Pembagian warisan dan perkembangannya
Pendapat Ibu Marpaung
Orang tuanya di Pematang Siantar telah membagi dan mempertimbangkan secara merata harta warisannya kepada anak laki-laki dan anak
perempuannya. lbu Marpaung mendapat bagian harta warisan dalam bentuk barang tetap, yaitu dua buah rumah dari delapan rumah yang dimiliki oleh
orang tuanya. Semua harta warisan orang tuanya dalam bentuk barang tetap atau tidak bergerak, tapi dalam pembagian dibagi secara merata dan adil untuk
anak laki-laki maupun anak perempuan. b.
Setelah pewaris meninggal dunia Selain pemberian hibah yang dilakukan pada saat pewaris masih hidup, dalam
hukum waris adat Batak juga dikenal hibah wasiat, yang berisi amanat terakhir dari pewaris yang sudah sakit-sakitan atau sudah jauh-jauh hari
berpesan kepada para ahli warisnya yang berisikan keinginan untuk membagi harta warisannya kepada ahli warisnya. Hibah wasiat baru berlaku dan sah
setelah pewaris itu meninggal dunia. Tujuan dibuatnya wasiat atau pesan terakhir dari pewaris adalah untuk
menjaga agar tidak terjadi sengketa atau perselisihan bagi para ahli warisnya pada saat pewaris itu sudah meninggal dunia.
Hibah wasiat dapat dibacakan secara lisan di hadapan para ahli waris atau
saksi kerabat lainnya pada saat pewaris sudah meninggal dunia. Analisis :
Dalam hukum waris adat Batak, terdapat dua macam harta perkawinan yaitu harta bawaan suami dan istri yang dibawa dalam perkawinan dan harta yang
diperoleh selama perkawinan yaitu harta bersama. Selain itu, di dalam hukum waris adat Batak terdapat 3 tiga unsur yang mempengaruhi dalam pewarisan
yaitu pewaris, harta warisan, dan ahli waris. Oleh karena itu perlu pula diperhatikan kaitan hukum waris adat dengan hukum kekeluargaan adat serta
hukum perkawinan adat untuk menentukan bagaimana kedudukan seseorang, khususnya atas bagian warisan.
Dari hasil penelitian di atas, maka sudah jelas bahwa kedudukan anak perempuan telah berkembang sesuai dengan persamaan hak di dalam hak
mewaris harta warisan orang tuanya dengan anak laki-laki dipandang sederajat terhadap harta peninggalan. Dengan demikian, sistem
kemasyarakatan patrilineal pada suku Batak, khususnya masyarakatorang Batak yang ada di perantauan telah berkembang ke arah sistem Parental
Bilateral.