Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan, Dengan Leverage Sebagai Variable Pemoderasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Raheman dan Mohamed Nasr, 2007. “Working Capital Management And Profitability – Case Of Pakistani Firms”, International Review of Business Research Papers, Volume 3, Nomor 1, hal 279-300

Agus Sartono. 2001.Trends in Working Capital Management and Its Impact. on Firm’s Performance : An Analysis of Mauritian Small Manufacturing Firms.

Brigham dan Houston ,2006. Dasar Dasar manajemen keuangan, alih bahasa Alih Akbar Yulianto, buku satu, edisi sepuluh, PT Salemba Empat, Jakarta

Djarwanto, P.S. 2004. Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, BPFE,Yogyakarta.

F. Samiloglu dan K. Demirgunes, 2008. “The Effect of Working Capital Management on Firm Profitability: Evidence from Turkey”, The International Journal of Applied Economics and Finance, Volume 2, Nomor 1, hal 44-50

Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim & Supomo, 2001. Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hastuti, Niken. 2010. “Analisis Pengaruh Periode Perputaran Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage, Pertumbuhan Penjualan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan”, skripsi, Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang

Horne, James dan Wachowicz, 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta

Horne , Wachowicz,2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Horne,James C Van dan John M. Wachowicz, JR. 2009. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta, Salemba Empat.


(2)

Keynes, John Maynard. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta, Liberty. Novita, B. A. dan Sofie, 2015, ”Pengaruh Struktur Modal Dan Likuiditas

Terhadap Profitabilitas”, Jurnal Akuntansi Trisaki Volume. 2 Nomor. 1, Hal. 13 – 28

O.I. Falope dan O.T. Ajilore , 2009. “Working Capital Management and Corporate Profitability: Evidence from Panel Data Analysis of Selected Quoted Companies in Nigeria”, Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 3, Nomor 3, hal 73-84

Sawir . 2001. Dasar-dasar Analisis Keuangan. Jakarta, Mediasoft Indonesia Sutojo, Siswanto dan Fritz, Kleinsteuber. 2004. Manajemen Keuangan Bagi

Eksekutif Non-Keuangan.Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka.

S. Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta, penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Weston J. Fred dan Eugene F. Brigham. 2006. Manajemen Keuangan. Yogyakarta, Ekonisia.


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan hubungan kausal. Menurut Rochaety (2009 : 17), “penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Hubungan kausal digunakan untuk melihat hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen yang diteliti.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut seperti laporan keuangan tahunan. Data sekunder yang diperoleh meliputi studi pustaka yaitu melakukan pengumpulan data pendukung dari buku, jurnal maupun literatur dan penelitian pihak terdahulu. Menurut Umar (2003 : 60), “data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data sekunder diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yait

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2006 : 55), “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik


(4)

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek sejak tahun 2010-2012. Berdasarkan data yang diperoleh Indonesian Capital Market Directory, jumlah yang terdapatdi BEI pada tahun 2010-2012 adalah 44 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Menurut Jugiyanto (2004 : 79), “Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu”.

Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah:

1. Perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2011- 2013.

2. Perusahaan tersebut tidak didelisting dari BEI pada tahun 2011-2013.

3. Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak mengalami rugi selama periode 2011-2013

4. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama tahun 2011-2013.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Perusahaan yang menjadi tempat penelitian adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2010 s.d 2012. Peneliti mengumpulkan data melalui website Bursa Efek Indonesia yaitu


(5)

3.5 Defenisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen” (Liana, 2009:91). Variabel terikan dalam penelitian ini adalah Profitabilitas (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada ROA atau yang sering disebut juga ROI diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = ฀฀฀฀฀฀฀฀฀ℎ฀฀฀฀฀฀ℎ฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀

3.5.2 Variabel Independen

“Variabel independen adalah Variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain” (Liana,2009:91). Variabel independen dalam penelitian ini adalah current ratio, growth, dan WCT. Current ratio merupakan indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan, karena perhitungan tersebut mempertimbangkan hubungan relatifantara aktiva lancar dengan hutang lancar untuk masing-masing perusahaan.

Adapun formulasi dari current ratio adalah sebagai berikut: Current Ratio =

kerja. Dengan mengetahui seberapa besar growth, perusahaan dapat memprediksi ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀


(6)

seberapa besar profit yang akan didapatkan. Untuk mengukur growth,, digunakan rumus:

Pertumbuhan Penjualan= Penjualan ฀−Penjualan ฀−1

Perputaran Modal Kerja = �฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀−฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ 3.5.3. Variabel Moderating

Variabel moderating dalam penelitian ini adalah Leverage. Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk mengukur seberapa besar perbandingan total hutang dengan total aset, digunakan rumus :

Rasio Leverage =

X 100% Penjualan฀−1

Ratio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja. Formulasi dari WCT adalah sebagai berikut :

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis dengan bantuan software SPSS 16, dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Tujuan utama dari analisis data adalah meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan,

฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀

฀฀฀t


(7)

mengklasifikasikan dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan perusahaan yang sedang diteliti. 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

3.6.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Untuk mendekati normalitas data dapat juga dilakukan dengan uji kolmogrov-smirnov. Bila nilai signifikan <0,05 maka distribusi data tidak normal, sedangkan bila nilai signifikan >0,05 maka distribusi data normal.

3.6.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation vactor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF >10

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.


(8)

3.6.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi berturut-turut sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson.

Uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson dari hasil regresi dengan nilai Durbin Watson tabel.

Bentuk pengujian

dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL (Tidak ada keputusan yang pasti). :

H : Tidak terjadi autokorelasi 0

H : Terjadi autokorelasi a

Menggunakan tarif signifikansi 5%.

Pengambilan keputusan, antara lain :

H diterima, jika : dU < DW < 4-dU (Tidak terjadi autokorelasi) 0

H ditolak, jika : DW < dL atau DW > 4-dL (Terjadi autokorelasi) 0


(9)

3.6.2 Pengujian Hipotesis

3.6.2.1. Uji t

Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian terhadap hasil regresi dilakukan dengan menggunakan uji t pada derajat keyakinan sebesar 95% atau α=5%.Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan dengan,

a. Uji Signifikan Parsial (Uji T)

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Menurut Ghozali (2005 : 84), “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”.

1) Likuiditas

Ho1 : β1 ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara profitabilitas terhadap profitabilitas.

Ha1 : β1 > 0, artinya ada pengaruh signifikan antara profitabilitas terhadap profitabilitas.

2) Perputaran Modal Kerja

Ho2 : β2 ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.

Ha2 : β2> 0, artinya ada pengaruh signifikan antara perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.


(10)

Ho3 : β3 ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh signifikan antara pertumbuhan penjualan terhadap profitabilitas.

Ha3 : β3> 0, artinya ada pengaruh signifikan antara pertumbuhan penjualan terhadap profitabilitas.

4) Variabel leverage berhasil memoderasi pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas.

Ho4:β4 ≤ 0, variabel leverage tidak berhasil memoderasi pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas.

Ha4 :β4> 0, variabel leverage berhasil memoderasi pengaruh likuiditasterhadap profitabilitas.

5) Variabel leverage berhasil memoderasi pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.

Ho4:β4 ≤ 0, variabel leverage tidak berhasil memoderasi perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.

Ha4 :β4> 0, variabel leverage berhasil memoderasi pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas.

6) Variabel leverage berhasil memoderasi pengaruh pertumbuhan penjulan terhadap profitabilitas.

Ho4:β4 ≤ 0, variabel leverage tidak berhasil memoderasi pertumbuhan penjulan terhadap profitabilitas.

Ha4 :β4> 0, variabel leverage berhasil memoderasi pengaruh pertumbuhan penjulan terhadap profitabilitas.


(11)

Pengujian terhadap hasil regresi dilakukan dengan menggunakanuji t pada derajat keyakinan sebesar 95% atau α=5%. Keputusan uji hipotesis secara parsial dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Apabila tingkat signifikansi < 5%, maka Ho ditolak dan Haditerima. (2) Apabila tingkat signifikansi > 5%, maka Ho diterima dan Haditolak.

3.6.2.2 Uji F

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F-test. Menurut Ghozali (2005 : 84), “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”.

Bentuk pengujian :

h0: b1: b2 = 0, artinya variabel CR, WCT, Growth dan Leverage yang terdapat pada model ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA.

h1: b1: b2 ≠ 0 , artinya variabel CR, WCT, Growth dan Leverage yang terdapat pada model ini berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA.

Pada penelitian ini F hitung Akan dibandingkan dengan F tabel Pada tingkat signifikan (α) = 5%, dimana :

1) H0 diterima jika :Signifikansi > 0,05 2) H0 ditolak jika : Signifikansi < 0,05 Kriteria penilaian hipotesis pada uji F ini, adalah :

jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05, maka H1 ditolak dan jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka H1 diterima.

3.6.3 Moderate Regression Analysis (MRA)

Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen


(12)

(Ghozali, 2007). Pengujian yang akan dilakukan untuk menguji variabel moderasi dengan menggunakan uji interaksi yang disebut dengan Moderate Regression Analysis (MRA).

Pada penelitian ini variabel moderasi menggunakan uji nilai selisih mutlak yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan yang melibatkan antara variabel independen (likuiditas, perputaran modal kerja, dan pertumbuhan penjualan) dan variabel moderasi (leverage). Frucot dan Shearon dalam Ghozali (2007) mengajukan model ini untuk menguji pengaruh moderasi yaitu dengan model nilai selisih mutlak dari variabel independen. Interaksi seperti ini lebih disukai karena ekspektasi sebelumnya berhubungan dengan kombinasi antara variabel independen, variabel moderasi dan berpengaruh terhadap variabel dependen. Persamaan statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:

ROAt = α + β1CRt + e………...………….(1)

ROAt = α + β1WCTt + e………...(2)

ROAt = α + β1GROWTHt + e………...…….(3)

ROAt = α + β1CRt +β2DERt +β3 (CR*DERt) + e………...….(4)

ROAt = α + β1WCTt +β2DERt +β3 (WCT*DERt) + e………...(5)

ROAt = α + β1GROWTHt +β2DERt +β3 (GROWTH*DERt) + e………….(6)

ROAt = α + β1CRt +β2WCTt +β3GROWTHt + e………….(7)

ROAt = α + β1CRt +β2WCTt +β3GROWTHt + DERt +e………….(8) Keterangan:

Y = Return On Asset β0 = konstanta


(13)

ROAt=Return on Assets (ROA), yaitu proksi dariprofitabilitas pada periode t WCTt= Working Capital Turnover (WTC), yaitu proksi dari perputaran modal

kerja pada peroiode t

Growtht = Growth yaitu proksi dari pertumbuhan penjualan pada peroiode t DERt= Debt To Equity Ratio (DER),yaituproksi dari Leverage pada peroiode t

β1,β2,…β8 = koefisien regresi e = variabel penganggu


(14)

Mean Std. Deviation N Profitabilitas Likuiditas Perputaranmodalkerja Pertumbuhanpenjualan Leverage .0527 3.1112 -.5395 2.0403 .3806 .05708 7.11330 5.96881 48.08096 .19346 132 132 132 132 132 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2012. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 44 perusahaan, sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 132 (44 x 3) pengamatan.

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif adalah pengujian yang pertama sekali dilakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Perputaran Modal Kerja (WCT), Pertumbuhan Penjualan (GROWTH), Leverage (DER) pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengujian statistik deskriptif memberikan informasi mengenai profil dari sampel yang menjadi objek penelitian. Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1. Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics


(15)

Sumber: Output SPSS

Dari tabel di atas menunjukkan uji statistik deskriptif masing-masing variabel. Jumlah observasi dalam penelitian sebanyak 132 observasi. Hasil uji statistik deskriptif variabel likuiditas yang dari aset lancar di bagi dengan kewajiban lancar dan nilai standar deviasi sebesar 7.11330 dan mean 3.1112. Hasil uji statitstik deskriptif variabel perputaran modal kerja yang diukur dengan Perbandingan total perbandingan antara penjualan dengan aset lancar dikurangi dengan kewajiban lancar, yang memiliki standar deviasi sebesar 5.96881dan nilai mean sebesar .5395. Variabel pertumbuhan penjualanmenunjukkan nilai standar deviasi sebesar 48.08096serta nilai mean sebesar 2.0403.variabel leverage memiliki standar deviasi sebesar .19346 dan mean sebesar .3806.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2003) “suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat-sifat best linear unbiased estimator (BLUE)”. Disamping itu suatu model dikatakan cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi ekonometrika yang melandasinya. Suatu model regresi linear berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan juga untuk mendapatkan model regresi yang tidak bias dan efisien. “Estimasi dari parameter-parameter dengan metode ordinary least square (OLS) akan memiliki sifat ketidakbiasan (unbiasedness), varians yang minimum (minimum varians), dan sebagainya yang disebut best linear unbiased estimator (BLUE). (Gujarati, 2003:107, Supranto, 2005:70)”. “Dalam penggunaan regresi linear berganda,


(16)

terdapat empat uji asumsi klasik, yakni uji normalitas residual, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas (Supranto, 2005:151)”.

4.2.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011:160, Gujarati, 2003:339, Field, 2009:221, Supranto, 2005:90). Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas ฀, dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika nilai probabilitas ฀ 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Uji normalitas pada dasarnya bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut ini


(17)

Sumber: Output SPSS 16

Gambar 4.1 Histogram

Gambar 4.2 Normal P-P Plot

Dengan melihat tampilan grafik histogram (gambar 4.1) dapat kita lihat bahwa diagram berbentuk lonceng serta sebaran data pada grafik Normal P-P plot


(18)

(Gambar 4.2) menyebar di sekitar garis diagonal,dapat disimpulkan bahwa kedua grafik ini menunjukkan bahwa data yang digunakan memenuhi asumsi normalitas. 4.2.2.2 Uji Multikolonieritas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi (yang tinggi) antar variabel bebas (Ghozali, 2011:105). Ketika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi, maka permasalahan ini disebut dengan istilah multikolinearitas (Stevens, 2009:74). Jika terjadi multikolinearitas yang sempurna (perfect multicolinearity), maka koefisien-koefisien regresi dari variabel bebas tidak dapat ditentukan (indeterminate), jika terjadi multikolinearitas yang tinggi, koefisien-koefisien regresi dari variabel bebas dapat ditentukan, namun memiliki nilai standar error yang tinggi yang berarti bahwa koefisien-koefisien regresi tersebut tidak dapat diestimasi dengan tepat atau akurat (Gujarati, 2003:344). Field (2009:221) juga menyatakan bahwa seharusnya tidak terjadi hubungan linear yang sempurna (perfect linear relationship) dari dua atau lebih variabel bebas. Jadi, variabel- variabel bebas seharusnya tidak berkorelasi terlalu tinggi (not correlate too highly). Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Myers dalam Stevens, 2009:75).


(19)

Tabel 4.2. Uji Multikolineritas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Likuiditas

Perputaran Modal Kerja

Pertumbuhan penjualan Leverage

.866 1.155 .969 1.032 .974

.860

1.027 1.162 a. Dependent Variable:

profitabilitas Sumber : Output SPSS

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji multikolonieritas menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hasil yang sama, tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 5. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

4.2.2.3. Uji Non-Autokorelasi atau Independensi Residual (Independent Errors)

Uji independensi residual (uji non-autokorelasi) merupakan suatu uji untuk memeriksa apakah untuk setiap dua pengamatan residual saling berkorelasi atau


(20)

Model R

R Square

Adjuste d R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin- Watson

1 .233a .054 .024 .05638 1.905

tidak (Field, 2009:220). Supranto (2005:151) mengartikan non-autokorelasi sebagai tidak terjadinya korelasi antara kesalahan pengganggu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun terjadinya autokorelasi terhadap estimator-estimator yang dihasilkan oleh metode ordinary least square (OLS) tetap tak bias (unbiased), konsisten (consistent), dan terdistribusi normal secara asimtotis, namun estimator- estimator tersebut tidak lagi efisien. Sebagai akibatnya, pada uji t, F, dan chi kuadrat tidak lagi sah untuk digunakan (cannot be legitimately applied) (Gujarati, 2003:489). Asumsi mengenai independensi terhadap residual (non-autokorelasi) dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson (Field, 2009:220). Riyanto (2012:59) menyatakan jika nilai statistik Durbin-Watson -2 s/d +2, maka asumsi independensi terhadap residual (non-autokorelasi terpenuhi). Sebaliknya, bila nilai statistik Durbin-Watson < -2 atau > 2, berarti asumsi independensi terhadap residual (non-autokorelasi) tidak terjadi autokorelasi.

.

Tabel 4.3. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), leverage, perputaranmodalkerja, pertumbuhanpenjualan, likuiditas

b. Dependent Variable: profitabilitas


(21)

Berdasarkan Tabel 4.3, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,905. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara -2 dan +2, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi gejala autokorelasi yang tinggi pada residual

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Supranto (2005:57) mengartikan homoskedastisitas sebagai varians kesalahan pengganggu untuk setiap pengamatan adalah sama, sedangkan heteroskedastisitas adalah sebaliknya.

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdasitas atau tidak terjadi heterokesdatisitas. Apabila terjadi heteroskedastisitas, estimator-estimator yang dihasilkan dengan metode OLS (ordinary least square) tidak lagi memiliki sifat varians yang minimum atau efisien. Dalam keadaan heteroskedastisitas, ketika tetap menggunakan metode OLS yang biasa (usual OLS formulas), maka uji t dan uji F dapat memberikan kesimpulan yang salah (Gujarati, 2003:428).

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X.(Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur


(22)

(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitasdalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Scatterplot

Sumber: Output SPSS 16

Gambarscatter plot diatas menjelaskan bahwa data sampel tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan tidak terdapat heterokodestisitas dalam model regresi yang digunakan.


(23)

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pada pengujian hipotesis, akan dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, analisis koefisien determinasi, pengujian signifikansi secara menyeluruh atau simultan (uji F), dan uji signifikansi secara parsial (uji t).

4.3.1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dimana analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pengaruh Likuiditas, Perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan, leverage terhadap profitabilitas.

4.3.3.1 Uji Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ( ) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan Nilai koefsien determinasi yang kecil (mendekati nol) berati kemampuan variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel bebas.


(24)

Model R

R Square

Adjuste d R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin- Watson

1 .233a .054 .024 .05638 1.905

Uji Determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variabel independen yang dipakai pada model dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil uji determinasi dapat dilihat pada table berikut:

Model Summaryb

Tabel 4.4

a. Predictors: (Constant), leverage, perputaranmodalkerja, pertumbuhanpenjualan, likuiditas

b. Dependent Variable: profitabilitas

Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,54 atau 54% yang berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen (Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Leverage terhadap Profitabilitas adalah sebesar 54%. Sedangkan sisanya 46% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

4.3.3.2Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji signifikansi koefisien regresi parsial secara individu merupakan suatu uji untuk menguji apakah nilai dari koefisien regresi parsial secara individu bernilai nol atau tidak (Gujarati, 2003:250, Supranto, 2005:196)

Hasil uji parsial (uji t) digunakan untuk mengetahui gambaran pengaruh (Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Leverage terhadap Profitabilitas dengan leverage sebagai pemoderasi secara parsial terdapat dalam tabel 4.5 sebagai berikut:


(25)

Tabel 4.5 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts

T Sig. B

Std.

Error Beta 1 (Constant)

Likuiditas perputaran modalkerja pertumbuha npenjualan Leverage

1.039 .013 3.093 .002

.109 .001 0.77 .828 .002 .031 .001 0.33 .379 .003

.114 .000 1.64 1.878 .001 .140 .027 1.35 1.456 .005 a. Dependent Variable:

profitabilitas

Dari table 4.5 diatas di peroleh nilai signikansi Likuiditas sebesar 0.002 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa variabel likuiditas memiliki pengaruh secara parsial dan positif terhadap Profitabilitas, sedangkan signifikansi variabel PerputaranModalKerja bernilai 0,003, yang lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa berpengaruh secara parsial secara parsial dan positif terhadap Profitabilitas, signifikansi variabel pertumbuhan penjualan bernilai 0,001, yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa berpengaruh secara parsial secara parsial dan positif terhadap Profitabilitas sedangkan signifikansi variabel leverage bernilai 0,005, yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa berpengaruh secara parsial secara parsial dan positif terhadap Profitabilitas.


(26)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: ฀ ฀ ฀ ฀

Berdasarkan hasil regresi linear diatas didapat nilai konstanta sebesar 1.039 yang artinya apabila semua variabel independen bernilai nol maka nilai variabel dependen sebesar 1.039. Nilai koefisien likuiditas sebesar 0,109 yang berarti bahwa jika nilai likuiditas bertambah satu satuan maka Profitabilitas bertambah sebesar 0,109 dengan asumsi variabel lain tetap.Nilai koefisien perputaran modal kerja sebesar 0,031 perputaran modal kerja yang berarti bahwa jika nilai perputaran modal kerja bertambah satu satuan maka Profitabilitas bertambah sebesar 0,131 dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai koefisien pertumbuhan penjualan sebesar 0,114 pertumbuhan penjualan yang berarti bahwa jika nilai pertumbuhan penjualan bertambah satu satuan maka Profitabilitas bertambah sebesar 0,114 dengan asumsi variabel lain tetap. Nilai koefisien leverage sebesar 0,140 yang berarti bahwa jika nilai leverage bertambah satu satuan maka Profitabilitas bertambah sebesar 0,140 dengan asumsi variabel lain tetap.

4.3.3.3Uji Simultan (Uji F)

Hasil uji simultan (uji F) digunakan untuk menjelaskan pengaruh Likuiditas, perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan dan leverage secara bersama- sama terhadap profitabilitas. Dari hasil analisis data diperoleh hasil uji simultan berikut ini :


(27)

Tabel 4.6 Uji Simultan

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression

Residual Total

.023 4 .006 1.821 .001a

.404 127 .003

.427 131

a. Predictors: (Constant), leverage, perputaranmodalkerja, pertumbuhanpenjualan, likuiditas

b. Dependent Variable: profitabilitas

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa Likuiditas, perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap Profitabilitas.

4.4 Hasil Uji Analisis Regresi Moderasi 4.4.1 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Hasil Uji Moderated Regresions Analysis (MRA) atau penggunaan variabel moderasi bertujuan untuk melihat sejauh mana variabel moderasi mampu memperlemah atau memperkuat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasi uji MRA diperoleh hasil sebagai berikut :


(28)

Tabel 4.7

Hasil uji MRA (likuiditas, leverage, likuiditas.leverage,) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Const ant) x1 Z

x1.z

.048 .011 4.32

8 .000 .106 .001 .028 -.286 .000 .456 .024 .178 1.85

4 .021 .037 .009 .071 -.773 .001 a. Dependent

Variable: y

a. Dependent Variable: ROE

Model persamaan Moderated Regression Analysis (MRA) yang terbentuk adalah :

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀ ฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀ ฀ ฀

Dari persamaan regresi linear di atas didapat nilai konstanta regresi moderasi likuiditas dan leverage sebesar 0.048 yang berarti apabila variabel independen bernilai nol maka variabel dependen akan bernilai 0.048. Nilai koefisien likuiditas sebesar 0.10 yang berarti jika nilai likuiditas bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0,10 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.


(29)

Nilai koefisien leverage sebesar 0.456 yang berarti jika nilai leverage bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0.456 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.. Nilai koefisien regresi moderasi likuiditas dan leverage sebesar 0,37 yang berarti jika nilai koefisien moderasi ini naik sebesar satu satuan maka nilai profitabilitas bertambah sebesar 0, 37 dengan asumsi variabel lain tetap.

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai sigifikansi (sig.) hasil uji interaksi laba (X1Z) sebesar 0,001 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi perusahaan.leverage (X1Z) menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan likuiditas dengan profitabilitas.

Tabel 4.8

Hasil uji MRA (perputaran modal kerja, leverage, perputaran modal kerja.leverage,)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standard ized Coeffici

ents

T Sig. B

Std.

Error Beta 1 (Const

ant) x2 Z x2.z

.045 .010 4.533 .000 .116 .002 .109 -.585 .000 .331 .024 .131 1.372 .003 .051 .005 .198 1.023 .002 a. Dependent


(30)

Dari persamaan regresi linear di atas didapat nilai konstanta regresi moderasi likuiditas dan leverage sebesar 0.045 yang berarti apabila variabel independen bernilai nol maka variabel dependen akan bernilai 0.048. Nilai koefisienperputaran modal kerja sebesar 0.116 yang berarti jika nilai likuiditas bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0,116 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Nilai koefisien leverage sebesar 0.331 yang berarti jika nilai leverage bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0.331 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.. Nilai koefisien regresi moderasi perputaran modal kerja dan leverage sebesar 0,051 yang berarti jika nilai koefisien moderasi ini naik sebesar satu satuan maka nilai profitabilitas bertambah sebesar 0,051 dengan asumsi variabel lain tetap.

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai sigifikansi (sig.) hasil uji interaksi laba (X2Z) sebesar 0,002 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi perusahaan.leverage (X2Z) menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan likuiditas dengan profitabilitas


(31)

Tabel 4.9

Hasil uji MRA (pertumbuhan penjualan, leverage, likuiditas, leverage)

Model

Unstandardize d Coefficients

Standar dized Coeffic

ients

T Sig. B

Std.

Error Beta 1 (Cons

tant) x3 Z x3.z

.047 .013 3.611 .000 .231 .000 .100 .569 .003 .534 .031 .209 1.702 .004 1.123 .001 .034 .166 .000 a. Dependent

Variable: y

Dari persamaan regresi linear di atas didapat nilai konstanta regresi moderasi pertumbuhan penjualan dan leverage sebesar 0.047 yang berarti apabila variabel independen bernilai nol maka variabel dependen akan bernilai 0.047. Nilai koefisien pertumbuhan penjualan sebesar 0.231 yang berarti jika nilai pertumbuhan penjualan bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0.231 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Nilai koefisien leverage sebesar 0.534 yang berarti jika nilai leverage bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0.534 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan.. Nilai koefisien regresi moderasi pertumbuhan penjualan dan leverage sebesar 1.123 yang berarti jika nilai koefisien moderasi ini


(32)

naik sebesar satu satuan maka nilai profitabilitas bertambah sebesar 1.123 dengan asumsi variabel lain tetap.

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai sigifikansi (sig.) hasil uji interaksi laba (X3Z) sebesar 0,000 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi perusahaan.leverage (X3Z) menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan pertumbuhan penjualan dengan profitabilitas.

Tabel 4.10

Hasil uji MRA (pertumbuhan penjualan, leverage, likuiditas.leverage,) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standar dized Coeffici

ents

T Sig. B

Std.

Error Beta 1 (Const

ant) Z x4.z

.052 .013 3.952 .000 .004 .055 .015 .067 .000 .053 .056 .208 .955 .001 a. Dependent

Variable: y

Dari persamaan regresi linear di atas didapat nilai konstanta regresi moderasi leveraga dan leverage sebesar 0.052 yang berarti apabila variabel independen bernilai nol maka variabel dependen akan bernilai 0.052. Nilai koefisien leveragae sebesar 0.004 yang berarti jika nilai leveragae bertambah sebesar satu satuan maka profitabilitas bertambah sebesar 0.004 dengan asumsi bahwa variabel lain konstan. Nilai koefisien regresi moderasi leveragae dan leverage sebesar


(33)

0,053yang berarti jika nilai koefisien moderasi ini naik sebesar satu satuan maka nilai profitabilitas bertambah sebesar 0,053 dengan asumsi variabel lain tetap. Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai sigifikansi (sig.) hasil uji interaksi laba (X4Z) sebesar 0,001 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi perusahaan.leverage (X4Z) menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan pertumbuhan penjualan dengan profitabilitas.

4.4.2. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefsien determinasi yang kecil (mendekati nol) berati kemampuan variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel bebas

Tabel 4.11

Koefisien Determinasi Regresi MRA: Model 1

Model Summaryb

Mod

el R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson 1 .195a .381 .015 .04875 1.830


(34)

Model Summaryb

Mod

el R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .195a .381 .015 .04875 1.830 a. Predictors: (Constant), x1.z, z,

x1

b. Dependent Variable: y

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.9 menunjukkan nilai R Square (R2) sebesar 0.381 atau 38,1%, nilai ini menunjukkan bahwa variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan sebesar 61.9%, berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen likuiditas.leverage terhadap profitabilitas adalah sebesar nilai koefisien determinasi atau 38,1%. Sedangkan sisanya 61,9% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Tabel 4.12

Koefisien Determinasi Regresi MRA: Model 2

Model Summaryb

Mod

el R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson

1 .206a .430 .020 .04863 1.908 a. Predictors: (Constant), x2.z, z,

x2

b. Dependent Variable: y

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.9 menunjukkan nilai R Square (R2) sebesar 0.430 atau 43%, nilai ini menunjukkan bahwa variabel nilai perusahaan


(35)

dapat dijelaskan sebesar 57%, berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen perputaran modal kerja .leverage terhadap profitabilitas adalah sebesar nilai koefisien determinasi atau 43%. Sedangkan sisanya 57% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Tabel 4.13

Koefisien Determinasi Regresi MRA: Model 3

Model Summaryb

Model R R Squar

e

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin- Watson 1 .217

a .471 .025 .04852 1.956 a. Predictors: (Constant),

x3.z, z, x3 b. Dependent Variable: y

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.9 menunjukkan nilai R Square (R2) sebesar 0.471 atau 47,1%, nilai ini menunjukkan bahwa variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan sebesar 52,9%, berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen pertumbuhan penjualan .leverage terhadap profitabilitas adalah sebesar nilai koefisien determinasi atau 47,1%. Sedangkan sisanya 53% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini


(36)

Tabel 4.14

Koefisien Determinasi Regresi MRA: Model 4 Model Summaryb

Model R

R Squa

re Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin- Watson

1 .195a .382 .023 .04856 1.943

a. Predictors: (Constant), x4.z, z b. Dependent

Variable: y

Hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.9 menunjukkan nilai R Square (R2) sebesar 0.382 atau 38,2%, nilai ini menunjukkan bahwa variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan sebesar 61,8%, berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen leverage .leverage terhadap profitabilitas adalah sebesar nilai koefisien determinasi atau 38,2%. Sedangkan sisanya 61,8% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

4.5 Pembahasan

Pada bagian ini akan disajikan interpretasi hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi berganda. Berdasarkan kajian teori di atas menghasilkan empat hipotesis, keempat hipotesis tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini. 1. leverage berpengaruh positif terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji statistik dapat dilihat bahwa likuiditas memiliki nilai signifikansi 0,002< 0,05 dan nilai koefisien β positif yaitu 0,109. Hal ini


(37)

menunjukkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas kesimpulannya hipotesis pertama dapat diterima.

2. Perputaran modal kerja berpengaruh positif terhadap Profitabilitas Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel perputaran modal kerja yang diproksikan dengan Profitabilitas menunjukkan nilai koefisien sebesar .031 dengan signifikansi sebesar 0,003. Hal ini menunjukkan bahwa variabel perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas kesimpulannya hipotesis pertama dapat diterima.

3. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap Profitabilitas Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel pertumbuhan penjualan yang diproksikan dengan Profitabilitas menunjukkan nilai koefisien sebesar .114 dengan signifikansi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas kesimpulannya hipotesis pertama dapat diterima.

4. leverage berpengaruh positif terhadap Profitabilitas

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel leverage yang diproksikan dengan Profitabilitas menunjukkan nilai koefisien sebesar .140 dengan signifikansi sebesar 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa variabel leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas kesimpulannya hipotesis pertama dapat diterima.


(38)

5. likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan leverage Berpengaruh Positif terhadap profitabilitas

Dari Pembahasan diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap Profitabilitas.

6. leverage Memoderasai Hubungan likuiditas dengan profitabilitas Hasil uji interaksi likuiditas.leveragae (X1Z) sebesar 0,001 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi likuiditas.leveragae (X1Z) menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan likuiditas.leveragae dengan profitabilitas.

7. leverage Memoderasai Hubungan perputaran modal kerja dengan profitabilitas

Hasil uji interaksi perputaran modal kerja.leveragae (X2Z) sebesar 0,002 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi perputaran modal kerja.leveragae) menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan perputaran modal kerja.leveragae dengan profitabilitas

8. leverage Memoderasai Hubungan pertumbuhan penjualan dengan profitabilitas

Hasil uji interaksi pertumbuhan penjualan.leveragae (X3Z) sebesar 0,000 dimana angka ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa hasil uji interaksi pertumbuhan penjualan.leveragae menunjukkan bahwa leverage mampu memoderasi hubungan pertumbuhan penjualan.leverage dengan profitabilitas.


(39)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas, perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan danleverage terhadap Profitabilitas dengan leverage sebagai variabel moderating. Penelitian ini menggunakan menggunakan SPSS versi 16 untuk melakukan uji regresi linear. Dari hasil uji Moderated Regression Analysis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini :

1. likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Dengan nilai koefisien 0,109 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002.

2. Perputaran modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Dengan nilai koefisien 0,031 dengan nilai signifikansi sebesar 0,003. 3. Pertumbuhan penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Dengan nilai koefisien 0,114 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. 4. Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Dengan nilai koefisien 0,140 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005.

5. Likuiditas, perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan dan Leverage berpengaruh positif dan signifikan 0,001 yang berarti bahwa likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap Profitabilitas.


(40)

6. Leverage mampu memoderasi hubungan antara likuiditas dengan profitabilitas, hubungan antara perpuran modal kerja dengan profitabilitas, hubungan antara pertumbuhan penjualan dengan profitabilitas, dan leverage dengan profitabilitas yang dapat dilihat dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :

1. Penelitian ini dalam menganalisis nilai perusahaan dengan menggunakan empat variabel independen saja dengan penggunaan variabel moderating.

2. Terbatas pada perusahaan property dan real estate , sehingga hasil penelitian ini hanya mewakili informasi keuangan yang ada pada perusahaan Manufaktur.

3. Terbatas pada periode pengamatan yang hanya selama empat tahun yaitu tahun 2010-2012.


(41)

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterabatasan penelitian yang diuraikan sebelumnya maka saran dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menambahkan variabel lain dalam meneliti Profitabilitas dan menggunakan leverage sebagai variabel moderasi. 2. Bagi penelitian selanjutnya, objek penelitian agar ditambah menjadi seluruh perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi. Interval periode penelitian agar ditambah sehingga sampel yang diperoleh lebih akurat.


(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja. Dimana ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Laba juga sering dibandingkan dengan kondisi keuangan lainnya, seperti penjualan, aktiva, dan ekuitas Perbandingan ini sering disebut rasio profitabilitas yang antara lain terdiri dari:

2.1.1 Gross Profit Margin

Gross profit margin atau margin laba kotor digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan yang berasal dari penjualan setiap produknya. Rasio ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksi, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Formulasi dari gross profit margin adalah sebagai berikut:


(43)

Gross Profit Margin =�฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ℎ−���

�฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀ℎ

2.1.2 Net Profit Margin

Pengukuran yang lebih spesifik dari rasio profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan adalah menggunakan net profit margin atau margin laba bersih. Net profit margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Formulasi dari net profit margin adalah sebagai berikut:

Net Profit Margin =

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROAmerupakan rasio yang terpenting diantara rasio

฀฀฀฀฀฀฀฀฀ℎ฀฀฀฀฀฀ℎ�฀฀฀฀

�฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀ℎ

Jika margin laba kotor tidak terlalu banyak berubah sepanjang beberapa tahun tetapi margin laba bersihnya menurun selama periode waktu yang sama, maka hal tersebut mungkin disebabkan karena biaya penjualan, umum, dan administrasi yang terlalu tinggi jika dibandingkan dengan penjualannya, atau adanya tarif pajak yang lebih tinggi. Di sisi lain, jika margin laba kotor turun, hal tersebut mungkin disebabkan karena biaya untuk memproduksi barang meningkat jika dibandingkan dengan penjualannya.


(44)

membandingkan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA =฀฀฀฀฀฀฀฀฀ℎ฀฀฀฀฀฀ℎ�฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀

Menurut James Van Home dan John M. Wachowicz (2009 : 215) ,“net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan”. Net profit margin tidak memperhitungkan penggunaan aktiva, sedangkan rasio perputaran aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas dalam penjualan. ROA dapat mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terjadi peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam net profit margin, atau keduanya.

Menurut Munawir (2002 : 85),ROA memiliki beberapa manfaat yang antara lain:

1) Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh dan sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. 2) Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi

perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

3) Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis ROA juga berguna untuk kepentingan perencanaan.

Disamping itu, manfaat ROA menurut Halim dan Supomo (2001 : 154) adalah :

1) Perhatian manajemen dititikberatkan pada maksimalisasi laba atas modal yang diinvestasikan.

2) ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi divisinya.


(45)

Selanjutnya dengan ROA akan menyajikan perbandingan berbagai macam prestasi antar divisi secara obyektif. ROA akan mendorong divisi untuk menggunakan dalam memperoleh aktiva yang diperkirakan dapat meningkatkan Return On Asset tersebut.

3) Analisa ROA dapat juga digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing- masing produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

Menurut Halim dan Supomo (2001 : 155), ROA juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang dijabarkan oleh berikut ini:

1) ROA lebih menitikberatkan pada maksimasi pada rasio laba dibandingkan jumlah absolut laba.

2) Manajer divisi enggan menambah investasi yang menghasilkan ROA rendah dalam jangka panjang.

3) Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan divisinya dalam jangka pendek tetapi dalam jangka panjang bertentangan dengan keputusan perusahaan.

4) Kurang mendorong divisi untuk menambah investasi, jika ROA yang diharapkan untuk divisi itu terlalu tinggi.

2.1.4. Return On Equity (ROE)

Analisis ROE atau sering disebut juga dengan Return On Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri.

Menurut Kasmir (2008 : 204), ROE adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dipihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan laba yang diperlukan untuk menghitung ROE yaitu laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajakperseroan atau income tax/ earning after tax (EAT).

Efek dari penambahan modal asing atau modal sendiri terhadap kinerja perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut. Ditinjau dari kepentingan pemilik perusahaan, penambahan modal asing hanya dibenarkan kalau penambahan tersebut mempunyai efek finansial yang menguntungkan terhadap modal sendiri.


(46)

Penambahan modal asing hanya akan memberi efek menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal asing tersebut lebih besar daripada biaya modalnya. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan efek yang merugikan terhadap modal sendiri apabila Rate Of Return dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil daripada biaya modal atau bunganya. Dengan demikian, bila sebuah perusahaan membutuhkan tambahan modal untuk investasi, ia hanya dibenarkan untuk memilih sumber pendanaan modal asing (hutang) hanya jika tingkat pengembalian dari tingkat investasinya yang dibiayai dengan hutang tersebut lebih tinggi daripada biaya modal asing (biaya modal hutang). Bila terjadi keadaan sebaliknya maka seharusnya dipilih sumber pendanaan modal sendiri yaitu dengan menerbitkan saham atau menambah modal yang berasal dari pemilik perusahaan .

Menurut James Van Horne dan John M. Wachowicz (2009 : 117) rumus dari ROE adalah:

ROE =฀฀฀฀฀฀฀฀฀ℎ฀฀฀฀฀฀ℎ�฀฀฀฀ (EAT) Total Ekuitas (Total Equity )

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan seringkali digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama. ROE yang tinggi seringkali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk meningkatkan tingkat utang yang tinggi


(47)

berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi resiko keuangan yang berlebihan.

Menurut Munawir (2002 : 101), Analisis Rasio dari angka-angka rasio keuangan yang diperoleh dapat dianalisis dengan memperbandingkan angka rasio tersebut dengan:

1) Standard ratio atau rata-rata dari seluruh industri sejenis, dimana perusahaan yang memiliki data keuangan dianalisisuntuk menjadi anggota dari industri tersebut.

2) Rasio yang telah ditentukan dalam budget perusahaan yang bersangkutan. 3) Rasio-rasio yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang bersangkutan.

4) Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya.

2.2Agency Theory

Pihak manajemen dianggap sebagai agen dari pemilik perusahaan yaitu para pemegang saham. Pihak manajemen diharapkan bertindak demi kepentingan para pemegang saham. Pemegang saham akan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen (Horne dan Wachowicz, 2007 : 243). Agar manajemen melaksanakan fungsinya dengan baik, maka pihak manajemen yaitu agen perusahaan diberikan insentif (bonus, gaji,opsi saham) dan pengawasan. Pengawasan ini dapat dilakukan melalui metode seperti pengikatan agen, audit laporan keuangan, dan membatasi keputusan pihak manajemen.

Biaya agensi adalah biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berperilaku dalam cara yang konsisten dengan kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para kreditor serta pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2007 : 244). Semakin tinggi kemungkinan biaya pengawasan maka semakin tinggi biaya bunga, tetapi nilai perusahaan akan semakin rendah bagi pemegang sahamnya.


(48)

2.3Pecking Order Theory

Myers mengikhtisarkan teori pecking order struktur modal dengan 4 poin Keown, et. al.(2000 : 557) :

1. Perusahaan menerapkan kebijaksanaan dividen untuk kesempatan investasi. 2. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang

sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari. 3. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan pertama memilih

menerbitkan sekuritas utang, menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir.

4. Dengan semakin banyaknya dana eksternal dibutuhkan untuk mendanai proyek dengan nilai sekarang positif, pendanaan pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai utang yang lebih berisiko, artinya pada konvertibel, modal preferen, dan modal biasa sebagai pilihan terakhir.

2.4 Modal Kerja

2.4.1 Pengertian dan Konsep Modal Kerja

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang bergerak dalam bidang industri maupun jasa. Modal kerja harus selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian modal kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

Menurut Brigham dan Houston (2006 : 131),“modal kerja merupakan investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek”. Dari pengertian tersebut maka unsur-unsur dari modal kerja adalah aktiva lancar yang terdiri dari:


(49)

1) Kas

Kas merupakan rekening giro ditambah dengan mata uang. Kas adalah aktiva yang paling liquid, selain itu kas juga merupakan aktiva yang tidak menghasilkan. Kas dibutuhkan perusahaan untuk membayar tenaga kerja, bahan baku, melunasi utang, membeli aktiva tetap, membayar pajak, membayar deviden, dan kebutuhan lainnya. Namun kas tersebut tidak menghasilkan bunga sehingga tujuan manajemen kas adalah untuk meminimalkan jumlah kas pada titik dimana kas tersebut cukup untuk menjalankan aktivitas bisnis secara normal. Walaupun kas tidak menghasilkan bunga, tetapi Menurut John Maynard Keynes (2004 : 105), “ada tiga motif untuk menahan kas, yaitu motif transaksi, motif spekulasi, dan motif berjaga-jaga”.

2) Sekuritas

Sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak kepemilikan untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan atas perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang melaksanakan hak tersebut. Menurut Bank Indonesia, sekuritas adalah surat berharga dalam bentuk fisik (warkat) yang mempunyai nilai uang yang dapat diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar modal. Selain dengan kas, perusahaan juga memerlukan sekuritas yang dapat diperjualbelikan sebagai cadangan bagi akun kas. Jika kas yang dimiliki kurang dari yang diperlukan, maka sekuritas tersebut dapat dijual untuk memenuhi kekurangan kas. Oleh karena itu, sekuritas ini dimaksudkan sebagai pertahanan pertama atas kebutuhan operasional yang tidak diperkirakan oleh perusahaan.


(50)

3) Persediaan

Persediaan merupakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang selanjutnya akan dijual dengan atau tanpa diolah terlebih dahulu. Persediaan sendiri merupakan elemen dari aktiva lancar yang paling kurang likuid bila dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Persediaan akan menimbulkan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tersebut antara lain adalah biaya sewa gudang, biaya perawatan, biaya asuransi, biaya pengangkutan, dan lain sebagainya. Selain biaya, persediaan juga akan menimbulkan resiko yang cukup tinggi yaitu resiko hilang dan resiko rusak. Untuk meminimalkan biaya dan resiko, banyak perusahaan berusaha meminimalkan jumlah persediaannya. Sistem yang sering dipakai adalah Just-in-Time yang bertujuan untuk memperoleh barang yang diperlukan tepat waktu. Sehingga perusahaan mencari atau memperoduksi barang yang diperlukan hanya pada saat diperlukan saja, dengan begitu jumlah persediaan dapat diminimalisir.

4) Piutang

Piutang merupakan hak untuk menerima sejumlah kas pada waktu yang akan datang karena kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Piutang muncul karena adanya penjualan secara kredit, pemberian pinjaman, porsekot dalam kontrak pembelian, dan lain sebagainya. Jumlah piutang yang dimiliki oleh perusahaan erat hubungannya dengan volume penjualan secara kredit yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perputaran piutang menjadi kas dipengaruhi oleh syarat pembayaran piutang tersebut. Jika syarat pembayaran lunak, maka jumlah piutang akan semakin besar tetapi perputaran piutang akan semakin rendah


(51)

dan jika syarat pembayaran ketat akan berlaku sebaliknya. Sehingga syarat pembayaran piutang akan berpengaruh pada penjualan yang selanjutnya berimbas pada profitabilitas. Syarat pembayaran piutang memang bagai pisau bermata dua, karena semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan.

Kasmir (2008 : 250) berpendapat bahwa modal kerja terdiri dari tiga konsep, yaitu:

1) Konsep Kuantitatif

Bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital)

2) Konsep Kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja menitikberatkan kepada kualitas modal kerja konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar konsep ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditur.

3) Konsep Fungsional

Konsep ini berdasarkan pada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh dalam laba artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba akan menurun. Akan tetapi dalam kenyataanya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. yang dimaksud dengan modal kerja:

a) Besarnya kas

b) Besarnya persediaan c) Piutang

d) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan currentincome tahun yang bersangkutan). Sedangkan bagian piutang yang merupakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap yang menghasilkan future income (pendapatan tahun-tahun sesudahnya) termasuk dalam net working capital.


(52)

2.4.2 Jenis Modal Kerja

Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu :

1) Modal Kerja Permanen (permanent working capital) yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya antara modal kerja ini terdiri dari:

a) Modal kerja primer (primary working capital) merupakan jumlah modal

kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

b) Modal kerja normal (normal working capital) adalah modal kerja yang

dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.

2) Modal Kerja Variabel (variable working capital) yaitu modal kerja yangjumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibagi:

a) Modal kerja musiman (seasonal working capital) adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.

b) Modal kerja siklis (cyclical working capital) adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

c) Modal kerja darurat (emergency working capital) adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.


(53)

2.4.3 Sumber Modal Kerja

Menurut Sartono (2001 : 385), “semakin lama periode antara saat pengeluaran kas sampai penerimaan kas kembali maka kebutuhan modal kerja akan semakin besar sehingga dibutuhkan sumber modal kerja yang besar pula”.

Sumber-sumber dari modal kerja atau unsur-unsur yang mempunyai pengaruh memperbesar modal kerja dapat disebutkan sebagai berikut :

1) Berkurangnya aktiva tetap

2) Bertambahnya utang jangka panjang 3) Bertambahnya modal

4) Adanya keuntungan dari operasi perusahaan

2.4.4 Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalamperusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode working capital turnorver (WCT) periode dimulai saat kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya (turnorver rate-nya). Lama periode perputaran modal skerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah working capital turnorver. Menurut Munawir (2002 : 80), “rasio perputaran modal kerja menunjukan


(54)

hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja”. Menurut Sawir (2001 : 129), formulasi dari WCTadalah sebagai berikut :

WCT = �฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀−฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

2.5 Likuiditas

Menurut Kasmir (2008 : 88), “likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi”. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.

Kemampuan membayar baru terdapat pada perusahaan apabila kekuatan membayarnya adalah demikian besarnya sehingga dapat memenuhi semua kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar-nya di satu pihak dengan kewajiban-kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi di lain pihak.


(55)

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansiilnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid. Sedangkan menurut Munawir (2002 : 66), “likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.

Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui dan menduga sampai dimanakah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya kewajiban lancar, sehingga dapatlah kiranya diperkirakan bahwa sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga dapat memenuhi kewajibannya.


(56)

Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat/dengan semestinya. Dilain pihak ditinjau dari sudut pemegang saham suatu current ratio yang tinggi tidak selalu paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.

Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang sutau current ratio yang rendah malahan menunjukkan pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran darurat.

Menurut Munawir (2002 : 72), “current ratio 200% kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja danbesarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan”. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut.

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-


(57)

hutang tersebut. Namun, suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan mampu membayar utang yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.

Menurut Kasmir (2008 : 44), “bagi perusahaan bukan kredit, current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turunmisalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukuplagi menutup utang lancarnya”. Pedoman current ratio 2 : 1, sebenarnya hanyadidasarkan pada prinsip “hati-hati”. Pedoman current ratio 200% bukanlahpedoman mutlak.

Menurut Sawir (2001 : 129), formulasi dari current ratio adalah sebagai berikut

Current Ratio=

Rasio utang (Leverage) menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, sertapembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit dari bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀


(58)

berbungasemakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan. Dengandemikian dipandang dari segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih efisienoperasi bisnisnya. Menurut Kleinsteuber dan Sutojo (2004 : 37), “apabila beban biaya operasional yang lain wajar, dengan bebanbunga pinjaman kecil diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat”.

Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Sawir (2001 : 18), untuk mengukur seberapa besar perbandingan total utang dengan total aset, digunakan rumus :

Rasio Leverage =฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀

฀฀฀฀฀฀฀฀฀

2.7 Pertumbuhan Penjualan

Menurut Kasmir (2008 : 104), “penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan, karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aktiva dan bila penjualan ditingkatkan maka aktiva pun harus ditambah”. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang penting dalam manajemen modal kerja. Dengan mengetahui seberapa besar growth, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan.

Menurut Sawir (2001 : 4), untuk mengukur growthdigunakan rumus: Pertumbuhan penjualan = Penjualan ฀ − Penjualan ฀−1


(1)

ii

2.5 Likuiditas ... 22

2.6 Leverage ... 25

2.7 Pertumbuhan Penjualan ... 26

2.8 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas .... 27

2.8.1 Pengaruh current ratio terhadap profitabilitas... 27

2.8.2 Pengaruh WCT terhadap profitabilitas... 28

2.8.3 Pengaruh growth terhadap profitabilitas ... 29

2.8.4 Pengaruh leverage terhadap profitabilitas ... 30

2.9 Peneliti Terdahulu ... 30

2.10 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 35

2.10,1 Kerangka Konseptual ... 35

2.10.2 Hipotesis... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Variabel Penelitian ... 39

3.1.1 ROA (Y) ... 39

3.1.2 CURRENT RATIO ... 40

3.1.3 Pertumbuhan Penjualan ... 40

3.1.4 WCT ... 40

3.1.5 Leverage ... 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.2.1 Jenis Penelitian ... 41

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 41

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 42

3.5 Teknik Pengumpulaan Data ... 43

3.6 Metode Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Data Penelitian ... 50

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 50

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 51


(2)

4.2.2.1 Uji Normalitas... 52

4.2.2.2 Uji Multikolonieritas ... 54

4.2.2.3 Uji Non-Autokorelasi dan Independensi... 55

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas... 57

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 59

4.3.1 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 59

4.3.3.1 Uji Determinasi (R2) ... 59

4.3.3.2 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 60

4.3.3.3 Uji Simultan (Uji F) ... 62

4.4 Hasil Uji Analisi Regresi Moderasi ... 63

4.4.1 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 63

4.4.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 69

4.5 Pembahasan ... 72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Simpulan ... 75

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 76


(3)

iv

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

4.1 Uji Statistik Deskriptif ... 46

4.2 Uji Multikiolineritas ... 51

4.3 Uji Autokorelasi ... 52

4.4 Uji Determinasi (R2)... 56

4.5 Uji Parsial (Uji t) ... 57

4.6 Uji Simultan ... 59

4.7 Hasil Uji MRA ( likuiditas,Leverage,Likuiditas,Leverage) ... 60

4.8 Hasil Uji MRA (Perputaran Modal Kerja ) ... 61

4.9 Hasil Uji MRA (Pertumbuhan Penjualan, Leverage) ... 63

4.10 Hasil Uji MRA (Ppenjualan,leverage,likuiditas,leverage) ... 64

4.11 Koefisien Determinasu Regresi Model 1 ... 65

4.12 Koefisien Determinasi Regresi Model 2 ... 66

4.13 Koefisien Determinasi Regresi Model 3 ... 67

4.14 Koefisien Determinasi Regresi Model 4 ... 68


(4)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL NO

2.1 Kerangka Konseptual ... 33

4.1 Histogram ... 49

4.2 Normal PP Plot ... 49


(5)

vi

NO. Nama Perusahaan Kode

Kriteria

Penentuan Sampel Sampel

1 2 3 4

1 Agung Podomoro Land Tbk APLN √ √ √ √ Sample 1

2 Alam Sutera Reality Tbk ASRI √ √ √ √ Sample 2

3 Bekasi Asri Pemula Tbk BAPA √ √ √ √ Sample 3

4 Bumi Citra Permai Tbk BCIP √ √ √ √ Sample 4

5 Bekasi Fajar Industrial Estate

Tbk BEST √ √ √ X

6 Bhuawanatala Indah Permai

Tbk BIPP √ √ √ X

7 Bukit Darmo Property Tbk BKDP √ √ √ X

8 Sentul City Tbk BKSL √ √ √ √ Sample 5

9 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE √ √ √ √ Sample 6

10 Cowell Development Tbk COWL √ √ √ √ Sample 7

11 Ciputra Development Tbk CTRA √ √ √ √ Sample 8

12 Ciputra Property Tbk CTRP √ √ √ √ Sample 9

13 CTRS √ √ √ √ Sample 10

14 Duta Anggada Realty Tbk DART √ √ √ √ Sample 11

15 Intiland Development Tbk DILD √ √ √ √ Sample 12

16 Duta Pertiwi Tbk DUTI √ √ √ √ Sample 13

17 Bakrieland

Development Tbk ELTY √ √ √ X

18 Megapolitan

Development Tbk EMDE √ √ √ √ Sample 14

19 Fortune Mate Indonesia Tbk FMII √ √ √ X

20 Gading Development Tbk GAMA √ √ √ X

21 Goa Makassar Tourism

Development Tbk GMTD √ √ √ √ Sample 15

22 Perdana Gapura Prima Tbk GPRA √ √ √ √ Sample 16

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Property &Real Estate Yang Menjadi Sampel Pada Tahun 2011-2013


(6)

23 Greenwood Sejahtera Tbk GWSA √ √ √ X

24 Jaya Real Property Tbk JRPT √ √ √ √ Sample 17

25 Kawasan Industri Jababeka

Tbk KIJA √ √ √ √ Sample 18

26 Global Land and

Development Tbk KPIG √ √ √ √ Sample 19

27 Lamicitra Nusantara Tbk LAMI √ √ √ √ Sample 20

28 Laguna Cipta Griya Tbk LCGP √ √ √ X

29 Lippo Cikarang Tbk LPCK √ √ √ √ Sample 21

30 Lippo Karawaci Tbk LPKR √ √ √ √ Sample 22

31 Modernland Realty Tbk MDLN √ √ √ √ Sample 23

32 Metropolitan Kentjana Tbk MKPI √ √ √ √ Sample 24

33 Metropolitan Land Tbk MTLA √ √ √ √ Sample 25

34 Metro Realty Tbk MTSM √ √ √ √ Sample 26

35 Nirvana Development Tbk NIRO √ √ √ X

36 Indonesia Prima Property

Tbk OMRE √ √ √ √ Sample 27

37 Plaza Indonesia Realty Tbk PLIN √ √ √ √ Sample 28

38 Pakuwon Jati Tbk PWON √ √ √ √ Sample 29

39 Rista Bintang Mahkota Sejati

Tbk RBMS √ √ √ X

40 Roda Vivatex Tbk RDTX √ √ √ √ Sample 30

41 Pikko Land Development

Tbk RODA √ √ √ X

42 Dadanayasa Arthatama Tbk SCBD √ √ √ √ Sample 31

43 Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM √ √ √ √ Sample 32

44 Summarecon Agung Tbk SMRA √ √ √ √ Sample 33


Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Leverage Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Retail yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 143 87

Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

8 63 108

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 28 93

PENGARUH LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 13 44

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16