Interaksionisme Simbolik

d. Interaksionisme Simbolik

Istilah interaksionisme simbolik menjadi label untuk pendekatan yang relatif khusus pada ilmu yang membahas tingkah laku manusia. Dasar-dasar teori interaksionisme simbolik berpedoman pada uraian-uraian dasar dari gagasan interaksi simbolik itu sendiri. Teori interaksionisme simbolik berada pada analisa paling akhir dari tiga dasar pemikiran yang menyertainya yaitu :

1. Manusia bertindak terhadap benda berdasarkan ”arti” yang dimilikinya.

2. Asal muasal arti atas benda-benda tersebut muncul dari interaksi sosial yang dimiliki seseorang

3. Makna yang demikian ini diperlakukan dan dimodifikasikan melalui proses interpretasi yang digunakan oleh manusia dalam berurusan dengan benda-benda lain yang ditemuinya.

Pendekatan interaksionisme simbolik didasarkan atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil interpretasi. Objek, orang-orang, situasi, peristiwa-peristiwa tidak bermakna dengan sendirinya melainkan diperoleh dari interpretasi mereka. Arti yang diberikan seseorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi memegang peranan penting.

commit to user

itu dibuat. Orang berbuat tidak berdasarkan pada respon-respon yang telah ditentukan atau objek-objek yang telah didefinisikan, melainkan atas dasar interpretasi dan definisi yang telah diberikan oleh orang itu sendiri.

Interpretasi tidak bersifat otonom, melainkan untuk membentuk arti sesuai dengan konteks subjek atau objek yang diinterpretasikan. Dengan demikian interpretasi sangatlah penting. Penganut pendekatan interaksionisme simbolik tidak menolak adanya fakta-fakta bahwa pembentukan konsep secara teoritis mungkin berguna. Pembentukan konsep-konsep dalam interkasionisme simbolik pun harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar yang diajukan oleh beberapa tokoh interaksionisme simbolik.

Beberapa tokoh interaksionisme simbolik telah menghitung prinsip dasar teori ini yang meliputi :

a. Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk

berpikir.

b. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial.

c. Dalam interaksi sosial manusia mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir mereka yang khusus itu.

d. Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan khusus dan berinteraksi.

e. Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi.

f. Manusia mampu membuat kebijakan modifikasi dan perubahan, sebagaian karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaian peluang tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih satu diantara serangkaian peluang tindakan itu. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat. (George Ritzer, 2005:289)

Bagian penting lain dari pendekatan interaksionisme simbolik adalah pembentukan diri (self). Self tidak bisa dilihat secara nyata dalam setiap individu seperti halnya ego atau kebutuhan atau dorongan dan norma yang ada dalam dirinya. Self merupakan definisi yang dibuat oleh manusia melalui interaksinya dengan orang lain mengenai siapa dirinya sendiri. Dalam proses pembentukan

commit to user

sendiri. Jadi self merupakan konstruksi sosial yaitu hasil pengamatan atau penglihatan terhadap diri sendiri kemudian peneliti mengembangkan suatu definisi melalui interaksi itu. Interaksi simbolik, menurut Herbert Blumer, merujuk pada … “karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia.” Aktor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung maupun tidak langsung, selalu didasarkan atas makna penilaian tersebut. Oleh karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol- simbol penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokan, dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi di mana dan ke arah mana tindakannya. Teori interaksionisme simbolik sangat menekankan arti pentingnya “proses mental” atau proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak. Tindakan manusia itu sama sekali bukan stimulus – respon, melainkan stimulus – proses berpikir – respons. Jadi, terdapat variabel antara atau variabel yang menjembatani antara stimulus dengan respon, yaitu proses mental atau proses berpikir, yang tidak lain adalah interpretasi. Teori interaksionisme simbolik memandang bahwa arti/makna muncul dari proses interaksi sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara- cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut.

Adanya berbagai kegiatan merupakan salah satu contoh activity support. Activity Support muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi. Pada dasarnya activity support adalah aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement). Serta kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent). Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin

commit to user

actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, misalnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.