal 65.27 ha
dan tahun tanam 1995 (TM). Alat yang digunakan adalah cangkul, cados dan
parang. Cangkul dan cados digunakan untuk mendongkel, sedangkan parang
digunakan untuk membabat anak kayu yang memiliki ketinggian lebih dari 1 m
agar lebih mudah untuk didongkel. Anak kayu yang menjadi sasaran dongkel
adalah Clidemia hirta, Melastoma malabathricum, keladi dan kentosan yang
tingginya lebih dari 30 cm. Pekerja terdiri atas 5 orang SKU perempuan dan 17
BHL perempuan. Standar kerja DAK di PHLE adalah 1.5 ha HK-1, tetapi standar
tersebut tidak mutlak karena dominasi anak kayu pada suatu blok tidak selalu
sama setiap rotasi. Pelaksanaan DAK dapat dilihat pada Gambar 3.
Kegiatan garuk piringan dilakukan di divisi IV blok 39 dengan luasan
40.42.ha dan tahun tanam 2013 (TBM). Alat yang digunakan adalah parang babat
dengan gagang. Piringan dibersihkan dengan cara digaruk hingga bersih dari
gulma. Gulma yang banyak terdapat pada piringan adalah Ottochloa nodosa,
Ageratum conyzoides, teki-tekian dan kacangan yang merambat sampai ke
piringan. Penggarukan dilakukan secara hati-hati agar tanah pada piringan tidak
tergaruk terlalu dalam karena dikhawatirkan dapat melukai akar-akar halus dari
tanaman kelapa sawit. Pekerja berjumlah 17 orang BHL perempuan. Standar
target dari kegiatan garuk piringan adalah 0.5 ha HK-1.
Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan pengendalian gulma secara
kimiawi yang secara rutin dilakukan di PHLE diantaranya adalah semprot
piringan, pasar pikul, pasar kontrol dan tempat pengumpulan hasil (TPH), semprot
semak dan wiping lalang. Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan
kegiatan yang penting karena penyemprotan menghabiskan biaya yang tinggi.
Herbisida yang umum digunakan di PHLE adalah herbisida dengan merk
dagang Roll Up 480 SL (Isopropilamina glifosat) herbisida sistemik berbentuk
larutan berwarna kuning, Starane 290 EC (Fluroksipir metil heptil ester) herbisida
sistemik dan selektif berbentuk pekatan berwarna cokelat tua, Erkafuron 20 WG
(Metil metsulfuron) herbisida sistemik berbentuk butiran dan Rolixone 276 SL
(Parakuat diklorida) herbisida kontak berbentuk larutan berwarna hijau kebiruan.
Herbisida Starane dapat dicampur dengan Roll Up dengan perbandingan
1.:.4. Erkafuron juga dapat dicampur dengan Rolixone atau Roll Up dengan

15
perbandingan 1 kg Erkafuron untuk 20 l Rolixone atau Roll Up. Jenis herbisida
yang digunakan disesuaikan dengan jenis gulma yang akan dikendalikan dan jenis
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Herbisida yang akan digunakan diambil dari gudang divisi. Pengambilan
herbisida dilakukan oleh mandor pengendalian gulma dan dituliskan pada bon
pengeluaran barang. Bon pengeluaran barang ditandatangani oleh pengambil,
mandor kepala dan disetujui oleh asisten divisi.
Herbisida yang dibawa ke lapang harus diencerkan terlebih dahulu.
Herbisida diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1. Tujuan pengenceran
adalah untuk menghindari terjadinya pencurian herbisida karena herbisida yang
telah diencerkan tidak dapat dijual kembali.
Kegiatan semprot piringan, pasar pikul, pasar kontrol dan TPH dilakukan
dengan rotasi 3 kali tahun-1 dengan luasan semprot 25% dari total luasan. Semprot
pada TM remaja dan tua menggunakan 250 ml ha-1 Roll UP + 63 ml ha-1 Starane
untuk rotasi pertama dan ketiga, sedangkan pada rotasi kedua menggunakan
250.ml ha-1 Rolixone+ 13 g ha-1 Erkafuron.
Semprot pada TBM dan TM muda 375 ml ha-1 Roll UP + 94 ml ha-1 Starane
290 EC untuk rotasi pertama dan ketiga. Rotasi kedua menggunakan 375 ml ha-1
Rolixone + 19 g ha-1 Erkafuron.
Alat yang digunakan adalah knapsack solo 15 l dan nozzle red (volume
semprot 0.93 l menit-1) atau brown (1.15 l menit-1) dengan lebar semprot 1.2 m.
Konsentrasi yang digunakan adalah 0.43% atau sekitar 65 ml per knapsack.
Gulma pada piringan dikendalikan hingga kondisi bersih dari gulma.
Piringan harus bersih dari gulma karena piringan merupakan areal perakaran
untuk menyerap unsur hara dan tempat menaburkan pupuk. Selain itu kondisi
gulma yang tidak terkendali pada piringan dapat mempersulit pengutipan
brondolan. Gulma yang terdapat di piringan umumnya adalah pakis-pakisan,
Axonopus compressus dan kentosan.
Gulma pada pasar pikul dan pasar kontrol dikendalikan hingga kondisi tidak
mengganggu kegiatan kebun. Pasar pikul adalah jalan pada gawangan mati yang
berfungsi sebagai jalan untuk melaksanakan kegiatan kebun. Pasar kontrol adalah
jalan yang berada di tengah-tengah blok dan sejajar dengan CR yang berfungsi
sebagai jalan untuk kegiatan kontrol oleh mandor. Lebar pasar pikul dan pasar
kontrol adalah 1.2 m. Gulma umumnya didominasi oleh gulma golongan rumput.
TPH merupakan areal dengan ukuran 3 m × 4 m yang berfungsi sebagai
tempat pengumpulan TBS dan brondolan hasil panen sebelum dimuat ke truk
untuk diangkut ke PKS. TPH berada di ujung pasar pikul. TPH harus bersih dari
gulma agar hasil panen dapat disusun rapi sehingga pemuatan dan penghitungan
hasil dapat dilakukan dengan baik.
Kegiatan Semprot semak dilakukan 2 rotasi tahun-1. Herbisida yang
digunakan dalam semprot semak disesuaikan dengan gulma dominan yang akan
dikendalikan. Apabila gulma yang dominan adalah gulma daun sempit dan daun
lebar maka h

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi keanekaragaman serangga di Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineenis Jack.) di PTPN III, Huta Padang, Kabupaten Asahan

2 51 76

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75

Manajemen Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Padang Halaban PT SMART Tbk, Sumatera Utara

3 29 126