Pembahasan Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Informasi
3. Pembahasan Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Informasi
Hasil analisis deskriptif dan pengujian hipotesis terhadap Abnormal return (AR) dan Trading Volume Activity (TVA) secara keseluruhan membuktikan
bahwa H0 diterima atau informasi peluncuran Indeks SRI-KEHATI tidak direaksi oleh pasar yang ditunjukkan dengan tidak adanya abnormal return dan volume perdagangan yang signifikan di sekitar tanggal peluncuran. Oleh karena hasil pengujian ini membuktikan tidak adanya reaksi, yang berarti bahwa informasi peluncuran indeks SRI-KEHATI tidak memiliki kandungan informasi, dan dengan periode pengamatan yang diminimalisasi sebagai pemenuhan untuk meringkas tahapan penelitian lanjutan dari pengujian kandungan informasi, yaitu pengujian kecepatan reaksi pasar, dan hasil pengujiannya pun secara bersamaan menunjukkan tidak terpenuhinya hasil seperti yang diharapkan di awal pengujian, sehingga berdasarkan atas seluruh hasil pengujian dalam penelitian ini, dan untuk menjawab terpenuhi tidaknya tujuan dari dilakukannya penelitian ini, maka dinyatakan bahwa penelitian ini gagal membuktikan bahwa pasar modal Indonesia di sekitar periode peluncuran Indeks SRI-KEHATI adalah efisien bentuk setengah kuat secara informasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sujoko (1999), Setiawan Hartono (2003), serta Setawan dan Subekti (2004) yang gagal membuktikan bahwa pasar modal Indonesia adalah efisien setengah kuat. Konsisten pula dengan penelitian oleh Arianto (1996), yang dari hasill penelitiannya terhadap pasar modal Indonesia, dalam hal ini Bursa Efek Jakarta, bahwa setidaknya BEJ telah efisien dalam bentuk lemah (weak form efficiency), dan menyatakan bahwasanya secara empiris dari tahun ke tahun efisiensinya semakin meningkat, dan perlu ke tahapan pengujian pasar modal Indonesia secara efisien bentuk setengah kuat dengan melakukan event study, tetapi bentuk efisien setengah kuat pada pasar Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Sujoko (1999), Setiawan Hartono (2003), serta Setawan dan Subekti (2004) yang gagal membuktikan bahwa pasar modal Indonesia adalah efisien setengah kuat. Konsisten pula dengan penelitian oleh Arianto (1996), yang dari hasill penelitiannya terhadap pasar modal Indonesia, dalam hal ini Bursa Efek Jakarta, bahwa setidaknya BEJ telah efisien dalam bentuk lemah (weak form efficiency), dan menyatakan bahwasanya secara empiris dari tahun ke tahun efisiensinya semakin meningkat, dan perlu ke tahapan pengujian pasar modal Indonesia secara efisien bentuk setengah kuat dengan melakukan event study, tetapi bentuk efisien setengah kuat pada pasar
Ada banyak asumsi lahir dari hasil penelitian yang sangat mengejutkan ini, secara logis, salah satunya adalah karena informasi peluncuran Indeks SRI- KEHATI ini merupakan informasi non-ekonomis yang tidak berbeda dengan alasan pengaplikasian seperti Corporate Sosial Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG) yang menjanjikan keuntungan bagi investasi jangka panjang dan kemungkinan sifat pasar Indonesia yang lebih menyukai investasi jangka pendek. Sehingga bagi investor, peluncuran Indeks SRI-KEHATI tidak begitu menarik untuk menghasilkan Abnormal Return ataupun Trading Volume Activity yang signifikan di sekitar tanggal peluncurannya. Yang mana asumsi dari hasil penelitian ini pun semakin memperlengkapi pendapat-pendapat yang terus berkembang yaitu bahwa Warga Negara Indonesia, yang dalam hal ini diwakilkan oleh para investor Indonesia, masih belum memahami makna dari pentingnya peduli terhadap lingkungan sehingga belum mengerti alasan penting dari dihadirkannya saham hijau di Indonesia yang dikenal dengan nama Indeks SRI-KEHATI sebagai acuan dalam berinvestasi di Bursa Efek Indonesia dewasa ini.
Penelitian ini mengambil informasi peluncuran Indeks SRI-KEHATI pada tanggal 8 Juni 2009 sebagai subyek penelitiannya. Yang mana Indeks baru ini mengusung tema berbeda dibandingkan dengan indeks-indeks yang ada sebelumnya di Pasar Modal Indonesia, yaitu kesadaran terhadap lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini hanya berisikan 25 perusahaan, sehingga secara otomatis pula 25 perusahaan tersebut menjadi sampel dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terpenuhi atau tidak terpenuhinya efisien pasar modal Indonesia bentuk setengah kuat secara informasi: peluncuran Indeks SRI-KEHATI, yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return positif dan kenaikan volume perdagangan yang signifikan di sekitar tanggal peluncuran Indeks SRI-KEHATI. Abnormal Return dihitung dengan menggunakan Market Model, seperti yang digunakan oleh Brown dan Warner (1985), sebab model ini dianggap paling tepat dalam mengekspektasi Expected Return . Sedangkan volume perdagangan dihitung menggunakan rumus Trading Volume Activity.
Penelitian yang berlangsung di tahun yang sama dengan peristiwa peluncuran Indeks SRI-KEHATI ini, yaitu tahun 2009, mengharuskan peneliti untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam tahapan pengujian salah satu variabelnya yaitu Abnormal Return. Data yang dimaksud adalah beta saham, yang
Dan pada akhirnya setelah menuntaskan seluruh tahapan analisis dalam penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Kesimpulan pengujian hipotesis satu (H1), diperoleh hasil yaitu selama event window (t-2 sampai dengan t2) pada perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Indeks SRI-KEHATI pada saat peluncuran, yang signifikan hanyalah pada AR di t-1 namun dengan nilai yang negatif, dan tidak ada satu pun yang signifikan pada CAR. Sehingga secara sederhana, hal ini berarti bahwa informasi peluncuran Indeks SRI- KEHATI tidak direaksi oleh pasar yang ditunjukkan dengan tidak adanya abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal peluncuran.
2. Kesimpulan pengujian hipotesis dua (H2), diperoleh hasil yaitu selama event window (t-2 sampai dengan t2) pada perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Indeks SRI-KEHATI pada saat peluncuran, tidak ada satu pun nilai TVA yang signifikan. Hal ini berarti bahwa informasi peluncuran Indeks SRI-KEHATI tidak direaksi oleh pasar yang 2. Kesimpulan pengujian hipotesis dua (H2), diperoleh hasil yaitu selama event window (t-2 sampai dengan t2) pada perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Indeks SRI-KEHATI pada saat peluncuran, tidak ada satu pun nilai TVA yang signifikan. Hal ini berarti bahwa informasi peluncuran Indeks SRI-KEHATI tidak direaksi oleh pasar yang
Kesimpulan inti dari hasil penelitian ini adalah penelitian ini gagal membuktikan bahwa Pasar Modal Indonesia atau yang lebih dikenal dengan nama Bursa Efek Indonesia adalah efisien setengah kuat secara informasi: peluncuran Indeks SRI-KEHATI.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan, yang mana keterbatasan-keterbatasan tersebut apabila dapat diatasi akan mampu memperbaiki hasil penelitian. Beberapa keterbatasan yang harus dicermati dalam menginterpretasi hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menguji efisiensi pasar modal Indonesia bentuk setengah kuat secara informasi, hanya berdasarkan satu peristiwa (event) saja, yaitu peluncuran Indeks SRI-KEHATI.
2. Indeks SRI-KEHATI merupakan indeks yang secara latar belakang merupakan indeks yang sangat berbeda dengan indeks yang telah ada sebelumnya di Indonesia, dan masih sangat baru sehingga pasar Indonesia belum mengenal betul kinerja dari indeks ini.
3. Jumlah sampel yang terbatas, yaitu hanya sebanyak 25 perusahaan yang termasuk dalam Indeks SRI-KEHATI, pada saat peluncuran tanggal 8 Juni 2009.
4. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahun berjalan, yaitu data tahun 2009, sehingga data-data yang dibutuhkan harus dikumpulkan sendiri oleh karena belum tersedianya ICMD maupun ISMD untuk tahun yang dimaksud, dan data-data olahan lainnya seperti alpha, beta, dan sebagainya harus diolah sendiri. Dan oleh karena pada tahun berjalan tersebut belum dilakukannya evaluasi atau pemutakhiran anggota saham terhadap SRI yang direncanakan akan dilakukan dua kali dalam setahun, menyebabkan penelitian ini pun terbatas pada peristiwa peluncuran Indeks SRI-KEHATI saja, sehingga rentang waktu periode penelitiannya pun sangat terbatas.
5. Pengujian abnormal return yang menggunakan Market model seperti yang digunakan oleh Brown dan Warner (1985), seyogianya merupakan model ekspektasi yang dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square), namun dalam tahapan pengujian dalam penelitian ini tidak memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menggunakan teknik regresi OLS yang ditawarkan oleh model ini.
6. Hasil dari uji asumsi klasik terhadap Trading Volume Activity (TVA) menunjukkan bahwa data TVA tidak normal, dan tahapan berikut yang dilakukan untuk menormalkannya yaitu hanya dengan melakukan transformasi dan hasilnya masih tetap tidak normal.
7. Penelitian ini menggeneralisasi kelompok investor, padahal sejatinya adalah tidak semua investor peduli terhadap lingkungan, sosial dan memiliki kecenderungan terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik, sehingga informasi peluncuran Indeks SRI-KEHATI ini menjadi informasi yang irrelevan bagi investor-investor yang tidak peduli terhadap hal tersebut.
5.3 Saran
Merujuk pada keterbatasan-keterbatasan tersebut di atas, berikut ini merupakan saran-saran dari peneliti, dengan harapan bahwa saran-saran yang diberikan dapat membenahi keterbatasan penelitian yang ada dan memperbaiki hasil penelitian, dan terutama yaitu semoga saran-saran berikut dapat menjadi pedoman bagi penelitian selanjutnya yang lebih baik, demi kesempurnaan hasil penelitian.
1. Secara umum, penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan perluasan dan pengembangan terhadap penelitian ini. Salah satu diantaranya, yaitu melakukan pengujian efisiensi pasar modal Indonesia dalam segala bentuk, teknik, event, dan dalam segala aspek di dalamnya, untuk mengetahui secara lebih pasti bagaimanakah karakteristik pasar modal Indonesia dan tergolong bentuk efisiensi manakah pasar modal Indonesia.
2. Seiring berjalannya waktu, dan Indeks SRI-KEHATI yang pastinya akan semakin menunjukkan eksistensinya di dunia pasar modal
Indonesia, maka diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat mengembangkan pengamatan lanjutan terkait dengan Indeks SRI- KEHATI, misalnya publikasi Indeks SRI-KEHATI dalam setiap periode evaluasinya yaitu evaluasi pemutakhiran anggota saham atau penyesuaian emiten yang layak masuk dalam kategori Indeks SRI- KEHATI secara berkala dua kali dalam setahun, termasuk pembaruan jumlah saham beredar dan kejadian lain yang mempengaruhi komposisi tiap saham di dalam indeks ini. Dengan demikian, penelitian selanjutnya diharapkan akan mampu menganalisa kinerja dari Indeks SRI-KEHATI.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan memperpanjang periode penelitiannya, sehingga jumlah sampel penelitiannya pun semakin banyak, hingga dapat memenuhi harapan agar hasil penelitiannya menjadi semakin baik dan lebih memiliki point bagi konsistensinya.
4. Penelitian selanjutnya pun disarankan untuk lebih baik adalah tidak menggunakan data tahun berjalan sebagai data penghitungan, karena cukup menghabiskan banyak waktu dalam pengolahannya, padahal seyogianya data-data mengenai trading pasar modal yang telah diolah tersedia secara lengkap dan mendalam.
5. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mempertahankan untuk menggunakan Market model dalam penghitungan Abnormal Return, namun dengan memanfaatkan teknik regresi OLS (Ordinary Least
Square ) dalam pembentukan model ekspektasi untuk Ekspected Return, dan Trading Volume Activity dalam menghitung volume perdagangan.
6. Hal lain yang juga disarankan untuk diingat yaitu agar data-data yang akan digunakan dalam pengolahan statistik harus diupayakan hingga benar-benar normal, sehingga hasil pengujian statistiknya semakin baik.
7. Saran terakhir bagi penelitian selanjutnya, yaitu kemungkinan bahwa hasil penelitian akan lebih baik bila penelitian selanjutnya berusaha untuk mengelompokkan investor menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah kelompok investor yang peduli terhadap lingkungan, sosial dan memiliki kecenderungan terhadap perusahaan- perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik, dan kelompok kedua adalah kelompok investor yang tidak peduli terhadap lingkungan, sosial dan memiliki kecenderungan terhadap perusahaan- perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Sebab bagi kelompok yang pertama, informasi Indeks SRI-KEHATI ini merupakan informasi yang relevan, sedangkan bagi kelompok yang kedua, informasi Indeks SRI-KEHATI ini merupakan informasi yang irrelevan.