Balance-Sheet Effects dari Depresiasi Nilai Tukar terhadap Perusahaan-Perusahaan Go Public di Indonesia
5.2. Balance-Sheet Effects dari Depresiasi Nilai Tukar terhadap Perusahaan-Perusahaan Go Public di Indonesia
Disiapkan oleh Sahminan, Yati Kurniati, dan Yanfitri, Biro Riset Ekonomi, DKM
5.2.1 Pendahuluan
Dengan adanya balance-sheet effects, maka
Pelemahan nilai tukar akhir-akhir ini serta
dampak total depresiasi terhadap perusahaan
krisis ekonomi global yang masih terus
adalah resultan antara dampak positif melalui daya
berlangsung telah menimbulkan kekhawatiran
saing (competitiveness) ekspor dan dampak negatif
akan ketahanan perusahan-perusahaan di
melalui balance-sheet. Dalam kondisi ekstrim,
Indonesia terhadap dampak dari pelemahan nilai
perusahaan-perusahaan yang mempunyai
tukar tersebut. Pandangan konvensional tentang
kewajiban valas dan semua produknya hanya untuk
dampak depresiasi nilai tukar terhadap
kebutuhan domestik merupakan perusahaan-
perekonomian didasarkan pada model Mundell-
perusahaan yang pasti mengalami dampak negatif
Fleming yang mengatakan bahwa depresiasi nilai
dari depresiasi tersebut. Sebaliknya, perusahaan-
tukar akan mengakibatkan ekspansi ekonomi.
perusahaan yang tidak mempunyai kewajiban valas
Dengan pelemahan nilai tukar, model Mundell-
dan sebagian atau seluruh produknya ditujukan
Fleming memprediksi bahwa ekspor barang-
untuk diekspor akan memperoleh dampak positif
barang yang diproduksi di negara dengan nilai
dari depresiasi nilai tukar. Untuk keadaan di antara
tukar yang melemah akan semakin kompetitif
kedua kondisi ekstrim tersebut, dampak total dari
yang pada gilirannya akan menaikkan ekspor
depresiasi nilai tukar adalah merupakan
negara tersebut.
permasalahan empiris. Apabila dampak positif
Dalam perkembangannya, banyak juga
competitiveness lebih besar dari dampak negatif
model yang menunjukkan bahwa depresiasi nilai
balance-sheet, maka depresiasi nilai tukar akan
tukar dapat juga mengakibatkan kontraksi
memberikan dampak positif terhadap perusahaan.
ekonomi melalui dampaknya terhadap balance-
Sebaliknya, apabila dampak positif c ompetitiveness
sheet perusahaan. 1 Akibat adanya kewajiban
lebih kecil dari dampak negatif balance sheet, maka
perusahaan dalam valuta asing, maka depresiasi
depresiasi nilai tukar memberikan dampak negatif
mata uang domestik akan mengakibatkan
terhadap perusahaan.
kenaikan kewajiban valas perusahaan dalam mata
Kajian ini mengestimasi dampak depresiasi
uang domestik. Apabila kewajiban valas
nilai tukar terhadap perusahaan-perusahaan yang
perusahaan lebih besar dari aset valasnya, ceteris
go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
paribus, maka depresiasi nilai tukar ini akan
menggunakan model empiris yang lazim
mengakibatkan penurunan kekayaan bersih ( net-
digunakan dalam estimasi balance-sheet effects.
wealth) perusahaan yang pada gilirannya akan
Dalam kajian ini dilakukan estimasi terhadap sejauh
menurunkan investasi perusahaan.
mana utang dalam valas dan depresiasi nilai tukar rupiah mempengaruhi solvabilitas perusahaan-
1 Sebagai contoh, Cespedes, Chang dan Velasco (2000).
perusahaan tersebut.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
5.2.2 Model Empiris dan Data
perusahan pada periode 1 dapat dituliskan pada
a. Kerangka Model Neraca Korporasi
persamaan berikut :
Untuk menangkap dampak perubahan nilai
(1 + r A d ) A + (1 + d A r f ) .e 1 A f = (1 + r L d ) L d +
tukar terhadap solvabilitas perusahaan yang
(1 + r A f ) .e 1 . L f + W 1 (3)
tercermin dari posisi modal bersih ( net-worth)
Dengan demikian persamaan (3) di atas dapat
perusahaan terhadap total asetnya, kajian ini
ditulis menjadi sbb:
mengadaptasi model teoritis yang dielaborasi
W 1 = (1 + r A d ) A d + (1 + r L d ) + (1 + r A f ) e 1 A f -
dalam Sahminan (2006) 2 dengan beberapa
(1 + r L f ) e 1 L f (4)
A
penyesuaian. Model ini diturunkan dari neraca
Apabila δ
d -r d dan δ f =r f -r f maka
korporasi yang disederhanakan. Modal bersih (n et-
W 1 = (1 + A r d )( A d - L d ) + (1 + r L f ) e 1 ( A f - L f )+
worth) perusahaan merupakan perbedaan antara
δ d A d +δ f e 1 A f
nilai aktiva ( asset) perusahaan tersebut setelah
= (1 + r L d )( A d - L d ) + (1 + r L d ) e 0 ( A f - L f )-
dikurangi dengan kewajiban ( liabilities)
(1 + r L d ) e 0 ( A - L ) +(1 + r L f ) e 1 ( A f - L f )+
perusahaan. Mengingat riset ini berkonsentrasi
δ d A d +δ f e 1 A f
pada dampak nilai tukar terhadap neraca
= (1 + r L d ) W 0 - (1 + r L d ) e 0 ( A f - L f ) - + (1 + r L f )
perusahaan, maka model ini menitikberatkan
e 1 ( A f - L f )+δ d A d +δ f e 1 A f
perhatian pada aset dan kewajiban perusahaan
dalam valuta asing.
( A f - L f )+δ d A d +δ f e 1 A f (5)
Neraca korporasi pada periode 0 dapat
di mana r A d dan r L d adalah tingkat suku bunga untuk
direpresentasikan dengan persamaan :
aset dan utang dalam mata uang domestik,
A
A=L+W
0 sementara r f dan r L f adalah suku bunga untuk
di mana A adalah total aktiva perusahaan, L adalah
hutang dan aset dalam mata uang asing.
total kewajiban perusahaan, dan W 0 adalah modal
bersih ( net-worth) perusahaan. Aktiva maupun
b. Model Estimasi
kewajiban perusahaan dapat dalam denominasi
Untuk mengestimasi dampak depresiasi nilai
rupiah maupun mata uang asing, sehingga
tukar terhadap modal bersih ( net-worth)
persamaan (1) dapat ditulis menjadi :
perusahaan, kajian ini memformulasikan model
A d +e 0 A f =L d +L f +W 0 (2)
empiris berdasarkan persamaan (5) sebagai
di mana A d dan A f 3 adalah aset di dalam mata uang berikut:
domestik dan asing, sementara L d dan L f adalah
EQ i,t =α 0 +α 1 [ ( A f - L f ) i,t - 1
t ]+α X ∆e 2 ( A f - L f ) i,t-1 +
utang perusahaan di dalam mata uang domestik
+α 3 ∆e t +α L d 4 i ,t - 1 +α 5 rc t (6)
dan asing, dan adalah nilai tukar rupiah per US
Atau dapat dituliskan sebagai berikut:
dolar.
EQ i,t =α 0 +α 1 [ NFA i,t - 1
t X ∆e ]+α 2 NFA i,t-1 +
d
Persamaan (2) menunjukkan neraca
+α
3 ∆e t +α 4 L i ,t - 1 +α 5 rc t (7)
perusahaan di dalam period 0, maka neraca
di mana EQ i adalah rasio ekuitas neto perusahaan
2 Sahminan, 2006: ≈Balance-sheet Effects of Exchange Rate
3 Model ini telah banyak digunakan dalam dampak balance
Depreciation: Evidence from Non-Financial Firms in
sheet nilai tukar terhadap perusahaan (sebagai contoh:
Indonesia∆.
Bleakley and Cowan, 2002)
88 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 88 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Model di atas diestimasi dengan
tukar rupiah terhadap dolar AS, NFA i adalah rasio
menggunakan regresi panel dengan random effect.
aset bersih perusahaan dalam valuta asing terhadap
Penggunaan random effect didasarkan pada
total aset, L d i adalah rasio kewajiban perusahaan
asumsi bahwa perbedaan antara perusahaan
dalam rupiah terhadap total aset, dan rc adalah
adalah lebih bersifat random. Sebagaimana
suku bunga kredit.
diungkapkan oleh Greene (2000), 4 dalam regresi
Variabel penjelas utama dalam model ini
panel, fixed effect lebih cocok digunakan apabila
adalah interaksi antara aset valas dengan
perbedaan individu dapat dipandang sebagai
perubahan nilai tukar, ( NFA i,t - 1
t ), aset valas X ∆e
pergeseran parameter, sedangkan random effect
NFA i,t - 1 , dan perubahan nilai tukar (∆e t ). Variabel
lebih cocok digunakan apabila perbedaan antar-
NFA i,t - 1 sendiri digunakan untuk menangkap
individu lebih bersifat random. Selain itu, dalam
pengaruh aset valas sendiri terlepas dari besarnya
prakteknya, random effect adalah lebih menarik
perubahan nilai tukar, sedangkan variable ∆e t
secara intuisi mengingat penggunaan pendekatan
digunakan untuk menangkap pengaruh
dummy variable dapat menghilangkan banyak
perubahan nilai tukar terlepas dari besarnya aset
degree of freedom.
valas perusahaan. Selain variable utama tersebut,
Data yang digunakan meliputi 80 perusahaan
juga digunakan variable kontrol L d i untuk
yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange (JSX).
menangkap variasi tingkat leverage dari
Pemilihan sampel perusahaan perusahaan
perusahaan, dan rc t , untuk menangkap kondisi
didasarkan pada ketersediaan informasi mengenai
likuiditas pasar keuangan α 1 ,α 2 diperkirakan
aset dan kewajiban valas perusahaan. Kapitalisasi
bertanda positip sedangkan α 4 , α 5 dan α 3
diperkirakan bertanda negatif.
4 Greene, William H. 2000: Econometric Analysis. Upper Saddle River, N.J.: Prentice Hall.
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Perusahaan Berdasarkan Sektor
3 Semen, keramik, porselin, kaca, kimia, dll.
4 Plastik dan pengepakan, makanan ternak, kayu dan produk kayu, pulp dan kertas
5 Aneka industri
6 Industri barang konsumsi
7 Properti dan real estate
8 Infrastruktur, utility, dan transportasi
10 Lembaga keuangan non-bank
Pedagang grosir dan eceran
12 Restoran, hotel turis, periklanan, percetakan dan press, produk obat2an, komputer dan peralatannya
Total
Sumber: BEI, diolah
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
rata perusahaan masih tinggi di mana jumlah
tersebut mencakup 34 dari total kapitalisasi
kewajiban dalam valasnya melebihi jumlah aset
pasar BEI. Dilihat dari sektor usaha dalam BEI
dalam valas.
(Tabel 5.1), hanya sektor perbankan yang tidak tercakup dalam sampel. Sementara itu,
a. Dampak Perubahan Nilai Tukar terhadap
berdasarkan cakupan waktu, data yang
Neraca Perusahaan
digunakan adalah data tahunan dalam periode
Hasil estimasi dengan menggunakan
2000-2008.
persamaan (7) di atas adalah sebagai berikut: EQ t = 88.83 + 0.44 [ NFA t-1
t ] + 0.81 X ∆e NFA t-1 -
45 0.16∆e
L
- 0.54 d t -1 - 1.4 rc t (7a)
t
35 (-1.67) (-8.67) (-2.82)
30 Hasil estimasi ini menunjukkan bahwa
20 dampak penurunan nilai tukar terhadap rasio
15 ekuitas perusahaan tergantung pada besarnya aset
5 valas neto dari perusahaan, sebagaimana
0 ditangkap dalam persamaan:
Sumber: BEI, diolah
NFA -0.16 → ∂∆e
= 0 → NFA 0.36
∂∆e
Grafik 5.3. Kewajiban Bersih dalam Valas
( Terhadap Total Aset)
(8) Persamaan (7a) menunjukkan bahwa
60 semakin besar aset valas neto perusahaan semakin
foreign liab
domc liab
50 besar dampak positif dari perubahan nilai tukar
40 terhadap ekuitas. Dari persamaan (8) dapat
30 diperoleh threshold aset valas neto sebesar 36.
0,36 Rasio Net Asset Valas
Grafik 5.4. Pinjaman Perusahaan: Valas vs Rp 2
Sumber: BEI, diolah
( Terhadap Total Aset)
-0,4 -0,6
5.2.3 Hasil Estimasi dan Analisis -0,8
Pengamatan terhadap neraca perusahaan
Sumber: Hasil olahan
dari waktu ke waktu menunjukkan tingkat leverage
Grafik 5.5. Respon Rasio Ekuitas terhadap
perusahaan dalam valuta asing cenderung
Perubahan Nilai Tukar Berdasarkan Rasio
Aset Valas Neto
menurun waktu ke waktu (Grafik 5.3 dan 5.4). Namun secara keseluruhan eksposure valas rata-
5 Angka dalam kurung adalah t-statistik.
90 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Tabel 5.2. Posisi Net Foreign Asset Perusahaan (per Sep 2008) Net Foreign Asset Perusahaan (per Sep 2008)
Sector
Export Status
of firms 2008
1 Agriculture
Non exporter
Non exporter
Exporter
3 Cement, Ceramic, Porcelain, Glass Metal, Chemical Industry
Non exporter
4 Plastic Packaging, Animal Feeder, Wood Product, PulpPaper
Non exporter
Exporter
8 -19.8
5 Garment, Textile, Rubber its products, Polyester, Wire, Cable
Non exporter
6 Consumer Goods Industry
Non exporter
7 Property Real Estate
Non exporter
12 -12.6
Exporter
8 Infrastructure, Utility Transportation
Non exporter
5 -8.3
Exporter
10 Non Bank Financial Institutions
Non exporter
11 Wholesaler Retailer
Non exporter
12 Resto, Hotel Tourism, Advertising Printing, Medical Prod.,
Non exporter
Non exporter
Sumber: BEI, diolah
Artinya, apabila perusahaan mempunyai rasio aset bawah threshold 36, sehingga secara valas neto terhadap total aset lebih besar dari 36 keseluruhan, depresiasi nilai tukar akan akan memperoleh keuntungan dari depresiasi mengakibatkan penurunan ekuitas perusahaan- karena depresiasi nilai tukar akan berdampak pada perusahaan go public yang ada dalam sampel. peningkatanekuitas perusahaan. Sebaliknya,
Dari data individu perusahaan menunjukkan
apabila perusahaan mempunyai rasio aset valas bahwa pada posisi September 2008, hanya 17 neto lebih kecil dari 36, maka depresiasi nilai dari 80 perusahaan sektor yang memiliki NFA yang tukar akan mengakibatkan penurunan ekuitas positip, terutama yang berasal dari sektor perusahaan yang berdampak pada penurunan pertambangan dan perusahaan pendukungnya, solvabilitas perusahaan (Grafik 5.5).
lembaga keuangan bukan bank (terutama
Berdasarkan data rasio aset valas neto asuransi), perusahaan eksportir industri barang perusahaan posisi September 2008, rata-rata rasio konsumen dan perusahaan perkebunan (Tabel aset valas neto perusahaan adalah -12.6 (rasio 5.2). Hanya perusahaan-perusahaan dari sektor ini menunjukkan bahwa hutang luar negeri lebih pertambangan yang memiliki NFA di atas besar dari aset luar negeri). Rasio ini jauh berada di threshold. Sementara perusahaan-perusahaan
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Net Equity (Rp)
Net Equity ()
< 0.1 T
0.1 - 0.19 T
10-19.9
0.2 - 0.49 T
20-39.9
avg net equity
40.49.0 avg net equity = 40.5 of total assets
60-69.9 70-89.9
Sumber: BEI, diolah
Sumber: BEI, diolah
Grafik 5.6. Net Equity Net Equity (Rupiah) (Rupiah)
Grafik 5.7. Net Equity ( Total Aset) Net Equity ( Total Aset)
tambang akan diuntungkan dengan adanya
5.2.4 Kesimpulan
depresiasi rupiah, sebagian besar perusahaan
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa bahwa
dalam sampel akan mengalami penurunan ekuitas
secara umum solvabilitas sampel perusahaan yang
akibat depresiasi nilai tukar karena rendahnya aset
go public di BEI akan memburuk apabila nilai tukar
valas neto yang dimiliki, bahkan sebagian besar
rupiah mengalami depresiasi. Hasil estimasi
posisi kewajiban valasnya lebih tinggi dari aset
menunjukkan bahwa hanya perusahaan-
valasnya.
perusahaan yang mempunyai rasio aset valas neto
Pengamatan terhadap data ekuitas
lebih besar dari 36 yang tidak mengalami
perusahaan baik secara gabungan, sektoral maupun
penurunan ekuitas bila terjadi depresiasi nilai tukar.
individu perusahaan menunjukkan bahwa pada
Rata-rata perusahaan dalam sampel memiliki
umumnya perusahaan dalam sampel memiliki posisi
kewajiban perusahaan dalam valas yang lebih besar
ekuitas neto yang kuat (Grafik 5.6 dan 5.7),
dari pada aset valasnya sehingga rata-rata NFAnya
sehingga cukup kuat untuk melindungi perusahaan
adalah negatif 12,8 dari total asetnya. Namun,
terhadap dampak negatif dari depresiasi nilai tukar
posisi ekuitas neto sebagian besar perusahaan
rupiah.
tersebut dalam kondisi yang baik, rata-rata sebesar 0,4 dari total asetnya, sehingga cukup solvent dan kuat dalam melindungi kelangsungan perusahaan dari dampak negatif kemungkinan terjadinya depresiasi.
92 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009