1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka diatas, variabel Total Quality Management (TQM) yaitu komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi dan fokus kepada konsumen akan mempengaruhi kinerja organisasi. Rangkuman hipotesis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Rangkuman Hipotesis
Hipotesis 1 Komitmen manajer berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi Hipotesis 2
Manajemen tenaga kerja berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi Hipotesis 3
Pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organiasi Hipotesis 4
Kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi Hipotesis 5
Fokus konsumen berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Hasil Penelitian 1 Callystha Prayhoego dan
Judul
Variabel
1.Terdapat pengaruh signifikan antara Total Quality Devie (2013)
Analisa pengaruh Total
1. Total Quality
Quality Management (TQM)
Management (TQM). Management terhadap keunggulan bersaing.
terhadap keunggulan bersaing 2.keunggulan
2. Terdapat pengaruh signifikan antara Total Quality
dan kinerja perusahaan.
bersaing.
Management terhadap kinerja perusahaan. 3.Kinerja perusahaan. 3.Terdapat pengaruh signifikan antara keunggulan bersaing
terhadap kinerja perusahaan.
2 Oey Hannes Widjaya., Ian Pengaruh Total Quality
1.Terdapat pengaruh signifikan Total Quality Management Nurpatria Suryawan
1. Total Quality
Management (TQM) dan
Management (TQM). terhadap kinerja perusahaan.
Quality Managament
2. Quality
2.Terdapat pengaruh signifikan Quality Management
Information (QMI) terhadap Managament
Information terhadap kinerja perusahaan.
kinerja perusahaan.
Information (QMI).
3.Terdapat pengaruh signifikan Total Quality Management terhadap Quality Management Information .
3 Snezana Topalovic (2014) Implementasi Total Quality
1. Total Quality
1.Komitmen manajer berpengaruh signifikan terhadap
Management (TQM)
Management (TQM). kepuasan pelanggan.
meningkatkan kinerja
2.Kepuasan
2.Kesopanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
produksi dalam meningkatkan konsumen.
konsumen.
kepuasan konsumen.
3.Responsibilas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. 4.Reabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan konsumen.
No Nama Peneliti
Hasil Penelitian 4 Hiras Paribu (2009)
Judul
Variabel
Pengaruh komitmen persepsi
1.Komitmen.
1. Terdapat pengaruh positif penerapan pilar dasar TQM
dan penerapan pilar dasar
2.Persepsi.
terhadap kinerja manajerial
Total Quality Management 3.Pilar dasar Total
terhadap kinerja manajerial .
Quality Management
(TQM)
4.Kinerja manajerial
5 Musran Munizu (2011)
Praktek Total Quality
1.Kepemimpinan.
1.Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Management (TQM) dan
2.Perencanaan
kinerja karyawan.
pengaruhnya terhadap kinerja strategis.
2.Perencanaan strategis berpengaruh positif dan signifikan
karyawan.
3.Pengaruh informasi terhadap kinerja karyawan. dan analisis
3.Fokus pada pelanggan berpengaruh positif dan signifikan
4.Fokus pada
terhadap kinerja karyawan.
pelanggan.
4.Pengaruh informasi dan analisis berpengaruh positif dan
5.Pengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan.
manajemen
5.Manajemen SDM berpengaruh positif dan signifikan
SDM.
terhadap kinerja karyawan.
6.Pengaruh
6.Manajemen Proses berpengaruh positif dan signifikan
Manajemen proses.
terhadap kinerja karyawan.
7.Kinerja Karyawan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menjelaskan sifat hubungan tertentu, menentukan perbedaan antar kelompok, atau kebebasan ( indepedensi ) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi yang sama (Sekaran, 2006).
Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu data penelitian berupa angka angka yang didapat dari penyebaran kuisioner. Peneliti melakukan pengujian hiptesis untuk melihat hubungan antara variabel indipenden dengan variabel dependen. Jenis investigasi yang penulis gunakan adalah hubungan korelasional. Tingkat intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimal yaitu mempelajari peristiwa sebagaimana adanya (Sekaran 2006).
3.2 Popolasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sekaran (2006) populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal, minat ingin peneliti investigasi. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi.
Pada penelitian ini populasinya ialah UMKM konfeksi di kota Bukittinggi dimana sampel merupakan UMKM telah menjalankan organisasinya dengan pendekatan TQM yang berdasarkan variabel komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, kualitas informasi, fokus konsumen, pemberdayaan karyawan.
Karena jumlah populasi UMKM konfeksi di kota Bukittinggi tidak diketahui seberapa banyak jumlahnya, maka peneliti menggunakan metode Hair dalam mencari sampel yang berdasarkan populasi penelitian, metode Hair digunakan jika jumlah dari populasi penelitian tidak diketahui jumlahnya dan tidak terdapat data mengenai jumlah dari popilasi penelitian.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan subkelompok populasi atau sebagian dari populasi yang dipilih (Sekaran, 2006). Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan target untuk melakukan sebuah penelitian atau memilih beberapa elemen dalam populasi (Cooper, 2006).
Sampel diambil dari populasi yang akan mewakili populasi pada saat pengolahan data. Pada penelitian ini karena populasi UMKM konfeksi di kota Bukittingi tidak diketahui banyak jumlahnya, maka untuk menentukan banyak jumlah sampel pada penelitian ini mengacu pada pendapat Hair et al., (1998) yaitu dengan mengalikan jumlah variabel yang diteliti dengan 15-20. Pada penelitian ini menggunakan 6 buah variabel yang dikalikan dengan 15-20, sehingga didapatkan sebanyak 90 – 120 sampel penelitian. Untuk meminimalisir ketidakvalidan data, maka peneliti menetapkan 125 sampel penelitian, jumlah sampel penelitian diambil berdasarkan pertimbangan jumlah indikator dikalikan dengan lima, jadi indikator sebanyak 25 dikalikan dengan 5, sehingga didapati sebanyak 125 sampel penelitian. Ini sesuai dengan pendapat (Hair et al., 2008) yang menyatakan bahwa sampel penelitian yang ideal adalah sebanyak 100 – 200 sampel penelitian, sehingga peneliti menetapkan sampel sebanyak 125 dan sampel dianggap telah mewakili populasi UMKM konfeksi di kota Bukittinggi.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini penulis melakukan teknik pengambilan sampel dengan metoda non-probability dengan teknik purposive sampling. Karena probabilitas dalam populasi tidak diketahui jumlahnya, purposive sampling dipilih karena pengambilan sampel dalam hal ini terbatas pada orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan (Sekaran, 2006). Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini :
1. Sampel yang diambil merupakan UMKM konfeksi di kota Bukittinggi.
2. Sampel yang diambil hanya pemilik/manajer dari usaha konfeksi di kota Bukittinggi.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat langsung dari responden. Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dengan membagi kuesioner kepada pemilik usaha konfeksi di kota Bukittinggi. Data primer mengacu kepada informasi yang diperoleh dari awal peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006).
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitan ini dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya, biasanya dalam alternatif yang didefenisikan dengan jelas (Sekaran, 2006).
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, baik berupa keterangan maupun literatur yang ada hubungannya dalam penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Kuesioner yang penulis sebar pada penelitian ini memiliki tiga bagian, yaitu pada bagian pertama tentang identitas responden bagian kedua tentang identitas perusahaan dan bagian ketiga berupa pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian.
3.6 Definisi Operasional Variabel
Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasional variabel penelitian, Penelitian ini menggunakan lima variabel indipenden dan satu variabel dependen, variabel indipenden yaitu komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi, fokus konsumen dan variabel dependennya adalah kinerja organisasi. Data di proses dengan menggunakan skala linkert 1-7 untuk setiap variabel yang di ukur, untuk lebih jelasnya tentang variabel yang akan diteliti dapat melihat tabel berikut,
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel
Referensi Komitmen
Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Dimensi
Prayhoego & manajer
Komitmen manajer merupakan salah satu penentu
1.Komitmen manajer
1.Arahan dan
dalam penerapan aplikasi Total Quality
dalam penerapan TQM
peran manajer
Devie, 2013
Management (TQM), komitmen manajer dalam
2.Tanggungjawab
2.Motivasi
penerapan TQM, senantiasa menjadi pioneer,
manajer
3.Kemampuan
pendorong, bertanggungjawab atas produk dan
3.Kepemimpinan
menjalankan
menjadi pemimpin dalam organisasi
seorang manajer
organisasi
Prayhoego & tenaga kerja
Manajemen
Manajemen tenaga kerja memiliki panduan terhadap 1.Manajemen
1.Pelatihan
pelatihan, peningkatan kualitas tenaga kerja,
peningkatan kualitas
tenaga kerja
Devie, 2013
kerjasama tim, pelatihan,perekrutan dan partisipasi
tenaga kerja
2.Rencana
dalam perbaikan kualitas
2.Perekrutan karyawan
memadai dalam
3.Partisipasi perbaikan
perekrutan
kualitas
3.Pemberdayaan tenaga kerja
Prayhoego & karyawan
Pemberdayaan Pemberdayaan merupakan tindakan meningkat
1.Kepercayaan
1.pengukuran
kualitas karyawan dengan cara memberikan
pendidikan dan pelatihan terhadap pekerjaan yang
2.Pelatihan karyawan
mengenai
dilakukan dalam meningkatkan kualitas kerja
3.Evaluasi karyawan
penerapan
karyawan
4.Sistem rotasi kerja
pemberdayaan
karyawan
1. Cross function Widjaya & informasi
Kualitas
Informasi mengenai kualitas menjadi bagian dari
1.Informasi kualitas
sistem manajemen dalam meningkatkan kinerja
2.Informasi karyawan
3.Informasi konsumen
Referensi Fokus
Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Dimensi
Muchtar, 2000 konsumen
Perusahaan memahami fokus konsumen, hubungan
1.Prioritas pelanggan
1. Costumer
konsumen dengan tujuan mampu memahami
2.Tolak ukur kepuasan
behavior
kebutuhan dan mampu memenuhi kebutuhan
pelanggan
2. Costumer
konsumen, serta memiliki hubungan jangka panjang 3.Kebutuhan pelanggan
relationship
dengan konsumen
4.prilaku pelanggan 5.interaksi dengan pelanggan 6.Hubungan jangka panjang pelanggan
Kinerja
Prayhoego & organisasi
Tingkat yang menunjukkan seberapa jauh
1.Mampu mencapai
1. Non financial
pelaksanaan tugas dapat dilaksanakan secara aktual
market share performance
Devie, 2013
dan misi organisasi tercapai.
2.Menciptakan produk
3.Kinerja output perusahaan 4.Tingkat produktivitas 5.Mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
3.7 Teknik Analisis Data
Pengujian pada penelitian ini menggunakan program SmartPLS 3.2.6. Terdiri dari uji validitas, uji reliabilitas, uji struktural, dan pengujian hipotesis. Dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.7.1 Uji Validitas
Salah satu skala pengukuran dikatakan valid bila mampu melakukan apa yang harusnya dilakukan dan mengukur apa yang sebenarnya diukur (Sekaran, 2006). Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukkan kevalidan suatu instrumen serta seberapa baik suatu konsep dapat didefenisikan oleh suatu ukuran (Hair et al., 2008).
Validitas dapat diuji dan dievaluasi berdasarkan convergent validity dan discriminant validity.
1. Convergent validity bertujuan untuk mengetahui validitas setiap hubungan antara indikator
dengan variabel latennya. Syarat minimum dianggap memenuhi valid ialah skor loading factor ≥ 0.50, suatu indikator dianggap memiliki tingkat validitas tinggi apabila memiliki nilai outer loading yang lebih dari 0.70. Namun untuk penelitian tahap awal, indikator yang memiliki outer loading
0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima (Ghozali, 2012).
2. Discriminant validity Nilai dari discriminant validity di ukur dengan memperhatikan nilai cross
loading , apabila nilai korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada nilai konstruk dengan konstuk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada loading , apabila nilai korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada nilai konstruk dengan konstuk lainnya, maka hal tersebut menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik daripada
Nilai dari discriminant validity dapat juga dengan memperhatikan nilai dari Average Variance Extracted (AVE), dimana AVE memenuhi syarat jika nilai lebih besar dari 0.50.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur reliable atau handal tidaknya kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau mengukur tingkat tingkat konsistensi dari instrumen penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara melihat nilai composite realibility tersebut akan menunjukkan nilai yang bagus jika memiiki nilai diatas 0.70 (Ghozali, 2012).
3.7.3 Stuktural ( Inner model )
Pemeriksaan terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai R- Square . Penilaian model dengan SmartPLS dimulai dengan melihat R-Square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-Square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantive.
3.7.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis yang diajukan, dapat dilihat dari besarnya nilai t- statistic . Karena PLS tidak mengasumsikan normalitas dan distribusi data, maka PLS menggunakan nonparametic test untuk menentukan tingkat signifikansi dari path coefisien , dimana nilai t (t-statistic) yang dihasilkan dengan menjalankan alogaritma boosraping pada SmartPLS digunakan untuk menentukan diterima Pengujian hipotesis yang diajukan, dapat dilihat dari besarnya nilai t- statistic . Karena PLS tidak mengasumsikan normalitas dan distribusi data, maka PLS menggunakan nonparametic test untuk menentukan tingkat signifikansi dari path coefisien , dimana nilai t (t-statistic) yang dihasilkan dengan menjalankan alogaritma boosraping pada SmartPLS digunakan untuk menentukan diterima
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Pengembalian Kuesioner
Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer dengan penyebaran kuesioner kepada responden penelitian. Responden penelitian ini adalah pemilik/manajer dari UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi. Analisis pengembalian kuesioner adalah sebagai berikut,
Tabel 4.1 Hasil Analisis Pengembalian Kuesioner
No
Persentase 1 Kuesioner yang disebar
Keterangan
Jumlah
100% 2 Kuesioner yang dikembaikan
100% 3 Kuesioner yang diolah
100% 4 Total kuesioner yang dapat diolah
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari tabel yang diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari dari 125 kuesioner yang disebar tidak ada kuesioner yang tidak kembali, dari kuesioner yang dikembalikan juga tidak terdapat kuesioner yang tidak dapat diolah, sehingga persentase penulis menganalisis kuesioner yang disebar adalah 100 %.
4.2 Gambaran Umum Identitas Responden
Gambaran umum responden dari identitas responden dapat dijelaskan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, kedudukan dalam perusahaan, dan berapa lama usaha dijalankan. Adapun gambaran umum identitas responden dapat dijabarkan sebagai berikut,
4.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 125 kuesioner yang disebar, didapatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut,
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No
Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase
1 Laki laki
100 % Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Jumlah
4.2.2. Karakteristik Berdasarkan Usia
Karakteristik usia dikelompokkan berdasarkan responden yang berusia kecil dari 25 tahun, usia 25-35 tahun, usia 36-45 tahun. Usia 46-55 tahun dan responden yang berusia 55 tahun keatas. Hasilnya adalah sebagai berikut,
4.3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
2 26-35 th
3 36-45 th
4 46-55 th
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang bekerja sebagai pemilik atau manajer dari usaha konfeksi didominasi oleh responden yang berumur 36-45 tahun yaitu dengan jumlah 44 orang dengan persentase 35,4%, disusul dengan responden yang berumur 46-55 tahun dengan jumlah 41 orang dengan persentase 32,8%, kemudian responden yang berusia 26-35 tahun dengan jumlah 25 orang dengan persentase 20%, responden berusia diatas 55 tahun Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah responden yang bekerja sebagai pemilik atau manajer dari usaha konfeksi didominasi oleh responden yang berumur 36-45 tahun yaitu dengan jumlah 44 orang dengan persentase 35,4%, disusul dengan responden yang berumur 46-55 tahun dengan jumlah 41 orang dengan persentase 32,8%, kemudian responden yang berusia 26-35 tahun dengan jumlah 25 orang dengan persentase 20%, responden berusia diatas 55 tahun
4.2.3 Pendidikan Terakhir
Dari setiap kuesioner yang disebarkan pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi, terdapat 125 kuesioner yang memenuhi kriteria dan dikutsertakan dalam pengajian. Berikut pengelompokan respoden berdasarkan pendidikan terakhir responden :
4.4 Tabel Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pada penelitian ini responden didominasi oleh responden yang memiliki latar pendidikan tamatan SMA yaitu sebanyak 65 orang (52%) dari total keseluruhan 125 orang. Urutan kedua yaitu responden dengan latar belakang pendidikan tamatan SMP dengan jumlah 28 orang (22.4%) dari total keseluruhan responden 125 orang. Urutan ketiga yaitu responden dengan latar belakang pendidikan tamatan D3 dengan jumlah 15 orang (12%) dari total keseluruhan 125 orang dan posisi terakhir ditempati responden tamatan SD dengan jumlah 11 orang (8.8%).
4.2.4 Kedudukan Dalam Perusahaan Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Kedudukan Dalam
1 Pemilik sekaligus manajer
2 Manajer / pengelola
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa total keseluruhan responden berjumlah 125 orang, responden dengan kedudukan sebagai pemilik sekaligus manajer UMKM diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kedudukan sebagai manajer atau pengelola. Responden dengan kedudukan sebagai pemilik sekaligus manajer berjumlah 117 orang (93.6%) sedangkan responden dengan kedudukan sebagai pengelola sekaligus manajer di UMKM berjumlah 8 orang (6.4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah pemilik dari UMKM konfeksi.
4.2.5 Masa Berwirausaha Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Masa Wirausaha
No
Masa wirausaha
2 1 - 5 tahun
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang berwirausaha kurang dari 5 tahun, kemudian responden yang memiliki pengalaman berwirausaha 1 - 5 tahun berjumlah 16 orang (12.8%), sedangkan Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tidak ada responden yang berwirausaha kurang dari 5 tahun, kemudian responden yang memiliki pengalaman berwirausaha 1 - 5 tahun berjumlah 16 orang (12.8%), sedangkan
4.3 Identitas Perusahaan
Berikut ini adalah data identitas perusahaan yang didapat dari pengisian kuesioner bagian (2) yang didalamnya terdapat informasi mengenai bentuk usaha, lama usaha dijalanakan, jumlah karyawan dan perkiraan penghasilan pertahun.
4.3.1 Bentuk Usaha
Tabel 4.7 Identitas Perusahaan Berdasarkan Bentuk Usaha
No
Bentuk usaha
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar usaha UMKM konfeksi yang ada di kota Bukittinggi adalah usaha perorangan yakni hampir seluruh usaha dengan jumlah 123 usaha (98.4%). Dan ada 2 usaha konfeksi yang berbentuk CV dengan persentase 1.6% dari total keseluruhan usaha yang berjumlah 125 usaha.
4.3.2 Lama Usaha Dijalankan Tabel 4.8 Identitas Perusahaan Berdasarkan Lama Usaha Dijalanakan
No
Lama usaha
2 1-5 tahun
3 6-10 tahun
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa usaha tergolong sudah sangat lama yaitu lebih dari 10 tahun dengan jumlah 68 usaha (54.4%), sedangkan usaha yang berumur 1-5 tahun berjumlah 30 usaha (24%), usaha yang berumur 6-10 tahun berjumlah 27 usaha (21.6%) dan tidak terdapat usaha baru <1 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data, mayoritas pemilik usaha konfeksi yang diteliti ialah responden yang usahanya sudah berjalan lebih dari 10 tahun.
4.3.3 Jumlah Karyawan
Tabel 4.9 Identitas Perusahaan Berdasarkan Jumlah Karyawan
No
Jumlah karyawan
2 5-19 orang
3 20-99 orang
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa usaha yang memiliki jumlah karyawan <5 orang berjumlah 76 usaha (60.8%), sedangkan usaha yang memiliki jumlah karyawan 5-19 orang berjumlah 42 usaha (33.6%), dan usaha yang memiliki jumlah karyawan 20-99 orang berjumlah 7 usaha (5.6%), jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden usaha konfeksi ialah usaha yang memiliki jumlah karyawan yang rata-rata sebanyak 5 orang.
4.3.4 Penghasilan Usaha
Tabel 4.10 Identitas Usaha Berdasarkan Omset Usaha
No
Persentase 1 < Rp 300.000.000,00
Omset usaha
Sumber : Data primer yang diolah ,2017
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 usaha kecil merupakan entitas yang memiliki kekayaan bersih antara Rp 50.000.000,00 sampai Rp 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha didirikan, usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki kriteria rentang kekayaan bersih antara Rp 500.000.000,00 sampai Rp 10.000.000.000,00 dimana kekayaan bersih tersebut diluar tanah dan bangunan kemudian usaha menengah memiliki pendapatan tahunan dengan rentang antara Rp 2.500.000.000,00 hingga Rp 50.000.000.000,00
Pada penelitian ini terdapat 75.2% usaha mikro dengan pendapatan kurang dari Rp 300.000.000,00 yang merupakan persentase terbanyak berjumlah 94 usaha dari total 125 usaha dan terdapat sekitar 24.8% usaha kecil yang pendapatannya Rp 300.000.000,00 - Rp 2.500.000.000,00 yang berjumlah 31 usaha dari total 125 usaha.
4.4. Deskripsi Variabel Penelitian
Analisis deskripsi variabel digunakan untuk mengetahui jawaban dari masing masing variabel yang diteliti. Deskripsi variabel diperlukan untuk mengetahui data data yang didapat dari pernyataan secara garis besar. Analisis dilakukan dengan distribusi frekuensi.
4.4.1 Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi diukur berdasarkan evaluasi manajer terhadap usaha yang dijalankan. Berdasarkan kuesioner yang telah penulis sebar didapatkan deskripsi jawaban responden mengenai kinerja usaha mereka sebagai berikut:
Tabel 4.11 Deskripsi Statistik Kinerja Organisasi
Rata No
Alternatif Jawaban
Pernyataan Total
SSS rata 1 Perusahaan kami
1 3 10 18 63 23 7 125 4.80 mampu mencapai pangsa pasar ( market share ) yang telah ditargetkan 2 Perusahaan kami
0 3 11 15 64 25 7 125 4.94 senantiasa memperkenalkan produk baru di saat yang tepat 3 Perusahaan kami
0 0 2 5 65 39 14 125 5.46 mampu menawarkan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pelanggan 4 Perusahaan kami
0 3 11 26 54 19 12 125 4.88 mampu mencakup seluruh lingkup pangsa pasar yang ditargetkan dengan menggunakan sumber daya yang minimum
5 Perusahaan kami 1 0 2 9 64 32 17 125 5.39 mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
Rata rata
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini menunjukkan jawaban dari 125 responden terhadap kinerja usaha konfeksi, dalam penelitian ini respondennya adalah manajer dari usaha konfeksi di kota Bukittinggi. Indikator yang memiliki rata rata ( mean ) tertinggi yaitu indikator tentang menawarkan produk sesuai kebutuhan pelanggan sebesar 5.46, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesetujuan responden lebih tinggi pada indikator penawaran produk sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan dengan mean terendah terdapat pada indikator pencapaian marketshare sebesar 4.80, jadi Tabel ini menunjukkan jawaban dari 125 responden terhadap kinerja usaha konfeksi, dalam penelitian ini respondennya adalah manajer dari usaha konfeksi di kota Bukittinggi. Indikator yang memiliki rata rata ( mean ) tertinggi yaitu indikator tentang menawarkan produk sesuai kebutuhan pelanggan sebesar 5.46, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesetujuan responden lebih tinggi pada indikator penawaran produk sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan dengan mean terendah terdapat pada indikator pencapaian marketshare sebesar 4.80, jadi
4.4.2 Komitmen Manajer
Tabel 4.12 Deskripsi Statistik Komitmen Manajer
Rata No
Alternatif Jawaban
SS SSS rata 1 Manajer perusahaan
Pernyataan Total
STSS STS TS KS S
8 125 4.94 senantiasa menjadi pioner (yang pertama) dalam penerapan dan pendorong Total Kualitas Manajemen 2 Manajer perusahaan
0 0 0 0 55 45 25 125 5.76 senantiasa bertanggungjawab penuh atas produk dan jasa yang ditawarkan kepada pelanggan 3 Manajer perusahaan
0 0 1 4 61 37 22 125 5.60 senantiasa menjadi pemimpin yang dapat memberikan motivasi kepada semua karyawan
Rata rata
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap komitmen manajer. Nilai mean yang tertinggi terdapat pada indikator tanggungjawab manajer terhadap produk yang ditawarkan perusahaan yaitu sebesar 5.76, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan nilai mean paling rendah Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap komitmen manajer. Nilai mean yang tertinggi terdapat pada indikator tanggungjawab manajer terhadap produk yang ditawarkan perusahaan yaitu sebesar 5.76, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan nilai mean paling rendah
4.4.3 Pemberdayaan Karyawan
Tabel 4.13 Deskripsi Statistik Pemberdayaan Karyawan
Rata No
Alternatif Jawaban
Pernyataan Total
SSS rata 1 Perusahaan kami
0 0 0 5 67 34 19 125 5.53 senantiasa memberikan kepercayaan kepada karyawan dalam melakukan tugas tugasnya 2 Perusahaan kami
0 0 4 9 62 32 18 125 5.40 melakukan pelatihan kepada karyawan agar mampu mengembangkan kemampuannya 3 Perusahaan kami
0 0 0 5 73 28 19 125 5.48 memberikan evaluasi terhadap kinerja karyawan 4 Perusahaan kami
0 0 5 14 62 30 14 125 5.27 melakukan sistem rotasi kerja sehingga karyawan dapat mempelajari hal yang baru
Rata rata 5.42
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap pemberdayaan karyawan. Nilai mean tertinggi terdapat pada indikator tentang kepercayaan manajer terhadap pekerjaan karyawan sebesar 5.53, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lain. Sedangkan nilai paling rendah terdapat pada indikator sistem rotasi kerja Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap pemberdayaan karyawan. Nilai mean tertinggi terdapat pada indikator tentang kepercayaan manajer terhadap pekerjaan karyawan sebesar 5.53, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lain. Sedangkan nilai paling rendah terdapat pada indikator sistem rotasi kerja
4.4.4. Manajemen Tenaga Kerja
Tabel 4.14 Deskripsi Statistik Manajemen Tenaga Kerja
Rata No
Alternatif Jawaban
Pernyataan Total
SSS rata 1 Perusahaan kami
1 0 12 15 65 26 6 125 4.96 senantiasa memiliki panduan tentang prinsip prinsip pelatihan karyawan, otoritas kepada karyawan dan kerjasama tim 2 Perusahaan kami
1 0 11 20 52 31 10 125 5.04 senantiasa memiliki rencana yang memadai untuk perekrutan karyawan 3 Perusahaan kami
0 0 1 2 70 32 21 125 5.56 senantiasa memiliki pekerja yang mempunya kemampuan untuk partisipasi dalam proses perbaikan kualitas
Rata rata 5.18
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap manajemen tenaga kerja. Nilai mean yang tertinggi terdapat pada indikator kemampuan perbaikan kualitas karyawan yaitu sebesar 5.56, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan nilai mean paling rendah terdapat pada indikator penerapan Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap manajemen tenaga kerja. Nilai mean yang tertinggi terdapat pada indikator kemampuan perbaikan kualitas karyawan yaitu sebesar 5.56, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan nilai mean paling rendah terdapat pada indikator penerapan
4.4.5 Kualitas Informasi
Tabel 4.15 Deskripsi Statistik Kualitas Informasi
Rata No
Alternatif Jawaban
Pernyataan total
SSS rata 1 Perusahaan kami
0 0 2 10 79 25 9 125 5.23 mampu menghasilkan informasi yang berkaitan dengan kualitas produk dan jasa 2 Perusahaan kami
0 0 1 2 64 41 17 125 5.56 memberikan informasi berupa motivasi terhadap karyawan dalam memberikan ide dan saran dalam tim untuk meningkatkan kinerja perusahaan 3 Perusahaan kami
0 0 1 1 58 39 26 125 5.70 dalam berkomunikasi dengan konsumen, senantiasa mendengarkan keluhan konsumen
Rata rata 5.49
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap kualitas informasi. Nilai mean yang tertinggi terdapat pada indikator informasi terhadap konsumen yaitu sebesar 5.70, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan nilai mean paling rendah terdapat pada indikator informasi terhadap kualitas produk sebesar
5.23. Dapat diartikan bahwa responden memiliki tingkat kesetujuan yang rendah dibandingkan indikator lainnya.
4.4.6 Fokus Konsumen
Tabel 4.16 Deskripsi Statistik Fokus Konsumen
Rata No
Alternatif Jawaban
Pernyataan Total
SSS rata 1 Kebutuhan
0 0 1 4 52 41 27 125 5.71 pelanggan senantiasa menjadi prioritas oleh perusahaan kami 2 Perusahaan kami
0 0 0 1 53 43 28 125 5.78 manjadikan kepuasan pelanggan sebagai tolak ukur dari kualitas produk dan pelayanan dari perusahaan 3 Perusahaan kami
0 0 1 1 46 47 30 125 5.83 berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan 4 Perusahaan kami
0 0 4 14 60 33 15 125 5.31 senantiasa melakukan riset dalam organisasi terhadap kebutuhan, keinginan, persyaratan dan harapan pelanggan 5 Perusahaan kami
0 0 5 16 56 33 15 125 5.29 senantisa memperluas interaksi antara karyawan dengan pelanggan
Rata No
Alternatif Jawaban
Pernyataan Total
SSS rata 6 Perusahaan kami
0 0 0 4 51 39 31 125 5.76 senantiasa memberikan sistem hubungan jangka panjang dengan pelanggan
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini mendeskripsikan jawaban dari 125 responden terhadap fokus konsumen. Nilai mean yang tertinggi terdapat pada indikator fokus dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yaitu sebesar 5.83, artinya tingkat kesetujuan responden terhadap indikator ini lebih besar dibandingkan indikator lainnya. Sedangkan nilai mean paling rendah terdapat pada indikator interaksi karyawan dengan pelanggan sebesar 5.29. Dapat diartikan bahwa responden memiliki tingkat kesetujuan yang rendah dibandingkan indikator lainnya.
4.5 Pengujian Data
Pengujian data pada penelitian ini menggunakan program SmartPLS 3.2.6. Terdiri dari uji validitas, uji realiabilitas, uji metode struktural dan pengujian hipotesis. Dapat dijabarkan sebagai berikut:
4.5.1 Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukan kevalidan suatu instrumen serta seberapa baik suatu konsep dapat didefenisikan oleh suatu ukuran (Hair et al., 2008). Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disebarkan kepada manajer/pemilik dari UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Suatu instrumen Uji validitas bertujuan untuk mengukur kualitas instrumen yang digunakan dan menunjukan kevalidan suatu instrumen serta seberapa baik suatu konsep dapat didefenisikan oleh suatu ukuran (Hair et al., 2008). Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disebarkan kepada manajer/pemilik dari UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Suatu instrumen
Cara paling banyak dalam penelitian di bidang SEM adalah dengan menggunakan pendekatan MTMM ( Multi-Train-Multi Method ). Dalam uji indikator pada konstruk reflektif, validitas instrumennya dapat diuji dan dievaluasi berdasarkan convergent validity dan discriminant validity dinilai berdasarkan korelasi ( outer loading ) antara skor item atau indikator ( component score ) dengan skor konstruk (Hair et al., 2008). Sedangkan untuk cross loading berfungsi menilai tingkat discriminant validity yang memadai pada setiap konstruk, yaitu dengan cara membandingkan korelasi antar konstruk. Discriminant validity dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk.
Untuk mengevaluasi convergent validity dapat digunkan Average Varience Extracted (AVE) yang nilainya harus lebih dari 0.50. Convergent validity berguna untuk mengetahui validitas setiap hubungan antar indikator dengan variabel latennya. Suatu indikator dianggap valid jika memiliki nilai diatas 0.70. Namun outer loading
0.50 sampai 0.60 masih dapat diterima dengan melihat output korelasi antar indikator dengan konstruknya (Ghozali, 2012).
4.5.1.1 Convergent validity Convergent validity bertujuan untuk mengetahui validitas setiap hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antar item / indikator ( component score ) dengan skor dari variabel laten ( construct score ) untuk mengetahui validitas dari hubungan indikator dengan variabel latennya. Indikator dianggap memiliki validitas yang baik apabila nilai 4.5.1.1 Convergent validity Convergent validity bertujuan untuk mengetahui validitas setiap hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antar item / indikator ( component score ) dengan skor dari variabel laten ( construct score ) untuk mengetahui validitas dari hubungan indikator dengan variabel latennya. Indikator dianggap memiliki validitas yang baik apabila nilai
Tabel 4.17 Nilai Outer Loading
Manajemen Fokus
Komitmen Tenaga Konsumen
Manajer Kerja
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Pada tabel 4.1.7 dapat dilihat bahwa seluruh indikator memiliki nilai outer loading diatas 0.50. Pada tabel 4.17 terlihat bahwa seluruh indikator memiliki rata- rata nilai outer loading lebih besar dari 0.50 dan tidak terdapat nilai outer loading yang kecil dari 0.50. Membuktikan bahwa seluruh indikator yang Pada tabel 4.1.7 dapat dilihat bahwa seluruh indikator memiliki nilai outer loading diatas 0.50. Pada tabel 4.17 terlihat bahwa seluruh indikator memiliki rata- rata nilai outer loading lebih besar dari 0.50 dan tidak terdapat nilai outer loading yang kecil dari 0.50. Membuktikan bahwa seluruh indikator yang
4.5.1.2 Discriminant Validity
Tabel 4.18 Nilai Cross Loading
Manajemen Fokus
Komitmen Tenaga Konsumen
Manajer Kerja
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Cross loading bertujuan untuk menilai tingkat discriminant validity yang memadai pada setiap konstruk, yaitu dengan cara membandingkan korelasi antar konstruk. Discriminant validity dinilai berdasarakan cross loading pengukuran dengan konstruk. Apabila nilai korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dari pada nilai korelasi dengan konstruk lain, maka hal tersebut Cross loading bertujuan untuk menilai tingkat discriminant validity yang memadai pada setiap konstruk, yaitu dengan cara membandingkan korelasi antar konstruk. Discriminant validity dinilai berdasarakan cross loading pengukuran dengan konstruk. Apabila nilai korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar dari pada nilai korelasi dengan konstruk lain, maka hal tersebut
Output dari crossloading menghendaki nilai korelasi dari setiap indikator dengan variabel latennya harus lebih tinggi bila dibandingkan dengan korelasi antar indikator, dari tabel 4.18 dapat dilihat masing masing indikator memiliki nilai tertinggi pada discriminant validity nya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa cross loading menunjukan discriminant validity yang baik.
Ada cara lain dalam menilai discriminant validity yaitu dengan melihat nilai Average Variance Extracted (AVE). Average Variance Extracted merupakan nilai rata-rata persentase skor varian yang diterima dari seperangkat variabel laten yang diestimasi melalui loading factor (akar korelasi berganda) yang dibagi dengan jumlah indikator. Nilai dari AVE masing masing variabel harus lebih dari
0.5 agar mampu mandukung kavalidan data yang diolah dalam penelitian ini diperoleh nilai AVE.
Tabel 4.19 Nilai AVE dan Discriminant Validity
1 Fokus konsumen
2 Pemberdayaan karyawan
3 Kinerja organisasi
4 Komitmen manajer
5 Manajemen tenaga kerja
6 Kualitas informasi
Sumber : Output SmartP LS 3.2.6, 2017
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa keenam variabel telah memenuhi standar AVE yaitu sebesar 0.50. Sehingga telah memenuhi seluruh syarat dari discriminant validity .
Tabel 4.20 Nilai AVE dan Latent variable Correlation Variabel
KI KM MTK Fokus
Konsumen Pemberdayaan
Karyawan Kinerja
Organisasi Kualitas
Informasi Komitmen
Manajer Manajemen
Tenaga kerja
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat validitas konstruk nilai akar AVE lebih tinggi dari korelasi antar konstruk yang lain, maka konstruk dinilai memiliki tingkat validitas baik. Bardasarkan data yang diolah, diketahui akar AVE lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi antar konstruk lainnya. sehingga dapat dikatakan masing masing konstruk telah memiliki validitas tinggi.
4.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dan indikator yang mengukur konstruk. Kemudian hasil composite reliability tersebut akan menunjukkan nilai yang bagus jika nilai diatas 0.70 (Ghozali, 2012). Berikut adalah tabel nilai composite reliability .
Tabel 4.21 Nilai Composite Reliability
Composite reliability Fokus Konsumen
Variabel
Permberdayaan Karyawan
Kinerja Organisasi
Kualitas Informasi
Komitmen Manajer
Manajemen Tenaga Kerja
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa setiap konstruk memiliki nilai diatas 0.70 yang menunjukkan bahwa semua konstruk pada model yang diestimasi telah memenuhi kriteria ( reliable )
Tabel 4.22 Nilai Cronbach’Alfa
No
Cronbach’Alfa Keterangan 1 Fokus Konsumen
Variabel
Reliable 2 Pemberdayaan Karyawan
Reliable 3 Kinerja Organisasi
Reliable 4 Kualitas Informasi
Reliable 5 Komitmen Manajer
Reliable 6 Manajemen Tenaga Kerja
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Berdasarkan uji reliabilitas pada tabel 4.2.2, dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha seluruh variabel yang sudah diujikan memiliki nilai di atas 0.60. Dengan demikian, seluruh variabel dalam penelitian ini dinyatakan reliable
4.5.3. Uji Struktural
Setelah model diestimasi dan memenuhi kriteria dari outer model , selanjutnya dilakukan pengujian model struktural ( Inner model ) yang dapat dilihat dan dinilai dari tabel R-Square ini
Tabel 4.23 Hasil R-Square
Variabel Dependen
R-Square
Kinerja Organisasi
0.488
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Penelitian Total Quality Management ini ini menggunakan satu variabel dependen yaitu kinerja organisasi dan lima variabel indipenden yaitu komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi dan fokus konsumen. Pada tabel 4.23 dapat dilihat nilai R-Square dari variabel kinerja organisasi mampu dijelaskan oleh variabel independen komitmen manajer, manajemen tenaga kerja, pemberdayaan karyawan, kualitas informasi dan fokus konsumen sebesar 0,488 yang berarti variabel kinerja organisasi mampu dijelaskan oleh kelima variabel independen sebesar 48.8 %. Hal ini menunjukkan terdapat 51,2% faktor lain selain kelima variabel independen yang mempengaruhi kinerja UMKM konfeksi di kota Bukittinggi
4.5.4 Uji Hipotesis
Berikut ini adalah hasil output bootstrapping dari SEM (Structural Equation Model).
Gambar 4.1 Model Antar Konstruk SmartPls 3.2.6
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
Untuk menilai siginifikansi model prediksi dalam pengujian model struktural, dapat dilihat dari t-statistic antar variabel. Nilai t (t-statistic) yang dihasilkan dengan menjalankan alogaritma bootsraping pada SmartPLS digunakan untuk menentukan didukung atau tidaknya hipotesis yang telah diajukan. Hipotesis akan diterima apabila t-statistic melebihi t-tabel 1.96 untuk two tailed hypotesis dan 1.64 untuk one tailed hypotesis (Hair et al., 2008). Dalam penelitian ini penulis menggunakan one tailed hypothesis dengan batas t tabel ( t- statistic ) sebesar 1,64
Tabel 4.24 Uji Hipotesis ( Total Effect )
T Statistics P
(|O/STDEV|) Values
Fokus Konsumen
1.899 0.058 -> Kinerja Organisasi
Pemberdayaan Karyawan
0.143 0.886 -> Kinerja Organisasi
Kualitas Informasi
1.238 0.216 -> Kinerja Organisasi
Komitmen Manajer
4.402 0.000 -> Kinerja Organisasi
Manajemen Tenaga Kerja
2.824 0.005 -> Kinerja Organisasi
Sumber : Output SmartPLS 3.2.6, 2017
1. Hipotesis pertama menyatakan bahwa komitmen manajer berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dengan memperhatikan tabel, diperoleh nilai t-statistic untuk hipotesis pertama sebesar 4.402 dan lebih besar dari 1.64 (t-tabel). Sehingga hipotesis pertama didukung
2. Hipotesis kedua menyatakan bahwa manajemen tenaga kerja berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dengan memperhatikan tabel, diperoleh nilai t-statistic untuk hipotesis kedua sebesar 2.824 dan lebih besar dari 1.64 (t-tabel). Sehingga hipotesis kedua didukung
3. Hipotesis ketiga menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dengan memperhatikan tabel, diperoleh nilai t-statistic untuk hipotesis ketiga sebesar 0.143 dan kurang dari 1.64 (t tabel). Sehingga hipotesis ketiga tidak didukung
4. Hipotesis keempat menyatakan bahwa kualitas informasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dengan memperhatikan tabel, diperoleh nilai t-statistic untuk hipotesis keempat sebesar 1.238 dan kurang dari 1.64 (t-tabel). Sehingga hipotesis keempat tidak didukung
5. Hipotesis kelima menyatakan bahwa fokus konsumen berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Dengan memperhatikan tabel, diperoleh nilai t-statistic sebesar 1.899 dan lebih besar dari 1.64 (t-tabel). Sehingga hipotesis kelima didukung
secara ringkas, hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.26 sebagai berikut :
Tabel 4.25 Tabel Hasil Penelitian
Hipotesis
Keterangan
Komitmen manajer berpengaruh
Hipotesis 1
positif terhadap kinerja organisasi
Didukung
Manajemen tenaga kerja
Hipotesis 2
berpengaruh positif terhadap
Didukung
kinerja organisasi Pemberdayaan karyawan
Tidak
Hipotesis 3
berpengaruh positif terhadap
didukung
kinerja organisasi Kualitas informasi berpengaruh
Tidak
Hipotesis 4
positif terhadap kinerja organisasi
didukung
Fokus konsumen berpengaruh
Hipotesis 5
positif terhadap kinerja organisasi
Didukung
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
4.6 Pembahasan dan Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan usaha konfeksi sebagai objek penelitian, karena penelitian ini tentang Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja organisasi, maka objek yang dijadikan responden ialah hanya pemilik usaha/manajer UMKM konfeksi yang berjumlah 125 orang, waktu penyebaran kuesioner kurang lebih satu bulan, dari kuesioner yang dibagikan ke 125 orang tingkat pengembaliannya adalah 100%, dan tidak ada kuesioner yang tidak dapat diolah. Tabel hasil Penelitian dijabarkan sebagai berikut :
4.6.1 Pengaruh Komitmen Manajer Terhadap Kinerja Organisasi
Pada tabel 4.25 didapat pengaruh positif dan signifikan dari komitmen manajer terhadap kinerja orgasnisasi yaitu kinerja UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Hal ini terlihat dari nilai t-statistic yang diperoleh dari 125 kuesioner yang disebar yaitu 4.402 (4.402 > 1.64) yang menunjukkan hubungan signifikan antara variabel komitmen manajer terhadap kinerja organisasi dan nilai original sample sebesar 0.426 yang menunjukkan hubungan positif antara variabel komitmen manajer dengan kinerja organisasi . Hipotesis ini menunjukkan bahwa komitmen manajer berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan semakin kuatnya komitmen manajer dan kepemimpinan dari seorang manajer tehadap organisasinya, maka akan semakin meningkat kinerja dari suatu organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama didukung artinya komitmen manajer berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi
Hasil penelitian ini memberikan implikasi kepada pemilik atau manajer dari UMKM konfeksi di kota Bukittinggi untuk memberikan dukungan terhadap
penerapan praktik TQM terhadap organisasi, dimana manajer merupakan kunci utama yang akan membawa organisasi mancapai tujuan serta kebijakan yang akan membuat organisasi mampu mengoptimalkan kinerjanya, peranan manajer sangat penting terhadap kesuksesan dalam menjalankan organisasi dan mengaplikasikan praktik Total Quality Management dengan mempertimbangkan aspek aspek kinerja, jadi dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin kuat komitmen dan dukungan seorang manajer dalam implementasi TQM, maka akan semakin meningkat kinerja yang akan dicapai organisasi, sejalan dengan pendapat Munizu, (2010) bahwa komitmen manajemen yang kuat mampu mendorong meningkatnya kinerja mutu dan kinerja bisnis perusahaan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Noviatoro (2015) dimana dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat pengaruh signifkan komitmen manajer terhadap kinerja manajerial perusahaan,
4.6.2 Pengaruh Manajemen Tenaga Kerja Terhadap Kinerja Organisasi
Hipotesis kedua tentang manajemen tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja organisasi juga didukung penelitian ini, hal ini diperoleh dari hasil t-statistic lebih besar dari 1.64 (2,824>1,64) yang menunjukkan hubungan signifikan variabel manajemen tenaga kerja terhadap kinerja organisasi dan nilai original sample 0.311 yang menunjukkan hubungan positif antara variabel manajemen tenaga kerja dengan kinerja organisasi, hipotesis ini menunjukkan bahwa manajemen tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila UMKM memiliki kualitas tenaga kerja yang baik maka akan mendorong meningkatkan kinerja UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Dengan demkian dapat disimpulkan Hipotesis kedua tentang manajemen tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja organisasi juga didukung penelitian ini, hal ini diperoleh dari hasil t-statistic lebih besar dari 1.64 (2,824>1,64) yang menunjukkan hubungan signifikan variabel manajemen tenaga kerja terhadap kinerja organisasi dan nilai original sample 0.311 yang menunjukkan hubungan positif antara variabel manajemen tenaga kerja dengan kinerja organisasi, hipotesis ini menunjukkan bahwa manajemen tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila UMKM memiliki kualitas tenaga kerja yang baik maka akan mendorong meningkatkan kinerja UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Dengan demkian dapat disimpulkan
Hipotesis kedua ini memberikan implikasi kepada manajer atau pemilik usaha konfeksi di kota Bukittinggi untuk memperhatikan manajemen tenaga kerja, tenaga kerja yang terdidik dan memiliki keahlian, pasti akan mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti perekrutan, penempatan tenaga kerja, keahlian dan kerajinan tenaga kerja itu sendiri. Peningkatan kualitas kerja menjadi sangat penting dan perlu dilakukan secara baik agar memberikan konstribusi maksimal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peranan manajemen tenaga kerja terbukti mampu mempengaruhi kinerja organisasi
Sesuai dengan penelitian Handayani (2015) kualitas tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja pegawai, hal ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti berhubungan dengan penelitian Handayani dan memiliki hasil yang yaitu pengaruh kualitas tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja organisasi
4.6.3 Pengaruh Pemberdayaan Karyawan Terhadap Kinerja Organisasi
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, hipotesis ketiga menyatakan bahwa diduga praktek Total Quality Management (TQM) yaitu pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Pada tabel 4.25 dapat dilihat bahwa hasil t-statistic yaitu sebesar 0.143 (0.143<1.64) yang menunujukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara variabel pemberdayaan karyawan terhadap kinerja organisasi karena t-statistic kurang dari
1,64 dan nilai original sample sebesar 0.020 yang menunjukkan hubungan positif antara variabel pemberdayaan karyawan dengan kinerja organisasi.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pemberdayaan karyawan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian pemberdayaan karyawan tidak dapat menjelaskan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kinerja organisasi pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi, untuk variabel pemberdayaan karyawan mempunyai sumbangan terhadap dependen yaitu kinerja organisasi sebesar 0.483 atau 48.3%, keadaan ini menunjukkan adanya pengaruh pemberdayaan karyawan terhadap kinerja organisasi. Namun demikian masih diperlukan faktor faktor lain maupun variabel lainnya yang mempengaruhi kinerja organisasi. Tetapi pada uji ini hasil tidak signifikan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Safitri (2013) yang berjudul pengaruh pelatihan dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan, hasil penelitian Safitri menunjukkan bahwa secara simultan pelatihan karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, Safitri menjelaskan bahwa pelatihan tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan disebabkan karena tidak semua karyawan yang mendapatkan pelatihan.
Selain itu penelitian ini berbeda dengan penelitian Sultana et al, (2012) yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan elemen kunci untuk meningkatkan kinerja dan menjelaskan bahwa kesuksesan organisasi bergantung kepada keterampilan dan kemampuan karyawan, maka dibutuhkan sekali pelatihan atau pemberdayaan sebagai proses pengembangan. Dan penelitian Fadzilah (2013) Selain itu penelitian ini berbeda dengan penelitian Sultana et al, (2012) yang menjelaskan bahwa pelatihan merupakan elemen kunci untuk meningkatkan kinerja dan menjelaskan bahwa kesuksesan organisasi bergantung kepada keterampilan dan kemampuan karyawan, maka dibutuhkan sekali pelatihan atau pemberdayaan sebagai proses pengembangan. Dan penelitian Fadzilah (2013)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga tidak didukung atau ditolak. Artinya pemberdayaan karyawan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja organisasi pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi
Implikasi hipotesis ketiga ini adalah bahwa manajer harus memperhatikan aspek pemberdayaan karyawan, karena pelatihan dan pemberdayan karyawan sangat penting terhadap kualitas karyawan itu sendiri, jika karyawan berkualitas tentu hasil pekerjaan karyawan juga berkualitas.
Pada penelitan ini variabel pemberdayaan karyawan tidak berpengaruh terhadap kinerja UMKM konfeksi di kota Bukittinggi. Bardasarkan hasil informasi yang peneliti dapatkan waktu penyebaran kuesioner bahwa mayoritas pemilik usaha konfeksi tidak melakukan pemberdayaan karyawan karena pihak pemilik usaha konfeksi hanya merekrut karyawan yang sudah pandai dan berpengalaman dalam bekerja contohnya tenaga kerja menjahit, pemilik hanya merekrut tenaga kerja yang sudah terampil, hal ini disebabkan jika pemilik melakukan pemberdayaan tentu akan memakan waktu serta biaya dan hasilnya hanya akan mengurangi kinerja usaha
4.6.4 Pengaruh Kualitas Informasi Terhadap Kinerja Organisasi
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, hipotesis keempat menyatakan bahwa kualitas informasi berpengaruh positif terhadap Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, hipotesis keempat menyatakan bahwa kualitas informasi berpengaruh positif terhadap
antara variabel kualitas infromasi terhadap kinerja organisasi karena nilai t- statistic kurang dari 1.64 dan nilai original sample -0.175 yang menunjukkan hubungan negatif antara variabel kualitas informasi dengan kinerja organisasi. Hipotesis ini menjelaskan bahwa kualitas informasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian kualitas informasi tidak bisa menjelaskan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kinerja organisasi UMKM konfeksi di kota Bukittinggi.
Dilihat dari koefisien daterminasi (R-Square) untuk variabel kualitas informasi memiliki sumbangan terhadap variabel dependen yaitu kinerja organisasi sebesar 0.488 atau 48.8%. Keadaan ini menunjukkan adanya hubungan kualitas informasi terhadap kinerja organisasi. Namun demikian masih diperlukan faktor faktor lain yang mempengaruhi kinerja organisasi. Tetapi pada penelitian ini menunjukkan tidak signifikan dan berpengaruh negative.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Khasanah (2012) tentang analisis faktor yang mempengaruhi efektifitas sistem informasi pada organisasi sektor publik dimana variabel sistem informasi tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi dan penelitian dari Indahsari (2013) tentang pengaruh kualitas pengungkapan informasi terhadap penerapan corporate governance dengan kinerja perusahaan pada bursa efek Indonesia, dimana variabel pengungkapan informasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Tidak sesuai dengan penelitian Munizu, (2010) pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja organisasi, dimana variabel information and analisys (informasi dan analisis) Penelitian ini sesuai dengan penelitian Khasanah (2012) tentang analisis faktor yang mempengaruhi efektifitas sistem informasi pada organisasi sektor publik dimana variabel sistem informasi tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi dan penelitian dari Indahsari (2013) tentang pengaruh kualitas pengungkapan informasi terhadap penerapan corporate governance dengan kinerja perusahaan pada bursa efek Indonesia, dimana variabel pengungkapan informasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Tidak sesuai dengan penelitian Munizu, (2010) pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja organisasi, dimana variabel information and analisys (informasi dan analisis)
Pada penelitan ini kualitas informasi tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi, hal ini disebabkan bahwa kualitas informasi pada UMKM konfeksi di kota Bukittinggi tidak mampu mempengaruhi kinerja pada usaha konfeksi itu sendiri, hal ini disebabkan karena informasi pada usaha konfeksi bersifat terbatas, contoh informasi yang berhubungan dengan produk, pelanggan dan penjualan, informasi tidak berpengaruh juga disebabkan oleh faktor usaha konfeksi merupakan usaha kecil jadi informasi yang mereka gunakan terbatas sehingga tidak terlalu mempengaruhi kinerja.
Berdasarkan informasi pada penyebaran kuesioner ada beberapa sumber informasi dari responden bahwa menurut responden informasi tersebut akan berpengaruh terhadap kebijakan dan pengambilan keputusan usaha konfeksi contoh, informasi dari pelanggan digunakan pemilik usaha konfeksi dalam membuat produk sesuai dengan kebutuhan konsumen yang sangat beragam.
Berbeda jika yang diteliti adalah perusahaan besar dimana perusahaan besar cendrung memiliki dan menggunakan sistem informasi manajemen secara luas yang dijadikan sistem informasi yang diaplikasikan melaui database perusahaan.
4.6.5 Pengaruh Fokus Konsumen Terhadap Kinerja Organisasi
Hipotesis kelima tentang fokus pelanggan memiliki pengaruh positif yang terhadap kinerja organisasi. Hal ini diperoleh dari hasil t-statistic lebih besar dari
1.64(1.899>1.64) yang menunjukkan hubungan signifikan antara variabel fokus pelanggan terhadap kinerja organisasi dan nilai original sample sebesar 0.215 yang menunjukkan hubungan positif antara variabel fokus konsumen dengan kinerja organisasi. Hipotesis ini menjelaskan bahwa fokus konsumen brerpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Sehingga dapat disimpulkan apabila perusahaan mampu mempelajari prilaku, hubungan dan fokus terhadap konsumen, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Dengan demkian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima didukung artinya fokus kepada konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja organisasi.
Implikasi hipotesis kelima ini kepada manajer UMKM konfeksi di kota Bukittinggi untuk mempu memahami dan mempelajari prilaku, hubungan dan fokus terhadap konsumen, dengan artian apabila perusahaan fokus terhadap konsumen, memahami produk yng dibutuhkan, mengetahui selera serta daya beli dari segment pasar, dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen maka fokus kepada konsumen mampu meningkatkan kinerja perusahaan dari segi operasional, produk serta omset perusahaan.
Penelitian ini mendukung penelitian dari Munizu, (2010) tentang pengaruh praktek Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja karyawan, dimana variabel TQM yaitu costumer focus (fokus kepada pelanggan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
BAB V PENUTUP