Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia

Bab 3: Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia

  Menjelang akhir triwulan III-2008,

  triliun. Bersamaan dengan itu, nilai tukar Rupiah

  perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak

  ikut terkoreksi tajam hingga mencapai level

  baru yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global,

  Rp10.900USD pada akhir Desember 2008. Kondisi

  seiring dengan meluasnya krisis finansial ke

  ini sejalan dengan kinerja neraca pembayaran yang

  berbagai negara. Krisis finansial global mulai

  menunjukkan penurunan sejak Triwulan III-2008,

  muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat

  sebagaimana tercermin dari peningkatan defisit

  salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas

  transaksi berjalan (current account) dan mulai

  mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas

  defisitnya neraca transaksi modal dan finansial

  yang terkait dengan kredit perumahan berisiko

  ( financial account). Peningkatan defisit transaksi

  tinggi AS ( subprime mortgage). Pembekuan ini

  berjalan terutama bersumber dari anjloknya kinerja

  lantas mulai memicu gejolak di pasar finansial dan

  ekspor sejalan dengan kontraksi perekonomian

  akhirnya merambat ke seluruh dunia. Di

  global yang diiringi dengan merosotnya harga

  penghujung triwulan III-2008, intensitas krisis

  berbagai komoditas ekspor. Sementara itu,

  semakin membesar seiring dengan bangkrutnya

  kesulitan likuiditas keuangan global dan

  bank investasi terbesar AS Lehman Brothers, yang

  meningkatnya perilaku risk aversion dari pemodal

  diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin

  asing memicu terjadinya realokasi ke aset yang

  parah di sejumlah lembaga keuangan berskala

  lebih aman ( flight to quality) juga berdampak pada

  besar di AS, Eropa, dan Jepang.

  menurunnya kinerja neraca transaksi modal dan

  Krisis keuangan dunia tersebut telah

  finansial. Menyusul tertekannya kinerja ekspor

  berimbas ke perekonomian Indonesia sebagaimana

  secara signifikan, dunia usaha pun mulai terkena

  tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar

  imbas dan gelombang pemutusan hubungan kerja

  uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada

  mulai terjadi, khususnya di industri-industri

  bulan Desember 2008 ditutup pada level 1.355,4,

  berorientasi ekspor seperti industri kayu, tekstil, dan

  terpangkas hampir separuhnya dari level pada awal

  pengalengan ikan.

  tahun 2008 sebesar 2.627,3, bersamaan dengan

  Pada periode laporan, krisis global masih

  jatuhnya nilai kapitalisasi pasar dan penurunan

  berlangsung dan bahkan pada akhir Januari 2009,

  tajam volume perdagangan saham. Arus keluar

  Inggris secara resmi dinyatakan telah memasuki

  kepemilikan asing di saham, surat utang negara

  periode resesi menyusul pertumbuhan PDB

  (SUN), maupun SBI masih terus berlangsung.

  triwulan IV-2008 yang kembali negatif dalam dua

  Hingga akhir Desember 2008, posisi asing di SUN

  triwulan terakhir. Di tengah berbagai upaya

  tercatat Rp.87,4 triliun, menurun dibandingkan

  penyelamatan perekonomian yang dilakukan

  posisi September 2008 yang sempat mencapai

  pemerintah berbagai negara 1 , gelombang

  Rp104,3 triliun. Sementara posisi asing di SBI tercatat Rp.8,4 triliun, menurun tajam

  1 Pada tanggal 10 Februari 2009 paket penyelamatan senilai

  dibandingkan posisi Agustus 2008 sebesar Rp.68,4

  US838 miliar telah disetujui oleh Senat AS.

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  jumlahnya relatif kecil dibandingkan keseluruhan

  yang diikuti dengan pemutusan hubungan kerja

  kerugian yang pada akhirnya dialami oleh

  terus terjadi di berbagai belahan dunia.

  perekonomian secara keseluruhan. Kerugian besar

  Dengan latar belakang kondisi seperti ini,

  yang terjadi sebenarnya bersumber dari praktik

  pertanyaan paling relevan yang kemudian muncul

  pengemasan subprime mortgage tersebut ke

  adalah seberapa jauh krisis ini akan mempengaruhi

  dalam berbagai bentuk sekuritas lain, yang

  perekonomian Indonesia. Pembahasan dampak

  kemudian diperdagangkan di pasar finansial global

  krisis global terhadap perekonomian Indonesia

  (lihat Diagram 3.1). Pada tahap pertama,

  tersebut akan diawali dari kronologis dan latar

  sekuritisasi dilaksanakan terhadap sejumlah

  belakang krisis. Selanjutnya pembahasan

  subprime mortgage sehingga menjadi sekuritas

  dilengkapi dengan kajian mengenai transmisi

  yang disebut mortgage-backed securities (MBS).

  masuknya dampak krisis global tersebut ke dalam

  Dalam sistem keuangan modern, praktik

  perekonomian Indonesia.

  sekuritisasi MBS ini merupakan suatu hal yang telah lazim, dan bahkan pada tahun 2006 jumlah kredit

  3.1 Kronologis dan Latar Belakang Krisis

  perumahan di AS ( mortgage) yang disekuritisasi

  3.1.1 Kronologis Krisis 2 menjadi MBS telah mencapai hampir 60 dari

  Pengumuman BNP Paribas, Perancis, pada

  seluruh outstanding kredit perumahan. Proses

  9 Agustus 2007 yang menyatakan

  sekuritisasi ini melibatkan pihak ketiga baik institusi

  ketidaksanggupannya untuk mencairkan sekuritas

  pemerintah (antara lain lembaga Fannie Mae dan

  yang terkait dengan subprime mortgage dari AS,

  Freddie Mac) maupun swasta. Dalam proses

  menandai dimulainya krisis 3 yang dengan segera

  sekuritisasi ini, pihak ketiga seringkali melakukan

  meluas menjadi krisis likuiditas terburuk di berbagai

  pengemasan dengan melakukan penggabungan

  belahan dunia. Subprime mortgage merupakan

  sejumlah mortgage, yang selanjutnya dijual kepada

  istilah untuk kredit perumahan ( mortgage) yang

  investor yang berminat. Untuk menanggulangi

  diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit

  risiko gagal bayar (default), maka pihak ketiga ini

  yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit

  sekaligus bertindak sebagai penjamin.

  sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit

  Praktik sekuritisasi mortgage ini ternyata

  yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime

  tidak berhenti sampai di sini. Melalui rekayasa

  mortgage di AS mengalami peningkatan pesat

  keuangan ( financial engineering) yang kompleks,

  mulai di bawah USD200 miliar pada tahun 2002

  MBS kemudian diresekuritisasi lagi menjadi jenis

  hingga menjadi sekitar USD500 miliar pada 2005.

  sekuritas yang dikenal sebagai Collateralised Debt

  Meskipun subprime mortgage inilah yang menjadi

  Obligations (CDOs). 4 Sejalan dengan jumlah MBS

  awal terciptanya krisis, namun sebenarnya

  yang terus meningkat, persentase jumlah MBS

  2 Disarikan dari berbagai sumber, namun umumnya mengacu

  4 Collateralised Debt Obligations (CDOs) merupakan salah

  pada BBC Timeline: Global Credit Crunch.

  satu bentuk efek beragun asset ( asset-backed securities)

  3 Cecchetti, Stephen G.,: ≈Federal Reserves Policy Responses

  terstruktur yang nilai dan pembayarannya diperoleh dari

  to The Crisis of 2007∆ (BIS) in The First Financial Global

  portofolio aset yang mendasari fixed-income.

  Crises in 21st Century (CEPR) 2009.

42 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Third party

  Homeowner

  Loan

  Loan sale

  More securitization?

  Notes: MBS means mortgage-backed security. CDO means collaberalized debt obligation. SIV means structured investment vehicle. Sumber: The Federal Reserve Bank of Chicago, Chicago Fed Letter : ≈The role of securitization in mortgage lending∆, November 2007

  Diagram 3.1. Mortgage Funding Processs

  yang diresekuritisasi menjadi CDOs juga mengalami

  peningkatan pesat (Grafik 3.1 dan 3.2). Dalam 16

  Subprime origination activity

  of total originations

  skala global, total penerbitan CDOs pada 2006

  telah melebihi USD500 milar, dengan separuhnya

  didominasi oleh CDOs yang bersumber dari MBS. 8

  Pada tahun 2004 total penerbitan CDOs global

  baru berada pada level sekitar USD150 miliar. Selain 2

  dalam bentuk CDOs, MBS juga diresekuritisasi 1995 1996 199719981999 2000 2001 2002 20032004 2005 2006 2007

  Sumber : Inside Mortgage Finance, Moodys, dan SIFMA

  dalam beberapa bentuk sekuritas lain yang sudah

  Grafik 3.1. Perkembangan US Subprime

  sulit dilacak bentuk maupun jumlahnya, di

  Mortgage

  antaranya sekuritas SIV (Structured Investment Vehicles). Maraknya perdagangan CDOs di pasar

  global juga dipengaruhi hasil 70 rating yang 500

  dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemeringkat

  internasional, yang cenderung underpricing

  terhadap risiko dari produk-produk derivatif di atas.

  Dipicu oleh perubahan arah kebijakan 20

  moneter AS yang mulai berubah menjadi ketat

  memasuki pertengahan 2004, tren peningkatan

  Volume in billions of

  suku bunga mulai terjadi dan terus berlangsung Percentage of subprime mortages securitized in RMBS

  Percentage of subprime RMBS securitized in CDOs

  sampai dengan 2006. Kondisi ini pada akhirnya

  Sumber : Inside Mortgage Finance, Moodys, dan SIFMA

  memberi pukulan berat pada pasar perumahan AS,

  Grafik 3.2. Perkembangan Resekuritisasi US

  Subprime Mortgage

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  September 2008 Fannie Mae dan Freddie Mac 5 ,

  mengalami gagal bayar. Gelombang gagal bayar

  dua lembaga penyalur kredit perumahan yang

  yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya harga

  menguasai hampir separuh outstanding kredit

  rumah di AS, akhirnya menyeret semua investor

  perumahan di AS juga terkena imbas krisis. Dan

  maupun lembaga yang terlibat dalam penjaminan

  pada 15 September 2008 Lehman Brothers

  ke dalam persoalan likuiditas yang sangat besar.

  dinyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank

  Pengumuman BNP Paribas pada Agustus

  investasi besar pertama yang benar-benar

  2007 secara tiba-tiba memicu krisis kepercayaan

  mengalami kolaps sejak terjadinya krisis.

  di pasar keuangan global. Sulitnya mendeteksi

  Sementara itu, dampak krisis keuangan telah

  bank atau institusi mana yang memiliki aset yang

  semakin berimbas ke sektor riil, angka penjualan

  terkait dengan subprime mortgage dari AS,

  eceran di AS dan berbagai negara Eropa tercatat

  menyebabkan munculnya perilaku menghindar

  terus menurun, sementara angka pengangguran

  dari risiko ( risk aversion) yang berlebihan dari

  mulai bergerak naik. Sejalan dengan kelesuan di

  pelaku pasar. Kondisi ini segera menciptakan

  sektor riil, perkembangan harga komoditas dunia

  kekeringan likuiditas yang sangat parah di pasar

  juga mengalami penurunan secara signifikan

  keuangan global. Untuk mengatasi kekurangan

  (Grafik 3.3 dan 3.4).

  likuiditas tersebut, Federal Reserve (The Fed) dan

  Kebangkrutan Lehman Brothers ini segera

  ECB bertindak cepat dengan memompa likuiditas

  meningkatkan intensitas dampak krisis ke seluruh

  ke pasar sebesar masing-masing USD24 miliar dan

  dunia. Hilangnya kepercayaan terhadap investor

  €95 miliar pada Agustus 2007. Selain menambah

  dan kreditur pada kemampuan pelaku bisnis untuk

  likuiditas, The Fed juga mengambil langkah

  memenuhi kewajibannya, menyebabkan akses

  menurunkan suku bunga. Namun tindakan ini ternyata tidak mampu meredam gejolak pasar bbl

  keuangan. Setelah pengumuman BNP Paribas di RATA-RATA

  Agustus 2007, berturut-turut terungkap kerugian

  2008 ytd Sep-08

  Per 28 November 2008 Nov-08 Okt-08 57,2

  besar yang dialami bank maupun lembaga

  keuangan lain, akibat kepemilikan lembaga-

  lembaga ini pada subprime mortgage dari AS (lihat

  Minas 54,43

  Tabel Kronologis Krisis Finansial Global). Bank

  WTI

  sentral di negara-negara maju terus berusaha Okt

  menenangkan pasar dengan melakukan suntikan

  Sumber: Bloomberg

  likuiditas maupun menurunkan suku bunga.

  Grafik 3.3. Perkembangan Harga Minyak Dunia

  Namun langkah-langkah ini hanya mampu sesaat menenangkan pasar. Selanjutnya, laporan kerugian

  5 The Federal National Mortgage Association (FNMA) atau

  dari berbagai lembaga keuangan berskala besar

  Fannie Mae, dan The Federal Home Loan Mortgage

  terus bermunculan yang dibarengi dengan

  Corporation (FHLMC) atau Freddie Mac, merupakan

  kekeringan likuiditas di pasar keuangan berbagai

  lembaga pembiayaan perumahan milik pemerintah AS, didirikan secara resmi masing-masing pada tahun 1968 dan

  negara, khususnya AS dan Eropa. Akhirnya, pada

44 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Indeks Harga Migas Indeks Harga Komoditas non Migas Indeks Harga Komoditas Dunia

  Kondisi ini memicu kejatuhan harga saham yang

  lebih dalam di bursa saham seluruh dunia (Grafik

  3.6). Selain itu, ketatnya likuiditas dan perilaku risk

  aversion mendorong terjadinya realokasi dan

  50 rekomposisi struktur aset para pemodal, dari aset

  0 yang dipandang berisiko ke aset yang dianggap

  lebih aman ( flight to quality), yang segera memicu outflows dari negara-negara emerging markets.

  Sumber: WEO, Oktober 2008

  Grafik 3.4. Perkembangan Indeks Harga

  Komoditas

  Sebagai akibatnya, yield bond negara-negara berkembang terus meningkat bersamaan dengan

  pelaku bisnis ke pasar modal dan pasar pembiayaan

  melemahnya nilai tukar di negara-negara tersebut

  jangka pendek menjadi terhambat. Di tengah

  (Grafik 3.5). Sebagai upaya untuk menahan

  kejatuhan harga berbagai komoditas dunia,

  kemerosotan nilai tukar lebih jauh, sejumlah negara

  terbatasnya akses pembiayaan pelaku bisnis

  terpaksa menggunakan cadangan devisanya.

  semakin meningkatkan ketidakpastian prospek sektor keuangan dan ekonomi secara keseluruhan.

  Tabel 3.1. Kronologis Krisis Finansial Global

  BNP Paribas tidak sanggup mencairkan sekuritas yang terkait dengan subprime mortgage di AS. The Fed dan ECB memompa likuditas ke pasar masing-masing USD24 miliar dan hampir € 95 miliar. The Fed menurunkan suku bunga menjadi 4,75.

  Oktober

  Kerugian besar dialami bank maupun lembaga keuangan seperti UBS Bank (Swiss), Citibank, dan Merryl Lynch. Bank of England (BOE) melakukan injeksi likuiditas sebesar £10 miliar akibat penarikan uang besar-besaran ( bank run). The Fed kembali menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 4,5.

  Desember

  The Fed mengambil langkah memompa likuiditas melalui kerjasama dengan lima bank sentral lain, yaitu Bank of Canada, BOE, Bank of Japan, ECB, dan Swiss National Bank. The Fed memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,25.

  Januari-Maret

  Pasar saham global berjatuhan, terendah sejak September 2001. The Fed kembali memangkas suku bunganya dalam 3 bulan sebanyak 200 bps menjadi 2,25 dan terus melakukan injeksi likuiditas. Bear Stearns, salah satu dari lima bank investasi terbesar di AS, terpaksa diakuisisi oleh rivalnya JP Morgan Chase, menyusul kerugian besar yang diderita.

  September

  Pemerintah AS memutuskan untuk menyelamatkan Fannie Mae dan Freddie Mac, yang menjadi progam bailout terbesar dalam sejarah AS selama ini. Lehman Brothers dinyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank investasi besar pertama yang benar- benar mengalami kolaps sejak terjadinya krisis. American International Group (AIG), perusahaan asuransi terbesar di AS, juga diambang kebrangkutan. The Fed

  Sumber: BBC 2008-2009, Timeline: Global Credit Crunch

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Tabel 3.1. Kronologis Krisis Finansial Global (lanjutan)

  memutuskan untuk memberikan bailout sebesar USD85 miliar. Dampak krisis keuangan telah semakin berimbas ke sektor riil, seperti tercermin dari turunnya angka penjualan eceran dan meningkatnya pengangguran di AS dan berbagai negara Eropa.

  Oktober

  Intensitas krisis ke seluruh dunia semakin meningkat, dipicu oleh kebangkrutan Lehman Brothers. Flight to quality memicu outflows yang menyebabkan melemahnya nilai tukar. Pemerintah AS akhirnya mengumumkan paket penyelamatan sektor finansial sebesar USD700 miliar, Inggris mengumumkan paket penyelamatan perbankan sedikitnya sebesar £50 miliar. Jerman menyediakan bantuan sebesar €50 miliar untuk menyelamatkan Hypo Real Estate Bank. Tindakan tersebut juga ditambah aksi bersama penurunan suku bunga sebesar 0,5 dengan lima bank sentral lain yaitu ECB, BoE, Bank of Canada, Swedia, dan Swiss.

  November-Desember

  Tiga negara yaitu Ukraina, Pakistan, dan Eslandia menerima bantuan finansial dari IMF, disusul oleh Hongaria dan Belarusia. AS secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi oleh Economic Research National Bureau of (NBER). The Fed terus menurunkan suku bunga hingga mencapai level 0,25, yang merupakan level terendah dalam sejarah.

  Januari-Februari

  Angka pengangguran di AS pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 7,2, yang merupakan angka tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Ekspor Cina dilaporkan mengalami penurunan terbesar dalam satu dekade terakhir. Inggris secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi. Senat AS akhirnya menyetujui paket penyelamatan ekonomi senilai US838 miliar. Pada bulan yang sama, US Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank senilai USD1,5 triliun.

  Sumber: BBC 2008-2009, Timeline: Global Credit Crunch

  40 40 Dow Jones

  20 Peningkatan indeks = depresiasi mata uang terhadap USD 20

  Nikkei

  Straits Times

  Nasdaq

  Hang Seng

  Jan-07 Apr-07

  Jul-07

  Oct-07

  Jan-08 Apr-08

  Sumber: Bloomberg

  Sumber: Bloomberg

  Grafik 3.5. Perkembangan Nilai Tukar Regional

  Grafik 3.6. Perkembangan Bursa Saham

46 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Selanjutnya, memasuki 2009 keadaan masih

  Hasil pengujian Taylor menunjukkan besarnya

  terus memburuk. Pada Februari 2009 Senat AS

  periode ≈boom-bust∆ dalam permintaan rumah di

  akhirnya menyetujui paket penyelamatan ekonomi

  AS tidak akan terlalu besar apabila bank sentral

  senilai US838 miliar. Pada bulan yang sama, US

  tidak menerapkan kebijakan moneter yang terlalu

  Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank

  longgar (Grafik 3.9) 7 . Selain suku bunga rendah,

  senilai USD1,5 triliun.

  meningkatnya permintaan kredit perumahan juga didorong oleh kebijakan pemerintah yang

  3.1.2 Latar Belakang Krisis

  mendorong progam kepemilikan rumah melalui

  Meskipun krisis finansial global mulai terjadi

  lembaga-lembaga pemerintah seperti Fannie Mae

  sejak Agustus 2007, namun akar masalah dari krisis

  dan Freddie Mac.

  tersebut diyakini telah muncul beberapa tahun sebelumnya. Hingga kajian ini disusun, para

  Percent

  ekonom masih terus melakukan penelitian yang 10 mencoba menemukan penyebab utama 8 munculnya krisis. Cukup banyak penelitian yang

  telah dilakukan, namun nampaknya belum ada

  satu hipotesis penjelas krisis yang telah disepakati

  2 Fed Funds Prime Lending

  di antara para ekonom. Meskipun demikian, satu

  Discount

  hal yang serupa yang terdapat dalam berbagai 0

  penjelasan tersebut adalah keyakinan bahwa

  Sumber: Board of Governor of the Federal Reserve System (2008), Standard Poor»s (2008)

  walaupun krisis mulai muncul sejak Agustus 2007

  Grafik 3.7. Perkembangan Suku Bunga AS

  namun akar masalah dari krisis tersebut sesungguhnya telah berawal beberapa tahun

  sebelumnya. Dari kajian yang telah dilakukan oleh

  berbagai pihak, setidaknya terdapat 2 (dua) hal

  yang dapat menjelaskan mengenai latar belakang 2500

  House price index (left-hand scale)

  terjadinya krisis keuangan global, yaitu :

  mortgage loan Total volume of

  originations 1500 (billions of dollars,

  right-hand scale) 1000

  1) Kebijakan Moneter yang Terlalu Longgar 500 50

  0 1990 1991 19921993 1994 1995 199619971998 1999 2000 200120022003 2004 20052006 Longgarnya kebijakan moneter AS sepanjang 0 periode 2002-2004 diyakini merupakan faktor Sumber : Board of Governor of the Federal Reserve System (2008), Standard Poor»s (2008)

  Grafik 3.8. Perkembangan Indeks Harga

  utama melonjaknya kredit perumahan di AS (Grafik

  Perumahan dan Volume Kredit Perumahan AS

  3.7 dan 3.8). Kontribusi kebijakan moneter dalam lonjakan kredit di perumahan di AS secara empiris

  Permintaan rumah yang melonjak tajam

  telah dibuktikan antara lain oleh Taylor (2009) 6 .

  menyebabkan harga rumah turut mengalami

  6 Taylor, John B., ≈The Financial Crisis and The Policy

  7 Dalam grafik tersebut, counterfactual merepresentasikan

  Responses: An Empirical Analysis of What Went Wrong∆,

  siklus perumahan AS apabila kebijakan moneter AS tidak

  NBER Working Paper 2009.

  terlalu longgar.

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  selanjutnya seperti CDOs dan SIV melalui financial

  bank untuk mengucurkan kredit perumahan secara

  engineering yang kompleks dan tidak transparan. 9

  agresif sehingga pada saat yang bersamaan terjadi

  Dalam praktiknya, pengemasan sekuritas-sekuritas

  penurunan standar kehati-hatian dalam penyaluran

  ini dilakukan berdasarkan tingkat risikonya masing-

  kredit perumahan. Dell»Ariccia, Igan, dan Laeven

  masing, sehingga investor dapat memilih sekuritas

  (2008) 8 secara empiris telah membuktikan adanya

  yang paling sesuai dengan keinginannya. Sebagai

  hubungan antara meningkatnya volume pinjaman

  contoh, subprime MBS yang dijual ke investor

  dan penurunan dalam standar pemberian kredit,

  dibedakan dalam tingkatan ( tranches) risiko, mulai

  yang diuji dengan menggunakan sampel 50 juta

  dari AAA atau senior tranche yang setara dengan

  aplikasi kredit perumahan di berbagai negara

  obligasi pemerintah, sampai ke level mezzanine dan

  bagian di AS. Kombinasi penurunan suku bunga,

  equity tranche yang lebih berisiko (Diagram 3.2). 10

  harga rumah yang terus meningkat dengan cepat,

  Pengenaan peringkat ( rating) oleh lembaga-

  melonggarnya standar perbankan dalam pemberian

  lembaga peringkat ini pada akhirnya

  kredit, serta dorongan dari pemerintah untuk

  mendatangkan sorotan tajam, karena dianggap

  meningkatkan kepemilikan rumah pribadi pada

  sebagai salah satu faktor yang mendorong

  akhirnya merupakan faktor-faktor yang memicu

  maraknya penjualan sekuritas-sekuritas derivatif

  peningkatan kredit untuk kredit perumahan yang

  yang terkait dengan subprime loans. Lembaga

  berisiko tinggi ( subprime loans) secara tajam.

  pemeringkat dalam menetapkan rating dipandang hanya memperhitungkan credit risk, dengan

  Ribu Unit

  asumsi bahwa sekuritas tersebut akan dengan

  mudah dicairkan apabila terjadi gagal bayar. Hal

  Boom

  tersebut tercermin dari banyaknya sekuritas yang

  memiliki rating AAA atau AA. Faktor yang kurang

  diperhitungkan oleh lembaga rating adalah

  Counterfactual

  kemungkinan munculnya systemic market risk,

  yang muncul dari respons yang tidak simetris dari

  sekuritas-sekuritas tersebut terhadap perubahan

  Sumber: Taylor (2009), The Financial Crisis and The Policy Responses : An Empirical Analysis of What Went Wrong

  kondisi perekonomian. Dalam kondisi normal,

  Grafik 3.9 Periode Boom-Bust Perumahan AS : Boom-Bust Perumahan AS :

  sekuritas-sekuritas tersebut nampaknya berperilaku

  Fakta dan Counterfactual

  9 Rekayasa keuangan ( Selain faktor-faktor di atas, membesarnya financial engineering) merupakan

  rekayasa dalam menyembunyikan risiko yang timbul dari

  krisis juga didorong oleh gencarnya praktik

  aset yang berkualitas buruk ( toxic asset).

  sekuritisasi subprime mortgage menjadi MBS, yang

  10 Peringkat dalam struktur rating produk derivatif diberikan

  dilanjutkan lagi menjadi produk-produk derivatif

  kepada obligasi berdasarkan analisis rasio keuangan. Subprime mortgage bonds terbagi ke dalam dua tingkatan yaitu high grade structure-finance CDO (risiko rendah) dan

  8 Dell»Ariccia, Igan, and Laeven, ≈Credit Booms and Lending

  mezzanine structure-finance CDO (risiko tinggi). Senior AAA

  Standards : Evidence from the Subprime Mortgage Market∆,

  merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan

  IMF Working Paper 2008

  rendahnya risiko kredit.

48 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  High-grade structure-finance CDO

  Subprime mortgage loans

  Senior AAA

  Junior AAA

  5 AA 3

  Subprime mortgage bonds

  AA 11 Unrated

  A 4

  3 Mezzanine structured-finance CDO

  2 Senior AAA

  62 Senior AAA 60

  Junior AAA

  14 Junior AAA 27 AA 8 AA 4 A 6 A 3

  Sumber: IMF Survey Magazine, Finance and Development, Juni 2008 Note: CDO = collateralized debt obligation.

  Diagram 3.2 Struktur Rating Produk Derivatif

  seperti yang diharapkan. Namun ternyata perilaku

  dianggap merupakan faktor yang mendorong

  produk derivatif ini menjadi sangat berbeda dalam

  peningkatan defisit neraca berjalan di AS. Namun

  kondisi pasar yang mengalami tekanan.

  kedua faktor ini dianggap belum cukup untuk menjelaskan perkembangan defisit neraca berjalan

  2) Ketidakseimbangan Global (Global Imbalances)

  di AS, khususnya pada periode 1996-2000 yang

  Rendahnya suku bunga di AS pada periode

  merupakan periode di mana anggaran belanja

  2002-2004 diyakini tidak sepenuhnya disebabkan

  pemerintah AS justru mengalami surplus.

  oleh longgarnya kebijakan moneter pada saat itu. Ada faktor lain di luar kebijakan moneter AS yang Percent of GDP

  dianggap berperan besar dalam mendorong turunnya suku bunga di AS maupun negara-negara -2

  Eropa lainnya, yaitu terkait dengan fenomena yang

  dikenal sebagai ∆global saving glut∆. Bernanke (2005) pertama kali mengemukakan fenomena ini,

  dan menyebutnya sebagai faktor yang mendorong

  terciptanya defisit neraca berjalan di AS dalam 2006

  Sumber : US Department of Commerce, Bureau of Economic Analysis (2008)

  periode yang cukup panjang (Grafik 3.10). 11

  Grafik 3.10. Perkembangan Neraca Berjalan AS

  Rendahnya tingkat tabungan masyarakat dan defisit anggaran belanja pemerintah selama ini

  Istilah ∆ global saving glut∆ ditujukan untuk fenomena di mana sejumlah orang di sejumlah

  11 Bernanke, Ben S. : ≈The Global Saving Glut and the US

  tempat melakukan kegiatan menabung yang

  Current Account Deficit∆, Remarks by Governor (2005).

  terlalu intensif dan sangat kurang dalam

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  sistem finansial global, di mana negara-negara

  pada karakteristik negara-negara di Asia pascakrisis

  maju telah memiliki pasar keuangan yang canggih

  1997, yang nampaknya telah bermetamorfosis dari

  dan kompleks, sementara tidak demikian halnya

  pengguna dana (net users) menjadi penyuplai dana

  dengan negara-negara emerging markets. Selain

  (net supplier) ke pasar uang internasional. Krisis

  itu, Smaghi (2008) menambahkan bahwa

  1997 telah mendorong negara-negara di emerging

  ketidakseimbangan global juga berasal dari asimetri

  market untuk lebih berhati-hati dalam mengelola

  dalam sistem nilai tukar, di mana negara-negara

  cadangan devisa, hal ini tercermin dari

  maju, setelah runtuhnya sistem Bretton Woods

  perkembangan cadangan devisa negara-negara

  1971, pada umumnya telah menerapkan sistem

  tersebut yang terus mengalami peningkatan (Grafik

  nilai tukar mengambang murni. 13 Sementara itu,

  3.11). Peningkatan cadangan devisa tersebut juga

  banyak negara-negara emerging markets yang

  didorong oleh peningkatan harga minyak, yang

  pada praktiknya masih menjalankan sistem

  dinikmati oleh negara-negara penghasil minyak

  mengambang terkendali. Dengan sistem ini,

  seperti di Timur Tengah, Rusia, sebagian negara di

  banyak negara emerging yang menjadikan ekspor

  Afrika dan Amerika Latin. Kondisi inilah yang pada

  sebagai sumber pertumbuhan, sehingga

  akhirnya bermuara pada fenomena yang dikenal

  mengalami peningkatan surplus neraca berjalan

  sebagai ketidakseimbangan global ( global

  secara terus menerus (Grafik 3.12).

  imbalances).

  Dengan kondisi pasar finansial di emerging market yang masih terbatas, fenomena ∆global

  30 Advanced Economies

  Emerging Asia

  Emerging Latin America

  saving glut∆ ini telah mendorong meningkatnya

  25 Emerging Others

  Developing

  minat negara-negara emerging market terhadap

  20 aset-aset milik negara-negara maju, termasuk AS.

  15 Derasnya aliran modal masuk ke pasar finansial AS

  10 inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor

  5 utama dalam mendorong rendahnya suku bunga

  AS untuk beberapa periode yang cukup lama. Suku

  World Bank, Sources: IMF, World Development Indicators International Financial Statistics and World Economic Outlook (WEO) and

  bunga yang rendah ini mendorong masyarakat AS

  Note: Data for 2005 refer to the end of the second quarter for the stocks of reserves, and to WEO projections for GDP. ≈Emerging Others∆ includes emerging economies in Eastern

  dan negara maju lainnya untuk mengkonsumsi

  cross-country averages. Europe, the Middle East and Africa. For each country group, the data refer to unweighted

  lebih banyak, termasuk di dalamnya dalam bentuk

  Grafik 3.11. Perkembangan Cadangan Devisa

  aset yang menyebabkan tingkat tabungan

  PDB

  masyarakat di negara-negara tersebut terus mengalami penurunan (Grafik 3.13). Caballero, Farhi, dan Gourinchas (2008) 12 Meningkatnya pembelian aset, terutama

  mengemukakan bahwa kondisi ketidakseimbangan

  perumahan, melambungkan harga aset tersebut,

  global juga disebabkan oleh adanya asimetri pada

  13 Smaghi, Lorenzo B. : ≈The Financial Crisis and Global

  12 Caballero, Ricardo J., Farhi, Emmanuel, Gourinchas, Pierre-

  Imbalances √ Two Sides of The Same Coin∆, Speech at The

  Olivier : ≈Financial Crash, Commodity Prices, and Global

  Asia Europe Economic Forum Conference, Beijing 9

  Imbalances∆ NBER Working Paper December 2008.

  Desember 2008.

50 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 50 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  sayangnya proses tersebut berjalan dalam

  lebih ∆kaya∆, yang pada gilirannya semakin

  intensitas dan kecepatan yang tidak terkendali.

  mendorong masyarakat untuk melakukan

  Caballero et. al (2008) dan Mizen (2008)

  konsumsi.

  menyimpulkan bahwa krisis yang timbul merupakan konsekuensi dari kondisi global yang

  of World GDP

  diwarnai oleh ketimpangan antara tingginya

  Asian Crisis

  Subprime Crisis

  permintaan dan outlet terhadap aset finansial

  yang berkualitas, sehingga pada akhirnya

  memunculkan fenomena global saving glut. 14

  Selanjutnya munculnya subprime loans

  U.S.

  Oil Producers

  sebenarnya merupakan reaksi pasar untuk

  Emerging Asia

  Europe Japan

  menjembatani ketimpangan tersebut.

  Meskipun hipotesis global imbalance

  Sumber : WDI, WEO, IFS, OECD

  sebagai faktor penjelas krisis belakangan ini cukup

  Grafik 3.12. Perkembangan Neraca BerjalanPDB

  banyak mendapat dukungan dari berbagai

  Dunia

  kalangan, baik akademisi maupun praktisi

  Percent of Disposable Income

  kebijakan, namun hipotesis tersebut juga

  18 mendapat kritikan. Taylor (2009) meragukan

  14 fenomena global saving glut dengan memaparkan

  12 Canada United Kingdom

  bukti empiris yang bertolak belakang dengan

  8 United States Euro Area

  fenomena tersebut. Dalam Grafik 3.14 terlihat

  6 bahwa tingkat tabungan dan investasi global

  2 dalam periode 2002-2004 justru sangat rendah,

  terlebih bila dibandingkan dengan periode 1970-

  Sumber : OECD Economic Outlook dan ECB Monthly Bulletin

  1980. Meskipun pada periode tersebut terjadi gap

  Grafik 3.13. Perkembangan Saving Ratio

  antara tingkat tabungan di AS dibandingkan dengan negara-negara lain, namun secara

  Hipotesis yang mencoba menjelaskan akar

  keseluruhan rendahnya tingkat tabungan di AS

  masalah krisis finansial dengan mengkaitkannya

  dikompensasi oleh positifnya tingkat tabungan

  dengan fenomena global imbalance pada intinya

  dari negara di luar AS. Kondisi ini dengan

  menekankan bahwa krisis global yang terjadi

  demikian tidak dapat menjelaskan fenomena

  bukan sepenuhnya bersumber dari kebijakan

  rendahnya suku bunga di AS dan negara-negara

  moneter yang terlalu longgar di AS maupun

  maju dalam periode 2002-2004 tersebut.

  negara maju lainnya. Smaghi (2008) menekankan bahwa krisis yang terjadi saat ini merupakan proses bergeraknya kembali perekonomian global menuju ke keseimbangan setelah sekian lama

  14 Mizen, Paul :∆The Credit Crunch of 2007-2008 : A Discussion of the Background, Market Reactions, and Policy

  berada dalam ketidakseimbangan, namun

  Responses∆, Federal Reserve Bank of St. Louis Review.

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Risk Aversion

  Financial

  Crisis

  Flight to

  Quality

  Deterioration in

  U.S.

  Decline in

  Financial

  U.S. Economic

  Conditions

  Activity

  Drop in Food and Energy Price

  Deterioration in

  World

  Decline in

  Financial

  World Economic

  Conditions

  Activity

  Increase in

  Banking and Balance of

  Capital Outflow

  Payment Crisis

  Sumber: Bloomberg, diolah

  Diagram 3.3. Skema Dampak Krisis ke Perekonomian Global

  global. Di tengah kerugian yang harus ditanggung

  All Countries

  26 lembaga-lembaga keuangan akibat penempatan ke subprime mortgage AS, perilaku menghindar

  24 (risk aversion) yang muncul akibat krisis kepercayaan diantara pelaku pasar finansial

  akhirnya menciptakan kondisi sangat ketat di pasar

  Krisis yang terjadi di sektor finansial ini kemudian dengan cepat menjadi bola salju yang

  Sumber : WEO, IMF September 2005, Chapter 2. P. 92

  Grafik 3.14. Perkembangan Global Saving dan Global Saving dan

  Investment InvestmentPDB Dunia PDB Dunia

  bergulir ke seluruh perekonomian. Jatuhnya harga perumahan di AS, meningkatnya foreclosures

  3.2 Dampak Krisis Finansial Global terhadap

  (pengambilalihan) kepemilikan rumah akibat

  Perekonomian Global

  ketidakmampuan debitur dalam melakukan

  Mengacu pada kronologis krisis seperti

  pembayaran, dan juga kerugian dari akitivitas di

  dikemukakan di atas, maka dampak krisis finansial

  pasar finansial, membuat konsumen di AS dan

  global secara sistematis dapat dilihat pada Diagram

  Eropa segera kehilangan daya beli. Kondisi ini

  3.3. Gelombang default (gagal bayar) di AS dan

  kemudian dengan cepat memukul aktivitas bisnis.

  Eropa yang terjadi pada sekuritas yang terkait

  Selain anjloknya pembelian konsumen, krisis yang

  dengan subprime mortgage AS, memunculkan

  terjadi di pasar finansial menyebabkan banyak

  krisis kepercayaan yang parah di pasar keuangan

  pelaku bisnis yang kehilangan akses pembiayaan,

52 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 52 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  dan rekomposisi struktur portfolio para pemodal,

  pembiayaan lainnya. Lesunya kegiatan bisnis

  dari aset yang dipandang berisiko ke aset yang

  berujung pada gelombang besar-besaran

  dianggap lebih aman ( flight to quality). Kondisi ini

  pemutusan hubungan kerja, yang selanjutnya

  segera memicu capital outflows dari negara

  semakin menekan daya beli masyarakat. Sejalan

  emerging markets. Hal ini terlihat dari

  dengan pelemahan permintaan di negara-negara

  bergugurannya nilai saham di bursa saham regional

  maju, harga komoditas dunia baik migas maupun

  Asia pasca kolapsnya Lehman Brothers (Grafik 3.6).

  nonmigas, terus mengalami penurunan.

  Selain itu, ketidakpastian risiko menyebabkan yield

  Dampak krisis finansial di AS dan Eropa

  bond negara emerging markets terus meningkat.

  selanjutnya menyebar ke seluruh dunia, termasuk

  Bersamaan dengan itu, nilai tukar di negara

  di antaranya negara-negara emerging markets.

  emerging markets juga mengalami tekanan

  Secara umum, transmisi krisis tersebut ke negara

  depresiasi (Grafik 3.5). Sebagai upaya untuk

  emerging markets dapat diuraikan sebagai

  menahan kemerosotan nilai tukar lebih jauh, berikut. 15 sejumlah negara terpaksa menggunakan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar

  1. Jalur gangguan di pasar uang internasional dan

  valas. Kondisi ini mengakibatkan kondisi cadangan

  penyesuaian portfolio (disruptions in US dollar

  devisa di sejumlah negara mengalami penurunan

  markets dan rebalancing of portfolios links).

  cukup tajam. Cadangan devisa yang semakin

  Kolapsnya pasar uang internasional yang

  menipis dan defisit transaksi berjalan yang semakin

  dipicu oleh kehancuran di pasar uang di AS segera

  melebar pada gilirannya semakin meningkatkan

  merambat ke seluruh dunia. Besarnya kerugian

  risiko terjadinya gagal bayar (default). Beberapa

  yang terjadi pada lembaga-lembaga keuangan

  negara pada akhirnya terpaksa meminta bantuan

  akibat kepemilikan sekuritas yang terkait dengan

  finansial dari IMF, yaitu Islandia, Afrika Selatan,

  subprime mortgage AS dan krisis kepercayaan di

  Hungaria, Ukraina, Belarusia, dan Pakistan.

  antara pelaku pasar uang dengan cepat

  Meskipun turut berimbas ke negara

  memunculkan perilaku risk aversion yang

  emerging markets, dampak langsung dari krisis

  berlebihan. Kondisi kekeringan likuiditas segera

  finansial ke neraca institusi-institusi keuangan di

  terjadi di mana-mana, sehingga mengganggu arus

  negara emerging markets secara umum dapat

  pendanaan termasuk yang tertuju ke negara-

  dikatakan cenderung terbatas. Hal ini disebabkan

  negara emeging markets. Selain itu, perilaku risk

  karena rendahnya eksposur institusi-institusi

  aversion juga menyebabkan terjadinya realokasi

  keuangan tersebut terhadap aset yang terkait dengan subprime mortgage AS.

  15 Mekanisme transmisi krisis ke negara emerging market ini mengacu pada BIS Note for Governor Meeting ≈The

  2. Jalur makroekonomi (macroeconomic links).

  International Financial Crisis : Lessons for Financial Stability

  Dampak jalur makroekonomi merupakan

  in Asia and The Pacific∆, Kuala Lumpur 2009 dan ≈The

  dampak ikutan dari apa yang terjadi di sektor

  Global Financial Crisis and Developing Countries∆,

  finansial, yakni berupa melesunya aktivitas

  Background Note ODI (Overseas Development Institute), Oktober 2008.

  perekonomian di AS dan negara-negara Eropa

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  1) Terhambatnya akses finansial. Krisis

  melalui beberapa jalur :

  menyebabkan perusahaan-perusahaan

  a. Perdagangan dan harga komoditas.

  multinasional yang selama ini

  Ketergantungan pada AS sebagai mitra

  melakukan FDI mengalami masalah

  dagang utama menyebabkan dampak

  dalam pembiayaan, baik yang

  melalui jalur perdagangan ini sangat

  bersumber dari internal maupun

  signifikan bagi negara emerging market yang

  eksternal. Profit yang menurun

  selama ini merupakan mitra dagang AS dan

  menyebabkan perusahaan sulit

  negara-negara Eropa lainnya. Meskipun bagi

  melakukan ekspansi. Sementara itu,

  negara-negara tertentu, AS bukan

  sumber pembiayaan dari eksternal juga

  merupakan mitra dagang utama yang

  sulit didapat karena ketatnya likuiditas

  langsung, namun pelemahan ekonomi di AS

  di pasar finansial global.

  akan menyebabkan dampak berantai ke

  2) Prospek ekonomi yang suram dan risk

  negara-negara lain yang merupakan mitra

  aversion. Lesunya perekonomian global

  dagang utama negara tersebut, sehingga

  telah menyeret banyak negara dalam

  pada akhirnya akan mempengaruhi

  resesi. Ketidakpastian outlook ini

  perekonomian negara tersebut juga. Selain

  menyebabkan pelaku bisnis cenderung

  itu, dampak krisis melalui jalur perdagangan

  bersikap risk aversion, sehingga pada

  juga dapat berimbas ke negara emerging

  gilirannya akan menahan minat

  markets melalui jalur anjloknya harga

  ekspansi.

  komoditas sejalan dengan lemahnya

  d. Hibah.

  permintaan global.

  Krisis menyebabkan dana bantuan dari

  b. Remittances.

  negara maju yang biasanya berbentuk hibah

  Sejalan dengan lemahnya aktivitas ekonomi

  akan turut mengalami penurunan sejalan

  di negara-negara maju, arus pekerja migran

  dengan melemahnya perekonomian negara-

  ke negara-negara emerging market juga

  negara maju.

  akan berkurang, sehingga penerimaan remittance pun akan mengalami penurunan.

  3.3 Dampak Krisis Finansial Global terhadap

  Selain itu, pemutusan hubungan kerja besar-

  Perekonomian Indonesia

  besaran menyusul krisis yang terjadi

  Berdasarkan uraian di atas, transmisi dampak

  menyebabkan banyak pekerja migran yang

  krisis global ke perekonomian Indonesia pada

  akan kehilangan mata pencahariannya.

  dasarnya melewati dua jalur, yaitu jalur finansial

  c. Foreign Direct Investment (FDI).

  ( financial channel) dan jalur perdagangan (trade

  Imbas krisis ke FDI ke negara emerging

  channel) atau jalur makroekonomi (lihat Diagram

  markets akan muncul melalui beberapa

  3.4). Kajian mengenai transmisi kedua jalur jalur: 16 tersebut ke Indonesia disajikan dalam uraian berikut ini.

  16 UNCTAD, ≈Assessing The Impact of the Current Financial and Economic Crisis on Global FDI Inflows∆, Januari 2009.

54 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  3.3.1 Dampak Melalui Financial Channel

  langsung juga muncul melalui aktivitas

  Dampak krisis melalui jalur finansial

  deleveraging, di mana investor asing yang

  dimungkinkan secara langsung maupun tidak

  mengalami kesulitan likuiditas terpaksa menarik

  langsung. Dampak secara langsung akan muncul

  dana yang tadinya ditanamkan di Indonesia. Selain

  apabila bank atau lembaga keuangan memiliki

  melalui keterkaitan terhadap aset bermasalah dan

  eksposur langsung terhadap aset-aset yang

  deleveraging, dampak langsung jalur finansial juga

  bermasalah ( toxic assets), atau meskipun tidak

  muncul melalui aksi flight to quality, yaitu

  memiliki aset bermasalah namun memiliki kaitan

  penyesuaian portfolio dari aset yang dipandang

  dengan lembaga keuangan yang memiliki eksposur

  berisiko ke aset yang lebih aman. Kondisi ini dipicu

  yang besar terhadap aset bermasalah. Selain itu,

  oleh munculnya perilaku risk aversion yang

  transmisi dampak krisis melalui jalur finansial

  berlebihan dari investor menyusul goncangan yang terjadi di pasar keuangan. Sementara itu dampak

  KRISIS

  tidak langsung dari jalur finansial akan muncul

  SUBPRIME MORTGAGE

  melalui terganggunya ketersediaan pembiayaan ekonomi.

  - Dampak ke pasar uang internasional Dampak terhadap perekonomian dunia

  - Dampak makroekonomi - Pelemahan perdagangan dunia dan harga komoditas - Berkurangnya aliran remittance - Kontraksi dan perubahan pola aliran FDI dunia

  a. Jalur Finansial: Dampak Langsung

  Intensitas krisis ke pasar finansial global yang

  perekonomian domestik Dampak terhadap

  mengalami eskalasi pada akhir triwulan III-2008

  Trade Channel

  Financial Channel

  menyusul kolapsnya Lehman Brothers pada

  • Pelemahan

  permintaan ekspor dan penurunan harga

  Dampak

  Dampak

  Oktober 2008, telah menimbulkan tekanan pada

  - Pelemahan ekspor

  Kerugian

  Langsung

  stabilitas keuangan domestik. Salah satu indikator

  sektor tradable

  terutama pada

  kepemilikan akibat

  Terhambat-

  nya sumber

  peningkatan tekanan tersebut adalah Indeks

  ( income effect)

  Stabilitas Keuangan atau Financial Stability Index

  penyerapan tenaga

  Keketatan

  (FSI) - Perlambatan 17 , yang sempat melampaui batas indikatif

  kerja

  akibat likuiditas

  konsumsi domestik

  deleveraging

  - Perlambatan

  Risk aversion

  maksimum 2, dengan posisi tertinggi pada bulan

  investasi (efek rambatan

  dan flight

  November 2008 sebesar 2,43. Tingginya angka

  penurunan

  to quality

  pendapatan)

  Capital outflow

  FSI dalam dua bulan terakhir tersebut terutama disebabkan oleh anjloknya IHSG dan harga SUN.

  Nilai Tukar

  Di pasar saham, volume perdagangan saham dan IHSG mengalami tekanan kuat (Grafik 3.15)

  Penanggulangan Krisis Respons Kebijakan Dalam

  17 Uraian detail tentang metodologi dan pendekatan yang

  Moneter

  Fiskal

  digunakan untuk menghitung Indeks Stabilitas Keuangan

  Perbankan Sektor Riil

  dapat ditemukan pada Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.

  8, Maret 2007 dan No. 9, September 2007. 18 Kajian selengkapnya mengenai kondisi stabilitas keuangan

  Diagram 3.4 Mekanisme Transmisi Dampak Krisis

  Indonesia dapat dilihat pada Kajian Stabilitas Keuangan No.

  Global ke Indonesia

  12, Maret 2009.

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Rp, Triliun

  menarik dananya ( deleveraging) dari Indonesia.

  RRH-Volume Perdagangan IHSG (RHS)

  Selain disebabkan oleh kesulitan likuiditas yang

  memicu deleveraging, anjloknya pasar saham juga

  4 diduga kuat didorong oleh perilaku risk aversion

  dari investor yang kemudian memicu terjadinya

  flight to quality dari aset yang dipandang berisiko

  ke aset yang lebih aman. Hal yang sama juga terjadi

  pada SUN, di mana terjadi aksi jual SUN, terutama

  Sumber : BEI

  oleh investor asing. Aksi jual ini menyebabkan yield

  Grafik 3.15. Rata-rata Harian Perdagangan

  SUN untuk seluruh tenor terus naik dan terjadi

  Saham

  koreksi harga yang signifikan pada seri SUN dengan

  Rp triliun

  porsi kepemilikan asing yang besar (Grafik 3.17

  10 Kapitalisasi Pasar (sb. Kanan)

  Sumber : KSEI

  Grafik 3.16. Proporsi Asing dalam Nilai

  Sumber : Departemen Keuangan

  Kapitalisasi Pasar Saham

  Grafik 3.17. Perkembangan Yield Yield SUN 2005, SUN 2005,

  2007, 2008 (Tenor 10 tahun)

  hingga memaksa otoritas BEI menghentikan

  perdagangan ( Rp triliun blackout) pada Oktober 2008. IHSG

  Rp triliun

  menurun drastis, dari sebesar 2.830 pada awal 540

  tahun menurun menjadi 1.355 pada akhir 2008

  (Grafik 3.15). Kecepatan imbas krisis finansial

  global ini ke pasar keuangan domestik salah

  satunya didukung oleh struktur pasar keuangan

  SUN Total 20

  domestik yang telah terintegrasi dengan pasar 450

  SUN yang dimiliki asing (sb. Kanan)

  keuangan global (lihat Bab 5 Topikal Isu : ≈Dampak Nov

  Integrasi Pasar Keuangan Global terhadap Pasar Sumber : Departemen Keuangan

  Grafik 3.18. Nilai SUN Total dan SUN yang

  Keuangan Domestik∆). Selain itu, gejolak di pasar

  Dimiliki Asing

  saham tidak terlepas dari cukup tingginya proporsi asing dalam perdagangan saham selama ini (Grafik

  dan 3.18). Selain saham dan SUN, pelepasan porsi

  3.16). Gelombang kerugian di pasar finansial global

  kepemilikan asing dalam jumlah besar juga terjadi

  menyebabkan banyak investor asing yang

  pada SBI (Grafik 3.19).

  mengalami kesulitan likuiditas sehingga terpaksa

56 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Di pasar uang antar-bank, di tengah kondisi

  ditambah lagi adanya konversi portfolio Rupiah ke

  pasar uang domestik yang tersegmentasi, situasi

  dollar AS oleh pelaku domestik. Besarnya persepsi

  ketidakpastian telah menciptakan persepsi keketatan likuiditas dan mendorong perbankan

  untuk cenderung menahan likuiditasnya. Hal ini

  BI

  terlihat dari perkembangan volume transaksi PUAB

  ON yang cenderung menurun, terutama pada

  Triliun Rp

  Triliun Rp

  Des-07 Jun-08

  Nov-08 Des-08

  Sumber : BI

  Grafik 3.21. Suku Bunga PUAB (pagi) Semua

  SBI total

  SBI yang dimiliki asing (sb. Kanan)

  Sumber : BI

  Yield Spread 12,00

  Grafik 3.19. Nilai SBI Total dan SBI yang 10,00 11.500

  Dimiliki Asing 10900

  Rp Miliar

  Volume PUAB ON (avg)

  Suku Bunga PUAB ON

  Sumber : BI

  Grafik 3.22. Perkembangan Yield Spread dan Yield Spread dan

  Nilai Tukar

  risiko terhadap Rupiah tercermin dari peningkatan

  Sumber : BI

  yield spread antara imbal hasil obligasi pemerintah

  Grafik 3.20. Perkembangan Suku Bunga dan

  dan US T-Notes secara tajam pada bulan Oktober

  Volume PUAB ON

  sampai dengan November 2008 (Grafik 3.22).

  Peningkatan risiko likuiditas seperti yang

  Oktober sampai dengan November 2008. Sejalan

  tercermin pada pasar uang antar-bank telah

  dengan itu, suku bunga PUAB untuk semua tenor

  memberikan tekanan kepada kondisi perbankan.

  mengalami kenaikan, terutama pada PUAB dengan

  Tekanan likuiditas ini muncul tidak saja karena

  tenor diatas ON (Grafik 3.20).

  imbas krisis global, namun juga karena tingginya

  Sejalan dengan kondisi di pasar uang, nilai

  pertumbuhan kredit sampai dengan Oktober 2008

  tukar Rupiah pada Oktober 2008 juga mengalami

  yang sebagian besar menggunakan dana

  pelemahan tajam, dipicu oleh aksi flight to quality

  secondary reserves dibandingkan dengan

  dari investor asing seperti diuraikan di atas,

  pembiayaan yang berasal dari kenaikan dana pihak

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Tabel 3.2. Perkembangan Posisi Penanaman Aset Perbankan dalam Valas

  Total posisi (million USD)

  ow Banks

  ) preliminary figures

  ) very preliminary figures

  Sumber : International Investment Position Februari 2009, diolah

  ketiga. Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah

  terkait dengan kesulitan likuiditas global.

  juga meningkatkan risiko perbankan. Meskipun

  Sementara itu kerugian yang disebabkan dari

  mendapat tekanan cukup berat, namun kinerja

  eksposur langsung terhadap sekuritas-sekuritas

  perbankan sebagai satu industri masih cukup solid.

  bermasalah dari pasar global cenderung terbatas.

  Hal ini tercermin dari rasio pemodalan (CAR)

  Kondisi ini disebabkan oleh minimalnya eksposur

  perbankan pada akhir Desember 2008 yang masih

  perbankan dan lembaga-lembaga keuangan

  tinggi (16,2) dengan kualitas aktiva yang masih

  Indonesia terhadap sekuritas-sekuritas bermasalah

  tetap terjaga sebagaimana tercermin pada rasio

  dari luar negeri tersebut. Hal ini tidak terlepas dari

  NPL yang relatif rendah yaitu 3,8 (gross) dan

  adanya peraturan-peraturan Bank Indonesia antara

  1,5 (netto). Masih cukup solidnya kinerja

  lain yang melarang kepemilikan bank atas aktiva

  perbankan tersebut juga didukung oleh

  produktif dalam bentuk saham dan atau surat

  serangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh

  berharga yang memiliki hubungan dengan aset

  Pemerintah dan Bank Indonesia sebagai respons

  berbentuk saham 20 . Selain itu, kegiatan perbankan

  dari krisis global, di antaranya dinaikkannya

  dalam valuta asing juga dibatasi dengan adanya

  jaminan dana nasabah dari Rp100 juta menjadi

  kewajiban untuk memelihara posisi devisa neto

  Rp2 miliar oleh Lembaga Penjamin Simpanan serta

  dalam level tertentu 21 . Terbatasnya kegiatan

  perubahan dalam ketentuan Giro Wajib Minimum

  perbankan dalam penanaman aset berbentuk

  (lihat Bab 2). Respons kebijakan tersebut berhasil

  valuta asing dengan pihak luar negeri juga dapat

  meredam gejolak yang terjadi di pasar keuangan.

  dilihat dari data yang tercatat dalam International

  Hal ini tercermin dari angka Indeks Stabilitas

  Investment Position (Tabel 3.2). Dalam tabel

  Keuangan yang semakin menurun hingga

  tersebut terlihat kecenderungan turunnya mencapai 2,06 pada Januari 2009. 19 penanaman dana dalam valas yang dilakukan

  Dengan melihat perkembangan sampai

  perbankan, khususnya dalam dua tahun terakhir.

  dengan akhir Desember 2008, terlihat bahwa

  Meskipun dampak krisis secara langsung

  dampak krisis ke Indonesia melalui jalur finansial

  cenderung terbatas, namun sektor keuangan akan

  secara langsung lebih banyak ditransmisikan

  tetap dihadapkan pada sejumlah risiko yang

  melalui faktor risk aversion yang memicu flight to quality, selain aksi deleveraging dari investor asing

  20 Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.

  19 Kajian selengkapnya terkait stabilitas sektor keuangan

  21 Peraturan Bank Indonesia No. 737PBI2005 tentang

  terdapat pada publikasi Kajian Stabilitas Keuangan No. 12,

  Perubahan Kedua Atas PBI No. 531PBI2003 tentang Posisi

  Maret 2009.

  Devisa Neto Bank Umum.

58 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 58 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  berasal dari nonperbankan terlihat mengalami

  tertekannya nilai tukar, bergejolaknya harga SUN,

  peningkatan. Salah satu karakteristik sumber

  dan risiko kredit nonlancar. Deteksi yang dilakukan

  pembiayaan pada era pascakrisis adalah munculnya

  Bank Indonesia dengan menggunakan integrated

  pembiayaan yang berasal dari dana internal, yaitu

  stress test yang dilakukan terhadap 15 bank besar

  yang berasal dari tabungan bruto perusahaan,

  yang asetnya mencapai 70 dari total aset industri

  sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor bisnis

  perbankan, menunjukkan industri perbankan saat

  yang cukup menonjol. Hasil kajian ini sejalan

  ini cukup kuat untuk menyerap berbagai risiko yang

  dengan Juda et. al (2000), Mochtar et.al (2005)

  mencakup risiko nilai tukar, harga SUN, risiko kredit

  dan Nugroho et. al (2005). 23

  dan suku bunga. 22 Selain berasal dari tabungan bruto perusahaan, sumber dana yang cukup dominan

  b. Jalur Finansial Dampak Tidak Langsung

  untuk sektor bisnis pada periode pascakrisis adalah

  Transmisi krisis global melalui jalur finansial

  modal sahampenyertaan. Pada tahun 2003,

  dapat berjalan secara tidak langsung, yaitu melalui

  kontribusi kredit perbankan dalam arus

  munculnya hambatan terhadap ketersediaan

  pembiayaan bahkan telah dilampaui oleh arus

  pembiayaan ekonomi, baik yang bersumber dari

  pembiayaan dari modal saham dan penyertaan.

  perbankan, lembaga keuangan lain maupun pihak-

  Meningkatnya pembiayaan dari modal saham dan

  pihak lainnya. Secara tradisional, sumber

  penyertaan antara lain terkait dengan mulai

  pembiayaan ekonomi biasanya berasal dari

  maraknya kinerja bursa saham pada 2003.

  perbankan, sejalan dengan perannya sebagai

  Meskipun demikian, peningkatan IHSG tidak

  lembaga intermediasi. Meskipun demikian, kajian

  dapat dijadikan sebagai ukuran besarnya

  dengan menggunakan data Neraca Arus Dana

  pembiayaan ke sektor bisnis mengingat indeks

  1984-2007 mengungkapkan adanya indikasi

  tersebut dihitung dengan menggunakan nilai

  pergeseran arus sumber pembiayaan bagi sektor

  kapitalisasi pasar, sehingga tidak selalu

  bisnis antara masa sebelum dan sesudah krisis

  mencerminkan adanya aliran dana segar ke sektor

  bisnis. Acuan pengukuran yang lebih tepat adalah

  Pada periode pascakrisis 1997 peran

  nilai penjualan saham baru yang dilepas ke pasar

  perbankan maupun lembaga keuangan lainnya

  (IPO). Hasil kajian 24 yang dilakukan menunjukkan

  dalam pembiayaan sektor bisnis terlihat mengalami

  bahwa dinamika penerbitan saham baru, baik

  penurunan cukup signifikan dibandingkan pada

  melalui penawaran umum (IPO) maupun hak

  periode prakrisis. Fakta ini sejalan dengan kecenderungan lebih rendahnya pertumbuhan

  23 Juda et. al (2000) menemukan bahwa pada periode paska

  kredit perbankan pada periode pascakrisis 1997

  krisis sebanyak 56 responden menggunakan internal

  dibandingkan prakrisis (Grafik 3.24). Dengan

  funding dan hanya 24 yang menggunakan kredit bank. Nugroho et. al (2005) menemukan kondisi yang hampir

  perkembangan tersebut, peran pembiayaan yang

  sama, dimana hanya sebanyak 25 perusahaan dari responden yang memanfaatkan kredit bank. 24 Prastowo, Nugroho et.al : ≈Dampak Financial Deepening

  22 Selengkapnya disajikan di publikasi Kajian Stabilitas

  terhadap Pelaksanaan Kebijakan Moneter di Indonesia∆,

  Keuangan No. 12, Maret 2009.

  Laporan Hasil Penelitian BI, Desember 2008.

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  selalu sejalan dengan perkembangan IHSG (Grafik 80 3.25). Berdasarkan perkembangan data dari bursa 60

  saham ini, maka meningkatnya pembiayaan sektor

  bisnis lebih terkait dengan aktivitas penyertaan saham yang dilakukan di antara pelaku ekonomi, (20)

  Penerbitan Saham (Triliun Rp)

  yang tidak tercatat di bursa saham ataupun Pertumbuhan IHSG (, yoy) (60) obligasi (Tabel 3.3). Contoh dari aktivitas ini di Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

  antaranya adalah penyertaan modal sendiri

  Sumber: BEI

  (private placement), modal ventura, merger dan

  Grafik 3.25. Perkembangan Penerbitan Saham

  akuisisi. Selanjutnya, dengan melihat data right issue) dan IHSG (IPO, right issue ) dan IHSG penempatan dana yang dilakukan oleh sektor

  Tabel 3.3. Perkembangan Arus Pembiayaan

  bisnis, terdapat indikasi bahwa aktivitas

  untuk Sektor Bisnis dari Modal Saham dan

  penyertaan saham dalam bentuk seperti ini banyak

  Penyertaan

  dilakukan di antara sesama pelaku bisnis (Grafik

  Tahun

  Modal Saham

  dan Penyertaan )

  IPO )

  Right Issue )

  Penyertaan )

  3.24). Aktivitas ini kelihatan semakin marak dalam

  periode 2006-2007 terakhir. (1)-{(2)+(3)}

  Sementara itu, peran sektor luar negeri dalam

  15 ) sumber: NAD - BPS ) sumber: BEI 10 )

  termasuk di dalamnya private placement, merger and acquisition atau bentuk-bentuk 5 penyertaan saham lain yang tidak listing di bursa

  pembiayaan ekonomi yang cukup dominan dalam

  Kredit (Jumlah) Rupa-rupa

  Modal Saham dan Penyertaan

  periode prakrisis 1997, mengalami penurunan pada

  Tabungan Bruto

  periode pascakrisis. Dalam Neraca Arus Dana, hal

  Sumber: Neraca Arus Dana, BPS

  ini tercermin dari posisi pinjaman neto sektor luar

  Grafik 3.23. Sumber Dana Sektor Bisnis

  negeri pada periode pascakrisis yang hampir selalu mencatat defisit (lihat Bab 2).

  PDB

  20 Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas,

  10 besarnya dampak tidak langsung dari jalur finansial

  5 akan ditentukan oleh seberapa besarnya dampak

  krisis mempengaruhi kemampuan sektor-sektor

  -10 -15

  ekonomi dalam melakukan pembiayaan ekonomi.

  Uang dan Simpanan (Jumlah)

  Terkait dengan perbankan, kondisi ketahanan

  Modal Saham dan Penyertaan

  Rupa-rupa

  perbankan yang cukup solid diperkirakan membuat

  Sumber: Neraca Arus Dana, BPS

  perbankan cukup mampu dalam menyerap

  Grafik 3.24. Penempatan Dana Sektor Bisnis

  beberapa jenis risiko, di antaranya risiko nilai tukar,

60 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 60 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  menurunnya kinerja ekspor, menyusul melemahnya

  dampak krisis ke sektor riil (lihat ulasan transmisi

  permintaan global dan anjloknya harga-harga

  dampak krisis melalui jalur perdagangan

  komoditas dunia. Rentannya ekspor Indonesia

  makroekonomi) berpotensi memunculkan risiko

  terhadap shock di kondisi eksternal ini

  kredit, yang pada gilirannya akan mempengaruhi

  sesungguhnya tidak terlepas dari karakteristik

  perbankan dalam penyaluran kreditnya. Bagi sektor

  komoditas ekspor Indonesia.

  bisnis, terganggunya kinerja sektor riil akibat krisis global pada akhirnya akan menghambat pelaku

  a. Struktur Ekspor

  usaha dalam melakukan ekspansi bisnis.

  Beberapa hal yang terkait dengan struktur

  Berdasarkan temuan adanya indikasi penggunaan

  ekspor yang berpotensi memperbesar dampak

  tabungan bruto (dana internal) sebagai salah satu

  krisis melalui jalur perdagangan adalah

  sumber utama pembiayaan sektor bisnis, maka

  ketergantungan terhadap komoditas primer,

  terganggunya kinerja perusahaan akan berimbas

  komoditas ekspor yang kurang terdiversifikasi, dan

  pada berkurangnya kemampuan perusahaan

  tingginya kandungan impor pada komoditas

  dalam melakukan pembiayaan bisnis. Selain itu,

  ekspor. Kontribusi sektor primer dalam struktur

  sumber pembiayaan melalui saham maupun

  ekspor Indonesia tercatat cukup besar. Secara rata-

  penyertaan diperkirakan juga akan mengalami

  rata dari 2005-2008 pangsa komoditas primer

  hambatan sejalan dengan terganggunya kinerja

  dalam total ekspor mencapai hampir 50 (Tabel

  sektor rill dan kuatnya persepsi risiko akibat

  3.4) 25 . Komoditas minyak dan gas merupakan

  tingginya ketidakpastian.

  komoditas primer dengan kontribusi terbesar,

  Sementara itu, peranan sektor eksternal

  disusul oleh kelompok komoditas pertambangan

  dalam pembiayaan ekonomi yang pada dasarnya

  dan pertanian.

  telah mengalami penurunan pada periode

  Apabila dibandingkan dengan beberapa

  pascakrisis akan semakin menurun dengan adanya

  negara emerging lainnya, ketergantungan

  krisis perekonomian global karena terhambatnya

  Indonesia terhadap ekspor berbahan baku primer

  pembiayaan dari luar negeri, baik yang berbentuk

  terlihat cukup tinggi, namun sedikit dibawah Brazil

  pinjaman maupun penanaman modal langsung

  dan Vietnam (Tabel 3.5). Cashin dan McDermott

  ( foreign direct investment).

  (2002) 26 dan Cashin, McDermott, Scott (1999) 27

  membuktikan dalam penelitiannya bahwa negara-

  3.3.2 Dampak Melalui Trade Channel

  negara yang memiliki dependensi tinggi dengan

  Intensitas dampak krisis melalui jalur perdagangan telah mengakibatkan menurunnya

  25 Dalam penghitungan, komoditas CPO digolongkan sebagai

  kinerja pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan

  komoditas primer, mengingat keterkaitannya yang kuat

  NPI yang cukup positif di paruh pertama 2008

  dengan bahan bakunya. 26 Cashin, P. and McDermott, J. :≈The Long-Run Behavior of

  berubah secara signifikan di semester II-08,

  Commodity Prices :Small Trends and Big Variability∆, IMF

  terutama di triwulan akhir. Tekanan pada kondisi

  Staff Papers (2002).

  NPI diantaranya didorong oleh memburuknya

  27 Cashin, P. and McDermott, J.and Scott, A. : ≈Booms and

  kinerja neraca berjalan yang dipicu oleh Slumps in World Commodity Prices∆, IMF Working Papers

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Tabel 3.4. Perkembangan Ekspor Komoditas Primer Indonesia

  ( Total Ekspor)

  00-Live animals other than animals of division 03

  01-Meat and meat preparations

  02-Dairy products and birds» eggs

  03-Fish (not marine mammals), crustaceans, molluscs

  and aquatic

  04-Cereals and cereal preparations

  05-Vegetables and fruit

  06-Sugars, sugar preparations and honey

  07-Coffee, tea, cocoa, spices, and manufactures

  08-Feeding stuff for animals (not including unmilled

  09-Miscellaneous edible product and preparations

  11-Tobacco and tobacco manufactures

  12-Hides, skins and furskins, raw

  13-Oil-seeds and oleaginous fruits

  14-Crude rubber (including synthetic and reclaimed)

  15-Cork and wood

  16-Pulp and waste paper

  17-Textile fibres (other than wool tops and other

  combed wool)

  18-Crude fertilizers, other than those of division 56,

  and crude mineral

  19-Metalliferous ores and metal scrap

  20-Crude animal and vegetable materials, n,e,s,

  21-Coal, coke and briquettes

  22-Petroleum, petroleum products and related

  materials

  23-Gas, natural and manufactured

  24-Electric current

  25-Animal oils and fats

  26-Fixed vegetable fats and oils, crude, refined or

  27-Animal or vegetable fats and oils, processed;

  waxes of animal

  28-Non-ferrous metals

  Total Agriculture + Mining

  Sumber : data COMTRADE, diolah

  Tabel 3.5. Pangsa Ekspor Komoditas Primer Negara Emerging

  ( Total Ekspor)

  n,a, 49,2 49,6

  Sumber : COMTRADE, diolah

62 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 62 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  yang dilakukan Yanuarti et. al (2008) 29 kandungan

  yang bersumber dari boom-bust dalam harga

  impor dalam komoditas ekspor Indonesia mencapai

  komoditas internasional.

  sekitar 20. Kandungan impor tertinggi

  Keterkaitan ekspor Indonesia dengan harga

  ditemukan antara lain pada produk yang dihasilkan

  ekspor tidak saja tercermin di nilai ekspor, namun

  dari industrisektor yang menghasilkan bahan baku

  juga di volume ekspor. Hal ini terlihat dari

  primer, seperti produk minyak bumi yang

  pergerakan nilai dan volume ekspor komoditas

  primer yang menunjukkan dinamika yang searah kg bn

  (Grafik 3.26). Kondisi ini menunjukkan bahwa Volume (Sb. Kanan)

  Nilai (Sb. Kiri)

  faktor harga juga berperan dalam menjelaskan

  perkembangan volume ekspor. Fakta ini juga 40

  didukung oleh hasil pengujian empiris oleh Kurniati 30

  et.al (2007) 28 yang menunjukkan adanya pengaruh

  yang signifikan antara kenaikan harga internasional

  terhadap peningkatan volume ekspor komoditas 2006

  Sumber: BI

  utama Indonesia, terutama komoditas primer dan

  Grafik 3.26. Perkembangan Nilai dan Volume

  beberapa produk manufaktur tertentu yang

  Ekspor Komoditas Primer

  memiliki komponen impor rendah seperti produk

  HHI

  kayu, kelapa sawit (CPO), karet produk karet,

  dan aluminium. 0,35

  Selain struktur ekspor yang terkait dengan

  ketergantungan terhadap komoditas primer, 0,20

  komoditas ekspor Indonesia secara umum masih

  didominasi oleh minyak bumi, gas alam, dan tekstil

  (Tabel 3.6). Kondisi ini sedikit mengalami 0,00

  Thailand Indonesia

  perubahan bila dibandingkan periode prakrisis Sumber: COMTRADE, diolah 1997, namun sejak 2000 struktur ini relatif tidak

  Grafik 3.27. Tingkat Konsentrasi Komoditas

  Ekspor Beberapa Negara Emerging

  banyak mengalami perubahan.

  Selain cenderung kurang terdiversifikasi,

  bersumber dari sektor penambangan dan industri

  kandungan impor dalam komoditas ekspor

  pengilangan minyak. Sementara dari industri

  Indonesia juga tergolong cukup tinggi. Kandungan

  manufaktur, kandungan impor tertinggi terdapat

  impor yang cukup tinggi menyebabkan kinerja

  pada industri kimia, komponen kendaraan, serta

  ekspor akan selalu rentan terhadap risiko

  mesin, dan alat-alat perlengkapan listrik. Hasil

  pelemahan nilai tukar. Berdasarkan penghitungan

  pengukuran kandungan impor ini sejalan dengan penghitungan yang dilakukan oleh OECD terhadap

  28 Kurniati Y., Sahminan, dan Cadarajat Y. : ≈Sensitivitas Komoditas Ekspor dan Impor Komoditas Utama terhadap

  29 Yanuarti, T. et al : ≈Identifikasi Struktur Ekspor Indonesia

  Harga Internasional dan Nilai Tukar Rupiah∆, Catatan Riset,

  (Berdasarkan Tabel Input-Output 2005 dan Statistik Industri

  Bank Indonesia (2008).

  2001-2005∆, Catatan Riset BI (2008).

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  teratas yaitu Jepang dan AS memilliki pangsa yang

  oleh OECD, di antara beberapa negara emerging,

  mulai menurun dalam 4 tahun terakhir. Sementara

  angka kandungan impor Indonesia tersebut

  itu pangsa China cenderung meningkat, bahkan tergolong cukup tinggi (Grafik 3.28). 30 pada tahun 2007 China telah menjadi pasar

  b. Negara Tujuan Ekspor

  Negara tujuan utama ekspor Indonesia

  cenderung terkonsentrasi pada sejumlah negara,

  di mana lebih dari separuh pangsa ekspor tertuju

  ke empat sampai lima negara saja. Selama tahun

  2000-2007, mitra dagang utama Indonesia

  meliputi Jepang, AS, Singapura, Korea, dan China. 10 Meskipun demikian, terdapat kecenderungan 0

  ea

  Italy

  Norway Turkey eece India Brazil

  pergeseran dominasi, di mana mitra dagang

  Finland Sweden Canada

  Germany

  Poland

  Denmark France China

  Australia Gr Japan

  Czech Republic

  Slovak Republic

  United States New Zealand United Kingdom

  Russian Federation

  Tabel 3.6. Komoditas Utama Ekspor Indonesia

  Sumber: OECD Science, Technology and Industry Scoreboard 2007

  Grafik 3.28. Kandungan Impor Beberapa Negara

  rata Kumulatif Share 00-07

  rata-

  tujuan ekspor ketiga, melampaui Singapura dan

  1 Minyak bumi dan hasilnya

  9 21 Korea. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan

  2 Gas alam dan olahannya

  3 Pakaian

  7 27 oleh Kurniati et.al (2008), sensitivitas

  4 Minyak dan lemak nabati

  5 32 pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia yang

  5 Barang tenun, kain tekstil

  6 Bijih logam dan sisanya

  5 42 terbesar adalah dengan Singapura (1,19), dan

  7 Alat telekomunikasi

  4 46 selanjutnya adalah AS (0,84), Jepang (0,81), dan

  8 Mesin listrik dan alatnya

  4 50 China (0,3). 31

  9 Batubara, kokas, briket

  10 Barang-barang kayu dan gabus

  4 59 Apabila dibandingkan dengan beberapa

  11 Mesin kantor

  3 62 negara emerging market lain, tingkat diversifikasi

  12 Kertas

  3 68 negara tujuan ekspor Indonesia juga terlihat

  13 Karet mentah

  14 Logam tidak mengandung besi

  2 70 cenderung lebih rendah (Tabel 3.7). Sebagai

  15 Ikan, kerang, moluska

  2 73 contoh, untuk Thailand, Brazil, dan India, lebih dari

  16 Perabotan

  17 Kimia Organis

  2 77 separuh dari pangsa kumulatif ekspornya tertuju

  18 Alas kaki

  2 79 ke enam sampai sembilan negara.

  19 Barang Industri lainnya

  2 81 Dengan karakteristik ekspor seperti yang

  20 Kopi, teh, coklat, rempah

  Sumber : data COMTRADE, diolah

  31 Becker, Koen De dan Yamano, Norihiko, 2007, The

  31 Kurniati Y., Cadarajat Y., dan Yanfitri : ≈Sensitivitas Ekspor

  Measurement of Globalisation Using International Input

  Komoditas Unggulan terhadap Perlambatan Pertumbuhan

  Output Tables. STI Working Paper No. DSTDOC (2007)8.

  Partner Dagang dan Perubahan Harga Internasional∆,

  OECD Directorate of Science, Technology, and Industry

  Catatan Riset BI, Oktober 2008.

64 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  Tabel 3.7. Mitra Dagang Utama Beberapa Negara Emerging

  Negara

  Mitra Dagang (Ekspor)

  Pangsa Kumulatif

  Jumlah Negara

  Mitra Dagang

  Malaysia

  AS, Singapura, Jepang, China, dan Thailand

  AS, China, Hong Kong, Jepang, Korea, dan Jerman

  China, AS, Jepang, Hong Kong, Singapura, dan Jerman

  Singapura

  Malaysia, China, AS, Australia, Korea, India, Negara Asia lainnya, dan Belanda

  AS, Uni Emirat Arab, China, Singapura, Inggris, Hong Kong, Jerman, Belgia, dan Italia

  AS, Argentina, China, Belanda, Jerman, Italia, Jepang, Chili, dan Meksiko

  AS, Jepang, China, Singapura, Hong Kong, dan Malaysia

  Sumber : diolah dari COMTRADE

  diuraikan di atas, dampak krisis ke kinerja ekspor

  meningkat sejalan dengan belum adanya tanda-

  diperkirakan akan signifikan. Sektor-sektor yang

  tanda perbaikan perekonomian dunia.

  paling terkena imbas krisis global adalah sektor

  Berdasarkan hasil analisis dengan

  yang mengandalkan permintaan eksternal

  memanfaatkan Tabel Input Output Indonesia tahun 2005, diketahui bahwa penurunan ekspor

  Indonesia sebesar 1 akan berimbas pada

  Japan,

  penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor

  Lainnya

  industri sebesar 0,42. Selain berimbas ke sektor industri, penurunan ekspor tersebut juga

  36,31 USA,

  Singapore,

  berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di

  China,

  Rep, of Korea, 52,24

  sektor lain, terutama sektor pertanian. Secara

  Sumber : diolah dari data COMTRADE

  keseluruhan, penurunan ekspor di sektor industri

  Grafik 3.29. Negara Tujuan Utama Ekspor

  akan berdampak terhadap penurunan total tenaga

  Indonesia

  kerja sebesar 0,17 (Tabel 3.8).

  ( tradable), seperti industri manufaktur, pertanian,

  Gelombang pemutusan hubungan kerja

  dan pertambangan. Ketiga sektor ini menyumbang

  selanjutnya akan berdampak pada turunnya

  lebih dari 50 persen PDB dan menyerap lebih dari

  kontribusi tenaga kerja dalam pendapatan

  60 persen tenaga kerja nasional. Terpukulnya

  nasional. Kondisi ini pada gilirannya akan

  kinerja sektor-sektor ini pada akhirnya akan

  berimplikasi pada penurunan konsumsi masyarakat

  berujung pada gelombang pemutusan hubungan

  secara agregat, mengingat dinamika konsumsi

  tenaga kerja. Berdasarkan data Departemen

  selama ini bergerak searah dengan perkembangan

  Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans)

  labor share dalam pendapatan nasional (Grafik

  sampai dengan akhir Desember 2008, jumlah

  3.30). Penyusutan di pasar domestik ini pada

  pekerja yang dirumahkan telah mencapai sekitar

  akhirnya akan bergulir kembali ke sektor bisnis

  10.306 orang. Angka ini diperkirakan akan terus

  dalam bentuk terpangkasnya margin laba pemilik

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  70 gilirannya akan mempengaruhi kemampuan 60

  sektor-sektor yang selama ini melakukan

  pembiayaan ekonomi. Lesunya perekonomian

  60 berpotensi menciptakan risiko kredit bagi 30

  Tabel 3.8. Dampak Penurunan Ekspor terhadap 54

  52 Konsumsi SwastaPDB (aksis kiri) 10

  Penyerapan Tenaga Kerja Pangsa Pendapatan Pekerja (aksis kanan)

  Penyerapan tenaga kerja ()

  Sumber: BPS, diolah

  Seluruh sektor Sektor Industri

  Ekspor seluruh sektor turun 1

  Grafik 3.30. Pangsa Konsumsi Swasta terhadap

  Ekspor sektor pertanian turun 1

  PDB dan Pangsa Pendapatan Pekerja

  Ekspor sektor pertambangan turun 1

  Ekspor sektor industri turun 1

  efek positif dari depresiasi Rupiah. Jumlah perusahaan yang memiliki karakteristik seperti ini

  Sumber: Tabel I-O, diolah

  perbankan, yang pada akhirnya akan menghambat

  berjumlah sangat sedikit, dan umumnya bergerak

  bank dalam mengucurkan kredit. Bagi sektor bisnis

  di sektor pertambangan.

  yang juga mengandalkan dana internal sebagai sumber pembiayaan bisnisnya, terganggunya

  3.4 Kesimpulan

  tingkat keuntungan akan berdampak pada

  Berdasarkan kajian yang dilakukan di atas,

  tertahannya pelaku usaha dalam melakukan

  dampak krisis finansial global ke Indonesia lebih

  ekspansi bisnis. Kondisi ini pada akhirnya

  banyak ditransmisikan lewat jalur perdagangan atau

  berpotensi memperlemah pertumbuhan ekonomi.

  makroekonomi dibandingkan jalur finansial. Kurang

  Selain menyebabkan gangguan signifikan di

  kuatnya intensitas dampak krisis melalui jalur

  sektor riil seperti diuraikan di atas, krisis global juga

  finansial secara langsung antara lain disebabkan

  berpotensi memberikan tekanan bagi perusahaan-

  oleh rendahnya penempatan dana perbankan atau

  perusahaan yang memiliki kewajiban dalam valas,

  lembaga keuangan domestik terhadap aset-aset

  seiring dengan terjadinya tekanan depresiasi

  bermasalah dari pasar finansial global. Hal ini tidak

  Rupiah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang

  terlepas dari berbagai peraturan Bank Indonesia

  dilakukan oleh Kurniati dan Sahminan (2009)

  yang menerapkan sejumlah batasan terhadap

  terhadap 80 perusahaan yang listing di BEI dengan

  aktivitas yang dilakukan perbankan.

  penguasaan kapitalisasi pasar mencapai 34. 25 Dampak rambatan ( spillover) melalui jalur

  Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa

  perdagangan berpotensi sangat signifikan

  hanya perusahaan yang memiliki rasio aset valas

  mempengaruhi perekonomian nasional. Cukup

  neto di atas 36 dari total asetnya akan menikmati

  signifikannya dampak krisis melalui jalur perdagangan ini tidak terlepas dari karakteristik

  ekspor Indonesia yang didominasi oleh komoditas

  25 Penjelasan lebih detail dapat dilihat pada Bab 5 Topikal Isu:

  «Balance-Sheet Effect dari Depresiasi Nilai Tukar terhadap

  primer dan negara tujuan ekspor yang kurang

  Perusahaan-perusahaan Go Public di Indonesia∆

  terdiversifikasi. Dari sisi sektoral, kontraksi akan

66 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 66 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

  secara tidak langsung dalam bentuk terhambatnya

  sekaligus merupakan sektor penyerap tenaga kerja

  kemampuan melakukan pembiayaan ekonomi.

  terbesar. Gelombang pemutusan hubungan kerja,

  Bagi perbankan, lesunya kegiatan usaha dan

  yang sudah mulai terjadi, diperkirakan semakin

  meluasnya pemutusan hubungan kerja berpotensi

  berlanjut. Kondisi ini pada gilirannya akan

  meningkatkan kredit nonlancar ( nonperforming

  memperkecil pangsa tenaga kerja dalam

  loanNPL) bank dan pada lanjutannya akan

  pendapatan nasional. Berdasarkan pemetaan

  menahan bank dalam menyalurkan kreditnya. Dari

  terhadap distribusi pendapatan nasional (lihat Bab

  sisi pelaku usaha, performa ekonomi yang buruk

  2), terdapat indikasi adanya keterkaitan yang kuat

  juga akan berimbas pada menurunnya tingkat

  antara labor share dalam pendapatan nasional dan

  profit usaha, yang selama ini menjadi salah satu

  pergerakan konsumsi masyarakat. Gelombang

  sumber bagi pembiayaan bisnisnya. Kondisi ini

  pemutusan hubungan kerja apabila terus terjadi

  pada akhirnya akan menahan pelaku usaha dalam

  akan menyebabkan penurunan konsumsi

  melakukan ekspansi bisnisnya sehingga

  masyarakat yang signifikan. Terganggunya kinerja

  pertumbuhan ekonomi akan mengalami

  sektor riil ini selanjutnya berpotensi meningkatkan

  perlambatan.

  intensitas transmisi krisis melalui jalur finansial

  Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009

68 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009