50
kebenaran dari isi akta pejabat tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta itu adalah palsu.
Pada akta partij dapat digugat kebenaran isinya, tanpa menuduh akan kepalsuannya, dengan jalan menyatakan bahwa keterangan dari
pihak yang bersangkutan ada diuraikan menurut sesungguhnya dalam akta itu. akan tetapi keterangan itu adalah tidak benar. Artinya terhadap
keterangan yang diberikan itu diperkenankan pembuktian sebaliknya. Dari uraian di atas, maka yang pasti secara autentik pada akta
partij terhadap pihak lain adalah: 1.
tanggal dari akta itu; 2.
tanda tangan-tanda tangan yang ada dalam akta itu; 3.
identitas orang-orang yang hadir comparanten; 4.
bahwa apa yang tercantum dalam akta itu adalah sesuai dengan apa yang diterangkan oleh para penghadap kepada notaris untuk
dicantumkan dalam akta itu, sedangkan kebenaran dari keterangan- keterangan itu sendiri pasti antara pihak-pihak yang bersangkutan
sendiri.
2. Kekuatan Pembuktian Akta Autentik
Berbicara mengenai akta, penting kiranya diketahui mengenai perbedaan antara akta autentik dan akta yang dibuat di bawah tangan.
Perbedaan pokok antara akta autentik dan akta yang dibuat di bawah tangan ialah akta autentik merupakan alat bukti yang sempurna. Ia
51
memberikan diantara pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang mendapatkan hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang
apa yang diperbuat atau dinyatakan di dalam akta itu. Ini berarti mempunyai kekuatan bukti sedemikian rupa karena
dianggap melekat pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan bagi hakim itu merupakan bukti wajib atau bukti keharusan.
Dengan demikian barang siapa yang menyatakan bahwa akta autentik itu palsu maka ia harus membuktikan tentang kepalsuan akta itu. oleh karena
akta autentik mempunyai kekuatan pembuktian lahiriah, formal, maupun materiil.
Akta di bawah tangan bagi hakim merupakan bukti bebas karena akta ini baru mempunyai kekuatan pembuktian materiil setelah dibuktikan
kekuatan formilnya. Sedangkan kekuatan pembuktian formil baru terjadi apabila pihak-pihak yang bersangkutan mengakui akan kebenaran isi dan
cara pembuatan akta itu. Dengan demikian akta di bawah tangan ini berlainan dengan akta
autentik, sebab bila dinyatakan palsu maka yang menggunakan sebagai alat bukti harus membuktikan bahwa tidak palsu.
Dari uraian di atas, maka akta autentik mempunyai tiga macam kekuatan pembuktian, yaitu:
1. Kekuatan pembuktian lahiriah, artinya suatu akta autentik, secara
lahiriah karena dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-undang
52
dan dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum, maka ia mempunyai kemampuan untuk membuktikan dirinya sebagai akta autentik.
2. Kekuatan pembuktian formal, artinya sepanjang mengenai akta partij,
maka apa yang tercantum dalam akta tersebut adalah sesuai dengan apa yang diterangkan oleh para penghadap kepada Notaris agar
keterangan-keterangan tersebut dapat dikonstatir dalam suatu akta autentik, sepanjang mengenai akta pejabat maka akta autentik
membuktikan kebenaran tentang apa yang disaksikan, yang dilihat, didengar dan dilakukan oleh Notaris yang menjalankan tugas
jabatannya. 3.
Kekuatan pembuktian material, artinya isi dari akta autentik dianggap membuktikan sebagai yang benar terhadap setiap orang, yang
menyuruh adakanbuatkan akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1870, 1875 KUH
Perdata.
53
BAB III METODE PENELITIAN
Mengadakan penelitian ilmiah, seorang peneliti dituntut untuk memahami terlebih dahulu mengenai dasar-dasar yang dijadikan untuk tumpuan berpikir
metodis, cermat dan sistematis. Dengan berpikir demikian maka suatu penulisan ilmiah merupakan tujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis dan konsisten. Penulisan tesis sebagai salah satu penulisan ilmiah yang dilaksanakan melalui suatu penulisan tentunya juga harus menggunakan cara
berpikir yang metodis, cermat dan sistematis supaya tujuan yang dikehendaki tercapai.
Penelitian ilmiah dilakukan manusia sebagai suatu cara untuk merealisasikan hasrat keingintahuannya dengan menggunakan metode dan cara
yang sistematis, ilmiah disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala yang ada akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya.
Dengan penelitian ilmiah ini diharapkan dapat diperoleh jawaban tertentu yang dibutuhkan dari suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang dihadapi
atau dimungkinkan diperoleh suatu pengetahuan baru dari hasil penelitian tersebut.
Di dalam suatu metode penelitian hukum diuraikan penalaran, dalil-dalil, postulat-postulat dan proporsi-proporsi yang menjadi latar belakang dari setiap
langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam kegiatan penelitian hukum,