Bentuk Sistem Perkawinan HUKUM KELUARGA
yang bahagia dan kekal serta terbentuk rumah tangga yang sehat dan anak yang lahir dari keturunan yang sah.
Menurut Prawirohamijoyo: Dasar-dasar dari perkawinan itu dibentuk oleh unsur-unsur alami dari
kehidupan itu sendiri, kebutuhan dan fungsi biologis, menurunkan kebutuhan akan kasih sayang dan persaudaraan, memelihara anak-anak yang dilahirkan
dari perkawinan tersebut dan mendidik anak-anak itu menjadi anggota-anggota masyarakat yang sempurna berharga volwaardig.
15
Menurut Hilman Hadikusuma istilah perkawinan itu adalah:
Kata bentukan dari kata dasar kawin dengan diberi awalan per- dan akhiran-an sehingga menjadi kata berimbuhan “perkawinan”. Fungsi
awalan-per kebanyakan menunjukkan arti hal, urusan sehingga perkawinan berarti urusan kawin, perayaan kawin. Perkawinan bagi masyarakat yang
beradab tidak hanya bertujuan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan biologis semata-mata, tetapi sebagai bagian dari pelaksanaan ibadah kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
16
Menurut Soebekti, perkawinan adalah Pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
17
Menurut Undang-undang Nomor I Tahun 1974, perkawinan adalah :Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
15
Prawirohamijoyo, Soetojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di Indonesia, Airlingga University Press, Surabaya, 1986, hal 22.
16
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Adat, Alumni Bandung, 1984, hal 87.
17