Ahli waris Subyek Hukum dalam Hukum Waris Adat Batak Toba dan

6. Orang tua dari Orang Tua dari Orang Tua belumlah 8 orang. 7. Saudara dari Orang Tua dari Orang Tua beserta keturunan dari saudara tersebut. Kedudukan para ahli waris adalah sebagai berikut: - Anak laki-laki anak kandung Pendapat Bapak Nainggolan Dalam keluarganya pembagian harta warisan orang tuanya dilakukan secara sama rata dan adil pada anak laki-laki dan anak perempuan. Anak perempuan anak kandung Pendapat lbu Marpaung Anak perempuan memperoleh harta warisan sama dengan anak laki-laki karena orang tuanya telah membagikan harta warisannya secara rata dan adil kepada anak laki-laki dan anak perempuan dengan membuat akta di hadapan notaris yang disaksikan oleh kerabat keluarga mereka dan membagikan harta warisannya secara sama rata kepada dua anak laki-laki dan dua anak perempuannya. Analisis : Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara mengenal siapa saja yang berhak menjadi ahli waris, kedudukan hak mewaris anak perempuan pada hukum waris adat Batak mempunyai hak waris atas harta warisan orang tuanya dan dipandang sejajar dengan hak mewaris anak laki-laki.

4. Pembagian warisan dan perkembangannya

Hasil penelitian a. Sebelum pewaris meninggal dunia masih hidup Pada saat pewaris masih hidup harta warisan dibagi-bagikan dikarenakan keinginan atau niat pewaris sendiri agar si anak memiliki pegangan atau modal di dalam menjalani kehidupan berumah tangganya yang baru dan tidak ingin kelak di kemudian hari apabila orang tua sudah tidak ada lagi, harta warisan menjadi barang rebutan atau perselisihan di antara anak-anak pewaris. Biasanya orang tua sudah menyiapkan dalam bentuk harta tidak bergerak seperti rumah, atau tanah. Hal ini biasa disebut dengan hibah atau hadiah kepada anak laki-laki atau anak perempuan yang dibagi secara adil dan merata. Pendapat Bapak Nainggolan Bahwa pemberian seperti ini bermaksud agar si anak dapat berdiri sendiri dan mandiri dalam menata kehidupannya ke depan dan dengan diberinya pemberian atau modal untuk kehidupan anak selanjutnya. Pemberian atau hibah yang diberikan oleh orang tua atau pewaris itu sudah termasuk sebagai bagian warisan bagi anak laki-laki clan anak perempuan. Pendapat Ibu Marpaung Orang tuanya di Pematang Siantar telah membagi dan mempertimbangkan secara merata harta warisannya kepada anak laki-laki dan anak perempuannya. lbu Marpaung mendapat bagian harta warisan dalam bentuk barang tetap, yaitu dua buah rumah dari delapan rumah yang dimiliki oleh orang tuanya. Semua harta warisan orang tuanya dalam bentuk barang tetap atau tidak bergerak, tapi dalam pembagian dibagi secara merata dan adil untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. b. Setelah pewaris meninggal dunia Selain pemberian hibah yang dilakukan pada saat pewaris masih hidup, dalam hukum waris adat Batak juga dikenal hibah wasiat, yang berisi amanat terakhir dari pewaris yang sudah sakit-sakitan atau sudah jauh-jauh hari berpesan kepada para ahli warisnya yang berisikan keinginan untuk membagi harta warisannya kepada ahli warisnya. Hibah wasiat baru berlaku dan sah setelah pewaris itu meninggal dunia. Tujuan dibuatnya wasiat atau pesan terakhir dari pewaris adalah untuk menjaga agar tidak terjadi sengketa atau perselisihan bagi para ahli warisnya pada saat pewaris itu sudah meninggal dunia. Hibah wasiat dapat dibacakan secara lisan di hadapan para ahli waris atau saksi kerabat lainnya pada saat pewaris sudah meninggal dunia. Analisis :