Zulkarnain Chaidir, Elida Mardiah, Nur Fadillah Pulungan*
Zulkarnain Chaidir, Elida Mardiah, Nur Fadillah Pulungan*
Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
*E-mail: nurfadilahpulungan@gmail.com Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163
Abstrak: Produktivitas dan kualitas dari Spirulina platensis ditentukan oleh medium kultur. Salah satu nutrien yang bisa digunakan untuk pertumbuhan mikroalga Spirulina platensis adalah pupuk komersial seperti Urea, ZA dan TSP. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk Urea dan ZA serta fosfat pada pupuk TSP dapat digunakan sebagai tambahan nutrisi kedalam medium kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan medium kultur pertumbuhan Spirulina platensis dan
uji aktivitas antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menghitung IC 50 secara spektrofotometri dengan metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi pupuk pada perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6 memberikan pertumbuhan yang optimum pada perlakuan P5 (40% Urea, 10% ZA dan 40% TSP). Pertumbuhan Spirulina platensis pada medium BBM, P5 dan BBM yang dikombinasikan dengan P5 memberikan kepadatan sel tertinggi pada hari yang berbeda-beda. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada medium E (BBM 10% + P5 50%). Aktivitas antioksidan pada medium A, B, C, D dan E secara berturut-turut 82,009 mg/L, 107,786 mg/L, 69,103 mg/L, 76,432 mg/L, dan 82,950 mg/L.
Kata Kunci: Spirulina platensis, pupuk (Urea, ZA dan TSP), Antioksidan.
Dao-lun dan Zhu-cheng (2006) menyatakan Radikal bebas (free radical) adalah suatu
I. Pendahuluan
bahwa material anorganik seperti nitrogen senyawa atau molekul yang mengandung satu
(N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan atau lebih elektron tidak berpasangan pada
substansi yang baik bagi pertumbuhan orbital terluarnya. Adanya elektron tidak
Spirulina platensis [5]. Salah satu nutrien yang berpasangan menyebabkan senyawa tersebut
untuk pertumbuhan sangat reaktif mencari pasangan dengan cara
bisa
digunakan
mikroalga adalah pupuk komersial seperti menyerang dan mengikat elektron molekul
Urea, Zwavelzuur Amonia (ZA) dan Triple Super yang berada disekitarnya [1]. Reaksi ini akan
Phosphate (TSP). Urea memiliki kandungan terjadi secara terus menerus dalam tubuh
nitrogen yang tinggi mencapai 46%, pupuk apabila tidak dihentikan akan menimbulkan
ZA mengandung 21% nitrogen dan 24% sulfur berbagai penyakit.
serta pupuk TSP mengandung 45% fosfat. Penelitian
bertujuan untuk Radikal bebas yang diproduksi didalam tubuh
ini
mengoptimumkan medium kultur dengan akan dinetralisir oleh antioksidan yang ada
penambahan komposisi pupuk komersial didalam tubuh, bila kadar radikal terlalu
(Urea, ZA dan TSP) terhadap Bold’s Basal tinggi maka antioksidan dalam tubuh tidak
Medium (BBM), dan menentukan pengaruh memadai untuk menetralisir radikal tersebut
komposisi medium terhadap kandungan [1]. Untuk mencegah efek radikal bebas yang
antioksidan secara spektrofotometri dengan berlebih maka diperlukan suplemen tambahan
metode 1,1-diphenyl-2- pikrilhidrazil (DPPH) kedalam tubuh yang mempunyai efek sebagai
sebagai radikal bebas.
antioksidan [4].
II. Metodologi Penelitian Komposisi biokimia
dan pertumbuhun
2.1 Alat dan Bahan
mikroalga Spirulina platensis dipengaruhi oleh Perlengkapan kultivasi (Pompa akuarium, kandungan nutrisi pada medium kultur.
selang akuarium, botol kaca 500 mL, karet, Kondisi nutrien yang optimum sangat penting
plastik). Peralatan gelas (erlenmeyer, gelas untuk menentukan nilai produksi biomassa
ukur, labu ukur, batang pengaduk, tabung dan kandungan senyawa kimia mikroalga.
reaksi, pipet mikro, pipet tetes). Botol vial, reaksi, pipet mikro, pipet tetes). Botol vial,
24 jam., nilai OD yang diperoleh setiap hari Genesys 20 , sentrifugasi, sonikator, oven,
diplotkan ke dalam kurva pertumbuhan. autoclave , freezer, Mikroskop Cahaya, Hotplate, magnetik bar, Neraca anlitis, Aluminium foil,
2.5 Ekstraksi Mikroalga Spirulina platensis. Plastik wrap.
Sebanyak 0,4 g biomassa kering masing- masing diekstrak dengan metanol, disonikasi
Spirulina platensis yang telah tersedia sebagai pada gelombang 480 Hz selama 1 jam stock kultur di laboratorium Biokimia
kemudian dimaserasi 1 x 24 jam. Larutan Universitas
disentrifus dan supernatan diambil. Ekstraksi
CaCl 2 .H 2 O, MgSO 4 .7H 2 O, K 2 HPO 4 , KH 2 PO 4 ,
diulangi dengan perlakuan yang sama hingga
larutan tidak berwarna. Supernatan digabung Co(NO 3 ) 2 .6H 2 O), EDTA solution (EDTA-KOH),
NaCl, (trace metal (ZnSO 4 , MnCl 2 , CuSO 4 ,
dan dikering anginkan sampai didapat ekstrak
kering Spirulina platensis. pupuk Urea, pupuk ZA, pupuk TSP, Metanol, Asam Askorbat, Difenil Pikril Hidrazil (DPPH),
Fe Solution (FeSO 4 .7H 2 O, H 2 SO 4 ) dan H 3 BO 3 ),
2.6 Uji Fitokimia (Analisis komponen Aktif)
Biomassa kering sebanyak 0,1 g dihaluskan, anhidrat asetat, asam sulfat dan pereaksi
akuades, kloroform, FeCl 3 , HCl, Bubuk Mg,
dimaserasi menggunakan metanol. Filtrat mayer.
dipisahkan dan ditambahkan kloroform dan air suling dengan perbandingan 1:1 sebanyak
5 mL. Lapisan air ditambahkan asam klorida Pemilihan dosis pupuk mengacu pada Afriza,
2.2 Pemilihan Dosis Pupuk (Urea, ZA dan TSP)
kurang lebih 0,5 mL dan serbuk Mg, terbentuk (2014)[7] yang telah dimodifikasi dengan
warna orange sampai merah mengindikasikan memvariasikan konsentrasi dari pupuk Urea,
positif flavonoid. Lapisan air dikocok kuat- ZA dan TSP. Komposisi masing-masing
kuat, terbentuk busa yang tidak hilang selama perlakuan sebagai berikut: P1 (0 mg/L Urea;
5 menit dengan penambahan beberapa tetes
50 mg/L ZA; 40 mg/L TSP), P2 (10 mg/L asam klorida pekat menunjukkan adanya Urea; 40 mg/L ZA; 40 mg/L TSP), P3 (20
saponin. Lapisan air dimasukkan ke dalam mg/L Urea; 30 mg/L ZA; 40 mg/L TSP), P4
tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi besi (30 mg/L Urea; 20 mg/L ZA; 40 mg/L TSP),
(III) klorida, terbentuknya warna biru atau P5 (40 mg/L Urea; 10 mg/L ZA; 40 mg/L
adanya kandungan TSP), P6 (50 mg/L Urea; 0 mg/L ZA; 40 mg/L
ungu
menandakan
senyawa fenolik. Pemeriksaan steroid dan TSP).
triterpenoid dilakukan dengan pereaksi Lieberman-Burchard .
Lapisan kloroform
diteteskan pada plat tetes dan biarkan kering, Kultivasi Spirulina platensis dilakukan dalam 5
2.3 Medium Pertumbuhan Spirulina platensis
kemudian ditambahkan satu tetes asam asetat medium yang terdiri dari medium BBM,
anhidrat, dan satu tetes asam sulfat pekat. medium pupuk dan medium BBM yang
Terbentuknya cincin hijau menandakan dikombinasikan dengan medium pupuk.
adanya steroid dan timbulnya cincin merah Pembuatan medium kombinasi 1 L dengan
atau merah ungu menandakan adanya melarutkan konsentrasi yang ditetapkan
triterpenoid [8].
dengan akuades pada labu ukur 1000 mL. Komposisi masing-masing medium sebagai
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan berikut:
2.7.1 Pembuatan larutan DPPH 0,1 mM -
Medium A: BBM Larutan DPPH dibuat dengan melarutkan 4 -
Medium B: P5 mg DPPH kedalam labu ukur 100 mL dan -
Medium C: BBM 50% + P5 50% dilarutkan dengan metanol sampai tanda -
Medium D: BBM 50% + P5 10% batas. Larutan dihindari dari cahaya matahari -
Medium E: BBM 10% + P5 50%. dan diinkubasi dalam suasana gelap selama 30 menit pada suhu ruangan.
2.4 Kultivasi Spirulina platensis Spirulina platensis diperoleh dari Laboratorium
2.7.2 Pembuatan larutan kontrol positif Biokimia
Sebanyak 10 mg asam askorbat dilarutkan dikultur pada medium A, B, C, D dan E.
dengan metanol dalam labu ukur 10 mL Diaerasi secara konstan pada suhu ruang (25-
batas, didapatkan 30˚C) dan diberi pencahayaan ruangan selama
sampai
tanda
konsentrasinya 1000 mg/L. Kemudian dibuat
5 variasi konsentrasi 10; 20; 30; 40 dan 50 mg/L dengan metode pengenceran.
2.7.3 Pembuatan larutan Uji Larutan uji dibuat dengan cara melarutkan 10
Perlakuan P1 memiliki pertumbuhan yang mg ekstrak murni dari masing-masing
singkat dikarenakan sumber nitrogen hanya medium dengan metanol dalam labu ukur 10
berasal dari pupuk ZA, dan pupuk ZA dapat mL sampai tanda batas, diperoleh konsentrasi
menurunkan pH medium kultur menjadi larutan sebesar 1000 mg/L. Selanjutnya dibuat
asam, sedangkan pertumbuhan mikroalga
5 variasi konsentrasi dari larutan uji dengan akan lebih baik pada rentang pH yang bersifat metode pengenceran. Variasi konsentrasi
basa dibandingkan pH netral atau asam. P5 berturut-turut adalah 10; 20; 30; 40; dan 50
memiliki kelimpahan sel yang tinggi dari P2, mg/L.
P3, dan P4 karena memiliki kadar nitrogen cukup besar dari pupuk urea yang dan kadar
2.7.4 Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kuantitatif pupuk ZA yang kecil sehingga dapat Masing-masing larutan uji dan kontrol positif
menyeimbangkan kondisi nutrien dan pH diambil
pada medium kultur. Isnansetyo (1995) ditambahkan 3 mL larutan DPPH dan
menyatakan unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) didiamkan selama 30 menit ditempat yang
merupakan makronutrien yang penting untuk gelap. Sebagai kontrol negatif pada pengujian
pertumbuhan dan perkembangan mikroalga. ini adalah 2 mL metanol ditambah 3 mL
Pupuk Urea dan ZA berperan sebagai larutan DPPH dan sebagai blanko digunakan
penyumbang utama amonium kedalam
5 mL metanol. Kemudian diukur absorban medium kultur. Urea bertindak sebagai dari masing-masing konsentrasi larutan uji
penyumbang ion amonium terbesar dalam dan kontrol pada panjang gelombang 517 nm.
medium pertumbuhan dibandingkan dengan Berdasarkan absorban yang didapat, %
pupuk ZA.
inhibisi dihitung dengan rumus :
bsorban ontrol bsorban sampel
3.2 Kultivasi Spirulina platensis dalam medium
ersen inhibisi bsorban ontrol
00 yang dikombinasi Kepadatan sel mikroalga Spirulina platensis
III. Hasil dan Pembahasan
secara
visual
dapat ditandai dengan
warna kultur. Pemilihan dosis pupuk yang dikombinasikan
3.1 Pemilihan Dosis Pupuk
bertambah
pekatnya
Kelimpahan sel Spirulina platensis dipengaruhi dengan medium BBM untuk pertumbuhan
oleh faktor tumbuh dan faktor pendukung. Spirulina platensis terlebih dahulu dikultur
Dimana faktor tumbuh dapat diklasifikasikan pada perlakuan P1, P2, P3, P4, P5 dan P6.
sebagai faktor sumber daya yang secara Kurva pertumbuhan Spirulina platensis dalam
langsung dipergunakan oleh sel mikroalga perlakuan disajikan pada Gambar 1.
untuk tumbuh seperti unsur hara, cahaya dan CO 2 . Faktor pendukung terdiri dari faktor
lingkungan yang mempengaruhi metabolisme
p1
dalam sel mikroalga, seperti suhu dan pH [11].
Hari Ke-
p6
Gambar 1. Grafik kurva pertumbuhan
Spirulina
platensis dengan
perlakuan berbagai variasi pupuk P1, P2, P3, P4, P5, P6.
A (BBM 100%)
a 1.000
rb
B (P5 100%)
so
b 0.500
C (BBM 50% + P5 50%) 0.000
D (BBM 50% + P5 10%)
Hari Ke-
E (BBM 10% + P5 50%)
Gambar 2. Grafik kurva pertumbuhan Spirulina platensis dalam medium yang dikombinasikan
Perlakuan A merupakan medium BBM tanpa konsentrasi unsur-unsur makro. Sumber pemberian media pupuk, pertumbuhan
nitrogen yang utama berupa ion nitrat dan Spirulina platensis pada medium ini dimulai
dapat digantikan oleh ion ammonium yang dari fase lag (adaptasi) pada hari ke 1-2,
berasal dari urea.
kemudian fase logaritmik atau eksponensial pada hari ke 3-9 fase ini ditandai dengan
Nilai laju pertumbuhan dapat digunakan tingginya laju pertumbuhan karena mikroalga
sebagai tolak ukur untuk mengetahui daya sedang
terhadap pertumbuhan selanjutnya adalah fase stasioner pada hari 9-
aktif berkembang
Spirulina platensis . Semakin cepat laju
11, pada fase ini pertumbuhan dengan laju pertumbuhan maka semakin baik daya yang
dukung media terhadap laju pertumbuhan berkurangnya nutrien yang tersedia didalam
lebih lambat
seiring
dengan
Spirulina platensis . Laju pertumbuhan tinggi kultur, sehingga terjadi perombakan metabolit
berarti peningkatan jumlah populasi lebih primer dan pembentukan metabolit sekunder.
cepat sehingga masa panen akan lebih cepat. Kemudian pada fase selanjutnya adalah fase kematian merupakan fase ketika terjadi
3.3 Pemanenan dan Pengeringan Spirulina penurunan jumlah sel mikroalga.
platensis Pemanenan Spirulina platensis dilakukan pada Perlakuan B merupakan dosis pupuk P5 (40
fasa stasioner sebelum terjadinya fasa mg/L Urea; 10 mg/L ZA; 40 mg/L TSP)
penurunan pertumbuhan mikroalga. Pada fasa memberikan kelimpahan sel yang terkecil
stasioner ini kepadatan sel kultur mulai dibandingkan dengan perlakuan A (BBM)
mencapai masa jenuhnya sehingga warna karena perlakuan B sumber nutrisinya berasal
yang ditimbulkan menjadi sangat pekat, dari kombinasi pupuk Urea, ZA dan TSP.
sementara warna hijau yang terbentuk berasal Sedangkan pada perlakuan A merupakan
dari pigmen hijau (klorofil) yang disintesis medium pertumbuhan mikroalga universal
oleh mikroalga.
yang terdiri dari
makronutrien
dan
mikronutrien yang sudah ditetapkan untuk Tabel 1. Bobot biomassa Spirulina platensis pertumbuhan mikroalga.
yang dikultivasi dalam medium berbeda.
Pada perlakuan C, D dan E merupakan
Medium
Bobot Biomassa
medium kombinasi dari BBM dan P5,
(g/L)
pertumbuhan Spirulina pada perlakuan ini
0,4401 memiliki pertumbuhan sel yang lebih tinggi
A (BBM)
0,3724 dibandingkan perlakuan A dan B, karena
B (P5)
1,0632 medium tersebut memiliki kandungan nutrien
C (BBM 50% + P5 50%)
0,6245 yang cukup untuk pertumbuhan Spirulina.
D (BBM 50% + P5 10%)
1,4068 Djarijah (1996) menyatakan, media pupuk
E (BBM 10% + P5 50%)
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan,
Bobot biomassa Spirulina platensis yang karena
laju pertumbuhan
fotosintesis
dikultivasi dalam medium BBM yang mikroalga dipengaruhi oleh faktor nutrisi dikombinasikan dengan medium pupuk lebih yang terdapat dalam media kultur yang besar dibandingkan bobot biomassa pada diberikan, hal yang diperlukan dalam medium BBM dan P5. Hal ini dipengaruhi pertumbuhan mikroalga seperti kompisisi dan oleh komposisi nutrisi dalam medium.
Sehingga penambahan
fenol untuk berpasangan dengan radikal bebas berpengaruh terhadap pertumbuhan sel
dosis
pupuk
dengan cara mendonorkan atom hidrogennya. mikroalga Spirulina platensis.
3.5 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan
3.4 Senyawa Aktif Spirulina platensis Uji aktivitas antioksidan Spirulina dilakukan Identifikasi senyawa aktif dilakukan pada
dengan menggunakan metode penangkapan biomassa kering Spirulina platensis dengan cara
radikal bebas DPPH. Metode ini dipilih karena uji fitokimia. Analisis fitokimia bertujuan
memerlukan sedikit sampel, sederhana, untuk mengetahui adanya senyawa kimia
mudah, cepat dan peka untuk mengevaluasi yang bertindak sebagai sumber bahan alami
aktivitas antioksidan dari senyawa bahan sebagai antioksidan.
alam. Pada metode ini, DPPH bertindak sebagai radikal bebas yang akan berikatan
Tabel 2. Hasil uji fitokimia biomassa kering dengan senyawa antioksidan. Suatu senyawa Spirulina platensis dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila
senyawa
tersebut mampu
Komponen Pereaksi
mendonorkan atom hidrogennya pada radikal
Alkaloid Meyer
Terbentuk
bebas DPPH yang ditandai dengan terjadinya
endapan putih
perubahan warna ungu menjadi kuning pucat.
Flavonoid HCl + Mg
Larutan warna
DPPH memiliki serapan yang kuat pada
orange
panjang gelombang 517 nm dalam bentuk
Saponin HCl
FeCl 3 Larutan warna
hijau kehitaman
Pembanding yang digunakan adalah asam
Steroid Liebermann
Warna biru
askorbat, karena asam askorbat berfungsi
-Burchard kehijauan
sebagai
antioksidan
sekunder yaitu
Triterpenoid Liebermann
Cincin merah
menangkap radikal bebas dan mencegah -Burchard terjadinya
berantai. Uji DPPH dilakukan untuk mengetahui nilai hambat
reaksi
Keterangan: (+) Terdeteksi ekstrak yang berpotensi sebagai antioksidan. (-) Tidak Terdeteksi
Hasil pengukuran antioksidan dapat dilihat pada Gambar 3.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa biomassa kering Spirulina mengandung
senyawa alkaloid, steroid, saponin dan 100.000
fenolik. Alkaloid pada organisme memiliki
potensi sebagai antibakteri, anti kanker.
isi 70.000
Peneliti terdahulu menyatakan bahwa alkaloid
ib
h n 60.000
dan turunannya
pertumbuhan Plasmodium dengan IC 40.000
50 antara
0,031 hingga 3,4 µM. D
Senyawa flavonoid tidak terdeteksi pada
biomassa Spirulina. Hasil ini sama dengan
konsentrasi mg/L
penelitian wulandari (2016) dimana, metabolit sekunder flavonoid tidak terdeteksi pada ekstrak kasar Spirulina platensis. Tidak adanya
Gambar 3. Persen Inhibisi dari mikroalga Spirulina platensis pada medium A (BBM
kandungan flavonoid pada Spirulina karena 100%), B (P5 100%), C (BBM 50% + P5 50%), D pengalihan biosintesis pentosa fosfat ke jalur (BBM 50% + P5 10%) dan E (BBM 10% + P5 kedua [12]. Senyawa fenolik merupakan
metabolit sekunder terbesar pada tanaman,
aktivitas senyawa fenolik meliputi antibakteri, antiinflamasi, antivirus, antikanker dan anti
Dari Gambar 3 terlihat bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak Spirulina dan asam
alergi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat askorbat maka persen inhibisi juga semakin dikaitkan dengan mekanisme kerjanya sebagai besar. Hal ini disebabkan karena semakin antioksidan yaitu melalui kemampuan gugus banyak terdapat senyawa aktif dalam larutan
untuk menangkap radikal bebas pada DPPH untuk menangkap radikal bebas pada DPPH
sebagai pembanding mempunyai aktivitas terdapat pada medium C (BBM 50% + P5 50%)
antioksidan sangat aktif, yaitu sebesar 6,340 sebesar 55,456%, kemudian disusul oleh
mg/L. IC 50 . Reduksi DPPH menjadi DPPH-H medium D (BBM 50% + P5 10%) sebesar
disebabkan adanya donor hidrogen dari 53,448%, medium A (BBM 100%) sebesar
ekstrak Spirulina platensis maupun pada asam 50,984%, E (BBM 10% + P5 50%) sebesar
askorbat. Aktivitas antioksidan yang kuat 50,626% dan persen inhibisi yang terkecil
sangat dipengaruhi oleh banyaknya gugus adalah medium B (P5 100%) sebesar 46,333%,
hidroksil dan ikatan rangkap berkonjugasi kemudian persen inhibisi dari asam askorbat
yang terdapat pada senyawa. Seperti halnya sebesar 91,413%.
pada asam askorbat yang memiliki aktivitas antioksidan sangat aktif disebabkan adanya beberapa gugus hidroksil yang dimilikinya untuk menangkap radikal bebas dengan membentuk radikal baru.
IV. Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan dosis pupuk yang optimum untuk medium kultur Spirulina platensis pada perlakuan P5 (40 mg/L urea, 10 mg/L ZA dan
40 mg/L TSP). Kurva pertumbuhan Spirulina Gambar 4. IC 50 Spirulina platensis yang
platensis pada medium BBM, P5 dan BBM ditumbuhkan di dalam medium A (BBM
yang dikombinasikan dengan P5 memberikan 100%), B (P5 100%), C (BBM 50% + P5 50%), D
kepadatan sel tertinggi pada hari yang (BBM 50% + P5 10%) dan E (BBM 10% + P5
A (BBM) 50%).
berbeda-beda.
Medium
pertumbuhan optimumnya pada hari ke-11 sebesar 0,723; medium B (P5) pertumbuhan
Aktivitas antioksidan
digolongkan
optimum pada hari ke-12 sebesar 0,621;
medium C (BBM 50% + P5 50%) pertumbuhan dari
berdasarkan nilai IC 50 . Jika nilai IC 50 kurang
50 mg/L
digolongkan
sebagai
optimumnya pada hari ke-7 sebesar 0,901;
antioksidan sangat kuat, IC 50 50-100 mg/L
medium D (BBM 50% + P5 10%) pada hari ke-
digolongkan antioksidan kuat, IC 50 101- 250
10 sebesar 0,821 dan medium E (BBM 10% + mg/L digolongkan antioksidan sedang, IC 50 P5 50%) memiliki pertumbuhan optimum
251- 500 mg/L digolongkan antioksidan pada hari ke-11 sebesar 1,005. Aktivitas lemah, dan IC 50 lebih besar dari 500 mg/L
antioksidan dengan menggunakan metode dikatakan tidak aktif sebagai antioksidan.
DPPH memberikan persen inhibisi tertinggi
pada medium C sebesar 55,456%, dengan IC 50 gambar 3.4. IC 50 Spirulina diamati dengan
Hasil pengukuran IC 50 dapat dilihat pada
sebesar 69,103 mg/L, yang digolongkan menghitung persen inhibisi pada tiap
sebagai antioksidan kuat. konsentrasi larutan uji, kemudian dihitung
dengan menggunakan analisis regresi linier.
V. Ucapan Terima Kasih Nilai IC 50 adalah konsentrasi antioksidan
Terimakasi kepada dosen pembimbing bapak (µg/mL) yang mampu meredam radikal bebas
Prof. Dr. Zulkarnain Chaidir dan Ibu Elida sebanyak 50% dibanding kontrol. Ekstrak
Mardiah, MS. yang telah membimbing dan dikatakan aktif sebagai antioksidan bila nilai
memberi arahan selama penelitian sehingga IC 50 kurang dari 200 µg/mL [14]. penulis dapat menyelesaikan penelitian
dengan baik.
Sesuai klasifikasi nilai IC 50 Spirulina yang
tumbuhkan dalam medium BBM dan medium
Referensi
dimodifikasi (BBM + P5) memiliki potensi
1. Fajriah, S.; Darmawan, A.; Sundowo, A.; antioksidan kuat karena mempunya IC 50 Artanti, N.; Isolasi senyawa antioksidan
antara 50-100 mg/L. Sedangkan antioksidan dari ekstrak etil asetat dan benalu yang ditumbuhkan dalam medium pupuk
(Dendrophtoe pentandra L. Miq) yang merupakan antioksidan kategori sedang
tumbuh pada inang Lobi-lobi, Jurnal
karena mempunyai nilai IC 50 antara 101-150
Kimia Indonesia 2007.
2. Rohmatussolihat;
Danang A.; Optimasi penyelamat sel-sel tubuh manusia. Bio
Antioksidan
9. Prabowo,
media untuk Trend 2009., Vol.4, No.1.
pengembangan
pertumbuhan Chlorella sp. pada skala
3. Yudiati, Ervia; Sri S.; Sunarsih; Rani A.; laboratorium, Skripsi, Program Studi Ilmu Aktivitas antioksidan dan toksisitas
Kelautan, Fakultas ekstrak metanol dan pigmen kasar
dan
Teknologi
perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, 2009. Spirulina sp . Universitas Diponegoro,
10. Sirait, P. S.; Potensi Spirulina platensis Semarang, 2011. Vol. 16(4) 187-192.
sebagai Antihipertensi secara in vitro,
4. Kozlenko, R.; R.H. Henson; Latest scientific Skripsi, Depertemen Teknologi Hasil research on spirulina: Effects on the AIDS,
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu cancer and the immunes system , 1998.
Kelautan, IPB: Bogor, 2014.
5. Dao-lun F.; Wu Zu-cheng; Culture of
11. Chrismandha T.; Panggabean L.M.; Spirulina platensis in human urine for
Y.; Pengaruh konsentrasi biomass production and O2 evolution.
Mardiati
fosfor terhadap Journal of Zheijiang University, 2006. 7
nitrogen
dan
kandungan protein, (1): 34-37.
pertumbuhan,
karbohidrat, dan fikosianin pada kultur
6. Rahman, M.; Andi
Spirulina fusiformis. Berita Biologi, 2006. kandungan protein mikroalga Spirulina
S.; Pengujian
8(3):163-169.
sp. dalam media pupuk, Jurusan kimia,
12. Wulanddari, D. A.; Ekstraksi dan FMIPA Universitas Lampung, Bandar
Aktivitas Inhibisi Spirulina platensis lampung, 2014.
terhadap Plasmodium falciparum 3D7
7. Afriza, Zafira; Gusti D.; Anna I. S. P; penyebab malaria secara In-Vitro, Tesis, Pengaruh
IPB, Bogor, 2016.
13. Shekhar, T. C., Anju, G.; Antioxidant kepadatan sel dan laju pertumbuhan
(CH 4 N 2 O) dengan dosis berbeda terhadap
activity by DPPH Radical Scavenging Porpyridium sp. pada kultur fitoplankton
Method of Agretum conyzoides Linn . Leaves, skala laboratorium, Program Studi Ilmu