17
BAB II PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG
E.  Sejarah Singkat Mata Uang Rupiah di Indonesia
Mula-mula  logam  mulia  dipergunakan  dalam  proses  pertukaran  dengan bentuk  batangan-batangan,  dan  nilainya  dinyatakan  menurut  kesatuan  timbangan
dari  logam  itu.  Pada  tiap-tiap  pertukaran,  nilainya  harus  selalu  ditetapkan kadarnya, sehingga hal tersebut merupakan kesukaran. Oleh karena itu, dibuatkan
bentuk mata uang tertentu dengan berat dan kadar yang dijamin oleh pemerintah; disertakan  pula  cap  atau  stempel  pada  bentuk  mata  uang.  Yang  dimaksudkan
dengan  mata  uang  ialah  kesatuan-kesatuan  logam  yang  mempunyai  bentuk  dan tanda tertentu, yang diberikan oleh atau atas nama pembesar atau pemerintah yang
sah.  Tanda-tanda  berbentuk  tulisan,  gambar,  dan  di  pinggirnya  ada  garis-garis. Hal ini menyatakan bahwa kesatuan uang tersebut harus diterima dalam lalu lintas
pembayaran.
21
Sejarah  kemunculan  mata  uang  yang  memiliki  fungsi  sebagai  alat pertukaran  merupakan  suatu  bentuk  respons  terhadap  timbulnya  hambatan  atau
kendala  dalam  penerapan  sistem  barter  di  masyarakat,  dimana  pada  waktu  itu pertukaran  barang  dengan  barang  lain  secara  langsung  tanpa  menggunakan  alat
pertukaran, dipandang kurang efektif dalam pelaksanaannya karena membutuhkan tenaga dan waktu yang relatif lama dalam prosesnya, sehingga dalam kenyataanya
21
Indra Darmawan, Pengantar Uang dan Perbankan Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hlm. 26.
Universitas Sumatera Utara
18 tidak  banyak  terjadi  transaksi  atau  kegiatan  perdagangan  yang  mungkin  dapat
dilakukan  apabila  sistem  barter  ini  digunakan  sebagai  satu-satunya  cara  atau media dalam melakukan pertukaran. Pada sistem barter murni, salah satu hal yang
harus  dipenuhi  sehingga pelaksananya  dapat berjalan  dengan lancar adalah suatu keinginan yang sama double coincidence of wants diantara masing-masing pihak
yang  akan  menukarkan  barang  tersebut.  Tanpa  dilandasi  oleh  prinsip  tersebut, maka dalam  prakteknya akan  sulit untuk terjadinya  suatu transaksi atau kegiatan
barter  diantara  para  pihak.  Selain  itu,  dalam  kenyataanya  untuk  menemukan orang-orang  yang  memiliki  keinginan  yang  sama,  sudah  barang  tentu  bukanlah
suatu  pekerjaan  yang  mudah  untuk  dilaksanakan  dengan  beragamnya  jenis kebutuhan dari masing-masing pihak. Dengan Memperhatikan hal tersebut di atas,
maka  penerapan  prinsip  kesamaan  akan  keinginan  dan  kebutuhan  pada  sistem barter  akan  menimbulkan  hambatan  atau  kendala  bagi  setiap  manusia  dalam
memenuhi  berbagai  macam  kebutuhannya  yang  beraneka  ragam  dari  waktu  ke waktu
22
Oleh  sebab  itu,  berbagai  upaya  dilakukan  untuk  mengatasi  kesulitan tersebut  di  masyarakat,  yaitu  dengan  cara  menggunakan  barang  atau  komoditi
tertentu  yang  secara  umum  dapat  diterima  sebagai  alat  pertukaran  medium  of exchange.  Penggunaan  benda  atau  komoditi  tersebut  didasarkan  pada  adanya
suatu  kesepakatan  di  antara  anggota  masyarakat  yang  menggunakannya  pada suatu  daerah  tertentu.  Pada  umumnya,  benda  yang  dipergunakan  tersebut,  selain
dapat  diterima sebagai alat  pembayaran  dalam  sistem perekonomian yang  sangat
22
Hendar, Electronic Money dan RUU Mata Uang,  makalah disampaikan dalam Seminar Nasional tentang Mata uang, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, Bandung, 22 Mei 2006,
hlm. 1- 2.
Universitas Sumatera Utara
19 sederhana  tersebut,  seringkali  juga  memiliki  kegunaan  untuk  dikonsumsi  atau
keperluan produksi. Menurut  pandangan  D.H.  Robertson,  dengan  menggunakan  barang  atau
komoditi  tertentu  tersebut,  maka  kita  dapat  mengartikan  “uang”  sebagai  segala sesuatu yang  diterima  secara umum sebagai pembayaran untuk benda-benda atau
untuk  melunasi  kewajiban-kewajiban  lain  yang  timbul  karena  dilaksanakannya sesuatu  usaha  business  obligation.  Dari  pemahaman  tersebut,  Robertson
mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, di mana pada abad ke-19  minuman  berupa  bir  dibayarkan  sebagai  upah  kepada  para  buruh  pada
pertambangan-pertambangan  batu  bara  di  negara  Inggris.  Pada  waktu  itu,  uang bir  sangat  popular  dan  bersifat  sangat  likuid  cair  sebagai  alat  pembayaran.
Namun  mengingat  pada  waktu  itu  bir  tersebut  dikeluarkan  dalam  jumlah  yang berlebihan,  maka  dalam  prakteknya  menimbulkan  kesulitan-kesulitan  yang
dialami oleh orang perorangan dalam kaitan dengan peyimpanannya.
23
Untuk  mengatasi  kesulitan  ini,  maka  harus  diperlukan  suatu  ukuran  nilai standar  nilai  yang  dapat  menaruh  barang-barang  yang  akan  dipertukarkan  ke
dalam suatu pembilang. Pembilang ini disebut standar uang atau baku uang. Pada awal  mula  terjadinya,  maka  standar  itu  masih  bersifat  subjektif.  Akan  tetapi
dengan  dilaksanakannya  pertukaran  secara  terus-menerus  maka  berubahlah menjadi  standar  yang  bersifat  objectif,  sehingga  memungkinkan  untuk
mengadakan  penilaian  terhadap  barang-barang  yang  akan  dipertukarkan.  Standar nilai  yang  pertama-tama  dipergunakan  ialah  barang-barang  konsumsi.  Dengan
23
D.H. Robertson, Lang Money London: Nisbet  Co. Ltd, 1969, diterjemahkan oleh Winardi, Bandung, Tarsito, 1976, hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
20 adanya  penggunaan  ukuran  nilai  yang  objektif,  maka  pertukaran  barter  menjadi
lebih  cepat  dan  mudah,  meskipun  demikian  ini  tidak  berarti  bahwa  kesulitan- kesulitan  barter  sudah  dapat  diatasai  sepenuhnya.  Jadi  dalam  pertukaran  barter
tetap masih ada  kesulitan-kesulitan.
24
Selanjutnya masalah, kendala serta kesulitan-kesulitan yang dijumpai pada perekonomian barter ini tersebut merupakan tantangan yang harus dipecahkan dan
dicari  jalan  keluarnya  dan  menyebabkan  anggota  masyarakat  berpikir,  berusaha dan  mencari  akal  sehingga  akh
irnya  menemukan  suatu “ benda” yang tidak saja hanya  sekedar  dibutuhkan  dan  disukai  oleh  setiap  orang,  tetapi  juga  dengan
senang  hati  diterima  sebagai  pengganti  barang  yang  dipertukarkannya.  Dengan demikian  seseorang  yang  akan  menukarkan  suatu  barang  tidak  perlu  merasa
khawatir  jika  hasil  penukarannya  tersebut  nantinya  tidak  bisa  ditukarkan  lagi dengan  barang  lain  yang  dikehendakinya.  Hal  tersebut  karena  dengan  “benda”
yang  disukai  dan  dibutuhkan  oleh  masyarakat  umum  tersebut,  seseorang  yang memilikinya  akan  lebih  mudah  menukarkanya  lagi  dengan  barang  apapun  yang
dikehendakinya dan kepada siapapun.
25
Mata  uang  yang  pernah  beredar  dan  berlaku  di  Indonesia  untuk  periode 1945-1950 dapatlah disusun sebagai berikut:
1. O.R.I yaitu uang Republik Indonesia yang berlaku di Jawa saja.
2. U.R.I.P.S  yaitu  uang  Republik  Indonesia  Provinsi  Sumatera  yang  berlaku  di
sebagian Sumatera.
24
Indra Darmawan, Op.Cit, hlm.3.
25
H.Rachmad  Firdaus    Maya  Ariyanti,  Pengantar  Teori  Moneter  Serta  Aplikasinya Pada Sistem Ekonomi Konvensional  Syariah Bandung: Alfabeta, 2011, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
21 3.
U.R.I.T.A  yaitu  uang  Republik  Indonesia  Tapanuli  yang  berlaku  di  daerah Tapanuli.
4. U.I.P.S.U yaitu uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera Utara yang berlaku
di Provinsi Sumatera Utara. 5.
U.R.I.B.A  yaitu  uang  Republik  Indonesia  Baru  Aceh  yang  berlaku  di  daerah Aceh
6. Uang  Mandat  Dewan  Pertahanan  Daerah  Palembang  yang  berlaku  di
Palembang.
26
Kemerdekaan  Indonesia  yang  masih  berusia  muda  ternyata  mendapat rongrongan  dari  berbagai  pihak,  tidak  hanya  dari  luar  tetapi  juga  dari  dalam.
Rongrongan dari luar adalah pihak pemerintah sipil Hindia-Belanda  Netherlands India  Civil  Administrationyang  ingin  berkuasa  kembali  ke  Indonesia,  berkas
negeri  jajahannya.Usaha  tentara  NICA  untuk  menduduki  Indonesia  kembali menimbulkan revolusi fisik. Mereka menghadapi perlawanan sengit dari pejuang-
pejuang  Republik  Indonesia  RI.  Perang  kemedekaan  tidak  hanya  melibatkan senjata  tetapi  juga  uang.  Pada  masa
itu terjadi “perang ekonomi”, karena  kedua belah  pihak  yang  bermusuhan  yaitu  RI  dan  NICA  bersama-sama  mencetak  dan
mengedarkan  uang  untuk  merebut  simpati  masyarakat.  Uang  keluaran  NICA waktu  itu  disebut  “uang  merah”  sedangkan  uang  keluaran  pemerintah  RI  atau
ORI Oeang Repoeblik Indonesia yang didukung oleh  pejuang-pejuang  RI yang disebut uang putih.
27
26
http:arkeologi.web.idarticlesnumismatik441-mata-uang-sebagai-sumber-sejarah- Indonesia diakses pada tanggal 4 oktober 2014
27
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
22 Untuk  mematahkan  perlawanan  pejuang-pejuang  RI,  Tentara  NICA
mengadakan razia besar-besaran terhadap percetakan ORI yang berada di Jakarta. Menghadapi  blokade  musuh  ini,  akhirnya  pemerintah  RI  menetapkan  kebijakan
kepada  daerah-daerah  untuk  mencetak  ORI  sendiri  yang  disebut  ORIDA.  Oleh karena  itu  ada  ORI  daerah  Yogyakarta,  daerah  Banten,  Lampung,  Jambi,
Palembang, Bengkulu  dan daerah-daerah lain.  Kemudian,  pada tahun 1949-1950 Belanda memancarkan taktik baru, devideet impera, yaitu mecoba memecah belah
bangsa  Indonesia  dengan  cara  membentuk  negara  federasi  RIS  Republik Indonesia  Serikat,  sehingga  di  beberapa  daerah  timbul  gerakan  pemberontakan
yang  intinya  ingin  memisahkan  diri  dari  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia NKRI.  Akibatnya  timbul  berbagai  pemberontakan,  yang  masing-masing
mencetak dan mengedarkan mata uang di daerahnya sendiri.
28
Setelah berlaku Hukum Darurat No. 20, tanggal 27 September 1951 yang berlaku sebagai alat  pembayaran  yang  sah  di  wilayah Republik Indonesia  adalah
Rupiah  kecuali  Irian  Barat  dan  pada  tahun  1968  dengan  ketentuan  Undang- Undang Pokok Perbankan Nomor 13 Tahun 1968 ditetapkan bahwa satuan hitung
uang  Indonesia  adalah  Rupiah  dengan  singkatan  Rp,  dibagi  dalam  100  seratus sen  dan  tiap  pembayaran  yang  mengenai  uang  jika  dilakukan  di  Indonesia  harus
dengan  uang  rupiah  kecuali  dengan  tegas  diadakan  ketentuan  lain  dengan perundangan.
29
28
Ibid.
29
Iswardono, Op.Cit, hlm. 18.
Universitas Sumatera Utara
23
F.  Jenis dan Fungsi Uang Rupiah di Indonesia