Analisis Data

B. Analisis Data

Hasil penelitian pada tabel 4.2. yang berupa lama waktu kematian cacing dianalisis dengan uji regresi linier dan untuk mengetahui daya bunuh ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) digunakan analisis probit. Data diolah dengan program Statistical product and Service Solution (SPSS) 17,0 for Windows . Namun, sebelum melakukan uji regresi linier dilakukan terlebih dahulu uji normalitas untuk mengetahui distribusi data.

1. Uji Saphiro Wilk

Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data normal atau tidak dapat digunakan berbagai macam uji normalitas. Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode analitik, yaitu menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk sampel lebih dari 50 maupun Saphiro-Wilk untuk sampel kurang dari 50. Metode analitik lebih sering digunakan daripada metode-metode lain seperti histogram dan kurtosis karena metode analitik dianggap lebih sensitif dan objektif (Dahlan, 2008). Metode analitik yang dipakai di sini adalah Saphiro Wilk karena jumlah sampel yang akan diuji kurang dari 50.

Uji normalitas dengan Saphiro Wilk dilakukan pada kelompok 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan kontrol negatif. Uji Saphiro Wilk pada lampiran 2, didapatkan bahwa distribusi data yang normal (p > 0,05).

Uji regresi linier dilakukan karena memenuhi syarat uji. Analisis korelasi memenuhi syarat bahwa data harus berdistribusi normal dan linear. Uji normalitas menunjukkan distribusi data hasil penelitian memiliki distribusi normal. Uji linearitas data hasil penelitian menunjukkan bahwa data linear dengan nilai signifikan < 0,01. Uji normalitas dan uji linearitas terpenuhi sehingga dapat dilakukan uji regresi linier.

Hasil uji regresi linier dapat dilihat pada lampiran 3 Hasil dari tabel “Correlations” merupakan matrik korelasi variabel lama kematian cacing dengan konsentrasi. Dari data keluaran di atas dapat diketahui : Koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing = 0,927 bertanda negatif, sig. (2-tailed) = 0,000. Interpretasinya adalah sebagai berikut :

a. Besarnya nilai probabilitas atau sig. (2-tailed) adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05. Ini berarti ada korelasi yang signifikan antara variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing.

b. Koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing = 0,927 bertanda negatif. Menunjukkan arah korelasinya negatif, mengandung pengertian semakin tinggi nilai konsentrasi maka semakin cepat waktu kematian cacing.

Hasil dari tabel “Model Summary” dapat dibaca pada kotak R Square tampak nilainya 0,927. Hal tersebut mengandung pengertian Hasil dari tabel “Model Summary” dapat dibaca pada kotak R Square tampak nilainya 0,927. Hal tersebut mengandung pengertian

Hasil dari tabel uji ANOVA diketahui bahwa F tabel untuk derajat kemaknaan 0,01 didapatkan sebesar 8,53 dan F hitung yang diperoleh adalah 134,618 sehingga F hitung >F tabel . Selain itu dari uji ANOVA didapatkan nilai probabilitas 0,000 (p < 0,05). Kedua hal tersebut mengandung makna bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama kematian cacing.

Hasil dari tabel koefisien di atas, kolom B pada constant (a) adalah 83,783 sedangkan konsentrasi (b) adalah -1,053 sehingga persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut : Y = a +bX Y = 83,783 – 1,053 X Keterangan : Y = Lama kematian cacing

X = Konsentrasi

3. Uji Analisi Probit

Analisis data dilanjutkan dengan analisis probit untuk mengetahui LC 50 dan LT 50 ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.), serta LT 50 pirantel pamoat. Hasilnya sebagai berikut : Analisis data dilanjutkan dengan analisis probit untuk mengetahui LC 50 dan LT 50 ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.), serta LT 50 pirantel pamoat. Hasilnya sebagai berikut :

LC 50 adalah konsentrasi yang diperlukan untuk dapat membunuh 50% cacing dalam waktu tertentu. LC 50 untuk mengetahui keefektivan

dosis ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.).

Data yang sudah diperoleh dari tabel 4.3 kemudian dianalisis dengan metode analisis probit untuk mengetahui LC50 Ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel

4.4. Tabel 4.4. Lethal Concentration Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis

indica L.)

No

Presentase mortalitas (%)

LC x (%)

Batas bawah(%)

Batas atas (%)

LC 50 dari tabel 4.4. dapat dilihat ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) adalah pada konsentrasi 69,800%, dengan batas bawah 65,575% dan batas atas 74,071%. Selanjutnya, dari konsentrasi yang mendekati batas atas, yaitu 70% dilakukan analisis probit untuk

menghitung LT 50 ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.).

LT 50 adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian 50% cacing pada konsentrasi tertentu. Pada penelitian ini, LT 50 digunakan untuk membandingkan efektivitas pirantel pamoat dan ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.). Tabel 4.5. menyajikan data LT 50 ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) yang dihitung menggunakan analisis probit. Tabel 4.5. Lethal Time Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis indica L.)

ari

LT 50 pada tabel 4.5. ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) adalah 3,904 jam, dengan batas bawah 3,018 jam dan batas atas 8,563 jam. Tabel 4.6. Lethal Time Pirantel Pamoat

No

Presentase mortalitas (%)

LT x (jam)

Presentase mortalitas (%)

LT x (jam)

Batas bawah (jam)

Batas atas (jam)

1 10 1,601

0,511 2,161

2 20 2,174

1,166 2,795

3 30 2,711

1,908 3,728

4 40 3,274

2,528 5,480

5 50 3,904

3,018 8,563

6 60 4,657

3,476 13,867

7 70 5,623

3,977 23,613

8 80 7,011

4,609 44,461

mengetahui efektivitas dari ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.), LT 50 ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) dibandingkan dengan LT 50 pirantel pamoat.