Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini merupakan event study dengan windows period lima hari perdagangan yaitu pengujian berdasarkan pengukuran return dan akumulasi volume perdagangan dua hari sebelum tanggal peluncuran Indeks SRI-KEHATI (t-2), pada saat peluncuran Indeks SRI-KEHATI (t0) dan dua hari setelah tanggal peluncuran Indeks SRI-KEHATI (t2). Pemilihan windows period lima hari ini disesuaikan dengan kondisi pasar modal di Indonesia yang tergolong pasar tipis (thin market) yang disebabkan negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dan regulasi lainnya yaitu wajibnya mempublikasikan suatu event paling lambat adalah dua hari sejak event date. Selain regulasi-regulasi tersebut, pemilihan windows period lima hari ini adalah untuk menghindari Confounded effect . Jika menggunakan windows period lebih dari lima hari maka ada unsur- unsur lain seperti pengumuman ataupun corporate action lainnya yang mempengaruhi hasil penelitian ini, sebaliknya jika menggunakan windows period kurang dari kurang lima hari maka ada kemungkinan belum ada pengaruhnya.

a. Abnormal Return Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya (actual return ) dikurangi return yang diharapkan (expected return). Abnormal return digunakan untuk melihat harga saham pada event window untuk masing- masing hari disekitar tanggal peristiwa. Model pengujian yang digunakan dalam pengujian ini adalah Market Model yang digunakan oleh Brown dan

Warner (1985) dalam Kurniawati (2006), yakni model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).

Tahapan pengukuran Abnormal return sebagai berikut:

1. Menghitung return saham harian individual:

( P it − P it − 1 )

Rit = .......................................................................................(1) P it − 1

Keterangan: R it

= Actual return saham sekuritas i pada periode peristiwa t P it = Harga saham i pada periode t

P it – 1 = Harga saham i pada periode t-1

2. Menghitung return pasar harian:

( IHSG t − IHSG t − 1 )

Rmt = .......................................................................(2) IHSG t − 1

Keterangan: R mt

= Return pasar pada periode t IHSG t

= Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t IHSG t–1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1

P it = Harga saham i pada periode t

Metode koreksi Beta Fowler dan Rorke (1983) dengan periode dua lead dan dua lag dalam Kurniawati (2006):

3. Mengestimasi alpha dan beta dengan mengoperasikan persamaan regresi berganda seperti berikut: R it = α i+ β -2 R mt-2 + β -1 R mt-1 + β 0 R mt + β 1 R mt+1 + β 2 R mt+2 + ε it .................(3)

4. Setelah melalui persamaan tersebut, maka dioperasikan persamaan regresi berganda untuk mendapatkan korelasi serial return indeks pasar dengan return indeks pasar periode sebelumnya sebagai berikut:

R mt = α i+ ρ 1 R mt-1 + ρ 2 R mt-2 + ε it ...............................................................(4)

5. Hitung nilai bobot (W) yang digunakan. Nilai bobot ini ditetapkan berdasarkan nilai korelasi data, digunakan untuk pemberian standar nilai yang berimbang karena faktor rentang lead atau lag yang ditetapkan. Pemberian bobot ini dengan menggunakan rumus:

W 1 = 2 .................................................................................(5)

6. Besarnya beta koreksi sekuritas ke-i yang merupakan penjumlahan koefisien regresi berganda dengan bobot, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

i =W 2 . β i +W 1 . β i + β i +W 1 . β i +W 2 . β i .........................................(7) Keterangan: R it

= Actual return saham sekuritas i pada periode peristiwa t R mt = Return pasar pada periode t

= Alpha, merupakan konstanta return dari saham i

β -2...2

= Beta yang dihitung berdasarkan persamaan regresi berganda:

R it = α i+ β -2 R mt-2 + β -1 R mt-1 + β 0 R mt + β 1 R mt+1 + β 2 R mt+2 + ε it ρ

= Koefisien serial return

ε it = Kesalahan residu saham i pada periode t W= Nilai bobot

β i = Beta sekuritas ke-i yang telah dikoreksi

Setelah mendapatkan nilai alpha dan beta koreksi melalui tahapan di atas, maka pengukuran Abnormal Return dapat dilanjutkan:

7. Menghitung expected return :

E (R it) = α i+ β i R mt ......................................................................................(8) Keterangan:

E (R it) = Expected Return dari sekuritas i α i

= Alpha, merupakan konstanta return dari saham i β i

= Beta sekuritas ke-i yang telah dikoreksi R mt

= Return pasar pada periode t

8. Mengukur abnormal return dengan persamaan: AR it =R it - E (R it ).....................................................................................(9) Keterangan:

AR it

= Abnormal return dari saham i pada periode t

R it = Actual return saham sekuritas i pada periode peristiwa t

E (R it) = Expected Return dari sekuritas i

9. Menghitung average abnormal return dengan persamaan:

1 AARt = ∑ ARit ...................................................................................(10)

Keterangan:

AAR t = Average abnormal return dari saham pada periode t AR it = Abnormal return dari saham i pada periode t k

= Jumlah sekuritas

10. Menghitung CAAR selama event period:

1 t = 2 CAARt =

CARit .............................................................................(11)

Keterangan: CAAR t = Cumulative average abnormal return dari saham pada

periode t AAR t = Average abnormal return dari saham pada periode t k

= Jumlah sekuritas

b. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham diukur berdasarkan volume perdagangan saham harian menggunakan Trading Volume Activity (TVA) selama event period t-2 sampai dengan t2.

1. Menghitung TVA selama event period: ..............(12)

2. Menghitung rata-rata TVA selama event period:

TVAit

i = X 1 TVAit = ...............................................................................(13) n

Keterangan: TVA it = Aktivitas volume perdagangan saham pada periode t

X TVA it = Rata-rata aktivitas volume perdagangan saham pada

periode t

n= Jumlah sampel