Pernikahan dalam Batak Toba

27 hubungan rumah tangga, dimana ketika marga dari pihak suami yang mengadakan pesta adat maka keluarga tersebut berperan sebagai dongan tubu . Ketika keluarga dari istri yang sedang mengadakan pesta adat maka keluarga tersebut berperan sebagai boru , bagi pihak boru tersebut keluarga yang mengadakan pesta adat tersebut adalah hula-hula. Semua orang Batak Toba diharapkan untuk menunjukkan perilaku sebagai “raja” berdasarkan sistem kekerabatan Batak Toba. Artinya bagi orang Batak Toba haruslah menunjukkan perilaku yang baik dan sesuai dengan tata karma dalam sistem kekerabatan Batak, bukan sebagai raja yang berkuasa atas orang lain. Oleh sebab itu dalam kegiatan adat Batak Toba, kita akan sering mendengar istilah Raja ni Hula-hula , Raja ni Dongan Tubu , dan Raja ni Boru . Penyebutan yang demikian juga bertujuan untuk menghormati setiap posisi dalam Dalihan Na Tolu .

5. Pernikahan dalam Batak Toba

Pernikahan dalam masyarakat Batak Toba merupakan sebuah kegiatan yang tidak hanya mengikat mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, tetapi juga turut mengikat pihak keluarga laki-laki paranak dan pihak perempuan parboru . Melalui pernikahan ini, maka akan terbentuk sistem kekerabatan dalihan na tolu yang baru antar keluarga yang menikahkan anaknya. Dalam pernikahan adat Batak Toba terdapat dua macam upacara, yaitu alap jual jemput kemudian di jual dan taruhon jual antar kemudian di jual. Pada dasarnya kedua upacara ini memiliki kesamaan, perbedaannya terletak pada siapa tuan rumah diadakannya upacara adat pernikahan ini. Alap jual merupakan Universitas Sumatera Utara 28 pernikahan yang dilaksanakan di kediaman pihak boru , dimana sinamot atau mas kain hanya dibayarkan oleh pihak laki-laki lebih besar jumlahnya untuk upacara sejenis. Taruhon jual adalah upacara pernikahan yang dilaksanakan di kediaman pihak anak , dimana sinamotnya lebih sedikit dibandingkan alap jual . Penentuan jenis upacara apa yang digunakan pada saat adat pernikahan ini berdasarkan kesepakatan bersama saat kedua belah pihak bertemu. Dalam Batak Toba terdapat tata cara pernikahan secara normal melangsungkan pernikahan atas dasar suka sama suka atau tidak kawin lari berdasarkan ketentuan yang berlaku sejak dahulu kala. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mangaririt Mangaririt adalah upaya yang dilakukan oleh seorang pemuda doli-doli untuk mendapatkan gadis mangalap boru sebagai calon istrinya sesuai pilihan hatinya. Mangaririt ini dilakukan dengan pergi berkunjung martandang ke kampung lain atau mangaririt tu luat na dao mencari jodoh ke tempat yang jauh. Di jaman dahulu apabila seorang doli-doli belum menemukan tambatan hatinya, maka keluarganya akan mencari perempuan yang cocok dengannya dan sesuai dengan kriteria laki-laki dan keluarga. 2. Mangalehon Tanda Proses ini persis dilakukan setelah mangaririt . Ketika si calon mempelai laki-laki telah menemukan calon istrinya, maka kemudian kedua belah pihak keluarga akan saling memberikan tanda. Adapun tanda yang diberikan tersebut dapat berupa sejumlah uang yang diberikan calon mempelai laki-laki kepada Universitas Sumatera Utara 29 calon mempelai perempuan, dan dibalas oleh calon mempelai perempuan dengan memberikan kain sarung kepada calon mempelai laki-laki. 3. Marhusip Marhusip dalam Bahasa Indonesia memiliki arti berbisik. Namun dalam pelaksanaannya marhusip merujuk pada perundingan atau pembicaraan antara utusan keluarga calon mempelai laki-laki dengan wakil dari pihak calon mempelai perempuan yang dilakukan secara tertutup. Adapun yang menjadi pembahasan dalam kegiatan tersebut adalah mengenai jumlah sinamot mahar yang harus disediakan pihak laki-laki untuk diserahkan kepada pihak perempuan. Adapun yang menjadi hasil kesepakatan mengenai besar sinamot hanya boleh diketahui oleh kedua belah pihak keluarga saja. Dalam marhusip juga akan dibicarakan mengenai tahap berikutnya yaitu martumpol . 4. Marhata Sinamot Acara ini merupakan acara perkenalan dan silaturahmi antara kedua keluarga. Hal yang dibicarakan adalah mengenai jumlah sinamot dari pihak laki- laki yang biasanya melalui proses tawar menawar dan berapa banyak ulos yang akan diserahkan. 5. Martumpol Bagi masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen, tahapan martumpol dianggap wajib untuk diselenggarakan. Martumpol adalah penandatanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua mempelai atas rencana pernikahan anak mereka dihadapan penatua gereja. Adapun tata cara partumpolan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di gereja tersebut. Universitas Sumatera Utara 30 6. Martonggo raja atau marria raja Martonggo raja merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum diadakannya acara pernikahan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pesta bertujuan untuk mempersiapkan teknis maupun non teknis acara, memberitahukan pada masyarakat mengenai akan diadakan acara pernikahan dan memohon ijin pada masyarakat terutama dongan sahuta . 7. Manjalo pasu-pasu parbagason Pengesahan pernikahan kedua mempelai dilakukan menurut tata cara perkainan gereja. Setelah pemberkatan pernikahan ini selesai maka kedua mempelai telah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah pemberkatan pernikahan ini selesai dilaksanakan makan akan memasuki pesta adat pesta unjuk yang disebut Pesta Mangalap Parumaen . 8. Pesta Unjuk Pesta adat ini merupakan suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan putra dan putri mereka. Marunjuk pada adat Batak Toba terdiri atas taruhon jual dan alap jual yang telah dibahas sebelumnya. 9. Paulak Une Acara ini biasanya dilakukan beberapa hari setelah diadakannya pesta adat perkawinan yang bertujuan agar meringankan langkah agar kedua belah pihak dapat saling mengunjungi di kemudian hari. Pada paulak une ini, pihak paranak pergi berkunjung ke kediaman parboru . Pada kesempatan ini juga pihak parboru ingin mengetahui apakah anak perempuannya betah atau tidak tinggal di rumah barunya. Universitas Sumatera Utara 31 10. Maningkir Tangga Kegiatan ini ditandai dengan kunjungan yang dilakukan oleh pihak parboru untuk melihat langsung keadaan putri mereka dan menantunya baik itu di rumah orang tua pengantin laki-laki ataupun di rumah baru pengantin. Kunjungan ini juga bertujuan untuk memberikan nasihat poda dalam membina ruma tangga. Dalam kunjungan ini pihak parboru membaa makanan seperti nasi dan lauk pauk, dengke sitio-tio dan dengke simundur-mundur . Setelah kegiatan maningkir tangga ini selesai, maka selesailah tahapan pernikahan yang berlaku di adat Batak Toba.

D. Suku Batak Toba di Jakarta