SOSIAL, EKONOMI DAN POLITIK KOTA SURAKARTA

B.Sumber Daya Manusia B.1.Kependudukan

Kualitas pembangunan dan keberlangsungan otonomi daerah sangat ditentukan oleh faktor sumber daya manusia (SDM) potensial dan dinamis yang mampu mengolah sumber daya alam dan sumber daya buatan agar lebih berdaya guna dan berhasil guna yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2007, jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai 515.372 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 91,42, yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 92 penduduk laki-laki. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2007 mencapai 12.827 jiwa/km2. Tahun 2007 tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Serengan yang mencapai angka 19.884, kemudian disusul Kecamatan Pasar Kliwon dengan angka 18.155, Kecamatan Laweyan 12.667, Kecamatan Jebres 11.390, dan yang terakhir Kecamatan Banjarsari 10.888. Dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi ini akan berdampak pada masalah-masalah sosial seperti perumahan, kesehatan dan juga tingkat kriminalitas.

Jumlah penduduk yang bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2007 mencapai 261.143, atau sebesar 50,67% dari seluruh penduduk Kota Surakarta. Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 42,81% dari penduduk yang bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Gambaran lengkap mengenai luas wilayah beserta kepadatan penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel II.1 berikut ini.

Tabel II.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat

Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007

KECAMATAN LUAS

RASIO WILAYAH

JENIS TINGKAT (km²)

JUMLAH PENDUDUK

KELAMIN KEPADATAN

96,62 19.884 Pasar Kliwon

98,00 10.888 Sumber : Monografi Kelurahan Kota Surakarta.

B.2.Pendidikan

Walikota Surakarta beranggapan bahwa sarana dalam meningkatkan sumber daya dan sekaligus martabat manusia adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu Walikota Surakarta beranggapan bahwa sarana dalam meningkatkan sumber daya dan sekaligus martabat manusia adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu

Tabel II.2

Tingkat Kelulusan Pendidikan Kota Surakarta Tahun

6.574 Sumber: Bappeda Kota Surakarta 2007

Kalau dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya, pada tahun 2007 sebanyak 6.567 orang lulus SD. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan kelulusan pada tahun 2004/2005 sebanyak 10.394 orang dan tahun 2005/2006 sebanyak 10.140 orang. Untuk tingkat SLTP, tahun 2007 sebanyak 11.023 orang lulus. Jumlah ini meningkat dari tahun 2004/2005 sebanyak 9.694 orang dan tahun 2005/2006 sebanyak 9.347 orang. Sementara itu untuk tingkat SMA, tahun 2007 sebanyak 7.774 orang lulus. Jumlah yang juga meningkat dibandingkan tahun 2004/2005 sebanyak 2.538 orang dan tahun 2005/2006 sebanyak 6.583 orang. Untuk tingkat SMK, tahun 2007 sebanyak 7.444 orang lulus. Jumlah yang juga meningkat apabila dibandingakan tahun sebelumnya yaitu tahun 2004/2005 sebanyak 6.574 orang dan tahun 2005/2006 sebanyak 6.590.

C.Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2007 mencapai 261.143 atau sebesar 50,67% dari seluruh penduduk kota Surakarta. Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 42,81% dari penduduk yang bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Menurut mata pencaharian penduduk didapakan bahwa Jumlah penduduk bekerja di Kota Surakarta pada tahun 2007 mencapai 261.143 atau sebesar 50,67% dari seluruh penduduk kota Surakarta. Penduduk wanita yang bekerja mencapai angka sebesar 42,81% dari penduduk yang bekerja. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di Kota Surakarta cukup tinggi dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Menurut mata pencaharian penduduk didapakan bahwa

Tabel II.3

Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta

BURUH TAHUN

INDUSTRI BANGUNAN

TAHUN PEDAGANG

ANGKUTAN

PNS/TNI/POLRI

PENSIUNAN

LAIN² JUMLAH

159.206 403.757 Sumber : Monografi Kelurahan yang telah diolah.

D. Perekonomian

Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997-1998 kondisi ekonomi Kota Surakarta berangsur-angsur meningkat meskipun belum sebaik pada saat sebelum krisis. Hal ini ditandai dengan dengan laju pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 1999 sebesar 1,44% dari tahun sebelumnya sebesar -13,93% kemudian pada tahun 2000 melonjak menjadi 4,15% dan sedikit melambat pada tahun 2001 sebesar 3,93%. Peningkatan pertumbuhan secara signifikan kembali terjadi pada tahun 2002 dan 2003, masing masing mencapai 5,32% dan 6,46%.

Apabila dilihat dari kontribusi sektoral terhadap PDRB total, ternyata pertumbuhan ekonomi kota Surakarta selama lima tahun (1999-2003) didominasi oleh sektor industri, perdagangan dan jasa. Sektor industri memberi kontribusi sebesar 29,14 % menurut harga berlaku dan 24,94% menurut harga konstan. Sektor Perdagangan,

Hotel dan Rumah makan memberi kontribusi sebesar 23,07% menurut harga berlaku atau 22,14% menurut harga konstan, disusul kemudian sektor jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 11,83% menurut harga berlaku atau 14,97% menurut harga konstan.

Sementara itu, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Surakarta pada 4 tahun berikutnya yaitu tahun 2007, atas dasar harga berlaku sebesar 6.909.094,57 juta rupiah dan atas dasar harga konstan 2000 sebesar 4.304.287,37 juta rupiah. Sehingga pada tahun 2007 besaran PDRB Kota Surakarta atas dasar harga berlaku menjadi 2,07 kali dari tahun 2000 dan PDRB atas dasar harga konstan menjadi 1,36 kali. Pada tahun 2007 sektor Perdagangan, Hotel dan restoran merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kota Surakarta yaitu berkisar di atas kontribusi terbesar dibanding dengan sektor lain. Sumbangan berikutnya adalah sektor Industri Pengolahan dan sektor Bangunan masing- masing sebesar 24,34% dan 12,28%. Sementara itu Pertanian dan Penggalian merupakan sektor yang memberikan sumbangan terkecil yaitu 0,06% dan 0,04%.

Dengan kata lain, perekonomian Kota Surakarta menunjukkan kinerja yang membaik dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2000-2005 sebesar 5,05. Pertumbuhan ekonomi ini menjadi 5,54 % pada tahun 2006 dan naik sebesar 0,41% pada tahun 2007, menjadi 5,93%. Kemajuan perekonomian ini juga didukung dengan terkendalinya perkembangan harga (inflasi), dimana mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 rata-rata perkembangan inflasi adalah 7 % per tahun, dengan tingkat investasi tumbuh rata-rata 18% (BKPMD, 2007), pebisnis dan investor local/asing banyak melakukan kunjungan rata-rata 10/20 kali/orang/tahun (PHRI, APINDO, Surakarta,2007). Pendapatan asli daerah (PAD) selama lima tahun terakhir meningkat tajam sampai dua kali lipat. Dari tahun ke tahun APBD Kota Surakarta mengalami peningkatan; 2001 (Rp. 206,3M); 2002 (Rp. 206,7 M); 2003 (Rp. 347,5 M); 2004 (Rp. 358.2 M); 2005 (366.0 M); 2006 (Rp. 496.1M); 2007 (Rp.590.1 M). Sedangkan data terakhir tahun 2008 tercatat APBD Kota Surakarta sebesar Rp. 686. 9 Milliar.

Tabel II.4 Pertumbuhan PAD Kota Surakarta

Tahun

Pendapatan Asli Daerah

Sumber: Monografi Kota Surakarta

E. Pemerintahan

Sejak pemerintahan Suharto memegang tampuk pemerintahan tahun 1965, sistem politik yang sangat tersentralisasi dikukuhkan atas nama integrasi nasional, stabilitas politik dan pembangunan ekonomi. Kekuasaan terpusat ini didukung dengan undang-undang pemerintahan daerah, UU No.5 tahun 1974, yang menganut sistem sentralisasi pemerintahan. Pemerintah lokal diperlakukan sebagai kekuatan subordinatif yang tidak memiliki ruang untuk menata rumah tangganya sendiri. Untuk melancarkan sistem sentralisasi ini, strukur pemerintahan militer dibentuk sejajar dengan struktur pemerintahan sipil. Pada level provinsi, gubernur menjalankan pemerintahan regional dibawah bayang-bayang Panglima Daerah Militer (Pangdam), pada level kabupaten/kota pemerintah kabupaten/kota dibayangi komandan distrik Militer (Dandim), level kecamatan seorang camat harus bekerja sama dengan Danramil, dan pada level terbawah (tingkat desa) kepala desa bekerja dalam pengawasan Babinsa.

Struktur pemerintahan sipil sendiri meletakkan kekuasaan pemerintahan di tangan penguasa sipil yang memiliki kekuasaan tak tersaingi oleh lembaga lain (penguasa tunggal): mulai gubernur sampai walikota/bupati. Meskipun badan perwakilan rakyat secara formal menjadi partner mereka, pada kenyataannya lebih berperan sebagai sleeping partner daripada lembaga yang memperjuangkan aspirasi rakyat. Kepala daerah di daerah-daerah strategis biasanya diisi oleh personel militer, termasuk di kota Surakarta.

Reformasi politik tahun 1999 yang menumbangkan Rejim Suharto memutar jarum jam ke awal tahun 1950an ketika pemerintah sipil memiliki kedaulatan penuh untuk menentukan jalannya pemerintahan. Pemilihan umum tahun 1999 menghasilkan komposisi kekuatan politik yang sama sekali berbeda dengan komposisi zaman pemerintahan Suharto. PDIP menggantikan Golkar sebagai kekuatan mayoritas di parlemen. Pemilihan umum untuk anggota legislatif daerah juga dimenangkan PDIP di kota Surakarta. UU No.32/Th 2004 mengamanatkan pemilihan kepala daerah secara langsung. Untuk pertamakalinya sejak Orde Baru Surakarta memiliki walikota dari kalangan sipil, Slamet Suryanto. Pada tahun 2004 pemilihan walikota dilakukan secara langsung untuk pertamakalinya, dimenangkan kembali oleh kader PDIP, Joko Widodo.

Dokumen yang terkait

Anal isi s K or e sp on d e n si S e d e r h an a d an B e r gan d a P ad a B e n c an a Ala m K li m at ologi s d i P u lau Jaw a

0 27 14

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Mitra Tani Dua Tujuh (The Implementation of the Principles of Good Coporate Governance in Mitra Tani Dua Tujuh_

0 45 8

I M P L E M E N T A S I P R O G R A M P E N Y A L U R A N B E R A S U N T U K K E L U A R G A M I S K I N ( R A S K I N ) D A L A M U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E S E J A H T E R A A N M A S Y A R A K A T M I S K I N ( S t u d i D e s k r i p t i f

0 15 18

JAR AK AT AP P UL P A T E RHAD AP T E P I I N S I S AL GI GI I NSI S I VU S S E NT RA L P E RM AN E N RA HAN G AT AS P AD A S UB RA S DE UT ROM E L AY U ( T in j au an L ab or at o r is d an Radi ol ogis )

0 35 16

Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan : studi pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 19 79

Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Wilayah Industri TPT Kabupaten Bandung (Studi Kasus : Kecamatan Dayeuh Kolot, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Katapang, Kecamatan Pameungpeuk, d

0 5 6

Pengaruh pengawasan Intern Dan Good Governance Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survey Pada Dinas SKPD Kabupaten Cianjur)

0 34 21

1 Silabus Prakarya Kerajinan SMP Kls 8 d

2 70 15

Critical Review Jurnal Analisis Lokasi d 001

12 77 15