Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia
Bab 3: Krisis Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia
Menjelang akhir triwulan III-2008,
triliun. Bersamaan dengan itu, nilai tukar Rupiah
perekonomian dunia dihadapkan pada satu babak
ikut terkoreksi tajam hingga mencapai level
baru yaitu runtuhnya stabilitas ekonomi global,
Rp10.900USD pada akhir Desember 2008. Kondisi
seiring dengan meluasnya krisis finansial ke
ini sejalan dengan kinerja neraca pembayaran yang
berbagai negara. Krisis finansial global mulai
menunjukkan penurunan sejak Triwulan III-2008,
muncul sejak bulan Agustus 2007, yaitu pada saat
sebagaimana tercermin dari peningkatan defisit
salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas
transaksi berjalan (current account) dan mulai
mengumumkan pembekuan beberapa sekuritas
defisitnya neraca transaksi modal dan finansial
yang terkait dengan kredit perumahan berisiko
( financial account). Peningkatan defisit transaksi
tinggi AS ( subprime mortgage). Pembekuan ini
berjalan terutama bersumber dari anjloknya kinerja
lantas mulai memicu gejolak di pasar finansial dan
ekspor sejalan dengan kontraksi perekonomian
akhirnya merambat ke seluruh dunia. Di
global yang diiringi dengan merosotnya harga
penghujung triwulan III-2008, intensitas krisis
berbagai komoditas ekspor. Sementara itu,
semakin membesar seiring dengan bangkrutnya
kesulitan likuiditas keuangan global dan
bank investasi terbesar AS Lehman Brothers, yang
meningkatnya perilaku risk aversion dari pemodal
diikuti oleh kesulitan keuangan yang semakin
asing memicu terjadinya realokasi ke aset yang
parah di sejumlah lembaga keuangan berskala
lebih aman ( flight to quality) juga berdampak pada
besar di AS, Eropa, dan Jepang.
menurunnya kinerja neraca transaksi modal dan
Krisis keuangan dunia tersebut telah
finansial. Menyusul tertekannya kinerja ekspor
berimbas ke perekonomian Indonesia sebagaimana
secara signifikan, dunia usaha pun mulai terkena
tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar
imbas dan gelombang pemutusan hubungan kerja
uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada
mulai terjadi, khususnya di industri-industri
bulan Desember 2008 ditutup pada level 1.355,4,
berorientasi ekspor seperti industri kayu, tekstil, dan
terpangkas hampir separuhnya dari level pada awal
pengalengan ikan.
tahun 2008 sebesar 2.627,3, bersamaan dengan
Pada periode laporan, krisis global masih
jatuhnya nilai kapitalisasi pasar dan penurunan
berlangsung dan bahkan pada akhir Januari 2009,
tajam volume perdagangan saham. Arus keluar
Inggris secara resmi dinyatakan telah memasuki
kepemilikan asing di saham, surat utang negara
periode resesi menyusul pertumbuhan PDB
(SUN), maupun SBI masih terus berlangsung.
triwulan IV-2008 yang kembali negatif dalam dua
Hingga akhir Desember 2008, posisi asing di SUN
triwulan terakhir. Di tengah berbagai upaya
tercatat Rp.87,4 triliun, menurun dibandingkan
penyelamatan perekonomian yang dilakukan
posisi September 2008 yang sempat mencapai
pemerintah berbagai negara 1 , gelombang
Rp104,3 triliun. Sementara posisi asing di SBI tercatat Rp.8,4 triliun, menurun tajam
1 Pada tanggal 10 Februari 2009 paket penyelamatan senilai
dibandingkan posisi Agustus 2008 sebesar Rp.68,4
US838 miliar telah disetujui oleh Senat AS.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
jumlahnya relatif kecil dibandingkan keseluruhan
yang diikuti dengan pemutusan hubungan kerja
kerugian yang pada akhirnya dialami oleh
terus terjadi di berbagai belahan dunia.
perekonomian secara keseluruhan. Kerugian besar
Dengan latar belakang kondisi seperti ini,
yang terjadi sebenarnya bersumber dari praktik
pertanyaan paling relevan yang kemudian muncul
pengemasan subprime mortgage tersebut ke
adalah seberapa jauh krisis ini akan mempengaruhi
dalam berbagai bentuk sekuritas lain, yang
perekonomian Indonesia. Pembahasan dampak
kemudian diperdagangkan di pasar finansial global
krisis global terhadap perekonomian Indonesia
(lihat Diagram 3.1). Pada tahap pertama,
tersebut akan diawali dari kronologis dan latar
sekuritisasi dilaksanakan terhadap sejumlah
belakang krisis. Selanjutnya pembahasan
subprime mortgage sehingga menjadi sekuritas
dilengkapi dengan kajian mengenai transmisi
yang disebut mortgage-backed securities (MBS).
masuknya dampak krisis global tersebut ke dalam
Dalam sistem keuangan modern, praktik
perekonomian Indonesia.
sekuritisasi MBS ini merupakan suatu hal yang telah lazim, dan bahkan pada tahun 2006 jumlah kredit
3.1 Kronologis dan Latar Belakang Krisis
perumahan di AS ( mortgage) yang disekuritisasi
3.1.1 Kronologis Krisis 2 menjadi MBS telah mencapai hampir 60 dari
Pengumuman BNP Paribas, Perancis, pada
seluruh outstanding kredit perumahan. Proses
9 Agustus 2007 yang menyatakan
sekuritisasi ini melibatkan pihak ketiga baik institusi
ketidaksanggupannya untuk mencairkan sekuritas
pemerintah (antara lain lembaga Fannie Mae dan
yang terkait dengan subprime mortgage dari AS,
Freddie Mac) maupun swasta. Dalam proses
menandai dimulainya krisis 3 yang dengan segera
sekuritisasi ini, pihak ketiga seringkali melakukan
meluas menjadi krisis likuiditas terburuk di berbagai
pengemasan dengan melakukan penggabungan
belahan dunia. Subprime mortgage merupakan
sejumlah mortgage, yang selanjutnya dijual kepada
istilah untuk kredit perumahan ( mortgage) yang
investor yang berminat. Untuk menanggulangi
diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit
risiko gagal bayar (default), maka pihak ketiga ini
yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit
sekaligus bertindak sebagai penjamin.
sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit
Praktik sekuritisasi mortgage ini ternyata
yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime
tidak berhenti sampai di sini. Melalui rekayasa
mortgage di AS mengalami peningkatan pesat
keuangan ( financial engineering) yang kompleks,
mulai di bawah USD200 miliar pada tahun 2002
MBS kemudian diresekuritisasi lagi menjadi jenis
hingga menjadi sekitar USD500 miliar pada 2005.
sekuritas yang dikenal sebagai Collateralised Debt
Meskipun subprime mortgage inilah yang menjadi
Obligations (CDOs). 4 Sejalan dengan jumlah MBS
awal terciptanya krisis, namun sebenarnya
yang terus meningkat, persentase jumlah MBS
2 Disarikan dari berbagai sumber, namun umumnya mengacu
4 Collateralised Debt Obligations (CDOs) merupakan salah
pada BBC Timeline: Global Credit Crunch.
satu bentuk efek beragun asset ( asset-backed securities)
3 Cecchetti, Stephen G.,: ≈Federal Reserves Policy Responses
terstruktur yang nilai dan pembayarannya diperoleh dari
to The Crisis of 2007∆ (BIS) in The First Financial Global
portofolio aset yang mendasari fixed-income.
Crises in 21st Century (CEPR) 2009.
42 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Third party
Homeowner
Loan
Loan sale
More securitization?
Notes: MBS means mortgage-backed security. CDO means collaberalized debt obligation. SIV means structured investment vehicle. Sumber: The Federal Reserve Bank of Chicago, Chicago Fed Letter : ≈The role of securitization in mortgage lending∆, November 2007
Diagram 3.1. Mortgage Funding Processs
yang diresekuritisasi menjadi CDOs juga mengalami
peningkatan pesat (Grafik 3.1 dan 3.2). Dalam 16
Subprime origination activity
of total originations
skala global, total penerbitan CDOs pada 2006
telah melebihi USD500 milar, dengan separuhnya
didominasi oleh CDOs yang bersumber dari MBS. 8
Pada tahun 2004 total penerbitan CDOs global
baru berada pada level sekitar USD150 miliar. Selain 2
dalam bentuk CDOs, MBS juga diresekuritisasi 1995 1996 199719981999 2000 2001 2002 20032004 2005 2006 2007
Sumber : Inside Mortgage Finance, Moodys, dan SIFMA
dalam beberapa bentuk sekuritas lain yang sudah
Grafik 3.1. Perkembangan US Subprime
sulit dilacak bentuk maupun jumlahnya, di
Mortgage
antaranya sekuritas SIV (Structured Investment Vehicles). Maraknya perdagangan CDOs di pasar
global juga dipengaruhi hasil 70 rating yang 500
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemeringkat
internasional, yang cenderung underpricing
terhadap risiko dari produk-produk derivatif di atas.
Dipicu oleh perubahan arah kebijakan 20
moneter AS yang mulai berubah menjadi ketat
memasuki pertengahan 2004, tren peningkatan
Volume in billions of
suku bunga mulai terjadi dan terus berlangsung Percentage of subprime mortages securitized in RMBS
Percentage of subprime RMBS securitized in CDOs
sampai dengan 2006. Kondisi ini pada akhirnya
Sumber : Inside Mortgage Finance, Moodys, dan SIFMA
memberi pukulan berat pada pasar perumahan AS,
Grafik 3.2. Perkembangan Resekuritisasi US
Subprime Mortgage
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
September 2008 Fannie Mae dan Freddie Mac 5 ,
mengalami gagal bayar. Gelombang gagal bayar
dua lembaga penyalur kredit perumahan yang
yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya harga
menguasai hampir separuh outstanding kredit
rumah di AS, akhirnya menyeret semua investor
perumahan di AS juga terkena imbas krisis. Dan
maupun lembaga yang terlibat dalam penjaminan
pada 15 September 2008 Lehman Brothers
ke dalam persoalan likuiditas yang sangat besar.
dinyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank
Pengumuman BNP Paribas pada Agustus
investasi besar pertama yang benar-benar
2007 secara tiba-tiba memicu krisis kepercayaan
mengalami kolaps sejak terjadinya krisis.
di pasar keuangan global. Sulitnya mendeteksi
Sementara itu, dampak krisis keuangan telah
bank atau institusi mana yang memiliki aset yang
semakin berimbas ke sektor riil, angka penjualan
terkait dengan subprime mortgage dari AS,
eceran di AS dan berbagai negara Eropa tercatat
menyebabkan munculnya perilaku menghindar
terus menurun, sementara angka pengangguran
dari risiko ( risk aversion) yang berlebihan dari
mulai bergerak naik. Sejalan dengan kelesuan di
pelaku pasar. Kondisi ini segera menciptakan
sektor riil, perkembangan harga komoditas dunia
kekeringan likuiditas yang sangat parah di pasar
juga mengalami penurunan secara signifikan
keuangan global. Untuk mengatasi kekurangan
(Grafik 3.3 dan 3.4).
likuiditas tersebut, Federal Reserve (The Fed) dan
Kebangkrutan Lehman Brothers ini segera
ECB bertindak cepat dengan memompa likuiditas
meningkatkan intensitas dampak krisis ke seluruh
ke pasar sebesar masing-masing USD24 miliar dan
dunia. Hilangnya kepercayaan terhadap investor
€95 miliar pada Agustus 2007. Selain menambah
dan kreditur pada kemampuan pelaku bisnis untuk
likuiditas, The Fed juga mengambil langkah
memenuhi kewajibannya, menyebabkan akses
menurunkan suku bunga. Namun tindakan ini ternyata tidak mampu meredam gejolak pasar bbl
keuangan. Setelah pengumuman BNP Paribas di RATA-RATA
Agustus 2007, berturut-turut terungkap kerugian
2008 ytd Sep-08
Per 28 November 2008 Nov-08 Okt-08 57,2
besar yang dialami bank maupun lembaga
keuangan lain, akibat kepemilikan lembaga-
lembaga ini pada subprime mortgage dari AS (lihat
Minas 54,43
Tabel Kronologis Krisis Finansial Global). Bank
WTI
sentral di negara-negara maju terus berusaha Okt
menenangkan pasar dengan melakukan suntikan
Sumber: Bloomberg
likuiditas maupun menurunkan suku bunga.
Grafik 3.3. Perkembangan Harga Minyak Dunia
Namun langkah-langkah ini hanya mampu sesaat menenangkan pasar. Selanjutnya, laporan kerugian
5 The Federal National Mortgage Association (FNMA) atau
dari berbagai lembaga keuangan berskala besar
Fannie Mae, dan The Federal Home Loan Mortgage
terus bermunculan yang dibarengi dengan
Corporation (FHLMC) atau Freddie Mac, merupakan
kekeringan likuiditas di pasar keuangan berbagai
lembaga pembiayaan perumahan milik pemerintah AS, didirikan secara resmi masing-masing pada tahun 1968 dan
negara, khususnya AS dan Eropa. Akhirnya, pada
44 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Indeks Harga Migas Indeks Harga Komoditas non Migas Indeks Harga Komoditas Dunia
Kondisi ini memicu kejatuhan harga saham yang
lebih dalam di bursa saham seluruh dunia (Grafik
3.6). Selain itu, ketatnya likuiditas dan perilaku risk
aversion mendorong terjadinya realokasi dan
50 rekomposisi struktur aset para pemodal, dari aset
0 yang dipandang berisiko ke aset yang dianggap
lebih aman ( flight to quality), yang segera memicu outflows dari negara-negara emerging markets.
Sumber: WEO, Oktober 2008
Grafik 3.4. Perkembangan Indeks Harga
Komoditas
Sebagai akibatnya, yield bond negara-negara berkembang terus meningkat bersamaan dengan
pelaku bisnis ke pasar modal dan pasar pembiayaan
melemahnya nilai tukar di negara-negara tersebut
jangka pendek menjadi terhambat. Di tengah
(Grafik 3.5). Sebagai upaya untuk menahan
kejatuhan harga berbagai komoditas dunia,
kemerosotan nilai tukar lebih jauh, sejumlah negara
terbatasnya akses pembiayaan pelaku bisnis
terpaksa menggunakan cadangan devisanya.
semakin meningkatkan ketidakpastian prospek sektor keuangan dan ekonomi secara keseluruhan.
Tabel 3.1. Kronologis Krisis Finansial Global
BNP Paribas tidak sanggup mencairkan sekuritas yang terkait dengan subprime mortgage di AS. The Fed dan ECB memompa likuditas ke pasar masing-masing USD24 miliar dan hampir € 95 miliar. The Fed menurunkan suku bunga menjadi 4,75.
Oktober
Kerugian besar dialami bank maupun lembaga keuangan seperti UBS Bank (Swiss), Citibank, dan Merryl Lynch. Bank of England (BOE) melakukan injeksi likuiditas sebesar £10 miliar akibat penarikan uang besar-besaran ( bank run). The Fed kembali menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 4,5.
Desember
The Fed mengambil langkah memompa likuiditas melalui kerjasama dengan lima bank sentral lain, yaitu Bank of Canada, BOE, Bank of Japan, ECB, dan Swiss National Bank. The Fed memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,25.
Januari-Maret
Pasar saham global berjatuhan, terendah sejak September 2001. The Fed kembali memangkas suku bunganya dalam 3 bulan sebanyak 200 bps menjadi 2,25 dan terus melakukan injeksi likuiditas. Bear Stearns, salah satu dari lima bank investasi terbesar di AS, terpaksa diakuisisi oleh rivalnya JP Morgan Chase, menyusul kerugian besar yang diderita.
September
Pemerintah AS memutuskan untuk menyelamatkan Fannie Mae dan Freddie Mac, yang menjadi progam bailout terbesar dalam sejarah AS selama ini. Lehman Brothers dinyatakan bangkrut, menjadikannya sebagai bank investasi besar pertama yang benar- benar mengalami kolaps sejak terjadinya krisis. American International Group (AIG), perusahaan asuransi terbesar di AS, juga diambang kebrangkutan. The Fed
Sumber: BBC 2008-2009, Timeline: Global Credit Crunch
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Tabel 3.1. Kronologis Krisis Finansial Global (lanjutan)
memutuskan untuk memberikan bailout sebesar USD85 miliar. Dampak krisis keuangan telah semakin berimbas ke sektor riil, seperti tercermin dari turunnya angka penjualan eceran dan meningkatnya pengangguran di AS dan berbagai negara Eropa.
Oktober
Intensitas krisis ke seluruh dunia semakin meningkat, dipicu oleh kebangkrutan Lehman Brothers. Flight to quality memicu outflows yang menyebabkan melemahnya nilai tukar. Pemerintah AS akhirnya mengumumkan paket penyelamatan sektor finansial sebesar USD700 miliar, Inggris mengumumkan paket penyelamatan perbankan sedikitnya sebesar £50 miliar. Jerman menyediakan bantuan sebesar €50 miliar untuk menyelamatkan Hypo Real Estate Bank. Tindakan tersebut juga ditambah aksi bersama penurunan suku bunga sebesar 0,5 dengan lima bank sentral lain yaitu ECB, BoE, Bank of Canada, Swedia, dan Swiss.
November-Desember
Tiga negara yaitu Ukraina, Pakistan, dan Eslandia menerima bantuan finansial dari IMF, disusul oleh Hongaria dan Belarusia. AS secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi oleh Economic Research National Bureau of (NBER). The Fed terus menurunkan suku bunga hingga mencapai level 0,25, yang merupakan level terendah dalam sejarah.
Januari-Februari
Angka pengangguran di AS pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 7,2, yang merupakan angka tertinggi dalam 16 tahun terakhir. Ekspor Cina dilaporkan mengalami penurunan terbesar dalam satu dekade terakhir. Inggris secara resmi dinyatakan berada dalam kondisi resesi. Senat AS akhirnya menyetujui paket penyelamatan ekonomi senilai US838 miliar. Pada bulan yang sama, US Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank senilai USD1,5 triliun.
Sumber: BBC 2008-2009, Timeline: Global Credit Crunch
40 40 Dow Jones
20 Peningkatan indeks = depresiasi mata uang terhadap USD 20
Nikkei
Straits Times
Nasdaq
Hang Seng
Jan-07 Apr-07
Jul-07
Oct-07
Jan-08 Apr-08
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Grafik 3.5. Perkembangan Nilai Tukar Regional
Grafik 3.6. Perkembangan Bursa Saham
46 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Selanjutnya, memasuki 2009 keadaan masih
Hasil pengujian Taylor menunjukkan besarnya
terus memburuk. Pada Februari 2009 Senat AS
periode ≈boom-bust∆ dalam permintaan rumah di
akhirnya menyetujui paket penyelamatan ekonomi
AS tidak akan terlalu besar apabila bank sentral
senilai US838 miliar. Pada bulan yang sama, US
tidak menerapkan kebijakan moneter yang terlalu
Treasury mengumumkan paket penyelamatan bank
longgar (Grafik 3.9) 7 . Selain suku bunga rendah,
senilai USD1,5 triliun.
meningkatnya permintaan kredit perumahan juga didorong oleh kebijakan pemerintah yang
3.1.2 Latar Belakang Krisis
mendorong progam kepemilikan rumah melalui
Meskipun krisis finansial global mulai terjadi
lembaga-lembaga pemerintah seperti Fannie Mae
sejak Agustus 2007, namun akar masalah dari krisis
dan Freddie Mac.
tersebut diyakini telah muncul beberapa tahun sebelumnya. Hingga kajian ini disusun, para
Percent
ekonom masih terus melakukan penelitian yang 10 mencoba menemukan penyebab utama 8 munculnya krisis. Cukup banyak penelitian yang
telah dilakukan, namun nampaknya belum ada
satu hipotesis penjelas krisis yang telah disepakati
2 Fed Funds Prime Lending
di antara para ekonom. Meskipun demikian, satu
Discount
hal yang serupa yang terdapat dalam berbagai 0
penjelasan tersebut adalah keyakinan bahwa
Sumber: Board of Governor of the Federal Reserve System (2008), Standard Poor»s (2008)
walaupun krisis mulai muncul sejak Agustus 2007
Grafik 3.7. Perkembangan Suku Bunga AS
namun akar masalah dari krisis tersebut sesungguhnya telah berawal beberapa tahun
sebelumnya. Dari kajian yang telah dilakukan oleh
berbagai pihak, setidaknya terdapat 2 (dua) hal
yang dapat menjelaskan mengenai latar belakang 2500
House price index (left-hand scale)
terjadinya krisis keuangan global, yaitu :
mortgage loan Total volume of
originations 1500 (billions of dollars,
right-hand scale) 1000
1) Kebijakan Moneter yang Terlalu Longgar 500 50
0 1990 1991 19921993 1994 1995 199619971998 1999 2000 200120022003 2004 20052006 Longgarnya kebijakan moneter AS sepanjang 0 periode 2002-2004 diyakini merupakan faktor Sumber : Board of Governor of the Federal Reserve System (2008), Standard Poor»s (2008)
Grafik 3.8. Perkembangan Indeks Harga
utama melonjaknya kredit perumahan di AS (Grafik
Perumahan dan Volume Kredit Perumahan AS
3.7 dan 3.8). Kontribusi kebijakan moneter dalam lonjakan kredit di perumahan di AS secara empiris
Permintaan rumah yang melonjak tajam
telah dibuktikan antara lain oleh Taylor (2009) 6 .
menyebabkan harga rumah turut mengalami
6 Taylor, John B., ≈The Financial Crisis and The Policy
7 Dalam grafik tersebut, counterfactual merepresentasikan
Responses: An Empirical Analysis of What Went Wrong∆,
siklus perumahan AS apabila kebijakan moneter AS tidak
NBER Working Paper 2009.
terlalu longgar.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
selanjutnya seperti CDOs dan SIV melalui financial
bank untuk mengucurkan kredit perumahan secara
engineering yang kompleks dan tidak transparan. 9
agresif sehingga pada saat yang bersamaan terjadi
Dalam praktiknya, pengemasan sekuritas-sekuritas
penurunan standar kehati-hatian dalam penyaluran
ini dilakukan berdasarkan tingkat risikonya masing-
kredit perumahan. Dell»Ariccia, Igan, dan Laeven
masing, sehingga investor dapat memilih sekuritas
(2008) 8 secara empiris telah membuktikan adanya
yang paling sesuai dengan keinginannya. Sebagai
hubungan antara meningkatnya volume pinjaman
contoh, subprime MBS yang dijual ke investor
dan penurunan dalam standar pemberian kredit,
dibedakan dalam tingkatan ( tranches) risiko, mulai
yang diuji dengan menggunakan sampel 50 juta
dari AAA atau senior tranche yang setara dengan
aplikasi kredit perumahan di berbagai negara
obligasi pemerintah, sampai ke level mezzanine dan
bagian di AS. Kombinasi penurunan suku bunga,
equity tranche yang lebih berisiko (Diagram 3.2). 10
harga rumah yang terus meningkat dengan cepat,
Pengenaan peringkat ( rating) oleh lembaga-
melonggarnya standar perbankan dalam pemberian
lembaga peringkat ini pada akhirnya
kredit, serta dorongan dari pemerintah untuk
mendatangkan sorotan tajam, karena dianggap
meningkatkan kepemilikan rumah pribadi pada
sebagai salah satu faktor yang mendorong
akhirnya merupakan faktor-faktor yang memicu
maraknya penjualan sekuritas-sekuritas derivatif
peningkatan kredit untuk kredit perumahan yang
yang terkait dengan subprime loans. Lembaga
berisiko tinggi ( subprime loans) secara tajam.
pemeringkat dalam menetapkan rating dipandang hanya memperhitungkan credit risk, dengan
Ribu Unit
asumsi bahwa sekuritas tersebut akan dengan
mudah dicairkan apabila terjadi gagal bayar. Hal
Boom
tersebut tercermin dari banyaknya sekuritas yang
memiliki rating AAA atau AA. Faktor yang kurang
diperhitungkan oleh lembaga rating adalah
Counterfactual
kemungkinan munculnya systemic market risk,
yang muncul dari respons yang tidak simetris dari
sekuritas-sekuritas tersebut terhadap perubahan
Sumber: Taylor (2009), The Financial Crisis and The Policy Responses : An Empirical Analysis of What Went Wrong
kondisi perekonomian. Dalam kondisi normal,
Grafik 3.9 Periode Boom-Bust Perumahan AS : Boom-Bust Perumahan AS :
sekuritas-sekuritas tersebut nampaknya berperilaku
Fakta dan Counterfactual
9 Rekayasa keuangan ( Selain faktor-faktor di atas, membesarnya financial engineering) merupakan
rekayasa dalam menyembunyikan risiko yang timbul dari
krisis juga didorong oleh gencarnya praktik
aset yang berkualitas buruk ( toxic asset).
sekuritisasi subprime mortgage menjadi MBS, yang
10 Peringkat dalam struktur rating produk derivatif diberikan
dilanjutkan lagi menjadi produk-produk derivatif
kepada obligasi berdasarkan analisis rasio keuangan. Subprime mortgage bonds terbagi ke dalam dua tingkatan yaitu high grade structure-finance CDO (risiko rendah) dan
8 Dell»Ariccia, Igan, and Laeven, ≈Credit Booms and Lending
mezzanine structure-finance CDO (risiko tinggi). Senior AAA
Standards : Evidence from the Subprime Mortgage Market∆,
merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan
IMF Working Paper 2008
rendahnya risiko kredit.
48 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
High-grade structure-finance CDO
Subprime mortgage loans
Senior AAA
Junior AAA
5 AA 3
Subprime mortgage bonds
AA 11 Unrated
A 4
3 Mezzanine structured-finance CDO
2 Senior AAA
62 Senior AAA 60
Junior AAA
14 Junior AAA 27 AA 8 AA 4 A 6 A 3
Sumber: IMF Survey Magazine, Finance and Development, Juni 2008 Note: CDO = collateralized debt obligation.
Diagram 3.2 Struktur Rating Produk Derivatif
seperti yang diharapkan. Namun ternyata perilaku
dianggap merupakan faktor yang mendorong
produk derivatif ini menjadi sangat berbeda dalam
peningkatan defisit neraca berjalan di AS. Namun
kondisi pasar yang mengalami tekanan.
kedua faktor ini dianggap belum cukup untuk menjelaskan perkembangan defisit neraca berjalan
2) Ketidakseimbangan Global (Global Imbalances)
di AS, khususnya pada periode 1996-2000 yang
Rendahnya suku bunga di AS pada periode
merupakan periode di mana anggaran belanja
2002-2004 diyakini tidak sepenuhnya disebabkan
pemerintah AS justru mengalami surplus.
oleh longgarnya kebijakan moneter pada saat itu. Ada faktor lain di luar kebijakan moneter AS yang Percent of GDP
dianggap berperan besar dalam mendorong turunnya suku bunga di AS maupun negara-negara -2
Eropa lainnya, yaitu terkait dengan fenomena yang
dikenal sebagai ∆global saving glut∆. Bernanke (2005) pertama kali mengemukakan fenomena ini,
dan menyebutnya sebagai faktor yang mendorong
terciptanya defisit neraca berjalan di AS dalam 2006
Sumber : US Department of Commerce, Bureau of Economic Analysis (2008)
periode yang cukup panjang (Grafik 3.10). 11
Grafik 3.10. Perkembangan Neraca Berjalan AS
Rendahnya tingkat tabungan masyarakat dan defisit anggaran belanja pemerintah selama ini
Istilah ∆ global saving glut∆ ditujukan untuk fenomena di mana sejumlah orang di sejumlah
11 Bernanke, Ben S. : ≈The Global Saving Glut and the US
tempat melakukan kegiatan menabung yang
Current Account Deficit∆, Remarks by Governor (2005).
terlalu intensif dan sangat kurang dalam
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
sistem finansial global, di mana negara-negara
pada karakteristik negara-negara di Asia pascakrisis
maju telah memiliki pasar keuangan yang canggih
1997, yang nampaknya telah bermetamorfosis dari
dan kompleks, sementara tidak demikian halnya
pengguna dana (net users) menjadi penyuplai dana
dengan negara-negara emerging markets. Selain
(net supplier) ke pasar uang internasional. Krisis
itu, Smaghi (2008) menambahkan bahwa
1997 telah mendorong negara-negara di emerging
ketidakseimbangan global juga berasal dari asimetri
market untuk lebih berhati-hati dalam mengelola
dalam sistem nilai tukar, di mana negara-negara
cadangan devisa, hal ini tercermin dari
maju, setelah runtuhnya sistem Bretton Woods
perkembangan cadangan devisa negara-negara
1971, pada umumnya telah menerapkan sistem
tersebut yang terus mengalami peningkatan (Grafik
nilai tukar mengambang murni. 13 Sementara itu,
3.11). Peningkatan cadangan devisa tersebut juga
banyak negara-negara emerging markets yang
didorong oleh peningkatan harga minyak, yang
pada praktiknya masih menjalankan sistem
dinikmati oleh negara-negara penghasil minyak
mengambang terkendali. Dengan sistem ini,
seperti di Timur Tengah, Rusia, sebagian negara di
banyak negara emerging yang menjadikan ekspor
Afrika dan Amerika Latin. Kondisi inilah yang pada
sebagai sumber pertumbuhan, sehingga
akhirnya bermuara pada fenomena yang dikenal
mengalami peningkatan surplus neraca berjalan
sebagai ketidakseimbangan global ( global
secara terus menerus (Grafik 3.12).
imbalances).
Dengan kondisi pasar finansial di emerging market yang masih terbatas, fenomena ∆global
30 Advanced Economies
Emerging Asia
Emerging Latin America
saving glut∆ ini telah mendorong meningkatnya
25 Emerging Others
Developing
minat negara-negara emerging market terhadap
20 aset-aset milik negara-negara maju, termasuk AS.
15 Derasnya aliran modal masuk ke pasar finansial AS
10 inilah yang dianggap sebagai salah satu faktor
5 utama dalam mendorong rendahnya suku bunga
AS untuk beberapa periode yang cukup lama. Suku
World Bank, Sources: IMF, World Development Indicators International Financial Statistics and World Economic Outlook (WEO) and
bunga yang rendah ini mendorong masyarakat AS
Note: Data for 2005 refer to the end of the second quarter for the stocks of reserves, and to WEO projections for GDP. ≈Emerging Others∆ includes emerging economies in Eastern
dan negara maju lainnya untuk mengkonsumsi
cross-country averages. Europe, the Middle East and Africa. For each country group, the data refer to unweighted
lebih banyak, termasuk di dalamnya dalam bentuk
Grafik 3.11. Perkembangan Cadangan Devisa
aset yang menyebabkan tingkat tabungan
PDB
masyarakat di negara-negara tersebut terus mengalami penurunan (Grafik 3.13). Caballero, Farhi, dan Gourinchas (2008) 12 Meningkatnya pembelian aset, terutama
mengemukakan bahwa kondisi ketidakseimbangan
perumahan, melambungkan harga aset tersebut,
global juga disebabkan oleh adanya asimetri pada
13 Smaghi, Lorenzo B. : ≈The Financial Crisis and Global
12 Caballero, Ricardo J., Farhi, Emmanuel, Gourinchas, Pierre-
Imbalances √ Two Sides of The Same Coin∆, Speech at The
Olivier : ≈Financial Crash, Commodity Prices, and Global
Asia Europe Economic Forum Conference, Beijing 9
Imbalances∆ NBER Working Paper December 2008.
Desember 2008.
50 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 50 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
sayangnya proses tersebut berjalan dalam
lebih ∆kaya∆, yang pada gilirannya semakin
intensitas dan kecepatan yang tidak terkendali.
mendorong masyarakat untuk melakukan
Caballero et. al (2008) dan Mizen (2008)
konsumsi.
menyimpulkan bahwa krisis yang timbul merupakan konsekuensi dari kondisi global yang
of World GDP
diwarnai oleh ketimpangan antara tingginya
Asian Crisis
Subprime Crisis
permintaan dan outlet terhadap aset finansial
yang berkualitas, sehingga pada akhirnya
memunculkan fenomena global saving glut. 14
Selanjutnya munculnya subprime loans
U.S.
Oil Producers
sebenarnya merupakan reaksi pasar untuk
Emerging Asia
Europe Japan
menjembatani ketimpangan tersebut.
Meskipun hipotesis global imbalance
Sumber : WDI, WEO, IFS, OECD
sebagai faktor penjelas krisis belakangan ini cukup
Grafik 3.12. Perkembangan Neraca BerjalanPDB
banyak mendapat dukungan dari berbagai
Dunia
kalangan, baik akademisi maupun praktisi
Percent of Disposable Income
kebijakan, namun hipotesis tersebut juga
18 mendapat kritikan. Taylor (2009) meragukan
14 fenomena global saving glut dengan memaparkan
12 Canada United Kingdom
bukti empiris yang bertolak belakang dengan
8 United States Euro Area
fenomena tersebut. Dalam Grafik 3.14 terlihat
6 bahwa tingkat tabungan dan investasi global
2 dalam periode 2002-2004 justru sangat rendah,
terlebih bila dibandingkan dengan periode 1970-
Sumber : OECD Economic Outlook dan ECB Monthly Bulletin
1980. Meskipun pada periode tersebut terjadi gap
Grafik 3.13. Perkembangan Saving Ratio
antara tingkat tabungan di AS dibandingkan dengan negara-negara lain, namun secara
Hipotesis yang mencoba menjelaskan akar
keseluruhan rendahnya tingkat tabungan di AS
masalah krisis finansial dengan mengkaitkannya
dikompensasi oleh positifnya tingkat tabungan
dengan fenomena global imbalance pada intinya
dari negara di luar AS. Kondisi ini dengan
menekankan bahwa krisis global yang terjadi
demikian tidak dapat menjelaskan fenomena
bukan sepenuhnya bersumber dari kebijakan
rendahnya suku bunga di AS dan negara-negara
moneter yang terlalu longgar di AS maupun
maju dalam periode 2002-2004 tersebut.
negara maju lainnya. Smaghi (2008) menekankan bahwa krisis yang terjadi saat ini merupakan proses bergeraknya kembali perekonomian global menuju ke keseimbangan setelah sekian lama
14 Mizen, Paul :∆The Credit Crunch of 2007-2008 : A Discussion of the Background, Market Reactions, and Policy
berada dalam ketidakseimbangan, namun
Responses∆, Federal Reserve Bank of St. Louis Review.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Risk Aversion
Financial
Crisis
Flight to
Quality
Deterioration in
U.S.
Decline in
Financial
U.S. Economic
Conditions
Activity
Drop in Food and Energy Price
Deterioration in
World
Decline in
Financial
World Economic
Conditions
Activity
Increase in
Banking and Balance of
Capital Outflow
Payment Crisis
Sumber: Bloomberg, diolah
Diagram 3.3. Skema Dampak Krisis ke Perekonomian Global
global. Di tengah kerugian yang harus ditanggung
All Countries
26 lembaga-lembaga keuangan akibat penempatan ke subprime mortgage AS, perilaku menghindar
24 (risk aversion) yang muncul akibat krisis kepercayaan diantara pelaku pasar finansial
akhirnya menciptakan kondisi sangat ketat di pasar
Krisis yang terjadi di sektor finansial ini kemudian dengan cepat menjadi bola salju yang
Sumber : WEO, IMF September 2005, Chapter 2. P. 92
Grafik 3.14. Perkembangan Global Saving dan Global Saving dan
Investment InvestmentPDB Dunia PDB Dunia
bergulir ke seluruh perekonomian. Jatuhnya harga perumahan di AS, meningkatnya foreclosures
3.2 Dampak Krisis Finansial Global terhadap
(pengambilalihan) kepemilikan rumah akibat
Perekonomian Global
ketidakmampuan debitur dalam melakukan
Mengacu pada kronologis krisis seperti
pembayaran, dan juga kerugian dari akitivitas di
dikemukakan di atas, maka dampak krisis finansial
pasar finansial, membuat konsumen di AS dan
global secara sistematis dapat dilihat pada Diagram
Eropa segera kehilangan daya beli. Kondisi ini
3.3. Gelombang default (gagal bayar) di AS dan
kemudian dengan cepat memukul aktivitas bisnis.
Eropa yang terjadi pada sekuritas yang terkait
Selain anjloknya pembelian konsumen, krisis yang
dengan subprime mortgage AS, memunculkan
terjadi di pasar finansial menyebabkan banyak
krisis kepercayaan yang parah di pasar keuangan
pelaku bisnis yang kehilangan akses pembiayaan,
52 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 52 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
dan rekomposisi struktur portfolio para pemodal,
pembiayaan lainnya. Lesunya kegiatan bisnis
dari aset yang dipandang berisiko ke aset yang
berujung pada gelombang besar-besaran
dianggap lebih aman ( flight to quality). Kondisi ini
pemutusan hubungan kerja, yang selanjutnya
segera memicu capital outflows dari negara
semakin menekan daya beli masyarakat. Sejalan
emerging markets. Hal ini terlihat dari
dengan pelemahan permintaan di negara-negara
bergugurannya nilai saham di bursa saham regional
maju, harga komoditas dunia baik migas maupun
Asia pasca kolapsnya Lehman Brothers (Grafik 3.6).
nonmigas, terus mengalami penurunan.
Selain itu, ketidakpastian risiko menyebabkan yield
Dampak krisis finansial di AS dan Eropa
bond negara emerging markets terus meningkat.
selanjutnya menyebar ke seluruh dunia, termasuk
Bersamaan dengan itu, nilai tukar di negara
di antaranya negara-negara emerging markets.
emerging markets juga mengalami tekanan
Secara umum, transmisi krisis tersebut ke negara
depresiasi (Grafik 3.5). Sebagai upaya untuk
emerging markets dapat diuraikan sebagai
menahan kemerosotan nilai tukar lebih jauh, berikut. 15 sejumlah negara terpaksa menggunakan cadangan devisanya untuk melakukan intervensi di pasar
1. Jalur gangguan di pasar uang internasional dan
valas. Kondisi ini mengakibatkan kondisi cadangan
penyesuaian portfolio (disruptions in US dollar
devisa di sejumlah negara mengalami penurunan
markets dan rebalancing of portfolios links).
cukup tajam. Cadangan devisa yang semakin
Kolapsnya pasar uang internasional yang
menipis dan defisit transaksi berjalan yang semakin
dipicu oleh kehancuran di pasar uang di AS segera
melebar pada gilirannya semakin meningkatkan
merambat ke seluruh dunia. Besarnya kerugian
risiko terjadinya gagal bayar (default). Beberapa
yang terjadi pada lembaga-lembaga keuangan
negara pada akhirnya terpaksa meminta bantuan
akibat kepemilikan sekuritas yang terkait dengan
finansial dari IMF, yaitu Islandia, Afrika Selatan,
subprime mortgage AS dan krisis kepercayaan di
Hungaria, Ukraina, Belarusia, dan Pakistan.
antara pelaku pasar uang dengan cepat
Meskipun turut berimbas ke negara
memunculkan perilaku risk aversion yang
emerging markets, dampak langsung dari krisis
berlebihan. Kondisi kekeringan likuiditas segera
finansial ke neraca institusi-institusi keuangan di
terjadi di mana-mana, sehingga mengganggu arus
negara emerging markets secara umum dapat
pendanaan termasuk yang tertuju ke negara-
dikatakan cenderung terbatas. Hal ini disebabkan
negara emeging markets. Selain itu, perilaku risk
karena rendahnya eksposur institusi-institusi
aversion juga menyebabkan terjadinya realokasi
keuangan tersebut terhadap aset yang terkait dengan subprime mortgage AS.
15 Mekanisme transmisi krisis ke negara emerging market ini mengacu pada BIS Note for Governor Meeting ≈The
2. Jalur makroekonomi (macroeconomic links).
International Financial Crisis : Lessons for Financial Stability
Dampak jalur makroekonomi merupakan
in Asia and The Pacific∆, Kuala Lumpur 2009 dan ≈The
dampak ikutan dari apa yang terjadi di sektor
Global Financial Crisis and Developing Countries∆,
finansial, yakni berupa melesunya aktivitas
Background Note ODI (Overseas Development Institute), Oktober 2008.
perekonomian di AS dan negara-negara Eropa
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
1) Terhambatnya akses finansial. Krisis
melalui beberapa jalur :
menyebabkan perusahaan-perusahaan
a. Perdagangan dan harga komoditas.
multinasional yang selama ini
Ketergantungan pada AS sebagai mitra
melakukan FDI mengalami masalah
dagang utama menyebabkan dampak
dalam pembiayaan, baik yang
melalui jalur perdagangan ini sangat
bersumber dari internal maupun
signifikan bagi negara emerging market yang
eksternal. Profit yang menurun
selama ini merupakan mitra dagang AS dan
menyebabkan perusahaan sulit
negara-negara Eropa lainnya. Meskipun bagi
melakukan ekspansi. Sementara itu,
negara-negara tertentu, AS bukan
sumber pembiayaan dari eksternal juga
merupakan mitra dagang utama yang
sulit didapat karena ketatnya likuiditas
langsung, namun pelemahan ekonomi di AS
di pasar finansial global.
akan menyebabkan dampak berantai ke
2) Prospek ekonomi yang suram dan risk
negara-negara lain yang merupakan mitra
aversion. Lesunya perekonomian global
dagang utama negara tersebut, sehingga
telah menyeret banyak negara dalam
pada akhirnya akan mempengaruhi
resesi. Ketidakpastian outlook ini
perekonomian negara tersebut juga. Selain
menyebabkan pelaku bisnis cenderung
itu, dampak krisis melalui jalur perdagangan
bersikap risk aversion, sehingga pada
juga dapat berimbas ke negara emerging
gilirannya akan menahan minat
markets melalui jalur anjloknya harga
ekspansi.
komoditas sejalan dengan lemahnya
d. Hibah.
permintaan global.
Krisis menyebabkan dana bantuan dari
b. Remittances.
negara maju yang biasanya berbentuk hibah
Sejalan dengan lemahnya aktivitas ekonomi
akan turut mengalami penurunan sejalan
di negara-negara maju, arus pekerja migran
dengan melemahnya perekonomian negara-
ke negara-negara emerging market juga
negara maju.
akan berkurang, sehingga penerimaan remittance pun akan mengalami penurunan.
3.3 Dampak Krisis Finansial Global terhadap
Selain itu, pemutusan hubungan kerja besar-
Perekonomian Indonesia
besaran menyusul krisis yang terjadi
Berdasarkan uraian di atas, transmisi dampak
menyebabkan banyak pekerja migran yang
krisis global ke perekonomian Indonesia pada
akan kehilangan mata pencahariannya.
dasarnya melewati dua jalur, yaitu jalur finansial
c. Foreign Direct Investment (FDI).
( financial channel) dan jalur perdagangan (trade
Imbas krisis ke FDI ke negara emerging
channel) atau jalur makroekonomi (lihat Diagram
markets akan muncul melalui beberapa
3.4). Kajian mengenai transmisi kedua jalur jalur: 16 tersebut ke Indonesia disajikan dalam uraian berikut ini.
16 UNCTAD, ≈Assessing The Impact of the Current Financial and Economic Crisis on Global FDI Inflows∆, Januari 2009.
54 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
3.3.1 Dampak Melalui Financial Channel
langsung juga muncul melalui aktivitas
Dampak krisis melalui jalur finansial
deleveraging, di mana investor asing yang
dimungkinkan secara langsung maupun tidak
mengalami kesulitan likuiditas terpaksa menarik
langsung. Dampak secara langsung akan muncul
dana yang tadinya ditanamkan di Indonesia. Selain
apabila bank atau lembaga keuangan memiliki
melalui keterkaitan terhadap aset bermasalah dan
eksposur langsung terhadap aset-aset yang
deleveraging, dampak langsung jalur finansial juga
bermasalah ( toxic assets), atau meskipun tidak
muncul melalui aksi flight to quality, yaitu
memiliki aset bermasalah namun memiliki kaitan
penyesuaian portfolio dari aset yang dipandang
dengan lembaga keuangan yang memiliki eksposur
berisiko ke aset yang lebih aman. Kondisi ini dipicu
yang besar terhadap aset bermasalah. Selain itu,
oleh munculnya perilaku risk aversion yang
transmisi dampak krisis melalui jalur finansial
berlebihan dari investor menyusul goncangan yang terjadi di pasar keuangan. Sementara itu dampak
KRISIS
tidak langsung dari jalur finansial akan muncul
SUBPRIME MORTGAGE
melalui terganggunya ketersediaan pembiayaan ekonomi.
- Dampak ke pasar uang internasional Dampak terhadap perekonomian dunia
- Dampak makroekonomi - Pelemahan perdagangan dunia dan harga komoditas - Berkurangnya aliran remittance - Kontraksi dan perubahan pola aliran FDI dunia
a. Jalur Finansial: Dampak Langsung
Intensitas krisis ke pasar finansial global yang
perekonomian domestik Dampak terhadap
mengalami eskalasi pada akhir triwulan III-2008
Trade Channel
Financial Channel
menyusul kolapsnya Lehman Brothers pada
• Pelemahan
permintaan ekspor dan penurunan harga
Dampak
Dampak
Oktober 2008, telah menimbulkan tekanan pada
- Pelemahan ekspor
Kerugian
Langsung
stabilitas keuangan domestik. Salah satu indikator
sektor tradable
terutama pada
kepemilikan akibat
Terhambat-
nya sumber
peningkatan tekanan tersebut adalah Indeks
( income effect)
Stabilitas Keuangan atau Financial Stability Index
penyerapan tenaga
Keketatan
(FSI) - Perlambatan 17 , yang sempat melampaui batas indikatif
kerja
akibat likuiditas
konsumsi domestik
deleveraging
- Perlambatan
Risk aversion
maksimum 2, dengan posisi tertinggi pada bulan
investasi (efek rambatan
dan flight
November 2008 sebesar 2,43. Tingginya angka
penurunan
to quality
pendapatan)
Capital outflow
FSI dalam dua bulan terakhir tersebut terutama disebabkan oleh anjloknya IHSG dan harga SUN.
Nilai Tukar
Di pasar saham, volume perdagangan saham dan IHSG mengalami tekanan kuat (Grafik 3.15)
Penanggulangan Krisis Respons Kebijakan Dalam
17 Uraian detail tentang metodologi dan pendekatan yang
Moneter
Fiskal
digunakan untuk menghitung Indeks Stabilitas Keuangan
Perbankan Sektor Riil
dapat ditemukan pada Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.
8, Maret 2007 dan No. 9, September 2007. 18 Kajian selengkapnya mengenai kondisi stabilitas keuangan
Diagram 3.4 Mekanisme Transmisi Dampak Krisis
Indonesia dapat dilihat pada Kajian Stabilitas Keuangan No.
Global ke Indonesia
12, Maret 2009.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Rp, Triliun
menarik dananya ( deleveraging) dari Indonesia.
RRH-Volume Perdagangan IHSG (RHS)
Selain disebabkan oleh kesulitan likuiditas yang
memicu deleveraging, anjloknya pasar saham juga
4 diduga kuat didorong oleh perilaku risk aversion
dari investor yang kemudian memicu terjadinya
flight to quality dari aset yang dipandang berisiko
ke aset yang lebih aman. Hal yang sama juga terjadi
pada SUN, di mana terjadi aksi jual SUN, terutama
Sumber : BEI
oleh investor asing. Aksi jual ini menyebabkan yield
Grafik 3.15. Rata-rata Harian Perdagangan
SUN untuk seluruh tenor terus naik dan terjadi
Saham
koreksi harga yang signifikan pada seri SUN dengan
Rp triliun
porsi kepemilikan asing yang besar (Grafik 3.17
10 Kapitalisasi Pasar (sb. Kanan)
Sumber : KSEI
Grafik 3.16. Proporsi Asing dalam Nilai
Sumber : Departemen Keuangan
Kapitalisasi Pasar Saham
Grafik 3.17. Perkembangan Yield Yield SUN 2005, SUN 2005,
2007, 2008 (Tenor 10 tahun)
hingga memaksa otoritas BEI menghentikan
perdagangan ( Rp triliun blackout) pada Oktober 2008. IHSG
Rp triliun
menurun drastis, dari sebesar 2.830 pada awal 540
tahun menurun menjadi 1.355 pada akhir 2008
(Grafik 3.15). Kecepatan imbas krisis finansial
global ini ke pasar keuangan domestik salah
satunya didukung oleh struktur pasar keuangan
SUN Total 20
domestik yang telah terintegrasi dengan pasar 450
SUN yang dimiliki asing (sb. Kanan)
keuangan global (lihat Bab 5 Topikal Isu : ≈Dampak Nov
Integrasi Pasar Keuangan Global terhadap Pasar Sumber : Departemen Keuangan
Grafik 3.18. Nilai SUN Total dan SUN yang
Keuangan Domestik∆). Selain itu, gejolak di pasar
Dimiliki Asing
saham tidak terlepas dari cukup tingginya proporsi asing dalam perdagangan saham selama ini (Grafik
dan 3.18). Selain saham dan SUN, pelepasan porsi
3.16). Gelombang kerugian di pasar finansial global
kepemilikan asing dalam jumlah besar juga terjadi
menyebabkan banyak investor asing yang
pada SBI (Grafik 3.19).
mengalami kesulitan likuiditas sehingga terpaksa
56 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Di pasar uang antar-bank, di tengah kondisi
ditambah lagi adanya konversi portfolio Rupiah ke
pasar uang domestik yang tersegmentasi, situasi
dollar AS oleh pelaku domestik. Besarnya persepsi
ketidakpastian telah menciptakan persepsi keketatan likuiditas dan mendorong perbankan
untuk cenderung menahan likuiditasnya. Hal ini
BI
terlihat dari perkembangan volume transaksi PUAB
ON yang cenderung menurun, terutama pada
Triliun Rp
Triliun Rp
Des-07 Jun-08
Nov-08 Des-08
Sumber : BI
Grafik 3.21. Suku Bunga PUAB (pagi) Semua
SBI total
SBI yang dimiliki asing (sb. Kanan)
Sumber : BI
Yield Spread 12,00
Grafik 3.19. Nilai SBI Total dan SBI yang 10,00 11.500
Dimiliki Asing 10900
Rp Miliar
Volume PUAB ON (avg)
Suku Bunga PUAB ON
Sumber : BI
Grafik 3.22. Perkembangan Yield Spread dan Yield Spread dan
Nilai Tukar
risiko terhadap Rupiah tercermin dari peningkatan
Sumber : BI
yield spread antara imbal hasil obligasi pemerintah
Grafik 3.20. Perkembangan Suku Bunga dan
dan US T-Notes secara tajam pada bulan Oktober
Volume PUAB ON
sampai dengan November 2008 (Grafik 3.22).
Peningkatan risiko likuiditas seperti yang
Oktober sampai dengan November 2008. Sejalan
tercermin pada pasar uang antar-bank telah
dengan itu, suku bunga PUAB untuk semua tenor
memberikan tekanan kepada kondisi perbankan.
mengalami kenaikan, terutama pada PUAB dengan
Tekanan likuiditas ini muncul tidak saja karena
tenor diatas ON (Grafik 3.20).
imbas krisis global, namun juga karena tingginya
Sejalan dengan kondisi di pasar uang, nilai
pertumbuhan kredit sampai dengan Oktober 2008
tukar Rupiah pada Oktober 2008 juga mengalami
yang sebagian besar menggunakan dana
pelemahan tajam, dipicu oleh aksi flight to quality
secondary reserves dibandingkan dengan
dari investor asing seperti diuraikan di atas,
pembiayaan yang berasal dari kenaikan dana pihak
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Tabel 3.2. Perkembangan Posisi Penanaman Aset Perbankan dalam Valas
Total posisi (million USD)
ow Banks
) preliminary figures
) very preliminary figures
Sumber : International Investment Position Februari 2009, diolah
ketiga. Selain itu, pelemahan nilai tukar Rupiah
terkait dengan kesulitan likuiditas global.
juga meningkatkan risiko perbankan. Meskipun
Sementara itu kerugian yang disebabkan dari
mendapat tekanan cukup berat, namun kinerja
eksposur langsung terhadap sekuritas-sekuritas
perbankan sebagai satu industri masih cukup solid.
bermasalah dari pasar global cenderung terbatas.
Hal ini tercermin dari rasio pemodalan (CAR)
Kondisi ini disebabkan oleh minimalnya eksposur
perbankan pada akhir Desember 2008 yang masih
perbankan dan lembaga-lembaga keuangan
tinggi (16,2) dengan kualitas aktiva yang masih
Indonesia terhadap sekuritas-sekuritas bermasalah
tetap terjaga sebagaimana tercermin pada rasio
dari luar negeri tersebut. Hal ini tidak terlepas dari
NPL yang relatif rendah yaitu 3,8 (gross) dan
adanya peraturan-peraturan Bank Indonesia antara
1,5 (netto). Masih cukup solidnya kinerja
lain yang melarang kepemilikan bank atas aktiva
perbankan tersebut juga didukung oleh
produktif dalam bentuk saham dan atau surat
serangkaian kebijakan yang dikeluarkan oleh
berharga yang memiliki hubungan dengan aset
Pemerintah dan Bank Indonesia sebagai respons
berbentuk saham 20 . Selain itu, kegiatan perbankan
dari krisis global, di antaranya dinaikkannya
dalam valuta asing juga dibatasi dengan adanya
jaminan dana nasabah dari Rp100 juta menjadi
kewajiban untuk memelihara posisi devisa neto
Rp2 miliar oleh Lembaga Penjamin Simpanan serta
dalam level tertentu 21 . Terbatasnya kegiatan
perubahan dalam ketentuan Giro Wajib Minimum
perbankan dalam penanaman aset berbentuk
(lihat Bab 2). Respons kebijakan tersebut berhasil
valuta asing dengan pihak luar negeri juga dapat
meredam gejolak yang terjadi di pasar keuangan.
dilihat dari data yang tercatat dalam International
Hal ini tercermin dari angka Indeks Stabilitas
Investment Position (Tabel 3.2). Dalam tabel
Keuangan yang semakin menurun hingga
tersebut terlihat kecenderungan turunnya mencapai 2,06 pada Januari 2009. 19 penanaman dana dalam valas yang dilakukan
Dengan melihat perkembangan sampai
perbankan, khususnya dalam dua tahun terakhir.
dengan akhir Desember 2008, terlihat bahwa
Meskipun dampak krisis secara langsung
dampak krisis ke Indonesia melalui jalur finansial
cenderung terbatas, namun sektor keuangan akan
secara langsung lebih banyak ditransmisikan
tetap dihadapkan pada sejumlah risiko yang
melalui faktor risk aversion yang memicu flight to quality, selain aksi deleveraging dari investor asing
20 Peraturan Bank Indonesia No. 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
19 Kajian selengkapnya terkait stabilitas sektor keuangan
21 Peraturan Bank Indonesia No. 737PBI2005 tentang
terdapat pada publikasi Kajian Stabilitas Keuangan No. 12,
Perubahan Kedua Atas PBI No. 531PBI2003 tentang Posisi
Maret 2009.
Devisa Neto Bank Umum.
58 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 58 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
berasal dari nonperbankan terlihat mengalami
tertekannya nilai tukar, bergejolaknya harga SUN,
peningkatan. Salah satu karakteristik sumber
dan risiko kredit nonlancar. Deteksi yang dilakukan
pembiayaan pada era pascakrisis adalah munculnya
Bank Indonesia dengan menggunakan integrated
pembiayaan yang berasal dari dana internal, yaitu
stress test yang dilakukan terhadap 15 bank besar
yang berasal dari tabungan bruto perusahaan,
yang asetnya mencapai 70 dari total aset industri
sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor bisnis
perbankan, menunjukkan industri perbankan saat
yang cukup menonjol. Hasil kajian ini sejalan
ini cukup kuat untuk menyerap berbagai risiko yang
dengan Juda et. al (2000), Mochtar et.al (2005)
mencakup risiko nilai tukar, harga SUN, risiko kredit
dan Nugroho et. al (2005). 23
dan suku bunga. 22 Selain berasal dari tabungan bruto perusahaan, sumber dana yang cukup dominan
b. Jalur Finansial Dampak Tidak Langsung
untuk sektor bisnis pada periode pascakrisis adalah
Transmisi krisis global melalui jalur finansial
modal sahampenyertaan. Pada tahun 2003,
dapat berjalan secara tidak langsung, yaitu melalui
kontribusi kredit perbankan dalam arus
munculnya hambatan terhadap ketersediaan
pembiayaan bahkan telah dilampaui oleh arus
pembiayaan ekonomi, baik yang bersumber dari
pembiayaan dari modal saham dan penyertaan.
perbankan, lembaga keuangan lain maupun pihak-
Meningkatnya pembiayaan dari modal saham dan
pihak lainnya. Secara tradisional, sumber
penyertaan antara lain terkait dengan mulai
pembiayaan ekonomi biasanya berasal dari
maraknya kinerja bursa saham pada 2003.
perbankan, sejalan dengan perannya sebagai
Meskipun demikian, peningkatan IHSG tidak
lembaga intermediasi. Meskipun demikian, kajian
dapat dijadikan sebagai ukuran besarnya
dengan menggunakan data Neraca Arus Dana
pembiayaan ke sektor bisnis mengingat indeks
1984-2007 mengungkapkan adanya indikasi
tersebut dihitung dengan menggunakan nilai
pergeseran arus sumber pembiayaan bagi sektor
kapitalisasi pasar, sehingga tidak selalu
bisnis antara masa sebelum dan sesudah krisis
mencerminkan adanya aliran dana segar ke sektor
bisnis. Acuan pengukuran yang lebih tepat adalah
Pada periode pascakrisis 1997 peran
nilai penjualan saham baru yang dilepas ke pasar
perbankan maupun lembaga keuangan lainnya
(IPO). Hasil kajian 24 yang dilakukan menunjukkan
dalam pembiayaan sektor bisnis terlihat mengalami
bahwa dinamika penerbitan saham baru, baik
penurunan cukup signifikan dibandingkan pada
melalui penawaran umum (IPO) maupun hak
periode prakrisis. Fakta ini sejalan dengan kecenderungan lebih rendahnya pertumbuhan
23 Juda et. al (2000) menemukan bahwa pada periode paska
kredit perbankan pada periode pascakrisis 1997
krisis sebanyak 56 responden menggunakan internal
dibandingkan prakrisis (Grafik 3.24). Dengan
funding dan hanya 24 yang menggunakan kredit bank. Nugroho et. al (2005) menemukan kondisi yang hampir
perkembangan tersebut, peran pembiayaan yang
sama, dimana hanya sebanyak 25 perusahaan dari responden yang memanfaatkan kredit bank. 24 Prastowo, Nugroho et.al : ≈Dampak Financial Deepening
22 Selengkapnya disajikan di publikasi Kajian Stabilitas
terhadap Pelaksanaan Kebijakan Moneter di Indonesia∆,
Keuangan No. 12, Maret 2009.
Laporan Hasil Penelitian BI, Desember 2008.
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
selalu sejalan dengan perkembangan IHSG (Grafik 80 3.25). Berdasarkan perkembangan data dari bursa 60
saham ini, maka meningkatnya pembiayaan sektor
bisnis lebih terkait dengan aktivitas penyertaan saham yang dilakukan di antara pelaku ekonomi, (20)
Penerbitan Saham (Triliun Rp)
yang tidak tercatat di bursa saham ataupun Pertumbuhan IHSG (, yoy) (60) obligasi (Tabel 3.3). Contoh dari aktivitas ini di Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep
antaranya adalah penyertaan modal sendiri
Sumber: BEI
(private placement), modal ventura, merger dan
Grafik 3.25. Perkembangan Penerbitan Saham
akuisisi. Selanjutnya, dengan melihat data right issue) dan IHSG (IPO, right issue ) dan IHSG penempatan dana yang dilakukan oleh sektor
Tabel 3.3. Perkembangan Arus Pembiayaan
bisnis, terdapat indikasi bahwa aktivitas
untuk Sektor Bisnis dari Modal Saham dan
penyertaan saham dalam bentuk seperti ini banyak
Penyertaan
dilakukan di antara sesama pelaku bisnis (Grafik
Tahun
Modal Saham
dan Penyertaan )
IPO )
Right Issue )
Penyertaan )
3.24). Aktivitas ini kelihatan semakin marak dalam
periode 2006-2007 terakhir. (1)-{(2)+(3)}
Sementara itu, peran sektor luar negeri dalam
15 ) sumber: NAD - BPS ) sumber: BEI 10 )
termasuk di dalamnya private placement, merger and acquisition atau bentuk-bentuk 5 penyertaan saham lain yang tidak listing di bursa
pembiayaan ekonomi yang cukup dominan dalam
Kredit (Jumlah) Rupa-rupa
Modal Saham dan Penyertaan
periode prakrisis 1997, mengalami penurunan pada
Tabungan Bruto
periode pascakrisis. Dalam Neraca Arus Dana, hal
Sumber: Neraca Arus Dana, BPS
ini tercermin dari posisi pinjaman neto sektor luar
Grafik 3.23. Sumber Dana Sektor Bisnis
negeri pada periode pascakrisis yang hampir selalu mencatat defisit (lihat Bab 2).
PDB
20 Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas,
10 besarnya dampak tidak langsung dari jalur finansial
5 akan ditentukan oleh seberapa besarnya dampak
krisis mempengaruhi kemampuan sektor-sektor
-10 -15
ekonomi dalam melakukan pembiayaan ekonomi.
Uang dan Simpanan (Jumlah)
Terkait dengan perbankan, kondisi ketahanan
Modal Saham dan Penyertaan
Rupa-rupa
perbankan yang cukup solid diperkirakan membuat
Sumber: Neraca Arus Dana, BPS
perbankan cukup mampu dalam menyerap
Grafik 3.24. Penempatan Dana Sektor Bisnis
beberapa jenis risiko, di antaranya risiko nilai tukar,
60 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 60 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
menurunnya kinerja ekspor, menyusul melemahnya
dampak krisis ke sektor riil (lihat ulasan transmisi
permintaan global dan anjloknya harga-harga
dampak krisis melalui jalur perdagangan
komoditas dunia. Rentannya ekspor Indonesia
makroekonomi) berpotensi memunculkan risiko
terhadap shock di kondisi eksternal ini
kredit, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
sesungguhnya tidak terlepas dari karakteristik
perbankan dalam penyaluran kreditnya. Bagi sektor
komoditas ekspor Indonesia.
bisnis, terganggunya kinerja sektor riil akibat krisis global pada akhirnya akan menghambat pelaku
a. Struktur Ekspor
usaha dalam melakukan ekspansi bisnis.
Beberapa hal yang terkait dengan struktur
Berdasarkan temuan adanya indikasi penggunaan
ekspor yang berpotensi memperbesar dampak
tabungan bruto (dana internal) sebagai salah satu
krisis melalui jalur perdagangan adalah
sumber utama pembiayaan sektor bisnis, maka
ketergantungan terhadap komoditas primer,
terganggunya kinerja perusahaan akan berimbas
komoditas ekspor yang kurang terdiversifikasi, dan
pada berkurangnya kemampuan perusahaan
tingginya kandungan impor pada komoditas
dalam melakukan pembiayaan bisnis. Selain itu,
ekspor. Kontribusi sektor primer dalam struktur
sumber pembiayaan melalui saham maupun
ekspor Indonesia tercatat cukup besar. Secara rata-
penyertaan diperkirakan juga akan mengalami
rata dari 2005-2008 pangsa komoditas primer
hambatan sejalan dengan terganggunya kinerja
dalam total ekspor mencapai hampir 50 (Tabel
sektor rill dan kuatnya persepsi risiko akibat
3.4) 25 . Komoditas minyak dan gas merupakan
tingginya ketidakpastian.
komoditas primer dengan kontribusi terbesar,
Sementara itu, peranan sektor eksternal
disusul oleh kelompok komoditas pertambangan
dalam pembiayaan ekonomi yang pada dasarnya
dan pertanian.
telah mengalami penurunan pada periode
Apabila dibandingkan dengan beberapa
pascakrisis akan semakin menurun dengan adanya
negara emerging lainnya, ketergantungan
krisis perekonomian global karena terhambatnya
Indonesia terhadap ekspor berbahan baku primer
pembiayaan dari luar negeri, baik yang berbentuk
terlihat cukup tinggi, namun sedikit dibawah Brazil
pinjaman maupun penanaman modal langsung
dan Vietnam (Tabel 3.5). Cashin dan McDermott
( foreign direct investment).
(2002) 26 dan Cashin, McDermott, Scott (1999) 27
membuktikan dalam penelitiannya bahwa negara-
3.3.2 Dampak Melalui Trade Channel
negara yang memiliki dependensi tinggi dengan
Intensitas dampak krisis melalui jalur perdagangan telah mengakibatkan menurunnya
25 Dalam penghitungan, komoditas CPO digolongkan sebagai
kinerja pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan
komoditas primer, mengingat keterkaitannya yang kuat
NPI yang cukup positif di paruh pertama 2008
dengan bahan bakunya. 26 Cashin, P. and McDermott, J. :≈The Long-Run Behavior of
berubah secara signifikan di semester II-08,
Commodity Prices :Small Trends and Big Variability∆, IMF
terutama di triwulan akhir. Tekanan pada kondisi
Staff Papers (2002).
NPI diantaranya didorong oleh memburuknya
27 Cashin, P. and McDermott, J.and Scott, A. : ≈Booms and
kinerja neraca berjalan yang dipicu oleh Slumps in World Commodity Prices∆, IMF Working Papers
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Tabel 3.4. Perkembangan Ekspor Komoditas Primer Indonesia
( Total Ekspor)
00-Live animals other than animals of division 03
01-Meat and meat preparations
02-Dairy products and birds» eggs
03-Fish (not marine mammals), crustaceans, molluscs
and aquatic
04-Cereals and cereal preparations
05-Vegetables and fruit
06-Sugars, sugar preparations and honey
07-Coffee, tea, cocoa, spices, and manufactures
08-Feeding stuff for animals (not including unmilled
09-Miscellaneous edible product and preparations
11-Tobacco and tobacco manufactures
12-Hides, skins and furskins, raw
13-Oil-seeds and oleaginous fruits
14-Crude rubber (including synthetic and reclaimed)
15-Cork and wood
16-Pulp and waste paper
17-Textile fibres (other than wool tops and other
combed wool)
18-Crude fertilizers, other than those of division 56,
and crude mineral
19-Metalliferous ores and metal scrap
20-Crude animal and vegetable materials, n,e,s,
21-Coal, coke and briquettes
22-Petroleum, petroleum products and related
materials
23-Gas, natural and manufactured
24-Electric current
25-Animal oils and fats
26-Fixed vegetable fats and oils, crude, refined or
27-Animal or vegetable fats and oils, processed;
waxes of animal
28-Non-ferrous metals
Total Agriculture + Mining
Sumber : data COMTRADE, diolah
Tabel 3.5. Pangsa Ekspor Komoditas Primer Negara Emerging
( Total Ekspor)
n,a, 49,2 49,6
Sumber : COMTRADE, diolah
62 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 62 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
yang dilakukan Yanuarti et. al (2008) 29 kandungan
yang bersumber dari boom-bust dalam harga
impor dalam komoditas ekspor Indonesia mencapai
komoditas internasional.
sekitar 20. Kandungan impor tertinggi
Keterkaitan ekspor Indonesia dengan harga
ditemukan antara lain pada produk yang dihasilkan
ekspor tidak saja tercermin di nilai ekspor, namun
dari industrisektor yang menghasilkan bahan baku
juga di volume ekspor. Hal ini terlihat dari
primer, seperti produk minyak bumi yang
pergerakan nilai dan volume ekspor komoditas
primer yang menunjukkan dinamika yang searah kg bn
(Grafik 3.26). Kondisi ini menunjukkan bahwa Volume (Sb. Kanan)
Nilai (Sb. Kiri)
faktor harga juga berperan dalam menjelaskan
perkembangan volume ekspor. Fakta ini juga 40
didukung oleh hasil pengujian empiris oleh Kurniati 30
et.al (2007) 28 yang menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara kenaikan harga internasional
terhadap peningkatan volume ekspor komoditas 2006
Sumber: BI
utama Indonesia, terutama komoditas primer dan
Grafik 3.26. Perkembangan Nilai dan Volume
beberapa produk manufaktur tertentu yang
Ekspor Komoditas Primer
memiliki komponen impor rendah seperti produk
HHI
kayu, kelapa sawit (CPO), karet produk karet,
dan aluminium. 0,35
Selain struktur ekspor yang terkait dengan
ketergantungan terhadap komoditas primer, 0,20
komoditas ekspor Indonesia secara umum masih
didominasi oleh minyak bumi, gas alam, dan tekstil
(Tabel 3.6). Kondisi ini sedikit mengalami 0,00
Thailand Indonesia
perubahan bila dibandingkan periode prakrisis Sumber: COMTRADE, diolah 1997, namun sejak 2000 struktur ini relatif tidak
Grafik 3.27. Tingkat Konsentrasi Komoditas
Ekspor Beberapa Negara Emerging
banyak mengalami perubahan.
Selain cenderung kurang terdiversifikasi,
bersumber dari sektor penambangan dan industri
kandungan impor dalam komoditas ekspor
pengilangan minyak. Sementara dari industri
Indonesia juga tergolong cukup tinggi. Kandungan
manufaktur, kandungan impor tertinggi terdapat
impor yang cukup tinggi menyebabkan kinerja
pada industri kimia, komponen kendaraan, serta
ekspor akan selalu rentan terhadap risiko
mesin, dan alat-alat perlengkapan listrik. Hasil
pelemahan nilai tukar. Berdasarkan penghitungan
pengukuran kandungan impor ini sejalan dengan penghitungan yang dilakukan oleh OECD terhadap
28 Kurniati Y., Sahminan, dan Cadarajat Y. : ≈Sensitivitas Komoditas Ekspor dan Impor Komoditas Utama terhadap
29 Yanuarti, T. et al : ≈Identifikasi Struktur Ekspor Indonesia
Harga Internasional dan Nilai Tukar Rupiah∆, Catatan Riset,
(Berdasarkan Tabel Input-Output 2005 dan Statistik Industri
Bank Indonesia (2008).
2001-2005∆, Catatan Riset BI (2008).
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
teratas yaitu Jepang dan AS memilliki pangsa yang
oleh OECD, di antara beberapa negara emerging,
mulai menurun dalam 4 tahun terakhir. Sementara
angka kandungan impor Indonesia tersebut
itu pangsa China cenderung meningkat, bahkan tergolong cukup tinggi (Grafik 3.28). 30 pada tahun 2007 China telah menjadi pasar
b. Negara Tujuan Ekspor
Negara tujuan utama ekspor Indonesia
cenderung terkonsentrasi pada sejumlah negara,
di mana lebih dari separuh pangsa ekspor tertuju
ke empat sampai lima negara saja. Selama tahun
2000-2007, mitra dagang utama Indonesia
meliputi Jepang, AS, Singapura, Korea, dan China. 10 Meskipun demikian, terdapat kecenderungan 0
ea
Italy
Norway Turkey eece India Brazil
pergeseran dominasi, di mana mitra dagang
Finland Sweden Canada
Germany
Poland
Denmark France China
Australia Gr Japan
Czech Republic
Slovak Republic
United States New Zealand United Kingdom
Russian Federation
Tabel 3.6. Komoditas Utama Ekspor Indonesia
Sumber: OECD Science, Technology and Industry Scoreboard 2007
Grafik 3.28. Kandungan Impor Beberapa Negara
rata Kumulatif Share 00-07
rata-
tujuan ekspor ketiga, melampaui Singapura dan
1 Minyak bumi dan hasilnya
9 21 Korea. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan
2 Gas alam dan olahannya
3 Pakaian
7 27 oleh Kurniati et.al (2008), sensitivitas
4 Minyak dan lemak nabati
5 32 pertumbuhan mitra dagang utama Indonesia yang
5 Barang tenun, kain tekstil
6 Bijih logam dan sisanya
5 42 terbesar adalah dengan Singapura (1,19), dan
7 Alat telekomunikasi
4 46 selanjutnya adalah AS (0,84), Jepang (0,81), dan
8 Mesin listrik dan alatnya
4 50 China (0,3). 31
9 Batubara, kokas, briket
10 Barang-barang kayu dan gabus
4 59 Apabila dibandingkan dengan beberapa
11 Mesin kantor
3 62 negara emerging market lain, tingkat diversifikasi
12 Kertas
3 68 negara tujuan ekspor Indonesia juga terlihat
13 Karet mentah
14 Logam tidak mengandung besi
2 70 cenderung lebih rendah (Tabel 3.7). Sebagai
15 Ikan, kerang, moluska
2 73 contoh, untuk Thailand, Brazil, dan India, lebih dari
16 Perabotan
17 Kimia Organis
2 77 separuh dari pangsa kumulatif ekspornya tertuju
18 Alas kaki
2 79 ke enam sampai sembilan negara.
19 Barang Industri lainnya
2 81 Dengan karakteristik ekspor seperti yang
20 Kopi, teh, coklat, rempah
Sumber : data COMTRADE, diolah
31 Becker, Koen De dan Yamano, Norihiko, 2007, The
31 Kurniati Y., Cadarajat Y., dan Yanfitri : ≈Sensitivitas Ekspor
Measurement of Globalisation Using International Input
Komoditas Unggulan terhadap Perlambatan Pertumbuhan
Output Tables. STI Working Paper No. DSTDOC (2007)8.
Partner Dagang dan Perubahan Harga Internasional∆,
OECD Directorate of Science, Technology, and Industry
Catatan Riset BI, Oktober 2008.
64 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
Tabel 3.7. Mitra Dagang Utama Beberapa Negara Emerging
Negara
Mitra Dagang (Ekspor)
Pangsa Kumulatif
Jumlah Negara
Mitra Dagang
Malaysia
AS, Singapura, Jepang, China, dan Thailand
AS, China, Hong Kong, Jepang, Korea, dan Jerman
China, AS, Jepang, Hong Kong, Singapura, dan Jerman
Singapura
Malaysia, China, AS, Australia, Korea, India, Negara Asia lainnya, dan Belanda
AS, Uni Emirat Arab, China, Singapura, Inggris, Hong Kong, Jerman, Belgia, dan Italia
AS, Argentina, China, Belanda, Jerman, Italia, Jepang, Chili, dan Meksiko
AS, Jepang, China, Singapura, Hong Kong, dan Malaysia
Sumber : diolah dari COMTRADE
diuraikan di atas, dampak krisis ke kinerja ekspor
meningkat sejalan dengan belum adanya tanda-
diperkirakan akan signifikan. Sektor-sektor yang
tanda perbaikan perekonomian dunia.
paling terkena imbas krisis global adalah sektor
Berdasarkan hasil analisis dengan
yang mengandalkan permintaan eksternal
memanfaatkan Tabel Input Output Indonesia tahun 2005, diketahui bahwa penurunan ekspor
Indonesia sebesar 1 akan berimbas pada
Japan,
penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor
Lainnya
industri sebesar 0,42. Selain berimbas ke sektor industri, penurunan ekspor tersebut juga
36,31 USA,
Singapore,
berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja di
China,
Rep, of Korea, 52,24
sektor lain, terutama sektor pertanian. Secara
Sumber : diolah dari data COMTRADE
keseluruhan, penurunan ekspor di sektor industri
Grafik 3.29. Negara Tujuan Utama Ekspor
akan berdampak terhadap penurunan total tenaga
Indonesia
kerja sebesar 0,17 (Tabel 3.8).
( tradable), seperti industri manufaktur, pertanian,
Gelombang pemutusan hubungan kerja
dan pertambangan. Ketiga sektor ini menyumbang
selanjutnya akan berdampak pada turunnya
lebih dari 50 persen PDB dan menyerap lebih dari
kontribusi tenaga kerja dalam pendapatan
60 persen tenaga kerja nasional. Terpukulnya
nasional. Kondisi ini pada gilirannya akan
kinerja sektor-sektor ini pada akhirnya akan
berimplikasi pada penurunan konsumsi masyarakat
berujung pada gelombang pemutusan hubungan
secara agregat, mengingat dinamika konsumsi
tenaga kerja. Berdasarkan data Departemen
selama ini bergerak searah dengan perkembangan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans)
labor share dalam pendapatan nasional (Grafik
sampai dengan akhir Desember 2008, jumlah
3.30). Penyusutan di pasar domestik ini pada
pekerja yang dirumahkan telah mencapai sekitar
akhirnya akan bergulir kembali ke sektor bisnis
10.306 orang. Angka ini diperkirakan akan terus
dalam bentuk terpangkasnya margin laba pemilik
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
70 gilirannya akan mempengaruhi kemampuan 60
sektor-sektor yang selama ini melakukan
pembiayaan ekonomi. Lesunya perekonomian
60 berpotensi menciptakan risiko kredit bagi 30
Tabel 3.8. Dampak Penurunan Ekspor terhadap 54
52 Konsumsi SwastaPDB (aksis kiri) 10
Penyerapan Tenaga Kerja Pangsa Pendapatan Pekerja (aksis kanan)
Penyerapan tenaga kerja ()
Sumber: BPS, diolah
Seluruh sektor Sektor Industri
Ekspor seluruh sektor turun 1
Grafik 3.30. Pangsa Konsumsi Swasta terhadap
Ekspor sektor pertanian turun 1
PDB dan Pangsa Pendapatan Pekerja
Ekspor sektor pertambangan turun 1
Ekspor sektor industri turun 1
efek positif dari depresiasi Rupiah. Jumlah perusahaan yang memiliki karakteristik seperti ini
Sumber: Tabel I-O, diolah
perbankan, yang pada akhirnya akan menghambat
berjumlah sangat sedikit, dan umumnya bergerak
bank dalam mengucurkan kredit. Bagi sektor bisnis
di sektor pertambangan.
yang juga mengandalkan dana internal sebagai sumber pembiayaan bisnisnya, terganggunya
3.4 Kesimpulan
tingkat keuntungan akan berdampak pada
Berdasarkan kajian yang dilakukan di atas,
tertahannya pelaku usaha dalam melakukan
dampak krisis finansial global ke Indonesia lebih
ekspansi bisnis. Kondisi ini pada akhirnya
banyak ditransmisikan lewat jalur perdagangan atau
berpotensi memperlemah pertumbuhan ekonomi.
makroekonomi dibandingkan jalur finansial. Kurang
Selain menyebabkan gangguan signifikan di
kuatnya intensitas dampak krisis melalui jalur
sektor riil seperti diuraikan di atas, krisis global juga
finansial secara langsung antara lain disebabkan
berpotensi memberikan tekanan bagi perusahaan-
oleh rendahnya penempatan dana perbankan atau
perusahaan yang memiliki kewajiban dalam valas,
lembaga keuangan domestik terhadap aset-aset
seiring dengan terjadinya tekanan depresiasi
bermasalah dari pasar finansial global. Hal ini tidak
Rupiah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
terlepas dari berbagai peraturan Bank Indonesia
dilakukan oleh Kurniati dan Sahminan (2009)
yang menerapkan sejumlah batasan terhadap
terhadap 80 perusahaan yang listing di BEI dengan
aktivitas yang dilakukan perbankan.
penguasaan kapitalisasi pasar mencapai 34. 25 Dampak rambatan ( spillover) melalui jalur
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa
perdagangan berpotensi sangat signifikan
hanya perusahaan yang memiliki rasio aset valas
mempengaruhi perekonomian nasional. Cukup
neto di atas 36 dari total asetnya akan menikmati
signifikannya dampak krisis melalui jalur perdagangan ini tidak terlepas dari karakteristik
ekspor Indonesia yang didominasi oleh komoditas
25 Penjelasan lebih detail dapat dilihat pada Bab 5 Topikal Isu:
«Balance-Sheet Effect dari Depresiasi Nilai Tukar terhadap
primer dan negara tujuan ekspor yang kurang
Perusahaan-perusahaan Go Public di Indonesia∆
terdiversifikasi. Dari sisi sektoral, kontraksi akan
66 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 66 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
secara tidak langsung dalam bentuk terhambatnya
sekaligus merupakan sektor penyerap tenaga kerja
kemampuan melakukan pembiayaan ekonomi.
terbesar. Gelombang pemutusan hubungan kerja,
Bagi perbankan, lesunya kegiatan usaha dan
yang sudah mulai terjadi, diperkirakan semakin
meluasnya pemutusan hubungan kerja berpotensi
berlanjut. Kondisi ini pada gilirannya akan
meningkatkan kredit nonlancar ( nonperforming
memperkecil pangsa tenaga kerja dalam
loanNPL) bank dan pada lanjutannya akan
pendapatan nasional. Berdasarkan pemetaan
menahan bank dalam menyalurkan kreditnya. Dari
terhadap distribusi pendapatan nasional (lihat Bab
sisi pelaku usaha, performa ekonomi yang buruk
2), terdapat indikasi adanya keterkaitan yang kuat
juga akan berimbas pada menurunnya tingkat
antara labor share dalam pendapatan nasional dan
profit usaha, yang selama ini menjadi salah satu
pergerakan konsumsi masyarakat. Gelombang
sumber bagi pembiayaan bisnisnya. Kondisi ini
pemutusan hubungan kerja apabila terus terjadi
pada akhirnya akan menahan pelaku usaha dalam
akan menyebabkan penurunan konsumsi
melakukan ekspansi bisnisnya sehingga
masyarakat yang signifikan. Terganggunya kinerja
pertumbuhan ekonomi akan mengalami
sektor riil ini selanjutnya berpotensi meningkatkan
perlambatan.
intensitas transmisi krisis melalui jalur finansial
Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009
68 Outlook Ekonomi Indonesia 2009 - 2014, Edisi Januari 2009