Pengertian Perjanjian SISTEM HUKUM PERJANJIAN ISLAM

64 sebagai alat bukti tertulis yang lebih kuat dalam pembuktiannya menjadi suatu kebutuhan yang tak dapat dielakkan lagi. Karena diantara alat bukti yang tertulis dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna adalah akta autentik. Berdasar pada hal di atas maka perlu diketahui sistem hukum perjanjian Islam yang telah di jelaskan secara singkat dalam bab II tentang tijauan pustaka. Oleh sebab itu perlu untuk kita bahas kembali mengenai Hukum Perjanjian Islam secara lebih jelas. Pada hakikatnya dalam sistem Hukum Perjanjian Islam masalah pokok yang harus ada adalah rukun dan syarat perjanjian, yang akan dibahas dalam bab IV ini. Beberapa hal penting yang perlu kita ketahui adalah sebagai berikut :

1. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian dalam Islam berarti Akad dan permufakatan ittifaq. Adanya ijab pernyataan melakukan ikatan dan qabul pernyataan penerimaan ikatan sesuai dengan kehendak syari’ah. 5 Semua perikatan transaksi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, tidak boleh menyimpang dan harus sejalan dengan kehendak syariat. Tidak boleh ada kesepakatan untuk menipu orang lain, transaksi barang-barang yang diharamkan dan kcsepakatan untuk membunuh seseorang. Secara etimologis, perjanjian yang dalam bahasa arab diistilahkan dengan mu’ahadah ittifa’, akad atau kontrak dapat diartikan sebagai: 5 M. Ali Hasan, Berbagai macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2003,, hal. 101. 65 “Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan di mana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang yang lain atau lebih”. 6 Kata arab untuk kontrak atau perjanjian adalah al ‘aqad yang secara harfiah berarti ikatan atau kewajiban. Yang dimaksudkan oleh kata ini adalah “mengadakan ikatan untuk persetujuan”. Pada saat dua kelompok mengadakan perjanjian disebut al ‘aqad, yakni ikatan untuk memberi dan menerima bersama-sama dalam satu waktu, kewajiban yang timbul akibat perjanjian itu disebut al ‘uqud. 7 Menyangkut apa yang telah diperjanjikan, masing-masing pihak haruslah saling mengamati terhadap apa yang telah mereka perjanjikan sebab dalam ketentuan hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an antara lain dalam surat Al Maidah ayat 1 yang artinya berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu”. Adapun yang dimaksudkan dengan akad atau perjanjian adalah janji setia kepada Allah SWT, dan juga meliputi perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan sesama manusia dalam pergaulan hidupnya sehari-hari. 8 Akad dalam bahasa arab berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan. Pertalian ijab pernyataan melakukan ikatan dan kabul pertanyataan penerimaan ikatan, sesuai dengan kehendak syari’at yang berpengaruh kepada obyek ikatan. 9 6 Ian Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang: C.V. Aneka, 1977, hal. 208. 7 A. Rahman I. Doi, Op.cit., hal. 452. 8 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004, hal. 2. 9 M. Ali Hasan, Berbagai macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2003, hal. 101. 66 Akad adalah suatu perikatan antara ijab dan kabul dengan cara yang dibenarkan syara’ yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada obyeknya. Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang diinginkan, sedang kabul adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya. 10

2. Rukun-rukun dan Syarat-syarat Perjanjian Secara Umum