ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA TRITERPENOID DARI KULIT BATANG JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.) SERTA UJI SITOTOKSISITAS
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA TRITERPENOID DARI KULIT BATANG JARAK KEPYAR (Ricinus communis L.) SERTA UJI SITOTOKSISITAS
Hasnirwan, Bustanul Arifin, Tiara Dianita
Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas
*E-mail: hasnirwan@fmipa.unand.ac.id Jurusan Kimia FMIPA UNAND, Kampus Limau Manis, 25163
Abstrak: Telah dilakukan isolasi dan karakterisasi senyawa metabolit sekunder triterpenoid dari kulit batang jarak kepyar (Ricinus communis L.). Isolasi dilakukan dengan metode kromatografi kolom menggunakan silika gel sebagai fasa diam dan n-heksan, etil asetat, dan metanol sebagai fasa gerak dengan metode SGP (Step Gradient Polarity). Senyawa hasil isolasi
C, pada plat KLT menghasilkan noda berwarna ungu setelah ditambahkan dengan pereaksi Liebermann- Burchard dan pereaksi H 2 SO 4 2 N. Berdasarkan spektrum UV menunjukkan adanya ikatan rangkap pada λ max 203,20 nm, sedangkan pada spektrum IR menunjukkan adanya serapan C-H alifatis 2925,91 cm -1 , C=O pada 1728,47 cm -1 , C-O pada 1230,75 cm -1 , dan pada 1372 cm -1 menunjukkan gugus geminal dimetil yang menandakan bahwa senyawa hasil isolasi
yang didapatkan berupa padatan putih yang memiliki titik leleh 88 o C – 90 o
merupakan senyawa triterpenoid. Dan uji sitotoksisitas menghasilkan nilai LC 50 pada ekstrak etil asetat sebesar 12.203,94 mg/L dan senyawa triterpenoid sebesar 1.958,39 mg/L, ini menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan senyawa triterpenoid tidak aktif sebagai sitotoksik.
Kata Kunci: Ricinus communis L. Triterpenoid, Sitotoksisitas
I. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu Negara saponin, dan steroid. Dan pada batang tropis yang memiliki berbagai jenis
mengandung alkaloid, triterpenoid, dan tanaman. Tanaman-tanaman di Indonesia
steroid 3 .
biasanya dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu jenis tanaman yang
merupakan senyawa dapat digunakan sebagai obat tradisional
Triterpenoid
sekunder yang kerangka adalah jarak kepyar (Ricinus communis L).
metabolit
karbonnya berasal dari enam satuan Jarak
kepyar termasuk
isoprene dan diturunkan dari hidrokarbon Euphorbiaceae dan umumnya tumbuh
keluarga
C 30 asiklik 4 . Senyawa-senyawa golongan didaerah tropis dan subtropis.
triterpenoid diketahui dapat digunakan sebagai senyawa sitotoksik 5 . Ekstrak kulit Di India bagian dari tanaman ini seperti
batang jarak kepyar juga berpotensi sebagai daun, akar, dan minyak biji dari jarak
antimikroba, antioksidan, insektisida, dan kepyar dapat digunakan sebagai perawatan
antikanker 3 .
antiradang, penyakit hati dan menurut penelitian sebelumnya tanaman ini dapat
Salah satu metode yang digunakan untuk digunakan
sebagai
hepatoprotektif,
mengamati sitotoksisitas senyawa dan
merupakan metode penapisan untuk daun jarak kepyar menunjukkan aktifitas
hipoglikemik, dan antibakteri 1 . Minyak dari
aktifitas antikanker senyawa kimia dalam
ekstrak tanaman adalah Brine Shrimp Berdasarkan aktifitas farmakologikal dan
antimikroba dan sitotoksik yang kuat 2 .
Lethality Test (BSLT) 6 . Metode BSLT banyak fitokimia tentang jarak kepyar pada ekstrak
digunakan karena mudah, murah, dan daun dan akar mengandung alkaloid,
cepat. Senyawa dengan LC 50 kurang dari flavonoid, steroid, triterpenoid, kumarin,
1000 ppm dapat berpotensi sebagai dan saponin. Pada ekstrak biji jarak kepyar
antikanker 7 .
mengandung alkaloid,
triterpenoid,
Oleh sebab itu, masih sedikitnya penelitian dengan baik lalu dibiarkan sejenak hingga tentang senyawa triterpenoid yang diisolasi
terbentuk dua lapisan yaitu lapisan dari tanaman kulit batang jarak kepyar,
kloroform dan lapisan akuades. Lapisan sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
atas (akuades) digunakan untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode
isolasi senyawa triterpenoid dari ekstrak shinoda test, saponin dengan penambahan etil asetat kulit batang jarak kepyar serta uji
asam klorida dan fenolik dengan sitotoksisitas dengan metode BSLT.
penambahan besi (III) klorida. Lapisan bawah (kloroform) digunakan untuk
II. Metodologi Penelitian
2.1 Alat dan Bahan steroid dengan metode Liebermenn- Alat yang digunakan adalah alat gerinda, Burchard. Uji kandungan alkaloid neraca analitik, seperangkat alat distilasi, dilakukan berdasarkan metode Culvenor- Rotary Evaporator Heidolph WB 2000, Fitzgerald dengan menggunakan pereaksi lampu UV = 254 dan 365 nm, oven, kertas Meyer dan uji kumarin dengan metode saring, alumunium foil, chamber besar kromatografi lapis tipis dan NaOH 1% untuk KLT (Kromatografi Lapis Tipis) sebagai penampak noda.
pemeriksaan senyawa triterpenoid dan
preparatif, plat KLT, kolom kromatografi,
2.2.2 Maserasi Kulit Batang Jarak Kepyar Point , spektrofotometer UV-1700 Series
Stuart SMP10 untuk mengukur Melting
Sampel kulit batang jarak kepyar yang (Shimadzu), spektroskopi inframerah (IR)
sudah halus dimaserasi dengan etil asetat (Perkin Elmer 1600 series), peralatan gelas
lebih kurang 1,5 L satu kali maserasi. yang
Setelah dimaserasi selama 2 hari, dilakukan laboratorium,
umum digunakan
dalam
terhadap sampel dan digunaka n untuk metode “BSLT” seperti dilanjutkan dengan proses penguapan
wadah pembiakan larva, pipet mikro, dan pelarut dengan rotary evaporator sampai vial.
diperoleh larutan kental. Hal seperti ini
dilakukan berulang-ulang sampai filtrat Sampel yang digunakan pada penelitian ini
hasil maserasi mengalami perubahan adalah kulit batang jarak kepyar (Ricinus warna menjadi tidak berwarna lagi. communis L.) Bahan-bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah n-heksan
2.2.3 Kromatografi Kolom (Brataco), etil asetat (Brataco) dan metanol
Kolom yang telah bersih dipasang dengan (Brataco), silika gel 60 (0,063-0,200 mm/
posisi vertikal pada standar dan kran Merck), pereaksi Mayer, asam klorida pa
ditutup. Sepertiga kolom diisi dengan (Merck) dan bubuk magnesium (Merck)
pelarut n-heksana dan bagian bawah kolom dan besi (III) klorida (Merck), asam sulfat 2
dialas dengan kapas. Sebanyak 175 g silika N (Merck), akuades, anhidrida asetat
gel yang telah dibuburkan dengan n- (Merck), plat kromatografi lapis tipis, asam
heksana lalu dimasukkan ke dalam kolom sulfat 2N (Merck), kloroform (Merck),
sedikit demi sedikit dengan keadaan kran ammoniak (Merck), asam borat (Merck),
kolom terbuka dengan tujuan untuk asam sitrat (Merck), natrium hidroksida 2%
kemungkinan adanya (Merck), telur udang Artemia salina, air laut,
menghilangkan
gelembung udara pada kolom yang akan dan dimetilsulfoksida (DMSO) (Merck).
mengganggu proses pemisahan. Fase diam
2.2 Prosedur Penelitian berulang-ulang dengan n-heksana. Sampel
dihomogenkan dengan mengelusi secara
2.2.1 Uji profil fitokimia sampel kulit batang yang akan dikolom dipreabsorbsi terlebih jarak kepyar dahulu dengan mencampurkan ekstrak Kulit batang jarak kepyar diambil kental dengan silika (1:1) sampai homogen secukupnya kemudian dipotong kecil, hingga saat dimasukkan ke kolom sudah dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
dalam bentuk bubuk.
diekstrak dengan metanol. Setelah itu
ditambahkan kloroform dan akuades
kromatografi kolom dengan perbandingan 1:1 dan diaduk menggunakan sistem eluen SGP dimulai
Selanjutnya Selanjutnya
sitotoksik dilakukan terhadap masing- metanol 100%. Hasil elusi dari kolom
masing ekstrak. Konsentrasi larutan ditampung dengan vial yang kemudian di
induk tiap ekstrak dibuat dalam 1000 KLT kembali untuk mengetahui pola
mg/L, kemudian dilakukan pengenceran pemisahan nodanya. Noda dan nilai Rf
bertingkat dengan variasi konsentrasi 500; yang sama dari hasil elusi digabung
250; 125; 62,5; dan 31,25 mg/L sebagai sehingga didapatkan beberapa fraksi.
larutan uji. Masing-masing larutan uji Fraksi yang diambil untuk selanjutnya
diambil sebanyak 5 mL dan dimasukkan dimurnikan dan dikarakterisasi adalah
kedalam botol vial dan diuapkan fraksi yang menunjukkan adanya senyawa
Setelah menguap, triterpeneoid.
pelarutnya.
ditambahkan 50 µL DMSO dan 2 mL air laut kemasing-masing botol vial.
2.2.4 Uji Kemurnian dan Karakterisasi Senyawa Sebanyak 10 ekor larva udang Hasil Isolasi
dimasukkan kedalam larutan uji dan Senyawa hasil isolasi dilakukan uji
volume air laut dicukupkan hingga 5 mL. kemurnian dengan menggunakan beberapa
Pengerjaan yang sama juga dilakukan perbandingan eluen. Identifikasi golongan
untuk larutan kontrol, kemudian jumlah senyawa dilakukan dengan kromatografi
larva yang mati dihitung setelah 24 jam. lapis tipis (KLT) dengan menggunakan
Jumlah udang yang mati pada masing- lampu UV λ 254 nm dan λ 365 nm, pereaksi
masing konsentrasi larutan uji digunakan
untuk menghitung nilai LC 50 (Lethal karakterisasi
Liebermann-Burchard, dan H 2 SO 4 2N, serta
Concentration 50) melalui analisis probit menggunakan spektroskopi UV dan IR.
dan persamaan regresi. Sifat sitotoksik dari masing-masing larutan uji diketahui
2.2.5 Uji Aktifitas Sitotoksisitas melalui nilai LC 50 . Semakin kecil nilai Uji aktivitas toksisitas dilakukan
LC 50 , maka akan semakin bersifat toksik, mengikuti metode BSLT (Brine Shimp
begitu sebaliknya.
Lethal Test) dengan menggunakan larva
udang Artemia salina sebagai hewan uji.
III. Hasil dan Pembahasan
Larva udang Artemia salina dimasukkan
3.1 Uji Profil Fitokimia Sampel Kulit Batang kedalam wadah pembiakkan pada
Jarak Kepyar
bagian gelap yang telah berisi air laut Hasil profil fitokimia sampel kulit batang steril dan dibiarkan selama 48 jam hingga
jarak kepyar dapat dilihat pada Tabel 1. terbentuk larva dan akan berpindah
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia
No. Kandungan Kimia
Pereaksi
Pengamatan Hasil
1. Alkaloid
Mayer
Terbentuk endapan putih +
2. Fenolik
FeCl 3 5%
Terbentuk warna biru +
3. Flavonoid Sianidin Test (HCl/Mg) Terbentuk warna orange -
4. Kumarin
NaOH 1%, lampu UV
Fluoresensi semakin terang +
Terbentuk warna merah +
6. Steroid
Liebermann-Burchard
Terbentuk warna hijau +
Tidak terbentuk busa - Keterangan:
7. Saponin
+ (mengandung metabolit sekunder) - (tidak mengandung metabolit sekunder)
Dari data pada tabel di atas dapat diketahui suatu pelarut yang dilakukan secara bahwa kulit batang dari tumbuhan jarak
berulang-ulang. Sebanyak 700 g sampel kepyar menunjukkan adanya beberapa
jarak kepyar yang sudah halus dimaserasi kandungan senyawa metabolit sekunder
dengan pelarut etil asetat dan hasil yaitu senyawa alkaloid, fenolik, kumarin,
ekstraksi diperoleh ekstrak pekat sebanyak triterpenoid dan steroid. Berdasarkan
12,42 g.
penelitian yang telah dilakukan oleh Paulo R. Ribeiro dari ekstrak tanaman jarak
3.3 Isolasi dengan Kromatografi Kolom kepyar mengandung senyawa metabolit
Hasil dari kromatografi kolom diperoleh sekunder
278 vial. Setelah triterpenoid, kumarin, flavonoid, dan
dikelompokkan berdasarkan pola noda saponin 3 .
yang sama pada plat KLT didapatkan 5 fraksi yaitu fraksi A sampai E. Fraksi yang
3.2 Maserasi Kulit Batang Jarak Kepyar dipilih dimurnikan lebih lanjut yaitu fraksi Metode ekstraksi yang digunakan pada
B dengan kromatografi kolom. Hasil penelitian ini adalah maserasi. Pemilihan
analisis kromatografi lapis tipis dari hasil metode ini ditinjau dari hasil yang
kromatogarfi kolom dengan penampak didapatkan,
noda UV 365 nm dapat dilihat pada Tabel perendaman sampel dengan menggunakan
Tabel 2. Hasil analisis kromatografi lapis tipis dari hasil kromatogarfi kolom dengan penampak noda UV 365 nm
No. Fraksi
Nomor vial
Jumlah noda
Nilai Rf
1. A 18-22
2. B 23-70
Lima noda
3. C 71-172
Empat noda
4. D 173-205
Satu noda
5. E 206-278
Tiga noda
Fraksi B memberikan lima noda berwarna triterpenoid yang larut dalam pelarut n- ungu dan hijau setelah ditambahkan H 2 SO 4 heksan. Larutan ini dimonitoring dengan
2 N pada plat KLT tersebut. Ini plat KLT dengan penampak noda lampu menunjukkan bahwa fraksi B mengandung
UV 254 nm, 365 nm. Hasil monitoring senyawa triterpenoid. Untuk pemisahan
dengan plat KLT tidak menghasilkan noda, selanjutnya dilakukan rekolom dengan
setelah ditotolkan dengan H 2 SO 4 dan silika gel sebagai fasa diam dan dielusikan
dipanaskan menghasilkan noda berwarna dengan perbandingan eluen heksan : etil
ungu. Ini membuktikan bahwa noda ungu asetat.
tersebut (Rf 0,4) merupakan senyawa triterpenoid. Kemudian dilanjutkan uji
Hasil kromatografi kolom dari fraksi B kemurnian dan karakterisasi senyawa diperoleh hasil sebanyak 181 vial. Setiap
tersebut.
vial dimonitor dengan
KLT
dan
digabungkan berdasarkan pola, warna dan
3.4 Uji Kemurnian
Rf yang sama, sehingga didapatkan Untuk membuktikan bahwa senyawa telah senyawa triterpenoid yang berada pada
murni, senyawa dielusi dengan beberapa fraksi keempat. Fraksi keempat dibilas
perbandingan eluen serta penambahan berkali-kali dengan n-heksana untuk
penampak noda dan dapat dilihat pada membersihkan kristal yang didapatkan dari
Tabel 3. ....................................................... pengotor sehingga diperoleh senyawa
Tabel 3. Uji kemurnian senyawa dengan beberapa penampak noda