Suku Batak Toba di Jakarta

31 10. Maningkir Tangga Kegiatan ini ditandai dengan kunjungan yang dilakukan oleh pihak parboru untuk melihat langsung keadaan putri mereka dan menantunya baik itu di rumah orang tua pengantin laki-laki ataupun di rumah baru pengantin. Kunjungan ini juga bertujuan untuk memberikan nasihat poda dalam membina ruma tangga. Dalam kunjungan ini pihak parboru membaa makanan seperti nasi dan lauk pauk, dengke sitio-tio dan dengke simundur-mundur . Setelah kegiatan maningkir tangga ini selesai, maka selesailah tahapan pernikahan yang berlaku di adat Batak Toba.

D. Suku Batak Toba di Jakarta

Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia. Berdasarkan sumber Wikipedia, Jakarta pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa sebelum 1527, Jayakarta 1527-1619, Batavia atau Jaccatra 1619-1942, Jakarta Tokubetsu Shi 1942-1945 dan Djakarta 1945-1972. Perubahan nama ini berkaitan dengan wilayah Jakarta yang sering berpindah tangan kekuasaan sejak Belanda hingga Indonesia telah merdeka. Jakarta hanya memiliki luas sekitar 661,52 km 2 , dengan jumlah penduduk menurut data BPS pada tahun 2011 mencapai 10.187.595 jiwa. Jakarta merupakan daerah yang didiami oleh banyak suku bangsa dari seluruh tanah air. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000, suku Jawa memang masih mendominasi dengan presentasi 35,16 dari jumlah penduduk, sementara suku Betawi sebagai suku asli berada di posisi kedua dengan jumlah 27,65. Suku Batak tidak ketinggalan untuk turut memadati Jakarta, tercatat Suku Batak mencapai 3.61 dari total jumlah penduduk sumber: wikipedia. Masih berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk Jakarta bersuku Batak Universitas Sumatera Utara 32 mengalami peningkatan sejak tahun 1930. Pada tahun 1930, Suku Batak tercatat hanya 0,23 dari jumlah penduduk pada saat itu, mengalami peningkatan pada tahun 1961 dengan mencapai 1 dan terakhir mencapai 3,61 jumlah penduduk Jakarta. Awal mula Suku Batak berada di Jakarta, diyakini banyak pihak terkait dengan tindakan pihak kolonial belanda yang mempekerjakan Batak Toba dan membawanya ke Batavia. Kedatangan Suku Batak ke Batavia tidak berhenti sampai disitu, semakin banyak orang Batak yang ingin memperoleh penghidupan yang lebih layak dan juga menuntut pendidikan di sekolah ternama di Batavia dulunya. Semakin kesini, alasan Suku Batak merantau memang tidak jauh berbeda sejak dulu kala, namun tantangan yang dihadapi malah semakin bertambah. Batak Toba memiliki tujuan utama merantau yaitu untuk memperoleh hasangapon , hagabeon , dan hamoraon . Ketiga falsafah orang Batak Toba ini akan selalu dipegang oleh mereka yang berkeinginan untuk merantau atau bahkan yang telah hidup lama di perantauan. Ketika berada di perantauan, biasanya mereka membentuk sebuah kelompok atau perkumpulan untuk dapat tetap saling berkomunikasi sesama perantau. Biasanya kelompok atau perkumpulan tersebut dibentuk berdasarkan kesamaan marga, asal daerah perantauan atau bahkan kesamaan hobi ataupun nasib di perantauan. Sebuah artikel yang terdapat dalam situs megapolitan.kompas.com memberikan gambaran bahwa Suku Batak Toba yang berada di Jakarta biasanya sering terlibat dalam perkumpulan. Hal ini juga yang membuat lapo atau kedai Batak cukup menjamur di Jakarta. Aneka menu khas Batak biasanya terpampang Universitas Sumatera Utara 33 jelas di papan nama lapo tersebut, dimana tersedia mulai dari panggang, saksang, ikan mas arsik hingga sambal teri. Biasanya lapo ini akan sangat dipadati oleh orang Batak ketika memasuki jam makan siang atau pada hari minggu setelah beribadah. Kesempatan untuk berkumpul dan bercengkrama dengan sesama perantau atau orang Batak yang telah lama tinggal di Jakarta sangat dimanfaatkan untuk menciptakan persaudaraan. Selain berkumpul di tempat makan yang menyediakan aneka makanan khas Batak, melalui kelompok atau perkumpulan juga sering mengadakan kegiatan partangiangan atau acara doa bersama bagi umat Kristen. Kegiatan doa bersama ini juga bisa menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengenalkan anaknya pada kerabatnya di Jakarta. Kehidupan di Jakarta pada saat ini yang memang lebih banyak dihabiskan dalam pekerjaan dan kemacetan di jalan, membuat kegiatan perkumpulan seperti ini hanya dilaksanakan paling cepat satu kali dalam sebulan.

E. Hubungan Identitas Etnik Dengan Pemilihan Pasangan Batak Toba