BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini
Tabel 5.1. Karakteristik responden pengelola dan perawat Home Care di rumah sakit Murni Teguh Medan
No Karakteristik Jumlah
1 Usia
20-30 tahun 30-40 tahun
3 orang 3 orang
2 Pendidikan
D3 S1
S2 3 orang
2 orang 1 orang
3 Jenis kelamin
Perempuan Laki-laki
6 orang -
4 Pelatihan yang diikuti
Pelatihatan home care Pelatihan khusus mis : PPGD, EKG, dll
- 2 orang
5 Jabatan
Manajer pelayanan home care Adminitrasi home care
Pelaksana Home care 1 orang
1 orang 4 orang
Sumber data primer Keenam responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
responden yang bersedia diwawancarai dan mau menandatangani perjanjian sebelum wawancara dimulai. Partisipan terdiri dari 4 orang perawat dan satu orang pengelola
home care. Keempat responden merupakan perawat yang sudah sering melakukan pelayanan home care, responden pengelola merupakan koordinator unit home care
Universitas Sumatera Utara
rumah sakit Murni Teguh yang mengkoordinir pelaksanaan pelayanan home care dan sudah mengelola pelayanan pasien home care sejak rumah sakit Murni Teguh
beroperasi dan sudah memiliki perencanaan untuk membentuk suatu rumah perawatan di daerah johor yang diperuntukkan bagi lansia. Responden pelaksana
keperawatan merupakan perawat yang bekerja di rumah sakit Murni Teguh dan telah melaksanakan pelayanan home care lebih dari 1 tahun sehingga betul-betul
mengetahui hal-hal yang terkait dengan pelaksaan pelayanan home care.
5.2 Gambaran input pelaksanaan pelayanan Home Care Rumah Sakit Murni
Teguh Medan
Kegiatan pelayanan home care dibentuk pada akhir 2012 dan home care berada dibawah naungan manajemen keperawatan rumah sakit. Komponen input
menekankan pada organisasi pelayanan keperawatan termasuk didalamnya sumber daya manusia SDM yang bekerja bersama-sama dengan dukungan sarana dan
prasarana yang memadai untuk kepentingan pelayanan kepada pasien. Pada Variabel input terdiri dari tenaga, biaya pelaksanaan, peralatan, standar, dokumentasilaporan.
a. Tenaga
Dari tabel 1 dapat kita lihat bahwa latar belakang pendidikan perawat pelaksana home care adalah D3 keperawatan, berdasarkan data input tenaga tersebut dalam
pelaksanaan pelayanan home care diatas menggambarkan tim homecare di rumah sakit murni teguh memiliki tenaga kesehatan yang memungkinkan dapat memenuhi
Universitas Sumatera Utara
standar kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. Ketenagaan home care terdiri dari pengelola dan perawat pelaksana pelayanan home care.
Tenaga pengelola terdiri dari koordinator unit home care dan perawat pelaksana pelaksana. Selain bertugas sebagai coordinator dan perawat pelaksana di unit home
care yang bersangkutan juga memiliki kesibukan kegiatan dibagian lain sebagaimana kutipan wawancara berikut :
“…, nah untuk saat ini home care kan masih di bawah keperawatan jadi tugas saya yang mengkordinasikannya responden 1”.
“Ada, saya juga sebagai perawat ruangan responden 2”. “Ada, jika tidak ada jadwal dinas homecare maka saya akan dinas dipoliklinik
responden 3”. “Ada, saya bertugas dirumah sakit dan ditempat home care responden 4”.
“Ada, home carekan sekali-sekali, aslinya sayakan perawat di ruang rawat inap responden 5”
Tenaga pelaksana pelayanan home care terdiri dari tenaga professional kesehatan yang bergabung dalam tim home care. Tenaga kesehatan yang melakukan home care
diambil dari setiap unit pelayanan keperawatan dirumah sakit Murni Teguh dan terlibat langsung dalam pelayanan home care, namun jumlahnya belum dapat
ditentukan secara pasti. Pihak manajemen unit home care Rumah Sakit Murni Teguh Medan perlu
menambahkan jumlah tenaga pelaksana yang benar-benar anggota tim home care dan memberikan identitas yang jelas, karena selain menjadi anggota tim home care,
tenaga perawat atau dokter yang melakukan pelayanan home care harus bekerja
Universitas Sumatera Utara
dirumah sakit sehingga menyebabkan kekurangan tenaga dan menyebabkan jadwal menjadi berantakan. Hal ini dijelaskan sebagaimana kutipan wawancara sebagai
berikut:
“ tenaga pelaksana kurang, karena terkadang jadwal homecare dan jadwal dinas bertabrakan, apabila tiba-tiba ada pasien dirumah sakit yang sangat membutuhkan
tenaga perawat, duty harus mencari pengganti perawat untuk home care dan terkadang harus memanggil perawat yang sedang libur responden 2”.
Jumlah tenaga perawat home care merupakan hal yang harus dipersiapkan untuk mengatasi masalah fluktuasi jumlah pasien yang tidak menentu dan tidak dapat
diprediksi secara pasti, sebagaimana kutipan wawancara di bawah ini: “kalau menurut saya sih ga cukup, karena jika ada pelayanan home care maka
perawat di poliklinik jadi kurang tenaga responden 3”. “kurang, karena terkadang jadwal homecare dengan jadwal dari rumah sakit sama.
responden 4”. “…, tetapi kalau untuk perawat pelaksananya masih kurang kayaknya responden
5”
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah perencanaan SDM untuk mengisi posisi dalam suatu organisasi dengan anggota yang berkualitas. Perencanaan tenaga
keperawatan dapat berupa perencanaan jangka pendek yaitu penetapan jumlah tenaga untuk mengisi posisi yang sudah ada dan perencanaan jangka panjang untuk
menentukan permasalahan tenaga keperawatan masa lalu, saat ini dan kemudian untuk menentukan kebijakan untuk tenaga staf yang akan datang Waluyo dalam
Wulan, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat kriteria tenaga seperti apa pada suatu tempat pelayanan. Penetapan jumlah tenaga dan jenis tenaga
keperawatan harus mengacu pada fenomena keperawatan terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara terus menerus dan mandiri.
Ada 3 tehnik penentuan staf yaitu tehnik Delphi yaitu tehnik dengan melakukan survey kebutuhan kebutuhan tenaga, hasilnya dilaporkan dan dianalisa oleh ahli untuk
dilakukan survey kembali, apakah peningkatan beban kerja perlu tambahan tenaga kerja. Tehnik kedua yaitu analisa kecenderungan ekstrapolasi dan indeksasi,
ekstrapolasi dengan memperhitungkan perubahan masa lalu dan membuat proyeksi dimasa datang sedangkan indeksasi dengan metode estimasi kebutuhan tenaga
diwaktu yang akan datang dengan menandai tingkat perkembangan karyawan. Tehnik beban ketiga adalah analisa beban kerja yaitu dengan memperhitungkan dan
menganalisa beban kerja, job deskripsi dan job spesifikasi. Dan dari ketiga tehnik diatas tehnik yang sering digunakan adalah tehnik analisa beban kerja Tjandra,2003
Status kepegawaian untuk tim home care semuanya merupakan perawat yang bekerja dari berbagai unit pelayanan keperawatan dirumah sakit Murni Teguh.
Dengan bertambahnya tugas home care menyebabkan tingginya beban kerja yang dirasakan perawat home care. Padahal seharusnya perawat yang melaksanankan
home care adalah perawat yang bekerja 24 jam untuk home care dan merupakan perawat khusus home care tidak bekerja ditempat lain. Hal diatas tidak menjadi
suatu masalah berarti yang dirasakan perawat tetapi merupakan faktor pendukung
Universitas Sumatera Utara
dalam pelaksanaan pelayanan home care, hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut :
“keuntungannya ya gaji menambah, jadi kita semangat kerjanya apalagi karena kitakan rumah sakit swasta jadi tunjangan dari rumah sakit gak banyak, tapi
kerugiannya ya itu kadang waktu libur kita juga harus home care responden 5 .”
Keadaan diatas bertentangan dengan penelitian Sri Listyaning tentang home care di rumah sakit DR. Sardjito Yogyakarta 2006, untuk ketenagaan di rumah sakit
tersebut memilki perawat khusus home care dan perawat tersebut tidak bekerja lagi di ruangan rumah sakit tersebut.
Untuk upaya pengembangan SDM sebagai tenaga pelaksana pelayanan home care, keempat responden tersebut menyatakan belum pernah mengikuti pendidikan
dan pelatihan pelayanan home care. Seperti pada wawancara berikut: “ pelatihan secara formal tidak ada, ya itu lewat konfrensi kasus, jadi tambah
ilmunya ya dari situ responden 2”. “…, sebetulnya untuk home care belum ada standar kita buat,…, jadi diidentifikasi
dulu pasien yang home care itu responden 1 .” “Tidak pernah sama sekali, tetapi pelatihan lain pernah, dulu saya pernah ngikuti
pelatihan PPGD sama EKGresponden 3” “pelatihan itu juga tidak pernah sama sekali, tapi sedikit banyaknya tentang kegawat
daruratan saya sudah dapat dari ruangan saya bekerja responden 4” “pelatihan itu juga tidak pernah sama sekali, … responden 5”
Keempat responden menyatakan menginginkan adanya pelatihan sebagaimana dikutip dari wawancara berikut :
Universitas Sumatera Utara
“ saran saya sih perlu adanya pelatihan-pelatihan khusus bagi perawat yang melakukan homecare karena zaman sekarang pasien udah sering nanya apalagi
kalau mereka lihat ada perbedaan dari biasanya responden 3.”
“Perlu agar kita gak gelagapan kalau pasien kenapa-napa apalagi bagi perawat muda seperti saya yang belum banyak pengalaman responden 5.”
Saran yang diberikan perawat diatas sangat baik karena dalam melakukan pelayanan keperawatan kita harus professional dalam melakukannya. Ketidaktahuan
merupakan masalah dalam melakukan pelayanan home care, hal ini juga diungkapkan oleh pengelola yang mengatakan:
“ada juga, pasien yang misalnya dalam pemberian obat, dikarenakan pasien-pasien sekarang udah meningkat pengetahuannya apalagi kalau yang homecare itukan rata-
rata yang ekonominya kelas menengah keatas, …… responden 1.”
b. Pembiayaan pelaksanaan
Gambaran input pembiayaan pelaksanaan pelayanan pasien home care rumah sakit Murni Teguh meliputi biaya operasional kebutuhan bagi pelaksanaan pelayanan
antara lain transport petugas, biaya kebutuhan tindakan, biaya adminitrasi dan biaya pembayaran jasa pelayanan perawatan.
Biaya operasional kebutuhan bagi pelaksanaan pelayanan antara lain sebagai berikut 1.
Biaya transport petugas Kegiatan pelayanan home care memiliki tingkat mobilitas yang tinggi,
pelayanan yang dirumah keluarga pasien memiliki tempat pelayanan yang sangat bervariasi sehingga memerlukan tenaga dan sarana transportasi untuk pelayanan,
Universitas Sumatera Utara
dengan membawa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan, seperti dikutip dari hasil wawancara berikut :
“Ya..kalau perawat biasanya ke sini, perawat itu datang ke rumah sakit kemudian kita hantar ketempat jadi dia sama seperti kerja, biasanya pake mobil ambulance
atau pake mobil kita responden 1”.
Kesimpulannya biaya transport petugas sudah ditanggung pihak rumah sakit, karena petugas apabila akan berangkat home care biasanya diantar dengan kendaraan
yang disediakan rumah sakit, dan biaya tersebut akan ditambahkan kedalam rekening tagihan jasa pelayanan pasien.
2. Biaya kebutuhan tindakan keperawatan
Biaya kebutuhan yang diperlukan untuk tindakan keperawatan berupa barang habis pakai. Misalnya seperti spuit. Infuse set, urine bag, kateter, dll sepenuhnya
ditanggung oleh pasien tetapi hal ini juga tergantung dari kesepakatan antar pihak rumah sakit dan pengguna jasa pelayanan home care, hal ini dapat kita lihat dari hasil
wawancara berikut ini: “ dari kita juga tergantung, ada juga dari pasien dan kalau barang dari kita nanti
dia akan hitung per pcs yang dipakai responden 1”. “kalau biaya operasionalnya saya kurang tahu ya, semuanyakan urusan rumah sakit,
kalau soal dana semuanyakan udah disediakan rumah sakit atau pasien jadi kita ga ada pengeluaran selama melakukan homecare responden 2”
“kalau biaya operasionalnya untuk perawatan tersedia karena biasanya ada keluarga yang disana juga responden 3”
“ya pasti, karenakan pasien udah kontrak sama rumah sakit responden 4”
Universitas Sumatera Utara
“ya sejauh ini semua biayanyakan dari pasien dan bekerja sama dengan pihak rumah sakit responden 5”
3. Biaya kegiatan adminitrasi
Biaya kegiatan adminitrasi pelayanan home care dikelola oleh pihak rumah sakit. Dananya diperoleh dari hasil kegiatan pelayanan home care untuk memenuhi
kebutuhan adminitrasi, misalnya seperti kwitansi tagihan pembayaran, buku catatan, buku registrasi, buku resep, format lampiran, dan lain-lain.
Berbeda dengan pelayanan keperawatan rumah yang dilakukan oleh puskesmas yang merupakan program kebijakan pemerintah dibidang pelayanan
kesehatan masyarakat, oleh karena tersedia dana bagi operasional pelaksanaan kegiatannya. Home care di rumah sakit Murni Teguh merupakan program yang masih
mengelola kegiatan secara mandiri sehingga biaya pelaksanaanya didapat dari pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan home care.
4. Pembayaran jasa pelayanan perawat
Jasa perawat merupakan suatu kompensasi dari pekerjaan keperawatan secara fungsional. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai balas
jasa untuk kerja mereka, umumnya berupa penghargaan yang bertujuan memperoleh person yang berkualitas, mempertahankan karyawan, menjamin keadilan, menghargai
perilaku yang diinginkan, mengendalikan biaya dan memenuhi peraturan yang legal Handoko, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya pembayaran jasa pelayanan diatur sesuai ketentuan berdasarkan kebutuhan tindakan perawatan per kunjungan. Sistem pembagian jasa pelayanan
pasien berdasarkan ketentuan yang diatur pihak rumah sakit. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:
“…., nanti perawat kita gajian bulanan disini sama seperti biasa kemudian dia dapat tambahan ya… kalau dia dinas homecare dia dapat tambahan yang sudah diatur
sesuai standar responden 1”. “pembayaran jasa biasanya diberikan pas kita gajian, nanti dihitung berapa kali kita
homecare terus ditambah kegaji kita yang dirumah sakit responden 2”. “kalau sistem pembayaran jasa dilakukan oleh pihak rumah sakit,.. responden 3”.
“Kalau soal gaji pihak manajemen yang mengatur, …. responden 4”
“Kalau gaji homecare kita dapat pas gajian, ….responden 5”
Dari yang peneliti ketahui dibandingkan dengan besarnya biaya pelayanan home care di rumah sakit lain, rumah sakit Murni Teguh masih termasuk murah
dalam biaya. Menurut handoko 2003 perusahaan harus memperhatikan prinsip keadilan dalam penetapan kebijakan kompensasinya. Keadilan dipengaruhi dua faktor
yaitu rasio kompensasi dan masukan-masukan seseorang berupa tingkat pendidikan, pengalaman kerja, latihan dan sebagainnya.
Kesuksesan dalam bidang keuangan akan memungkinkan suatu organisasi berbuat mewujudkan berbagai visi dan misi. Keadaan diatas akan dapat
meningkatkan mutu proses pelayanan kesehatan dan komitmen SDM.
Universitas Sumatera Utara
Biaya pelayanan kesehatan masyarakat merupakan masalah yang pelik dan belum mendapat penyelesaian yang baik. Untuk mengatasi kesulitan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan dan makin tingginya biaya kesehatan, maka banyak upaya yang dilakukan salah satunya dengan asuransi kesehatan sebagai pengganti
sistem pembiayaan tunai, lembaga asuransi yang berkembang antara lain askes bagi PNS dan Jamsostek bagi pegawai swasta.
Dalam undang-undang mengisyaratkan agar BPJS dijadikan cara yang melandasi masalah biaya kesehatan bagi setiap penyelenggaraan pemerintahan
kesehatan. BPJS merupakan kebijakan umum pemerintah yang perlu dikembangkan dan semakin penting dalam globalisasi yang menuntut kemandirian masyarakat.
Perlu suatu kerjasama melalu kebijakan dan peraturan yang dapat mengatur pelaksanaan pembayaran. Biaya kesehatan pasien yang dapat menggunakan jasa
pelayanan home care tanpa mengalami kesulitan dalam mengatasi biaya,
c. Peralatan
Pelayanan home care merupakan pelayanan keperawatan profesional. Pelayanan keperawatan yang professional dilakukan melalui tindakan yang baik dan benar
dalam upaya mengurangi, mengatasi masalah keperawatan. Untuk itu perlu didukung oleh fasilitas dan alat kesehatan yang sesuai dengan standar prosedur. Dalam
menetapkan peralatan biasanya ditemukan masalah antara lain manajemen alat, kurangnya kesadaran perawat akan gunanya alat Tambunan, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelayanan kesehatan peralatan yang dimaksud meliputi bahan medis yang habis pakai dan bahan medis yang tidak habis pakai misalnya barang berupa spuit,
kateter, set infuse, urine bag, dan lain-lain serta kebutuhan obat-obat yang diperlukan pasien. Kebutuhan peralatan tersebut diperoleh melalui kesepakatan kerjasama antar
pihak rumah sakit dengan pihak pengguna jasa pelayanan home care. Pengambilannya sesuai kebutuhan perpasien dengan menggunakan buku resep.
Kemudian pembayaran tanggihannya dibayar oleh pasien atau masuk kedalam rekening tagihan. Prosedur untuk memenuhi kebutuhan peralatan baik bahan habis
pakai atau tidak habis pakai yang dibutuhkan bagi pelayanan home care sangat memungkinkan munculnya masalah yang berkaitan dengan ketepatan waktu
pelayanan. Bagaimana kelengkapan peralatan diungkapkan dalam kutipan-kutipan wawancara berikut:
“kalau soal peralatan seperti oksigen masih kurang lengkap, … responden 5”. “kalau alat tidak habis pakai itu mudah dan sudah tersedia tetapi menurut saya
masih kurang karena kondisi pasien tidak selalu sama responden 2 ” “peralatan terkadang tidak selalu tersedia pada saat saya memerlukan, karena tidak
diberi tahu terlebih dahulu kepada keluarga responden 4”
Kelengkapan peralatan yang tersedia tidak dapat diukur bila suatu organisasi pelayanan kesehatan belum memiliki standard dan prosedur tindakan, namun hingga
pada saat penelitian ini dilakukan home care di Murni Teguh belum memiliki standar operasional adminitrasi, perlengkapan maupun standar asuhan keperawatan tersendiri,
setiap tindakan menggunakan standar asuhan seperti di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang mempengaruhi dalam penetapan jenis dan jumlah peralatan yang dibutuhkan antara lain ketergantungan pasien, metode penugasan, dana dan kebijakan
rumah sakit. Macam metode penugasan keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan akan mempengaruhi jumlah keperawatan yang dipakai. Metode
penugasan yang dipakai dalam pelayanan home care adalah metode primer yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan yang bertanggung jawab dalam asuhan
keperawatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya selama 24 jam. Maka setiap perawat harus memiliki peralatan tersendiri untuk memudahkan pelaksanaan asuhan
keperawatan.
d. Standar protap
Kegiatan operasional pelaksanaan pelayanan pasien home care berjalan sesuai dengan kondisi apa adanya. Standar pelaksanaan dan job deskripsion serta segala
aturan tertulis yang mengatur pelaksanaan kegiatan organisasi belum ada. Aturan yang ada berupa ketentuan persyaratan bagi pasien menyangkut hak dan kewajiban
perawat yang sudah disepakati dalam kontrak harus di patuhi. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan wawancara berikut:
“standar keperawatannya sendiri yang dibuat untuk home care secara khusus sih belum ada, biasanya menggunakan sop yang seperti di rumah sakit, …” responden
1” “Ada, protapnya sama dengan yang ada dirumah sakit responden 2”
“Ada, setiap tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan protap, protap itu merupakan suatu landasan kita dalam melakukan tindakan responden 3”
Universitas Sumatera Utara
“Ada ,ya kita pake protap yang sama seperti dirumah sakit responden 4” “Kalau soal protap sih semuanya sama dengan rumah sakit, bagaimana rumah sakit
begitu juga dengan pelayanan home care responden 5”
Menurut gillies 1996 standar adalah pernyataan deskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses dan hasil.
Bagaimanapun bagusnya pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak dapat dinilai baik atau bermutu bila tidak memiliki standar dalam kegiatan pelayannya.
Home care Murni Teguh sebagai bagian dari bentuk pelayanan kesehatan yang harus memiliki standar asuhan keperawatan bagi perawat sebagai koordinator
kasus dalam pelayanan home care ini. Karena standar asuhan keperawatan bertujuan untuk :
1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan upaya peningkatan motivasi
perawat terhadap pencapaian tujuan 2.
Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan perawatan yang tidak penting
3. Memberikan landasan untuk menetukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan perawat apabila tidak memenuhi standar
dapat membahayakan pasien. Standar asuhan keperawatan sangat diperlukan dan berfungsi sebagai pedoman
kerja bagi tenaga keperawatan. Bila pelayanan yang diberikan sudah sesuai standar
Universitas Sumatera Utara
dapat memberi kepuasan pasien dan keluarga maka kebijakan terkait biaya pelayananpun akan dapat ditentukan sesuai dengan standar pelayanan tersebut.
Umumnya pelanggan yang merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya tidak mempermasalahkan berapapun biaya yang harus mereka keluarkan.
Pernyataan diatas sesuai dengan hasil penelitian indarsantie 2000 meskipun 54,5 responden menyatakan cukup mahal, mereka akan tetap mengikuti pelayanan
home care lansia club, karena dirasakan sangat menguntungkan 81,9. Perhatian dan layanan yang diberikan lebih berharga dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan
78,8, sedangkan 50,5 responden menyatakan ketidaktepatan jadwal kunjungan dokter sebagai layanan yang kurang sesuai dengan biaya yang dikeluarkannya.
e. Format pendokumentasian
Format dokumentasi kegiatan pelayanan home care disediakan dalam bentuk format laporan kegiatan pelayanan home care disatukan dalam bentuk status untuk
setiap pasien. Bentuk formatnya meliputi surat persetujuan, data identitas, riwayat atau penyakit yang diderita pasien, tanda bukti pelayanan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi Pembuatan format dokumentasi disesuaikan dengan jenis-jenis dokumentasi
secara umum meliputi : pendokumentasian berdasarkan sumber dan dokumentasi berdasarkan masalah. Pendokumentasian berdasarkan sumber merupakan pencatatan
klien yang diorganisir sehingga setiap tenaga kesehatan mempunyai catatan yang terpisah dengan tenaga kesehatan lainnya. Contoh formatnya adalah lembar instruksi
Universitas Sumatera Utara
dokter, catatan masing-masing tenaga kesehatan, dll. Dokumentasi berdasarkan masalah mempunyai bagian utama pencatatan yang terdiri dari format data dasar
meliputi hasil pemeriksaan fisik, riwayat keperawatan, data hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik, format daftar masalah, format rencana tindakan, dan format
catatan. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara di bawah ini : “ya..sama formatnya dengan yang dirumah sakit ….,mau menuju JCI jadi lagi kita
sosialisasikan, namanya catatan perkembangan terintegrasi, …. responden 1” “Ada. Rumah sakit menyediakan format laporan pelayanan asuhan keperawatan
pasien …. responden 2” “Dari rumah sakit untuk format laporan ada, biasanya itu digabungkan dalam satu
status responden 3” “Ada, pasti ada responden 4”
“Ada, askep home care juga ada disediakan dari rumah sakit responden 5”
5.3 Gambaran proses pelaksanaan pelayanan home care di Rumah Sakit