Adanya dua orang saksi juga merupakan syarat mutlak yang tidak dapat dihindari, maka dapat dikatakan bahwa saksi-saksi itu juga
merupakan alat yang tidak dapat dipisahkan dari akta Notaris. Namun suatu akta adalah otentik bukan hanya karena penetapan
undang-undang tetapi karena dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum. Kegunaan akta otentik adalah untuk kepentingan pembuktian
dalam suatu peristiwa hukum guna mendapatkan suatu kepastian hukum. Contoh akta otentik misalnya akta jual beli bangunan rumah yang
dibuat dihadapan Notaris, dalam akta ini telah terbukti dengan sempurna tentang peralihan hak atas nama melalui jual beli. Contoh lain dari akta
otentik misalnya akta kelahiran yang memberikan bukti sempurna tentang kelahiran seorang anak.
2. Akta Di Bawah Tangan
Di dalam teori, begitu pula di dalam praktik, perikatan atau perjanjian yang dibuat secara tertulis dapat dibuat di bawah tangan dan dapat pula
dibuat secara otentik. Akta-akta yang dibuat dibawah tangan dapat dikategorikan dalam dua macam akta:
1. Akta di bawah tangan yang tidak terdaftar. 2. Akta dibawah tangan yang terdaftar, terdiri dari:
a. Akta dibawah tangan yang di “waarmewerking” Adalah akta di bawah tangan yang dibuat oleh para pihak dan
kemudian akta tersebut didaftarkan di kantor Notaris untuk dimasukkan dalam daftar yang disediakan untuk itu, yaitu daftar akta-
akta yang diwaarmeking. Akta di bawah tangan yang diwaarmeking ini juga tidak mempunyai kekuataan pembuktian, karena kebenaran tanda
tangan dan isi perjanjian tidak dijamin, kecuali tentu saja apabila akta itu diakui atau dengan kata lain tidak dipungkiri oleh para pihak. Yang
dijamin oleh Notaris pada akta dibawah tangan yang di waarmeking hanyalah akta tersebut telah dimasukkan dalam daftar yang
disediakan untuk itu di kantor Notaris pada tanggal dilakukannya pendaftaran akta di bawah tangan tersebut. Terhadap akta ini Notaris
tidak bertanggung jawab terhadap isi dari akta yang diwaarmeking tersebut.
b. Akta dibawah tangan yang di “legalisasi” Akta di bawah tangan yang dilegalisasi adalah akta yang dibuat
dibawah tangan dan legalisasi atau ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris. Jadi aktanya dibuat oleh para pihak sendiri lalu
akta tersebut dibawa ke Notaris dan kemudian Notaris hanya menjelaskan isi akta tersebut kepada para pihak serta menyaksikan
penandatanganan akta akta tersebut. Notaris disini hanya menjamin kebenaran tanggal ditandatanganinya akta di bawah tangan tersebut
dan menjamin kebenaran orang yang menandatangani akta tersebut. Ketentuan mengenai waarmeking dan legalisasi atas akta-akta di
bawah tangan ini merupakan tugas yang diberikan kepada Notaris, karena tugas yang semacam ini juga diberikan kepada Ketua
Pengadilan Negeri, Walikota dan Bupati berdasarkan Staatsblad 1916- 46 jo 43.
Berbeda dengan akta otentik, maka akta dibawah tangan tidak dibuat dihadapan atau oleh pejabat umum tetapi sengaja dibuat untuk
dijadikan bukti. Misalnya surat perjanjian jual beli atau sewa menyewa yang dubuat sendiri dan ditandatangani sendiri oleh kedua belah pihak
yang mengadakan perjanjian itu. Hal ini berarti para pihak mengakui atau tidak menyangkal
kebenaran apa yang tertulis dalam surat perjanjian itu, maka akta dibawah tangan tersebut memperoleh suatu kekuataan pembuktian yang
sama dengan suatu akta resmi, akan tetapi jika tanda tangan itu disangkal, maka pihak yang mengajukan surat perjanjian itu diwajibkan
untuk membuktikan kebenaran tentang penandatangan atau isi akta tersebut.
46
Akta otentik dapat kita bedakan dengan akta di bawah tangan, yaitu:
1. Akta otentik mempunyai kepastian secara hukum perhatikan bunyi Pasal 15 ayat 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris yang mengatakan “…menjamin kepastian tanggalnya dan seterusnya…”, sedangkan mengenai tanggal dari akta yang
dibuat dibawah tangan tidak selalu demikian.
46
Tan Thong Kie, Op.Cit, Hal.49.
2. Grosse dari akta otentik dalam beberapa hal mempunyai kekuataan eksekutorial seperti putusan hakim, sedangkan akta yang dibuat di
bawah tangan tidak pernah mempunyai kekuataan eksekutorial. 3. Kemungkinan akan hilangnya akta yang dibuat di bawah tangan lebih
besar dibandingkan dengan akta otentik.
Walaupun akta di bawah tangan ini banyak digunakan dalam praktek sehari-hari tetapi sebenarnya secara hukum akta di bawah
tangan belum memiliki kekuataan hukum penuh, khususnya untuk perbuatan hukum yang menyangkut peralihan hak atas tanah, maka
untuk peralihan hak atas tanah dan atau bangunan diperlukan akta otentik yang memiliki kekuataan hukum dalam hal pembuktian yang kuat.
3. Surat Biasa