Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Berukuran Awal 3 Gram dengan Kepadatan Tinggi pada Sistem Resirkulasi Melalui Kajian Fisiologis

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT ( Anguilla bicolor bicolor )
BERUKURAN AWAL 3 GRAM DENGAN KEPADATAN
TINGGI PADA SISTEM RESIRKULASI MELALUI KAJIAN
FISIOLOGIS

SUFAL DIANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
 
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
 

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul kinerja produksi ikan
sidat (Anguilla bicolor bicolor) berukuran awal 3 gram dengan kepadatan tinggi
pada sistem resirkulasi melalui kajian fisiologis adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Sufal Diansyah
NIM C151120241
 

RINGKASAN
SUFAL DIANSYAH. Kinerja produksi ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor)
berukuran awal 3 gram dengan kepadatan tinggi pada sistem resirkulasi melalui
kajian fisiologis. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan AGUS OMAN
SUDRAJAT.
Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) merupakan salah satu komoditas
perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Indonesia memiliki potensi elver sidat
yang melimpah, tetapi sampai saat ini pemanfaatannya untuk budidaya masih
sangat rendah. Selama ini elver yang melimpah ini diekspor dan dibudidayakan di

luar negeri, sedangkan pemanfaatan potensi elver sidat untuk budidaya masih
sangat rendah. Hal ini terjadi karena para pembudidaya di Indonesia masih kurang
pengetahuan tentang sistem dan teknologi budidaya sidat. Oleh karena itu
teknologi budidaya sidat perlu dikembangkan sehingga potensi elver sidat dapat
dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja
produksi ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dengan padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan
4 g/L pada sistem resirkulasi melalui kajian respons fisiologis, sehingga dapat
meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai dengan November
2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan padat tebar dan masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali. Ikan sidat yang digunakan adalah spesies Anguilla bicolor
bicolor stadia elver dengan bobot rata-rata 3±1 gram/ekor. Wadah yang digunakan
untuk pemeliharaan ikan sidat berupa sembilan akuarium bersekat dengan sistem
resirkulasi. Dimensi akuarium yang digunakan adalah 90x50x40 cm, dengan
bagian filter berukuran 10x50x40 cm dan bagian pemeliharaan adalah 80x50x30
cm. Pergantian air dilakukan dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari
sebanyak 20% per hari. Pakan yang diberikan berupa pelet tenggelam (slow
sinking) merek KRA (pakan kerapu) dengan kadar protein 45%. Pakan diberikan
2,5-3% per hari dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari. Waktu

pemberian pakan pada pagi hari (pukul 08.00 WIB), siang hari (pukul 12.00),
sore hari (pukul 16.00 WIB) dan malam hari (pukul 21.00). Analisis gambaran
darah dan glukosa darah dilakukan setiap 10 hari sekali, sedangkan pengukuran
kortisol dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada hari ke- 0, 30, dan 60.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar tidak
berpengaruh nyata terhadap beberapa parameter produksi, kecuali laju
pertumbuhan biomassa. Padat tebar terbaik adalah 4 g/L dengan laju pertumbuhan
biomassa 10,62 g/hari, laju pertumbuhan
mutlak sebesar 0,08 g, laju
pertumbuhan spesifik 1,47%, konversi pakan 1,16, dan kelangsungan hidup
96,24%. Semua perlakuan padat tebar tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap respons stres, dengan kadar glukosa darah perlakuan 2 g/L: 30,98 mg/dl,
3 g/L: 27,96 mg/dl, dan 4 g/L: 30,42 mg/dl, kadar kortisol perlakuan 2 g/L: 56,17
μg/dL, 3 g/L: 33,38 μg/dL, dan 4 g/L: 28,79 μg/dL.
Kata kunci : elver, ikan sidat, kepadatan, pertumbuhan, resirkulasi.

SUMMARY
SUFAL DIANSYAH. Performance of eel production (Anguilla bicolor bicolor)
with initial weight 3 gram with high density in recirculation system by means of
physiological studies. Supervised by TATAG BUDIARDI and AGUS OMAN

SUDRAJAT.
Eel (Anguilla bicolor bicolor) is one of fish commodity that is high
economic value. Indonesia has high potency of eel elvers, but until now its use for
aquaculture is still very low. During this abundant elvers and cultured exported
abroad, while exploiting the potential of eel elvers for aquaculture is still very
low. This happens because the farmers in Indonesia still lack knowledge about the
system and eel farming technology. Therefore eel farming technology needs to be
developed so that potential eel elvers can be used optimally. The aims of this
study are to evaluate the performance of production eel (Anguilla bicolor bicolor)
with density of 2 g/l, 3 g/l, and 4 g/l in the recirculation system through the study
of physiological responses.
This study was conducted from September to November 2013. The
experimental design used was a completely randomized design with 3 density
treatment and each treatment was repeated 3 times. The eel was used for this
studied Anguilla bicolor bicolor of stadia elver with an average weight 3
gram/fish. Containers used for the maintenance of a nine aquarium eels insulated
with a recirculation system. Aquarium dimensions used were 90x50x40 cm, with
the filter size of 10x50x40 cm and the culture segment 80x50x30 cm. Substitution
of water twice a day, that is in the morning and evening as much as 20% per day.
Feed given in the form pellets sink (slow sinking) brand KRA (grouper feed) with

45% protein content. Feed given 2.5-3% per day with a frequency of feeding 4
times a day. Feeding time in the morning (08.00 pm), during the day (at 12:00),
afternoon (16:00 pm) and evening (at 21:00). Analysis of the blood picture and
blood glucose is done every 10 days, whereas cortisol measurement is performed
three times on days 0, 30, and 60.
The results showed that stocking density treatment did not significantly
affect production parameters, except for biomass growth rate. The best stocking
density was 4 g / L with a growth rate of 10.62 g biomass / day, the absolute
growth rate of 0.08 g, the specific growth rate of 1.47%, 1.16 feed conversion, and
survival of 96.24%. All treatments stocking density does not give significant
effect on the stress response, the treatment of blood glucose 2 g/L: 30.98 mg/dl, 3
g/L: 27.96 mg/dl, and 4 g/L: 30, 42 mg/dl, cortisol treatment of 2 g/L: 56.17
mg/dL, 3 g/L: 33.38 mg/dL, and 4 g/L: 28.79 ug/dL.
Keyword : density, eel, elver, growth, recirculation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
 
 


Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

 

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)
BERUKURAN AWAL 3 GRAM DENGAN KEPADATAN
TINGGI PADA SISTEM RESIRKULASI MELALUI KAJIAN
FISIOLOGIS

SUFAL DIANSYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 

Dr. Dinamella Wahjuningrum, M.Si 

Judul Tesis

Nama
NIM

: Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Berukuran
Awal 3 Gram dengan Kepadatan Tinggi pada Sistem Resirkulasi
Melalui Kajian Fisiologis
: Sufal Diansyah
: C151120241

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si

Ketua

Dr. Ir. Agus Oman Sudrajat, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Widanarni, MSi

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014

Tanggal Lulus:


 
 
 

 

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih pada penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September sampai dengan
November 2013 ini adalah Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor)
Berukuran Awal 3 Gram dengan Kepadatan Tinggi Pada Sistem Resirkulasi
melalui Kajian Fisiologis. 
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi. dan
Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc. selaku komisi pembimbing, serta Ibu
Dr.Ir. Widanarni, MSi. selaku perwakilan Program Studi Ilmu Akuakultur yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Hangesty Widiastuti dan teman-teman di Laboratorium
Lingkungan dan Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya, serta temanteman Ilmu Akuakultur 2012, yang telah membantu selama penyusunan karya
ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ayah, ibu, adik
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Sufal Diansyah

DAFTAR ISI
Is

DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

i
ii
iii
iv

1 PENDAHULUAN ..................................................................................

1

Latar Belakang ...........................................................................................
Perumusan Masalah....................................................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................................
Hipotesis ...................................................................................................

1
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Sidat
Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Pengaruh Padat Tebar terhadap Respons Fisiologis

3
3
5
6

3 METODE PENELITIAN ........................................................................

6

Waktu dan Tempat ....................................................................................
Rancangan Percobaan.................................................................................
Prosedur Percobaan ....................................................................................
Persiapan Wadah Budidaya
Penebaran Benih
Pemeliharaan
Parameter Uji .............................................................................................
Derajat Kelangsungan Hidup
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju Pertumbuhan Mutlak
Konversi Pakan
Koefisien Keragaman
Analisis Darah
Parameter Kualitas Air ........................................................................
Analisis Data

6
6
7
7
7
7
8
8
8
9
9
9
10
11
12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
Kinerja Produksi ................................................................................
Parameter Respon Stres .....................................................................
Kualitas Air .......................................................................................
5 Kesimpulan dan Saran.............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

12
12
15
18
20
20

DAFTAR TABEL
Is
1 Parameter kualitas air ........................................................................................
2 Parameter produksi elver sidat yang dipelihara selama 60 hari pada
padat tebar berbeda ...........................................................................................
3 Gambaran darah elver sidat yang dipelihara selama 60 hari pada
padat tebar berbeda ...........................................................................................
4 Kisaran kualitas air (suhu, pH, DO, amoniak, nitrit, dan alkalinitas)
yang dipelihara selama 60 hari pada padat tebar yang berbeda ..........................

12
13
16
19

DAFTAR GAMBAR
1 Empat tahap larva Anguilla bicolor ................................................................... 4
2 Perkembangan bobot rata-rata elver ikan sidat sidat Anguilla bicolor
bicolor pada perlakuan (♦) 2 g/L, (■) 3g/L, dan (▲) 4g/L selama 60 hari
masa pemeliharaan............................................................................................ 15
3 Perkembangan biomassa elver ikan sidat pada perlakuan 2 g/L, 3g/L,
dan 4g/L selama 60 hari masa pemeliharaan. elver ikan sidat sidat
Anguilla bicolor bicolor pada perlakuan (♦) 2 g/L, (■) 3g/L, dan (▲) 4g/L
selama 60 hari masa pemeliharaan ..................................................................... 15

DAFTAR LAMPIRAN
Is
1 Prosedur pengukuran kadar glukosa darah .........................................................
2 Prosedur pengoperasian spektrofotometer untuk analisis kadar
glukosa darah....................................................................................................
3 Analisis statistik parameter produksi ikan sidat Anguilla bicolor dengan
padat tebar 2, 3, 4 g/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi ........................
4 Analisis statistik parameter stres ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan
padat tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi ......

24
24
25
26


 

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai
ekonomis tinggi. Ikan sidat sangat laku di pasar internasional, seperti Jepang,
Hongkong, Italia, Jerman, dan beberapa negara lain (Affandi 2005). Negara
konsumen terbesar ikan sidat yaitu Jepang, yang mengkonsumsi ikan sidat sekitar
120.000 ton setiap tahunnya, sedangkan produksi dalam negerinya hanya kurang
dari 18%. Jepang mengimpor sidat dari China dan Taiwan, dengan demikian
Indonesia berpotensi besar untuk mengekspor produksi ikan sidat.
Indonesia memiliki potensi elver sidat yang melimpah, tetapi sampai saat ini
pemanfaatannya untuk budidaya masih sangat rendah. Selama ini elver yang
melimpah ini diekspor dan dibudidayakan di luar negeri, sedangkan pemanfaatan
potensi elver sidat untuk budidaya masih sangat rendah. Hal ini terjadi karena
para pembudidaya di Indonesia masih kurang pengetahuan tentang sistem dan
teknologi budidaya sidat. Oleh karena itu teknologi budidaya sidat perlu
dikembangkan sehingga potensi elver sidat dapat dimanfaatkan secara optimal.
Salah satu langkah untuk meningkatkan target budidaya sidat yaitu dengan
meningkatkan padat tebarnya.
Beberapa penelitian terkait sistem dan teknologi budidaya ikan sidat sudah
banyak dilakukan, yakni dengan fokus kajian mengenai padat tebar optimum ikan
sidat. Rusmaedi (2010) melakukan penelitian terkait padat tebar ikan sidat jenis
Anguilla bicolor pada sistem resirkulasi dengan kepadatan 0,3 sampai 0,5 g/L
ukuran 1,8 g/ekor dan 3 g/ekor. Priatna (2013) melakukan penelitian padat tebar
ikan sidat pada sistem resirkulasi menggunakan sidat jenis Anguilla marmorata
berukuran 1,2 g/ekor dengan kepadatan 1, 2 dan 3 ekor/L. Hasil dari beberapa
penelitian tersebut telah menghadirkan alternatif teknologi budidaya ikan sidat
pada sistem resirkulasi. Selain itu, berdasarkan hasil survei beberapa
pembudidaya di wilayah Jawa Barat telah melakukan kegiatan pendederan ikan
sidat pada stadia elver dengan kepadatan yang lebih tinggi, yakni hingga 3 g/L
menggunakan sistem budidaya resirkulasi. Sistem resirkulasi ini berfungsi untuk
menjaga fluktuasi oksigen dan pH, serta menurunkan komponen bahan organik
terlarut yang diakibatkan oleh akumulasi sisa pakan dan buangan metabolik dari
ikan. Sistem produksi dengan sistem resirkulasi memberikan keuntungan seperti
kontrol parameter lingkungan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan kesehatan
ikan, meningkatkan biosekuritas, menghemat penggunaan air dan dampak
lingkungan yang rendah (Summerfelt et al. 2008). Berdasarkan beberapa hasil
kajian tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada sistem resirkulasi dengan
kepadatan 2, 3 dan 4 g/L menggunakan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor
berukuran awal 3 g/ekor.
Padat tebar ikan adalah jumlah ikan per satuan volume air. Padat tebar
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan produksi. Penentuan nilai optimal untuk padat tebar merupakan
prasyarat untuk menjamin kelangsungan hidup dan produksi. Namun, untuk
melihat performa produksi harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti
kenyamanan ikan, stres dan kesehatan. Oleh karena itu, efek padat tebar terhadap
kekebalan tubuh dan fisiologis perlu dijelaskan (Leiton et al. 2010).


 

Peningkatan kepadatan menimbulkan kompetisi dalam mendapatkan
oksigen, pakan serta ruang gerak, sehingga akan mempengaruhi fisiologis ikan.
Selain itu, kepadatan yang tinggi juga meningkatkan buangan metabolik dari ikan
sehingga mempengaruhi kualitas air. Kondisi kualitas air yang tidak optimal tidak
akan mendukung produksi yang baik. Oleh karena itu, untuk memperoleh kajian
yang mendalam, maka penelitian ini mengevaluasi respons stres sehingga data
yang diperoleh dapat menggambarkan performa produksi dan status kesehatan
ikan dengan kepadatan yang tinggi. Apabila ikan mengalami stres, ikan
menanggapinya dengan mengembangkan suatu kondisi yang homeostatis yang
baru dengan mengubah metabolismenya. Respon terhadap stres ini dikontrol oleh
sistem endokrin melalui pelepasan hormon kortisol dan katekolamin (Barton
1987).
Perumusan Masalah
Saat ini ikan sidat merupakan salah satu komoditas perikanan yang sangat
potensial untuk diekspor ke luar negeri bahkan pasar dalam negeri pun mulai
terbuka. Ikan sidat merupakan jenis ikan yang memiliki protein tinggi sehingga
menjadi daya tarik bagi para konsumen. Potensi elver sidat di Indonesia sangat
melimpah, tetapi sampai saat ini hanya mampu mengekspor elver sidat hasil dari
tangkapan alam. Sedangkan pemanfaatan elver sidat untuk dibudidayakan masih
sangat jarang dilakukan, sementara permintaan ikan sidat ukuran konsumsi
semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan sistem dan
teknologi budidaya fase pendederan dan pembesaran sehingga potensi elver sidat
nasional dapat dimanfaatkan secara maksimal. Langkah awal yang dapat
dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah untuk memenuhi permintaan
pasar adalah peningkatan produktivitas dengan peningkatan padat penebaran dan
menekan mortalitas dengan memberikan kondisi lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Pada kepadatan yang tinggi ikan akan beradaptasi dengan
lingkungan yang baru, yaitu ketersediaan oksigen dan ruang gerak, serta
akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi. Hal ini dapat
menimbulkan tingkat stres pada ikan. Dengan demikian diperlukan informasi dan
kajian lebih lanjut tentang kepadatan ikan yang menyebabkan ikan dapat tumbuh
pada tingkat optimalnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja produksi dan respon
fisiologis ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada padat tebar 2 g/l, 3 g/l, dan 4
g/l pada sistem resirkulasi.
Hipotesis
Jika pada kepadatan tertentu dapat memberikan respons fisiologis yang
baik, maka kelangsungan hidup dan pertumbuhan akan menjadi tinggi sehingga
sistem budidaya akan menghasilkan kinerja produksi yang maksimal.

 
 


 

2 TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Sidat
Sidat adalah ikan yang ketika dewasa hidup di air tawar, tetapi setelah
matang gonad akan beruaya atau pindah ke laut dalam untuk memijah. Ikan sidat
memiliki banyak spesies. Menurut Susilo et al. (1998) salah satu spesies yang
banyak ditemukan di perairan pantai selatan adalah Anguilla bicolor bicolor.
Menurut Deelder (1984) ikan sidat (Anguilla sp) mempunyai afinitas
taksonomi sebagai berikut :
Phylum
: Vertebrata
Sub phylum : Craniata
Superclass
: Gnathostomata
Series
: Pisces
Class
: Teleostei
Subsclass
: Actynopterigii
Order
: Anguilliformes
Suborder
: Angilloidei
Family
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Ikan sidat mempunyai tubuh memanjang dengan perbandingan antara
panjang dan tinggi yaitu dua puluh banding satu (20:1). Kepala sidat berbentuk
segitiga, memiliki mata, hidung, mulut, dan tutup insang. Mata sidat tidak tahan
terhadap sinar matahari langsung karena sidat termasuk binatang malam
(nokturnal). Sidat memiliki empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip ekor,
sirip dubur, dan sirip dada. Meskipun sepintas mirip belut, tetapi pada permukaan
tubuh sidat memiliki sisik (Sasongko et al. 2007).
Daur hidup ikan sidat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase lautan, fase
estuari, dan fase sungai. Ikan sidat memijah di laut pada kedalaman lebih dari 300
m dan telurnya menetas menjadi larva (leptocephali) setelah 38–45 jam dengan
panjang 2,7 mm sampai 6,2 mm. Stadium ini dilampaui selama satu tahun dengan
ciri-ciri tubuh seperti pita tembus pandang dengan kedua ujungnya tajam, dan
lebar pada bagian tengahnya (Facey et al. 1987). Larva tersebut kemudian
mengikuti arus kearah pantai dan mengalami perubahan bentuk (metamorfosa)
menjadi ikan sidat yang tidak berpigmen (glass eel) dengan memiliki ciri bentuk
tubuh yang sama dengan ikan sidat dewasa. Secara aktif glass eel tersebut
bermigrasi ke arah muara sungai. Setelah memasuki habitat tersebut pigmentasi
mulai berkembang sehingga menjadi ikan sidat kecil yang disebut elver (Sriati
1998).
Musim sangat berpengaruh pada ketersediaan elver ikan sidat di alam
karena ikan sidat masih memijah secara alami. Kehadiran elver ikan sidat di setiap
daerah tidak bersamaan, khususnya di Palabuh ratu elver sidat ditemukan dari
bulan Oktober sampai bulan Maret dan puncaknya pada bulan Januari. Sedangkan
untuk ikan sidat konsumsi ditemukan dari bulan April sampai bulan September
(Sasongko et al, 2007). Sidat adalah ikan yang beruaya anadromous dan
menunjukkan perilaku hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya
melawan arus).


 

Ikan sidat merupakan ikan yang penyebarannya sangat luas yakni di daerah
tropis dan subtropis sehingga dikenal adanya sidat tropis dan sidat sub tropis.
Menurut Tesch (1977), paling sedikit terdapat 17 spesies ikan sidat di dunia dan
paling sedikit enam jenis diantaranya terdapat di Indonesia yakni: Anguilla
marmorata, A. celebensis, A. ancentralis, A. borneensis, A. bicolor bicolor dan A.
bicolor pacifica. Jenis ikan tersebut menyebar di daerah-daerah yang berbatasan
dengan laut dalam yakni di pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Pulau
Sumatera, pantai timur Pulau Kalimantan, seluruh pantai Pulau Sulawesi,
Kepulauan Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur hingga
pantai utara Papua (Affandi 2005).
Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa
menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi
pakan buatan ketika dibudidayakan. Makanan terbaik untuk sidat pada stadia
preleptochepali adalah telur ikan hiu, dengan makanan ini sidat stadia
preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepalus.
Berikut ini adalah bentuk sidat (Anguilla bicolor) dari fase leptocephalus sampai
pada fase glass eel dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini (Aoyama 2009).

Gambar 1. Empat tahap larva Anguilla bicolor (a) leptocephalus muda (17 mm
TL), (b) leptocephalus sepenuhnya (49 mm), (c) leptocephalus yang
sedang bermetamorfosis (46 mm) dan (d) tahap Oceanic glass eel (47
mm).
Organ pernafasan utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi sebagai
paru-paru seperti pada hewan darat. Ikan ini memiliki empat pasang insang yang
terletak pada rongga branchial. Setiap lembar insang terdiri atas beberapa filamen
insang dan setiap filamen insang terbentuk dari sejumlah lamella yang di
dalamnya terdapat jaringan pembuluh darah. Kemampuan ikan sidat dalam
mengambil oksigen dari udara secara langsung menyebabkan ikan sidat dapat
bertahan cukup lama di udara terbuka yang memiliki kelembaban yang tinggi.
Keistimewaan lainnya adalah sidat memiliki kemampuan mengabsorbsi oksigen
 
 


 

melalui seluruh permukaan tubuhnya. Sisik sidat yang kecil membantu dalam
proses pernafasan melalui kulit, berdasarkan hasil penelitian 60% kebutuhan
oksigen pada ikan sidat dipenuhi melalui pernafasan kulit. Sidat dilengkapi
dengan tutup insang berupa celah kecil yang terletak di bagian belakang kepala,
ini berfungsi dalam mempertahankan kelembaban di dalam rongga branchial
(Tesch 2003).
Ikan sidat adalah komoditas budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi
sehingga dalam pembudidayaan ikan ini tidak terlepas dari serangan bakteri
patogen. Bakteri patogen yang paling sering menyerang ikan sidat adalah
Aeromonas hydrophila (Tomiyama dan Hibiya 1977). Serangan A. hydrophila
yang merupakan bakteri oportunistik lebih cenderung pada ikan-ikan yang berada
dalam tingkat stres yang tinggi, baik karena tingkat kepadatan yang tinggi,
kualitas air budidaya yang buruk, penanganan yang kurang baik ataupun karena
adanya patogen berbahaya lain yang terdapat di lingkungan tersebut.
Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang,
dalam suatu periode atau waktu tertentu (Effendi 1997). Pertumbuhan ikan
dipengaruhi oleh dua faktor utama: (1) faktor internal yang berkaitan dengan ikan
itu sendiri meliputi karakteristik genetik dan kondisi fisiologis, serta (2) faktor
eksternal yang berkaitan dengan lingkungan diantaranya komposisi kimia air,
suhu, tingkat metabolisme, ketersediaan oksigen dan pakan (Hepher et al. 1981).
Hepher et al. (1981) menyatakan hasil panen per unit area (yield)
merupakan fungsi dari laju pertumbuhan dan padat penebaran. Padat penebaran
ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam suatu wadah budidaya (per satuan
volume atau persatuan luas wadah). Ketika pertumbuhan yang terjadi tidak
dipengaruhi oleh padat tebar ikan, maka hasil akan meningkat secara linier sejalan
dengan peningkatan padat tebar. Pada titik ketika intake pakan hanya mencukupi
untuk pemeliharaan tubuh namun tidak cukup untuk pertumbuhan, maka
peningkatan padat tebar dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan. Selama
penurunan pertumbuhan tersebut tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan
padat tebar maka hasil akan tetap meningkat meski tidak terjadi secara linier.
Ketika penurunan pertumbuhan yang terjadi semakin besar maka penurunan hasil
akan terjadi hingga mencapai tingkat pertumbuhan nol. Hal ini berarti bahwa hasil
ikan yang ditebar mendekati nilai carrying capacity atau daya tampung
maksimum wadah budidaya.
Faktor yang mempengaruhi stres adalah kondisi kualitas air, khususnya
oksigen dan amonia. Kandungan oksigen yang rendah dapat menurunkan tingkat
konsumsi pakan ikan (nafsu makan), karena oksigen sangat dibutuhkan untuk
respirasi, proses metabolisme di dalam tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas
pengelolaan makanan. Menurunnya nafsu makan ikan dapat menyebabkan
penurunan pertumbuhan. Selain itu, konsentrasi amonia hasil metabolisme yang
meningkat pada media pemeliharaan juga dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan karena menurunkan konsumsi oksigen akibat kerusakan pada
insang, penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan, dan
mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian (Boyd 1990).


 

Kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai persentase jumlah
ikan yang hidup dari jumlah yang ditebar dalam suatu wadah selama masa
pemeliharaan tertentu (Effendi 1997). Tingkat kelangsungan hidup ikan
menentukan jumlah produksi yang diperoleh. Kepadatan yang tinggi akan
mengakibatkan menurunnya kualitas air terutama kandungan oksigen terlarut dan
konsentrasi amonia. Penurunan kualitas air bisa menyebabkan stres pada ikan,
bahkan apabila penurunan mutu air telah melampaui batas toleransi maka akan
berakibat pada kematian. Selain itu penurunan mutu air juga dapat mempengaruhi
nafsu makan ikan. Saat nafsu makan berkurang, asupan pakan ke dalam tubuh
ikan pun berkurang sehingga energi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan tidak
terpenuhi. Hal ini bila berlangsung lama akan menyebabkan kematian (Effendi
2004).
Pengaruh Padat Tebar terhadap Respons Fisiologis
Stres pada ikan bisa disebabkan oleh perubahan lingkungan (environmental
changes) antara lain disebabkan perubahan salinitas perairan. Bila ikan mengalami
stres, ikan menanggapinya dengan mengembangkan suatu kondisi yang homeostatis
yang baru dengan mengubah metabolismenya. Stres didefinisikan sebagai sejumlah
respons fisiologis yang terjadi pada saat hewan berusaha mempertahankan
homeostatis. Respons terhadap stres ini dikontrol oleh sistem endokrin melalui
pelepasan hormon kortisol dan katekolamin (Barton 1987).
Stres merupakan akibat yang ditimbulkan dari peningkatan atau sekresi
kortisol (glukokortikoid). Selain itu, stres dapat meningkatkan kadar glukosa
darah, mekanisme yang berperan dalam mempertahankan kestabilan glukosa
darah adalah glukoneogenesis, liposis, dan glikogenesis. Pengaturan
keseimbangan kadar glukosa darah yaitu mekanisme yang mengatur kecepatan
konversi menjadi glukosa menjadi glikogen atau lemak yang disimpan, dan
mekanisme yang mengatur pelepasan kembali dari bentuk simpanan untuk
dikonversi menjadi glukosa yang masuk kedalam darah. Sehingga, dengan
banyaknya mekanisme yang berperan dalam homeostatis glukosa darah,
kestabilan kadar glukosa darah menjadi sangat penting bagi kesehatan bahkan
kehidupan (Pilliang et al. 2000).

3 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai dengan November
2013. Penelitian dilakukan di CV Widya Mandiri Bogor. Analisis kualitas air
dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan IPB.
Analisis gambaran darah dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan Departemen
Budidaya Perairan IPB. Analisis glukosa darah dan kortisol dilakukan di
Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan padat tebar dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Perlakuan tersebut adalah pemeliharaan benih sidat (Anguilla bicolor bicolor)
berukuran 3 gram dengan padat tebar 2 g/l, 3 g/l, dan 4 g/l.

 
 


 

Prosedur Penelitian
PersiapanWadah Budidaya
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan sidat berupa sembilan
akuarium bersekat dengan sistem resirkulasi. Sekat ini berfungsi untuk
memisahkan bagian filter dan bagian untuk pemeliharaan. Dimensi akuarium yang
digunakan adalah 90cm x 50cm x 40cm, dengan bagian filter berukuran 10cm x
50 xcm x 40cm dan bagian pemeliharaan adalah 80 x 50cm x 30cm. Volume air
yang digunakan untuk pemeliharaan sebesar 120 liter. Tahapan persiapan
penelitian meliputi pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, pembersihan wadah,
penempatan wadah, pengisian wadah, dan stabilisasi air. Filter yang digunakan
adalah satu unit filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia, dan biologi.
Bahan filter yang digunakan terdiri dari kapas sintetis, karbon aktif, zeolit,
karang jahe dan bioball. Pada sistem resirkulasi, air dari akuarium pemeliharaan
masuk ke dalam filter melalui pipa serapan dan dialirkan secara gravitasi. Air
yang keluar langsung memasuki media filter secara berurutan, yaitu kapas, karbon
aktif, zeolit, karang jahe dan bioball. Air yang telah melewati filter akan mengalir
ke dalam sekat penampungan air. Selanjutnya, air tersebut dipompa ke dalam
akuarium pemeliharaan melalui pipa inlet
Sebelum digunakan, akuarium pemeliharaan dibilas, dicuci, dikeringkan,
dan ditutup. Akuarium yang telah siap digunakan kemudian diisi air sampai
ketinggian 30 cm sehingga volume air media pemeliharaan 120 liter. Air yang
digunakan telah diendapkan selama tiga hari. Sistem resirkulasi yang telah selesai
disusun kemudian dijalankan selama empat hari. Setelah diisi air, kedalam
akuarium ditambahkan garam sebanyak 360 g kedalam 120 liter air untuk
mendapatkan salinitas air 3 g/l.
Penebaran Benih
Benih sidat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot 3±1
gram/ekor yang berasal dari pembudidaya sidat di Cimanggu, Bogor, Jawa Barat.
Bobot benih sidat diukur dengan mengambil 30 sampel sehingga dapat diperoleh
bobot rata-rata untuk menentukan biomassa dalam setiap perlakuan. Benih
diaklimatisasi terlebih dahulu sebelum ditebar. Penebaran dilakukan setelah empat
hari stabilisasi sistem resirkulasi. Padat tebar pada setiap akuarium dilakukan
sesuai dengan perlakuan, yaitu 2 g/l, 3 g/l, dan 4 g/l. kemudian dipelihara selama
60 hari.
Pemeliharaan
Penelitian dilakukan selama 60 hari masa pemeliharaan. Selama penelitian
dilakukan pengelolaan air dan pakan, serta pengambilan contoh berupa contoh
ikan dan air pemeliharaan.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan penyifonan setiap sebelum
pemberian pakan dan pergantian air yang dilakukan sebanyak dua kali sehari
yakni pada pagi dan sore hari sebanyak 20% per hari. Untuk mengetahui kualitas
air, dilakukan pengukuran parameter kualitas air, parameter suhu dan pH diukur
secara in-situ setiap pagi dan sore hari sedangkan parameter DO, amonia, nitrit,
dan alkalinitas diukur setiap 10 hari.


 

Pengelolaan Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet tenggelam (slow sinking) merek KRA
(pakan kerapu) dengan kadar protein 45%. Pakan diberikan 2,5-3% per hari
dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari. Waktu pemberian pakan pada
pagi hari (pukul 08.00 WIB), siang hari (pukul 12.00), sore hari (pukul 16.00
WIB) dan malam hari (pukul 21.00).
Pengambilan Contoh
Contoh yang diambil dalam penelitian ini berupa contoh air dan contoh
ikan, pengambilan contoh dilakukan setiap sepuluh hari selama periode penelitian.
Contoh air diambil dan dilakukan pengukuran di laboratorium lingkungan BDP
IPB, beberapa parameter kualitas air yang diukur dari contoh yang diambil antara
lain, suhu, pH, DO, amonia, nitrit, nitrat, dan alkalinitas. Contoh ikan diambil
untuk dilakukan pengukuran panjang dan bobot per individu ikan guna
mendapatkan hasil parameter biologi. Pengambilan contoh ikan juga dilakukan
setiap sepuluh hari, dan contoh diambil sebanyak 20 ekor pada setiap ulangan
dalam perlakuan. Selain itu contoh ikan juga di ambil darah sebanyak 0,2 ml
untuk dilakukan analisis gambaran darah, glukosa darah, dan kortisol. Analisis
gambaran darah dan glukosa darah dilakukan setiap sepuluh hari selama
penelitian, sedangkan analisis kortisol dilakuan setiap 30 hari selama penelitian.
Parameter Uji
Parameter yang diuji selama penelitian meliputi parameter biologi yang
terdiri dari derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju
pertumbuhan biomassa, koefisien keragaman, konversi pakan, gambaran darah,
kadar glukosa darah, dan kadar kortisol, serta parameter kualitas air yang meliputi
suhu, pH, DO, alkalinitas, amonia, dan nitrit.
Derajat kelangsungan hidup
Derajat kelangsungan hidup (SR) adalah perbandingan jumlah ikan yang
hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan,
yang dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996) yaitu:

N 
SR   t  x 100%  
 N0 
Keterangan: SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Laju pertumbuhan spesifik
Laju pertumbuhan spesifik (SGR) adalah laju pertumbuhan harian atau
persentase pertambahan bobot ikan setiap harinya, yang dihitung berdasarkan
rumus Huisman (1987):

 
 

%


 

Keterangan: SGR
Wt
W0
t

=
=
=
=

Laju pertumbuhan harian (%)
Biomassa ikan akhir pemeliharaan (g)
Biomassa ikan awal pemeliharaan (g)
Waktu pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Mutlak
Laju pertumbuhan mutlak adalah perubahan bobot rata-rata individu dari
awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung dengan
menggunakan rumus dari Goddard (1996):
GR =
Keterangan:

GR = Laju pertumbuhan bobot mutlak (gram/ekor/hari)
Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (gram)
Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (gram)
t = Periode pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Biomassa
Laju pertumbuhan biomassa (LPB) adalah perubahan biomassa rata-rata
dari awal sampai akhir pemeliharaan. Laju pertumbuhan biomassa dapat dihitung
menggunakan rumus dari Goddard (1996):
LPB =
Keterangan:

LPB
Wt
Wo
t

Bt-Bo
t

= Laju pertumbuhan biomassa (g/hari)
= Biomassa rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
= Biomassa rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
= Waktu pemeliharaan (hari)

Konversi pakan
Konversi pakan dihitung dengan menggunakan rumus dari Goddard (1996):

Keterangan :

FCR
F
Wt
Wd
W0

= Feed conversion ratio
= Jumlah pakan yang dihabiskan (kg)
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan(kg)
= Biomassa ikan mati selama pemeliharaan(kg)
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan(kg)

Koefisien keragaman
Koefisien keragaman (KK) dihitung menggunakan rumus (Steel dan Torrie
1981):
KK = (S/Ȳ ) x 100 %
Keterangan :
KK
= Koefisien keragaman (%)
S
= Simpangan baku
Ȳ
= Rata-rata contoh

10 
 

Analisis Darah
Prosedur pengambilan darah
Pengukuran parameter gambaran darah dan glukosa darah dilakukan setiap
kali waktu pengambilan contoh yakni setiap 10 hari kali. Sedangkan pengukuran
kortisol dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada hari ke - 0, 30, 60. Sebelum
dianalisis darah terlebih dahulu diambil dan di preparasi untuk dianalisis.
Prosedur pengambilan darah dilakukan dengan meletakkan ikan dengan kepala
menghadap ke sebelah kiri. Syringe diisi dengan Na-sitrat sedikit, kemudian
dibilas dan dibuang kembali lalu darah diambil pada bagian vena caudalis yang
terletak tepat di bagian ventral tulang vertebrae. Jarum ditusukkan di atas antara
anus dan ujung sirip anal secara horizontal kearah cranial sampai mengenai tulang
vertebrae. Jarum ditarik sedikit, lalu penghisap jarum suntik ditarik sampai darah
terhisap sebatas yang diperlukan. Jarum dicabut kemudian bekas suntikan ditutup
dengan kapas beralkohol. Darah yang telah terambil digoyangkan ke kiri-kanan
agar darah tercampur rata dengan antikoagulan. Kemudian dimasukkan kedalam
ependorf untuk digunakan sebagai contoh yang siap dilakukan analisis. Parameter
gambaran darah ikan yang diukur meliputi kadar hemoglobin, hematokrit, sel
darah merah, sel darah putih, dan diferensial leukosit. 
Kadar Hemoglobin
Pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dilakukan dengan metode Sahli dengan
sahlinometer (Wedemeyer et al. 1977). Kadar Hb diukur dengan cara
mengkonversikan darah ke dalam bentuk asam hematin setelah darah ditambah
dengan HCl 0,1 N. Prosedur penghitungan dilakukan dengan cara darah dihisap
dengan pipet Sahli sampai skala 20 mm3 atau skala 0,2 ml, lalu ujung pipet
dibersihkan dengan tissue. Setelah itu darah dalam pipet dipindahkan dalam
tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0,1 N sampai skala 10 (merah), diaduk dan
dibiarkan selama tiga sampai lima menit. Akuades ditambahkan sampai warna
darah dan HCl tersebut seperti warna larutan standar yang ada dalam Hb meter.
Kemudian skala dibaca yaitu dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan
dengan skala tabung Sahli yang dilihat pada skala jalur gr % (kuning) yang berarti
banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah.
Kadar Hematokrit
Kadar Hematokrit (He) ditentukan dengan cara sampel darah dimasukkan
dalam tabung mikrohematokrit sampai kira - kira 3/4 bagian tabung, kemudian
ujungnya disumbat dengan crytoseal sedalam 1 mm. Setelah itu disentrifus
dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Setelah itu dilakukan pengukuran
panjang darah yang mengendap (a) serta panjang total volume darah yang terdapat
didalam tabung (b) dengan menggunakan penggaris. Kadar He dinyatakan sebagai
% volume padatan sel darah dan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kadar He = (a/b) x 100%.
Diferensial Leukosit
Penghitungan dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah. Darah
diteteskan diatas gelas objek steril yang sudah direndam dengan metanol,
kemudian ujung gelas objek kedua ditempatkan di atas gelas objek yang telah
o
ditetesi darah hingga membentuk sudut 30 . Gelas objek kedua digeser kearah
belakang menyentuh tetesan darah hingga menyebar dan dibiarkan hingga kering.
 
 

11 
 

Preparat difiksasi dengan metanol absolute selama 5 menit kemudian diangkat
dan dibiarkan kering udara. Pewarnaan preparat dilakukan selama 10 menit dalam
larutan giemsa, lalu diangkat dan dibilas dengan air mengalir serta dibiarkan
kering udara. Preparat ulas diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran
1000x. Kemudian, dihitung jenis-jenis leukosit dan dihitung persentasenya dari
100 sel leukosit pada beberapa lapang pandang.
Perhitungan Sel Darah Merah
Darah dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai
skala 1. Larutan Hayem’s ditambahkan hingga skala 101. Pipet diayunkan
membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua
tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang, selanjutnya diteteskan pada
haemocytometer tipe Neubauer dan ditutup dengan gelas penutup. Jumlah sel
darah merah dihitung dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran 400 x.
Jumlah eritrosit total dihitung sebanyak 10 kotak kecil dan dikonversikan menurut
jumlah total kotak kecil sehingga didapatkan jumlah sel darah merah per mili liter.
Perhitungan Sel Darah Putih
Darah dihisap dengan pipet yang beisi bulir pengaduk berwarna putih
sampai skala 0.5. Larutan Turk’s ditambahkan sampai skala 11, pipet diayun
membentuk angka 8 selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes
pertama larutan darah dari dalam pipet dibuang, kemudian diteteskan pada
Haemocytometer tipe Neubauer kemudian ditutup denga gelas penutup.
Perhitungan jumlah sel darah putih menggunakan mikroskop dengan perbesaran
400 x. Jumlah leukosit total dihitung dengan cara menghitung sel yang terdapat
dalam 5 kotak besar, lalu dikonversikan angka tersebut menurut jumlah total
kotak besar sehingga didapatkan jumlah sel darah putih per mili liter.
Kortisol
Pengukuran kortisol dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air IPB
dengan menggunakan sistem RIA dengan penggunaan KIT dari Negara Hungaria
(Budapest).  Pengukuran kortisol dilakukan dengan melakukan ekstraksi sampel
yang kemudian dilakukan pembacaan opyical density dengan menggunakan alat
baca RIA yang diatur dengan filter berpanjang gelombang 450 nm. Hasil
perolehan data yang berupa optikal densiti diinterpolasikan dengan menggunakan
rumus
Y = -a Ln (x) + b
Parameter Kualitas air
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan dari awal sampai akhir
pemeliharaan yang meliputi parameter suhu, pH, kandungan oksigen terlarut
(DO), nitrit, nitrat, amonia, dan alkalinitas.
 
 
 
 

12 
 

Tabel 1. Parameter kualitas air, satuan, dan alat ukur
Parameter
Satuan
Alat ukur
o
Suhu
C
Termometer
Oksigen terlarut
mg/L
DO-meter
pH
pH-meter/lakmus
Nitrit
Mg/l
Spektrofotometer
Nitrat
Mg/l
Spektrofotometer
TAN
Mg/l
Spektrofotometer
Alkalinitas
Mg/l
Titrimetrik
Analisis Data
Data hasil pengamatan dihitung untuk mendapatkan parameter biologi yaitu
(SR, SGR, FCR, KK, gambaran darah, glukosa darah, dan kortisol) serta
parameter kualitas air. Data hasil perhitungan ditabulasi dan dianalisis
menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Data parameter
biologi dianalisis dengan analisis ragam (Anova) pada selang kepercayaan 95%.
Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata
terhadap parameter biologi. Apabila berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Tukey
pada selang kepercayaan 95% untuk menentukan perbedaan antar perlakuan.
Parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan penyajian gambar atau
tabel.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini meliputi tiga parameter utama
yakni parameter produksi berupa derajat kelangsungan hidup (SR), laju
pertumbuhan spesifik (SGR), laju pertumbuhan mutlak (GR), laju pertumbuhan
biomassa, konversi pakan (FCR), koefisien keragaman; parameter respons stres
berupa gambaran darah (hemoglobin, hematokrit, sel darah merah, sel darah putih,
dan diferensial leukosit), kadar glukosa darah, dan kadar kortisol; serta parameter
kualitas air berupa suhu, pH, DO, amonia, nitrit, dan alkalinitas.
Kinerja Produksi
Kinerja produksi ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) meliputi derajat
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan mutlak, laju
pertumbuhan biomassa, konversi pakan, koefisien keragaman. Padat tebar adalah
salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan, kinerja, dan
produktivitas dalam kegiatan budidaya ikan (Tolussi et al. 2010) Derajat
kelangsungan hidup ikan merupakan salah satu parameter yang menunjukkan
keberhasilan dalam sebuah usaha budidaya. Berdasarkan Tabel 2, perlakuan padat
tebar berbeda tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap derajat kelangsungan
hidup elver sidat. Selama 60 hari masa pemeliharaan, kematian yang terjadi pada
setiap perlakuan masih rendah yaitu berkisar antara 3,44-3,90 %. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan padat tebar tidak mengganggu proses fisiologis
dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak, serta tidak menurunkan kondisi
kesehatan sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap kelangsungan
hidup elver sidat. Selain itu ikan sidat di alam hidup bergerombol, cenderung

 
 

13 
 

berada di dasar perairan dan bersembunyi di dalam lubang (Facey et al. 1987).
Tingkah laku ini mencerminkan elver sidat yang dipelihara masih mampu
beradaptasi dengan kepadatan tinggi hingga 4 g/l.
Tabel 2 Parameter produksi elver sidat yang dipelihara selama 60 hari pada padat
tebar berbeda
Perlakuan (g/L)
Parameter Produksi
2
3
4
a
a
Derajat Kelangsungan Hidup (%)
96,56±4,53 96,10±3,55 96,24±3,74a
Laju pertumbuhan spesifik (%)
1,22±0,13a 1,49±0,14a
1,47±0,19a
Laju Pertumbuhan mutlak (g)
0,07±0,01a 0,08±0,01a
0,08±0,01a
b
a
Laju pertumbuhan biomassa (g/hari)
4,06±0,67
8,11±1,82
10,62±1,81b
Konversi pakan
1,52±0,26a 1,12±0,18a
1,16±0,20a
Koefisien keragaman
12,56±0,62a 17,43±1,79a 15,04±4,09a
a

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf superscript yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Tukey)

Peningkatan padat tebar ikan belum tentu menurunkan tingkat kelangsungan
hidup, walaupun terdapat kecenderungan semakin meningkat padat tebar ikan
maka derajat kelangsungan hidup akan semakin kecil. Kelangsungan hidup ikan
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya kualitas air meliputi suhu, kadar
amonia dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta
rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav 1998). Apabila faktor-faktor
tersebut masih dalam toleransi ikan peliharaan, maka tidak akan berdampak
negatif terhadap tingkat kelangsungan hidupnya.
Pertumbuhan merupakan salah satu parameter penting di dalam budidaya
ikan untuk mengetahui perubahan ukuran ikan, baik bobot, panjang maupun
volume dalam laju perubahan waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan dengan padat tebar yang berbeda tidak memberi pengaruh yang nyata
terhadap laju pertumbuhan spesifik (Tabel 2). Tidak berbeda dengan laju
pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan mutlak juga menunjukkan performa yang
sama, yaitu hasil analisis statistik menunjukkan peningkatan padat tebar tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak elver sidat
(Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan padat tebar hingga 4 g/L
tidak memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan elver sidat.
Selama masa pemeliharaan elver sidat dapat tumbuh dengan baik karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni ketersedian makanan yang cukup dan
kemampuan memanfaatkan makanan dengan baik, kualitas air berada pada
kisaran normal untuk pertumbuhan ikan, dan tidak adanya gangguan patogen yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Hal ini didukung oleh Huet (1971) yang
menyatakan, bahwa laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan
itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,
kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat
hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan

14 
 

makanan dari segi kualitas dan kuantitas. Jika faktor-faktor tersebut dapat
dikendalikan dan mampu ditolerir oleh ikan peliharaan maka peningkatan
kepadatan dapat dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan.
Pertumbuhan biomassa merupakan selisih antara biomassa akhir dengan
biomassa awal terhadap waktu pemeliharaan (Goddard 1996). Pertumbuhan
biomassa tertinggi (10,62 g/hari) terdapat pada perlakuan padat tebar 4 g/L dan
laju pertumbuhan terendah (4,06 g/hari) terdapat pada perlakuan padat tebar 2g/L.
Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan pada padat tebar 4 g/L lebih efisien dan
menguntungkan karena menghasilkan elver sidat dalam jumlah yang lebih besar.
Pertumbuhan biomassa berkaitan erat dengan efisiensi ekonomi karena produk
akhir yang dihasilkan adalah jumlah ikan sidat dalam kilogram.
Konversi pakan merupakan salah satu parameter yang harus diperhatikan
dalam kegiatan budidaya. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan ikan selama pemeliharaan. Menurut Effendi (2004), FCR adalah
suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu kg ikan kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan padat tebar tidak memberi pengaruh nyata terhadap nilai FCR el

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stunting terhadap Kondisi Fisiologis Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1844)

0 3 50

Produksi Ikan Sidat Anguilla marmorata Stadia Elver dan Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel dengan Padat Tebar 0.5, 1.0, 1.5 g/l pada Sistem Resirkulasi

0 8 41

Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla marmorata) Ukuran 7 Gram dengan Kepadatan Tinggi Pada Sistem Resirkulasi Melalui Kajian Fisiologis

0 8 47

Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 10 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L dan 4 g/L pada Sistem Resirkulasi.

0 6 27

Kinerja Produksi Elver Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Berbobot Awal 3 g/ekor dengan Padat Tebar 2 g/L, 3 g/L, dan 4 g/L dalam Sistem Resirkulasi

0 5 25

Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla Bicolor Bicolor) Ukuran Awal 2 G/Ekor Dengan Pergantian Air 5%, 10%, 15%, Dan 20% Per Hari Pada Sistem Resirkulasi

0 4 29

Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla Bicolor Bicolor Berukuran Awal 10 G.Ekor-1 Pada Media Budidaya Dengan Salinitas Dan Kalsium Karbonat (Caco3) Yang Berbeda

1 13 57

Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla Bicolor Bicolor Berukuran Awal 3 Gram Dengan Pemberian Kalsium Karbonat (Caco3) Pada Salinitas Optimum Dalam Sistem Resirkulasi

0 6 46

Kinerja Produksi Ikan Sidat Anguilla Bicolor Bicolor Berukuran Awal 3 Gram Pada Sistem Resirkulasi Dengan Salinitas Berbeda

0 9 39

Kinerja Produksi dan Respons Fisiologis Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Fingerling Terhadap Salinitas Berbeda pada Sistem Resirkulasi

0 4 38