Teknik Analisis Data

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitas Tes

a. Validitas

Menurut Zaenal Arifin (2013: 147) sebelum guru melakukan tes, hendaknya guru mengukur terlebih dahulu derajad validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. Tes dikatakan valid apabila dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, instrumen tes diukur dengan menggunakan validitas butir soal. Rumus untuk mengukur validitas butir soal objektif:

Keterangan:

= koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

= rerata skor total

= standar deviasi dari skor total proporsi

= proporsi siswa yang menjawab benar

= proporsi siswa yang menjawab salah (

Sedangkan untuk menghitung menghitung validitas butir soal uraian, peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar:

(Suharsimi Arikunto, 2013: 213)

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y

= jumlah subyek

= jumlah skor butir soal X

Σ = jumlah skor total

Σ = jumlah kuadrat skor butir soal X

Σ = jumlah kuadrat skor total

ΣY = jumlah perkalian X dan Y

b. Reliabilitas

Arifin (2013: 238) mendefinisikan reliabilitas sebagai tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila di teskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Dalam penelitian ini reliabilitas untuk soal objektif menggunakan metode belah dua dengan terlebih dahulu menghitung koefisien korelasinya menggunakan rumus product moment kemudian untuk menunjukkan reliabilitas seluruh tes, akan diuji menggunakan rumus spearman brown yaitu:

(Suharsimi, 2013:223)

Keterangan:

r1 1 = reliabilitas instrumen

r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen

Tabel 5. Reliabilitas Korelasi

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan

0,800 – 1,000

Sangat tinggi

0,600 – 0,799

Tinggi

0,400 – 0,599

Cukup

0,200 – 0,399

Rendah

0,000 – 0,1999

Tidak berhubungan

Untuk reliabilitas tes berbentuk uraian menggunakan rumus Kronba Alpha yaitu:

(Zaenal Arifin, 2013: 264)

Keterangan:

= jumlah butir soal

= varian butir soal

= varian skor total

c. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesuakaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. (Zaenal Arifin, 2013: 266). Rumus untuk menghitung tingkat kesukaran soal pada soal objektif yaitu:

(Zaenal Arifin, 2013: 266)

Keterangan:

= jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah

= jumlah siswa yang menjawab salah dari kelompok atas

= jumlah kelompok bawah

= jumlah kelompok atas

Adapun kriteria penafsiran tingkat kesukaran soal adalah:

  1. Jika jumlah persentase sampai dengan 27% termasuk mudah.

  2. Jika jumlah persentase 28% - 72% termasuk sedang.

  3. Jika jumlah persentase 73% ke atas termasuk sukar.

(Zaenal Arifin, 2013: 270)

Untuk soal berbentuk uraian tingkat kesukaran dihitung menggunakan rumus:

Penafsiran tingkat kesukaran soal menggunakan kriteria sebagai berikut:

  1. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27% termasuk mudah.

  2. Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai 72% termasuk sedang.

  3. Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% keatas termasuk sukar.

(Zaenal Arifin, 2013: 273)

d. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menghitung daya pembeda soal objektif menggunakan rumus:

Keterangan:

DP= daya pembeda

WL= jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah

WH= jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok atas

= 27% x N

Untuk menginterpretasikan koefisien daya pembeda tersebut dapat menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh ebel sebagai berikut:

0,40 and up = very good items

0,30 – 0, 39 = reasonably good, but possibly subject to improvement

0,20 – 0,19 = marginal items, usually needing and being subject to improvement

Below – 0,19 = poor items, to be rejected or improved by revision

(Zaenal Arifin, 2013: 273-274)

Untuk menghitung daya pembeda soal berbentuk uraian menggunakan rumus:

Keterangan:

= rata-rata dari kelompok atas

= rata-rata dari kelompok bawah

= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

= jumlah kuadrat deviasi individu dari kelompok bawah

= 27% x N

Menurut Zaenal Arifin (2013: 279) hasil t hitung tersebut kemudian dibandingkan dengan t tabel untuk menginterpretasikan daya pembeda soal uraian tersebut. Jika t hitung > t tabel artinya daya pembeda soal tersebut signifikan. Untuk mengetahui t tabel, dihitung terlebih dahulu degree of freedom (df) = (n1 – 1) + (n2 – 1). Dimana n1 yaitu jumlah peserta didik kelompok atas, sedangkan n2 adalah jumlah peserta didk kelompok bawah. Dengan df dan tingkat kepercayaan 1%, t tabel dapat diketahui.

2. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif

a. Menghitung Skor Aktivitas Belajar

  1. Menghitung persentase skor untuk setiap indikator aktivitas belajar yang diamati dengan rumus:

  1. Menghitung persentase skor rata-rata aktivitas belajar siswa dengan rumus:

b. Menghitung Peningkatan Aktivitas Belajar

  1. Menghitung peningkatan hasil belajar dengan mengukur soal pre test dan post test:

(Sugiyono, 2010: 49)

  1. Menghitung persentase ketuntasan belajar dengan rumus:

(Trianto, 2012: 49)

3. Penyajian Data

Data yang telah diolah kemudian akan disajikan kedalam bentuk tabel dan grafik. Dari tabel dan grafik tersebut data akan dipaparkan secara naratif agar mudah dipahami oleh pembaca.