Asal Usul Suku Batak Toba Konsep Budaya Masyarakat Batak Toba

21

C. Suku Batak Toba 1. Defenisi Batak

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefenisikan Batak ke dalam dua arti, pertama adalah petualang atau pengembara dan arti yang kedua adalah suku bangsa yang berada di daerah Sumatera Utara.

2. Asal Usul Suku Batak Toba

Hingga saat ini cukup banyak peneliti maupun penulis yang mencoba menguak mengenai asal usul suku Batak. Namun beberapa versi tersebut cukup sulit dibuktikan karena sangat sedikit bukti yang dapat menguatkan pendapat para peneliti tersebut. Menurut penelusuran Ypes 1932, Simanjuntak, 2006:11, menyebutkan bahwa Batak berasal dari dua tempat asal, yaitu tempat pertama dari Asia Utara yang berlayar menuju Kepulauan Formosa di Taiwan dan kemudian menuju ke daerah Sulawesi bagian selatan yang kemudian berkembang menjadi suku Toraja, suku Bugis dan suku Makassar. Kemudian mereka bergerak menuju Lampung, Sumatera Selatan dan akhirnya tiba di Barus dan menuju Bukit Barisan di kawasan Danau Toba. Pendapat kedua menyebutkan bahwa Batak berasal dari India yang melakukan penyebaran ke Asia Tenggara dan tiba di daerah Muang Thai Thailand dan Myanmar dulu Burma, kemudian bergerak menuju tanah Genting Kera di sebelah utara Malaysia, yang kemudian berlayar melalui semenanjung Malaka menuju pantai timur Sumatera tepatnya di pantai Batubara. Kemudian mereka menyusuri sungai Asahan menuju kawasan Danau Toba. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Paul P. Pederson, yang menyatakan persebaran Batak berawal dari Indo China yang melakukan perpindahan secara Universitas Sumatera Utara 22 besar-besaran pada jaman bangsa Melayu Tua Simanjuntak 2002: 75. Seiring dengan aktivitas penyebaran yang dilakukan oleh suku Batak pada jaman itu, semakin menyulitkan para peneliti sejarah untuk mengungkapkan kebenaran asal- usul Batak secara pasti.

3. Konsep Budaya Masyarakat Batak Toba

Dalam menjalani kehidupan sosialnya, masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari kebudayaan yang dimiliki budayanya. Dari sudut disiplin ilmu sosiologi dan antropologi, konsep kebudayaan masyarakat telah menjadi pembahasan yang cukup luas hingga saat ini. Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan ungkapan dari ide, gagasan dan tindakan manusia dalam memenuhi keperluan hidup sehari-hari, yang diperoleh melalui proses belajar dan mengajar Koentjaraningrat, 2000:215. Masyarakat yang tetap mempertahankan budayanya, juga dihadapkan pada berbagai faktor yang turut mempengaruhi cara hidup masyarakat. Faktor yang mempengaruhi antara lain adalah faktor lingkungan dan teknologi. Lingkungan yang mendukung budaya agar tetap bertahan tentu sangat menguntungkan bagi budaya tersebut, namun ditengah semakin banyaknya budaya yang masuk tentu dapat mempengaruhi bagaimana suatu budaya itu dapat bertahan atau tidak. Sementara di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat budaya agar kebudayaan yang mereka miliki tidak tergerus kemajuan teknologi tersebut. Selain faktor lingkungan dan teknologi, faktor lainnya yang dapat berpengaruh adalah organisasi sosial dan politik. Organisasi sosial yang dibentuk atas tujuan yang sama yaitu untuk Universitas Sumatera Utara 23 mempertahankan budayanya diharapkan dapat melestarikan budaya tersebut. Dalam hal politik, kebijakan yang diambil oleh stake holder sangat berperan dalam menjaga kelestarian budaya. Para ahli percaya bahwa ideologi sebuah masyarakat terhadap prinsip-prinsip itu biasanya untuk mempertahankan keberlangsungan komunitasnya Haviland, 1998. Batak Toba sebagai kelompok etnik Batak terbesar, tentunya memiliki ciri-ciri kebudayaan yang cukup berbeda dengan etnik Batak lainnya. Hal ini dapat dilihat dari bahasa daerah yang berbeda, pakaian adat yang juga memiliki perbedaan, dan marga yang ada pada tiap etnik Batak juga berbeda-beda. Adat bagi budaya Batak Toba dalam pelaksanaannya sehari-hari merupakan wujud dari sistem nilai kebudayaan yang dijunjung tinggi. Adat merupakan istilah yang sering digunakan di Indonesia, adat merujuk pada segala hal di alam yang mengikuti caranya sendiri yang khas. Adat memiliki asal usul keilahian dan merupakan seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang, yang berulang-ulang atau yang teratur datang kembali, lalu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal yang biasa Schreiner, 1994. Pola kehidupan yang tampak dalam pergaulan sehari-hari, upacara pernikahan, upacara kematian, semuanya dipelihara, dilaksanakan dan diatur menurut adat. Konsep masyarakat Batak Toba tentang kehidupan manusia adalah bahwa kehidupannya selalu terkait dan diatur oleh nilai-nilai adat. Adat itu sendiri bagi masyarakat Batak Toba merupakan sebuah kewajiban yang harus ditaati dan dijalankan. Realita di lapangan dalam melaksanakan adat Batak Toba, terdapat empat kategori adat yang telah dilakukan. Pertama, komunitas masyarakat Batak Universitas Sumatera Utara 24 Toba mempunyai tipologi adat masing-masing tergantung dengan tempat tinggalnya. Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Bona Pasogit tentu lebih intens dan merekat budaya tersebut, sementara yang berada jauh dari Bona Pasogit relatif lebih individualistis menyikapi adat Batak Toba. Kedua, adat diyakini sebagai norma yang mengatur hubungan antar masyarakat Batak Toba, dipengaruhi oleh aturan dan norma yang berlaku di masyarakat. Ketiga, pola hubungan antar manusia dalam komunitas Batak Toba mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga pelaksanaan adatnya disesuaikan dengan keadaan pada saat itu. Keempat, pandangan dan nilai yang diberikan terhadap adat juga mengalami perubahan, hal ini tampak ketika praktek adat tersebut dilakukan oleh masyarakat Batak Toba. Dengan sifat mengikat yang dimiliki oleh adat Batak Toba ini, membuat siapa saja yang memiliki hubungan darah dengan suku Batak Toba diharapkan untuk melakukan adat tersebut. Sehingga bagi orang Batak Toba yang melakukan tindakan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan adat akan disebut sebagai jolma na so maradat orang yang tidak punya adat. Ketika seseorang melakukan hal demikian maka aka nada sanksi sosial bagi orang yang telah melanggar adat. Misalnya ketika terjadi pernikahan semarga, masyarakat setempat akan memberikan sanksi sosial berupa pengucilan bahkan pengusiran yang bersangkutan dari tempat tersebut karena telah melanggar adat yang berlaku.

4. Sistem Kekerabatan Batak Toba