Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

NAMA : ERLANGGA SYAHPUTRA

NIM : 090522004

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, September 2011

Erlangga Syahputra NIM : 090522004


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap likuiditas.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian berupa perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 19 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancar sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sriwimerta (2010). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis F hitung > F tabel yaitu sebesar 4,965 > 3,225684 dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,004 < 0,05). Nilai adjusted R² yang hanya sebesar 5,9% dimana variabel perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan Sisanya sebesar 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini ini tidak sesuai dengan penelitian Imelda (2007) dan Sianturi (2008).

 

Kata Kunci: Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Rasio Lancar


(4)

ABSTRACT

This study analyzed the influence of financial performance to corporation liquidity of the real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009. Variable that is utilized in research were cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the liquidity.

This research is classified as causal research and replication to former research, which population of this research are real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange periodical 2007 up to 2009. The sample selections using purposive sampling methods and resulting 19 corporation as a sample. Data of this research are secondary data which consists of cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover as independence variable; and the liquidity as dependence variable. The statistic methods that’s used is multiple regressions analysis and the model has been tested in classic assumption.

The result proof that cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have influence significantly and simultaneously the liquidity. The result research consistency with Sriwimerta Research (2010). The research can be explanatory in analysis Fcalculate bigger than Ftable is 4,965 > 3,225684 and significant research about < 0,05 (0,04 < 0,05). Adjusted R² expressed 17,8% influence given by independent variable. The rest 82,2 % influence given by other variable are not mentioned in this research model. Partially, cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have no significant influence to the liquidity. The result research inconsistency with Imelda (2007) and Sianturi (2008) reaserch.

Key Word: Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover, and Current Ratio


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kupanjatkan kepada-Mu Allah Yang Maha Kuasa karena atas segala berkah dan rahmat yang tiada terkira yang senantiasa Engkau berikan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. Kasih dan Sayang-Mu sungguh luar biasa dalam setiap langkah hidupku. Biarlah setiap hari aku boleh bersyukur atas segala anugerah yang Engkau berikan.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia”, yang ditujukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Studi Strata-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dengan segenap cinta dan kasih sayang, penulis persembahkan kepada Papa dan Mama tersayang: Endang Hasanuddin dan Suryani yang senantiasa melimpahkan cinta, kasih sayang, dan semangat serta selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis dalam menyusun skripsi ini. Dengan adanya keterbatasan tersebut, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara moril dan materil.


(6)

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing, atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Salbiah, MSi, Ak selaku Dosen Penguji I, dan Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak selaku dosen penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Terkhusus buat ananda Azwani Sinaga, teman-teman Akuntansi Ekstensi stambuk 2009 yang telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang membacanya.

Medan, September 2011 Penulis,

Erlangga Syahputra


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….……. i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR….……….….. iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL ………... vi

DAFTAR GAMBAR ………... vii

DAFTAR LAMPIRAN ………....………..…… viii

DAFTAR SINGKATAN……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 10

1.3 Tujuan Penelitian... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis... 12

2.1 Modal kerja…………... 12

2.1.1 Pengertian Modal Kerja……….. 12

2.1.2 Fungsi Modal Kerja... 13

2.1.3 Faktor-faktor Keberhasilan Pasar Modal... 14

2.1.4 Perputaran Modal Kerja……….. 16

2.2 Kas... 17

2.2.1 Pengertian Kas... 17

2.2.2 Faktor-faktor Ketersediaan Kas... 18

2.2.3 Perputaran Kas... 19

2.3 Piutang... 20

2.3.1 Pengertian Piutang... 20

2.3.2 Klasifikasi Piutang... 21

2.3.3 Faktor-faktor Investasi dalam Piutang... 21

2.3.4 Perputaran Piutang... 22

2.4 Persediaan...………. 23

2.4.1 Pengertian Persediaan... 23

2.4.2 Perputaran Persediaan... 23

2.5 Likuiditas... 24

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 26

C. Kerangka Konseptual... 27

D. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 31


(8)

C. Jenis dan Sumber Data... 32

D. Teknik Pengumpulan Data... 33

E. Definisi Operasional Variabel... 33

3.1 Variabel Independen………. 33

3.2 Variabel Dependen……… 35

F. Metode Analisis Data... 35

3.1 Pengajuan Asumsi Klasik………. 35

3.1.1 Uji Normalitas……….. 36

3.1.2 Uji Multikolinaritas……….. 38

3.1.3 Uji Heterokedastisitas……….. 39

3.1.4 Uji Autokorelasi………... 40

3.2 Pengujian Hipotesis………... 41

3.2.1 Analisis Regresi……… 41

3.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)……… 42

3.2.3 Uji Signifikan Parsial (Uji t)………. 42

3.2.4 Koefisien Determinasi………... 42

G.Jadwal Penelitian... 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian... 44

B. Analisis Data Penelitian... 44

4.1 Statistik Deskriptif………. 44

4.2 Pengujian Asumsi Klasik……….. 46

4.2.1 Uji Normalitas……….. 46

4.2.2 Uji Multikolinaritas……….. 53

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas………. 54

4.2.4 Uji Autokorelasi……… 56

4.3 Analisis Regresi………. 57

4.3.1 Persamaan Regresi……… 58

4.3.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi………... 59

4.3.3 Pengujian Hipotesis………... 61

a. Uji Signifikan Simultan (F)………... 61

b. Uji Signifikan Parsial (t)……… 62

C. Analisis Hasil Penelitian... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 67

B. Keterbatasan Penelitian... 70

C. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Data Rasio Modal Kerja Real Estate dan Property…………. 7

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 26

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 43

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 45

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi... 47

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi... 50

Tabel 4.4 Tabel Uji Multikolineritas... 53

Tabel 4.5 Tabel Uji Autokorelasi... 57

Tabel 4.6 Analisi Hasil Regresi... 58

Tabel 4.7 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji F... 61


(10)

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 27

Gambar 4.1 Histogram Sebelum Transformasi... 48

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi... 49

Gambar 4.3 Histogram Setelah Transformasi... 51

Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot Setelah Transformasi... 52


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman Lampiran i Data Populasi Perusahaan real estate dan property yang

terdaftar di BEI ………... 75

Lampiran ii Data Sampel Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI... 77

Lampiran iii Data Variabel Penelitian Tahun 2007 Sebelum Transformasi... 78

Lampiran iv Data Variabel Penelitian Tahun 2008 Sebelum Transformasi... 79

Lampiran v Data Variabel Penelitian Tahun 2009 Sebelum Transformasi... 80

Lampiran vi Data Variabel Penelitian Setelah Transformasi... 81

Lampiran vii Statisrik Deskriptif... 84

Lampiran viii Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi... 84

Lampiran ix Histogram dan Grafik Normal P-Plot... 85

Lampiran x Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi... 87

Lampiran xi Histogram dan Grafik Normal P-Plot... 87

Lampiran xii Hasil Uji Multikolinearitas... 88

Lampiran xiii Hasil Uji Heteroskedastisitas... 89

Lampiran xiv Hasil Uji Autokorelasi... 90

Lampiran xv Hasil Koefisien Regresi... 90

Lampiran xvi Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi... 91

Lampiran xvii Hasil Uji F... 91


(13)

DAFTAR SINGKATAN

BEI = Bursa Efek Indonesia

CR = Current Ratio


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap likuiditas.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian berupa perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 19 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancar sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sriwimerta (2010). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis F hitung > F tabel yaitu sebesar 4,965 > 3,225684 dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,004 < 0,05). Nilai adjusted R² yang hanya sebesar 5,9% dimana variabel perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan Sisanya sebesar 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini ini tidak sesuai dengan penelitian Imelda (2007) dan Sianturi (2008).

 

Kata Kunci: Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Rasio Lancar


(15)

ABSTRACT

This study analyzed the influence of financial performance to corporation liquidity of the real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009. Variable that is utilized in research were cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the liquidity.

This research is classified as causal research and replication to former research, which population of this research are real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange periodical 2007 up to 2009. The sample selections using purposive sampling methods and resulting 19 corporation as a sample. Data of this research are secondary data which consists of cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover as independence variable; and the liquidity as dependence variable. The statistic methods that’s used is multiple regressions analysis and the model has been tested in classic assumption.

The result proof that cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have influence significantly and simultaneously the liquidity. The result research consistency with Sriwimerta Research (2010). The research can be explanatory in analysis Fcalculate bigger than Ftable is 4,965 > 3,225684 and significant research about < 0,05 (0,04 < 0,05). Adjusted R² expressed 17,8% influence given by independent variable. The rest 82,2 % influence given by other variable are not mentioned in this research model. Partially, cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have no significant influence to the liquidity. The result research inconsistency with Imelda (2007) and Sianturi (2008) reaserch.

Key Word: Cash Turnover, Receivable Turnover, Inventory Turnover, and Current Ratio


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat atau terhenti sama sekali sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal tersebut dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa mendatang.

Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan.

Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur

yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan

memperoleh laba.

Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel. Besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja


(17)

yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan.

Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Kelebihan modal kerja juga akan menimbulkan tidak efektif dalam operasi perusahaan. Sebaliknya adanya ketidakcukupan dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran kas (cash

turnover), perputaran piutang (receivable turnover), dan perputaran persediaaan

(inventory turnover).

Kieso (2002:380) mengemukakan ”Kas merupakan aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, merupakan standar dari dasar pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya dan dengan ketersediaan kas yang cukup maka perusahaan tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya”. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula likuiditasnya. Menilai ketersediaan kas dapat dihitung dari perputaran kas. Tingkat perputaran kas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia. Suatu perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi karena adanya kas dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya kelebihan kas. Sebaliknya apabila jumlah kas relatif kecil


(18)

berarti perputaran kas tinggi sehingga perusahaan akan atau dapat berada dalam keadaan ilikuid.

Aktiva lancar lain yang likuid adalah piutang. Menurut Kieso (2002:386) “piutang merupakan klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya”. Piutang memerlukan waktu yang lebih pendek untuk diubah menjadi kas. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Tingkat perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi dua. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula menjadi kas dan apabila piutang telah menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali dalam operasional perusahaan serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan sehingga perusahaan akan dikategorikan perusahaan likuid. Sebaliknya, apabila tingkat perputaran piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan piutang dan perusahaan akan mengalami keadaan illikuid.

Menurut Kieso (2002:444) “Persediaan merupakan pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan diagunkan atau diasumsikan dalam memproduksi barang yang akan dijual. Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kepada konsumen. Semakin tinggi perputaran persediaan barang,


(19)

maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin tinggi pula tingkat likuiditas perusahaan. Sebaliknya, semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil tingkat laba yang berarti semakin rendah tingkat likuiditas suatu perusahaan. Tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang sehingga semakin cepat pula bagi perusahaan dalam memperoleh dana baik dalam bentuk uang tunai (kas) ataupun piutang. Dana yang diperoleh tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk pembiayaan aktiva lancar perusahaan sehingga akan menunjukkan kondisi yang baik (likuid) bagi perusahaan.

Komponen untuk menilai keuangan perusahaan salah satunya adalah rasio likuiditas (liquidity ratios). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid, sedangkan jika perusahaan berada dalam keadaan tidak memiliki kemampuan membayar kewajiban jangka pendek artinya perusahaan tersebut dalam keadaan ilikuid. Perusahaan yang tidak dapat mengendalikan tingkat likuiditasnya akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari pihak luar perusahaan (kreditur) dan dapat menurunkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Perusahaan yang dalam keadaan ilikuid akan menghambat aktivitas operasi dan mengurangi efektivitas perusahaan. Secara umum, semakin tinggi likuiditas, maka semakin rendah resiko kegagalan perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas (meliputi piutang, surat berharga, persediaan).


(20)

Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang maksimal, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang maksimal akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Semakin tinggi likuiditas, semakin baik pula posisi perusahaan di mata kreditur sehingga perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Di lain pihak, ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam

proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.

Objek penelitian yang diamati adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara umum, investasi pada jenis perusahan ini dianggap lebih aman daripada jenis investasi lainnya. Perusahaan tersebut sebenarnya merupakan perusahaan yang memiliki peluang bisnis yang cukup baik. Investasi di property masih jadi pilihan utama kebanyakan orang, sebab orang beranggapan bahwa itu adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan uang. Keuntungan berinvestasi yang paling menarik sebenarnya dari investasi di property ini memungkinkan untuk menggunakan uang orang lain untuk mulai berinvestasi. Fenomena yang terjadi misalnya Donald Trump pengusaha property dari Amerika atau Ir.Ciputra dari Indonesia, mereka kaya raya dari bisnis property. Bank juga memiliki property, jika kita perhatikan gedung kantor pusat bertingkat tinggi yang megah, belum lagi puluhan jumlah kantor


(21)

cabangnya. Penting sekali memahami mengapa property seringkali menjadi pilihan utama orang untuk mengembangkan harta kekayaannya, alasannya bukannya karena property tidak berisiko. Namun dengan berinvestasi ke property, mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hasil return investasi yang besar.

Indonesia sesungguhnya memiliki peluang untuk menjadi tempat investasi (relokasi) bagi industri real estate dan property. Hal ini terutama didasari oleh fakta bahwa kekuatan ekonomi Indonesia selama ini sesungguhnya ditopang oleh sisi domestik kita yang memiliki daya beli yang cukup tinggi. Meskipun krisis global mengancam prospek ekonomi kita, hal itu tampaknya tidak berlaku bagi produk real estate dan property di Indonesia. Real estate dan property yang menjadi objek penelitian ini adalah merupakan salah satu nama klasifikasi saham untuk industri di bursa efek Indonesia. Jenis industri ini dipilih sebagai objek penelitian karena pertumbuhan penjualan produk real estate dan property berubah-berubah setiap tahunnya. Jenis industri ini terdiri dari perumahan, tanah, pabrik, dan sebagainya. Berdasarkan data laporan keuangan diperoleh tingkat rasio perusahan real estate dan property yang terdaftar di BEI yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.


(22)

Tabel 1.1

Data Rasio Modal Kerja Perusahaan Real Estate dan Property

Rasio 2007 2008 2009

Perputaran Kas 10,42 7,82 7,06

Perputaran Piutang 15,61 15,46 18,76 Perputaran Persediaan 7,85 6,97 7,50 Perputaran Modal Kerja 0,09 0,19 2,83

Rasio Lancar 9,45 3,04 3,78

Berdasarkan uraian diatas, fenomena yang terjadi bahwa perputaran modal kerja perusahaan real estate dan property pada tahun 2007 dan 2008 mengalami kenaikan yang kurang maksimal tetapi rasio lancar pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu sebesar 9,45 dan mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 3,04. Meskipun ditahun 2008 rasio lancar mengalami penurunan, hal ini berarti perusahaan real estate dan property dapat membayar kewajiban jangka pendeknya. Pada tahun 2009 perputaran modal kerja mengalami kenaikan sebesar 2,83 sedangkan rasio lancar pada tahun tersebut juga mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya dan masih lebih tinggi dari perputaran modal kerja. Meskipun perputaran modal kerja mengalami sedikit kenaikan ditahun 2009, hal ini berarti perusahaan real estate dan property masih dapat membayar kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan dapat membiayai struktur usahannya dengan piutang yang dapat dilihat dari kenaikan perputaran piutang. Kenaikan perputaran piutang disebabkan banyaknya penjualan yang dilakukan perusahaan sehingga


(23)

perputaran persediaan meningkat. Membaiknya penjualan sektor real estate dan property meskipun dalam persentase yang kecil di pasar domestik, setidaknya sangat dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, tingkat suku bunga perbankan yang relatif rendah. Kedua, tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Ketiga, nilai tukar rupiah yang cukup stabil, terutama terhadap yen dan dolar AS. Dengan meningkatnya volume penjualan ini akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan.

Beberapa penelitian yang menemukan perusahan go public yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009 memberikan rasio lancar (variabel dependen) dengan jumlah yang berbeda setiap tahunnya. Fenomena yang terjadi adalah adakalanya saat perputaran kas, piutang, dan persediaan meningkat, laba yang diperoleh perusahaan justru lebih kecil dari tahun sebelumnya dan perusahaan dengan tingkat perputaran kas, piutang, persediaan dan modal kerja yang tinggi belum tentu menghasilkan rasio lancar yang tinggi. Berdasarkan fenomena tersebut, perputaran kas, piutang usaha, persediaan dan modal kerja bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan pihak manajemen dalam menetapkan tingkat likuiditas suatu perusahaan.

Simamora (2007), meneliti pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas pada PT Pertani (Persero) wilayah Sumbagut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap likuiditas perusahaan serta memiliki korelasi atau hubungan yang kuat terhadap likuiditas (rasio lancar).


(24)

Sianturi (2008), meneliti pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap likuiditas, namun perputaran persediaan tidak memiliki korelasi atau hubungan yang kuat (lemah) terhadap likuiditas (rasio lancar).

Sriwimerta (2010), meneliti pengaruh perputaran kas dan piutang terhadap likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh signifika baik secara parsial maupun simultan terhadap likuiditas serta perputaran kas dan piutang tidak memiliki hubungan yang kuat (lemah) terhadap likuiditas (rasio lancar).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang terdahulu. Dengan perbedaan hasil penelitian terdahulu yang diperoleh, penulis ingin menguji kembali dengan menggabungkan ketiga variabel independen diatas yaitu kas, piutang, dan persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu hanya menggunakan satu atau dua variabel independen, sedangkan pada penelitian ini, terdapat empat variabel independen yaitu perputaran kas, piutang, persediaan dan modal kerja dengan variabel dependen adalah likuiditas. Selain itu, penulis juga mengambil objek penelitian yang berbeda yaitu perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh


(25)

Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara parsial dan simultan terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikansi antara perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan baik secara parsial maupun simultan terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(26)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.Pihak peneliti, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang akuntansi mengenai perputara modal kerja yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap likuiditas perusahaan,

b.Pihak praktisi, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan jangka pendek dalam mempertahankan likuiditas perusahaan. c.Pihak peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 2.1 Modal Kerja

2.1.1Pengertian Modal Kerja

Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129). Riyanto (2001:58) mengemukakan pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu:

a. Konsep Kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar atau sering disebut dengan modal kerja bruto (gross working capital).

b. Konsep Kualitatif

Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).

c. Konsep Fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan


(28)

yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode akuntasi (current income) bukan periode berikutnya (future income). Modal kerja yang baru akan menghasilkan pendapatan dimasa yang akan datang sering disebut dengan modal kerja potensil. Yang termasuk dalam modal kerja potensil adalah: Efek/surat berharga, dan bagian laba dari saldo piutang dagang.Sedangkan dana yang sebagian modal kerja dan sebagian non modal kerja adalah dana yang diinvestasikan dalam Aktiva tetap.

Berdasarkan konsep diatas, definisi modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Modal kerja ditentukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.

2.1.2 Fungsi Modal Kerja

Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:

a. Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan.

b. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai. Dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan uttuk pembelian barang menjadi berkurang.


(29)

c. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara “Credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak

ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti pemogokan, banjir, dan kebakaran.

d. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.

e. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar.

f. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit.

2.1.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah sebagai berikut:

a. Sifat atau jenis perusahaan kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari usaha yang dijalankan perusahaan.


(30)

b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual. Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual pada pembeli. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang, atau semakin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang diperlukan juga akan semakin besar.

c. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan. Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan penjualan. Semakin banyak diperoleh syarat kredit untuk membeli bahan dari pemasok maka lebih sedikit modal kerja yang ditanamkan dalam persediaan. Sebaliknya, semakin longgar syarat kredit yang diberikan pada pembeli maka akan lebih banyak modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.

d. Perputaran persediaan. Semakin cepat persediaan berputar maka semakin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan persediaan juga berkurang.

e. Perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka waktu penagihan piutang. Apabila penagihan piutang dilakukan secara efektif maka tingkat perputaran piutang akan tinggi sehingga modal


(31)

kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera digunakan dalam siklus usaha perusahaan.

f. Siklus Usaha (Konjungtur). Dalam masa “prosperti” (konjungtur tinggi), perusahaan akan berupaya untuk membeli barang mendahului kebutuhan untuk memperoleh harga yang rendah dan memastikan adanya persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut diperlukan modal kerja yang besar. Sebaliknya, dalam masa “depresi” (konjungtor menurun) maka volume usaha turun dan banyak perusahaan harus menukar persediaan dan piutang menjadi uang. g. Musim. Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka

penjualan tiap bulan rata-rata sama. Namun, apabila dipengaruhi musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka relatif pendek.

2.1.4Perputaran Modal Kerja

Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan beroperasi. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period)

dimulai disaat dimana kas diinvestasikan dalm komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode tersebut, makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran masing-masing komponen modal kerja tersebut.


(32)

Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendanhnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kass yang terlalu besar.

Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efesiensi penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal kerja (working capital turnover). Perputaran Modal Kerja yaitu rasio yang

memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan. Riyanto (2002:335) merumuskan formula untuk menghitung perputaran modal kerjasebagai berikut:

Penjualan

Perputaran Modal Kerja=

Aktiva Lancar – Hutang Lancar

2.2 Kas

2.2.1 Pengertian Kas

Menurut Martono (2002:116) ”Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi”. Transaksi tersebut misalnya untuk


(33)

pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.

Pengertian kas menurut Harahap (2004:258) adalah sebagai berikut:

Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut,

a. setiap saat dapat ditukar menjadi kas, b. tanggal jatuh temponya sangat dekat,

c. kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:21) ”Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk pula dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia”.

2.2.2 Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kas

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui penerimaan dan pengeluaran kas. Perubahan yang menambah dan mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas.

Menurut munawir (2002:159) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari berbagai sumber antara lain sebagai berikut :

a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.


(34)

b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.

c. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek (wesel) maupun hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang hipotik atau hutang jangka yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.

d. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas, misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai.

e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.

Berikut penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi antara lain:

1. Pemberian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva lainnya.

2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.

3. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot-persekot pembelian.

2.2.3 Perputaran Kas

Menurut Riyanto (2001:95) ”Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas dan kembalinya


(35)

kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild (2005:42), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:

Penjualan Bersih Perputaran Kas =

Rata – rata Kas dan Setara Kas

Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputarannya maka semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya kas yang berhenti atau tidak dipergunakan.

2.3 Piutang

2.3.1Pengertian Piutang

Ikatan Akuntan Indonesia (2007:64) mengemukakan ”Piutang adalah hak atau klaim terhadap pelanggan atau pihak lain atas uang, barang dan jasa”. Menurut Warren (2005:392) piutang didefinisikan sebagai berikut “Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Berdasarkan definisi-definisi yang ada dapat diketahui bahwa piutang adalah hak penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul karena adanya penjualan barang dan jasa secara kredit dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus normal perusahaan.


(36)

2.3.2 Klasifikasi Piutang

Menurut Suharli (2006:202) piutang dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:

a. Piutang Dagang (trade receivable) adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena transaksi penjualan barang atau jasa, b. Piutang Wesel (notes receivable) merupakan surat pernyataan

berhutang atau janji pelunasan secara tertulis,

c. Piutang Lainnya (other receivable), meliputi piutang yang berasal bukan dari perdagangan. Contohnya piutang bunga, piutang karyawan, piutang deviden dan lain-lain.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Investasi Dalam Piutang

Menurut Gitosudarmo (2002:82), beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut:

a. Volume penjualan kredit. Semakin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya semakin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.

b. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.

c. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit. Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.

d. Kebijakan membayar para pelanggan kredit. Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang semakin besar. e. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan bersifat aktif dan

pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif, maka besarnya jumlah piutang relatif besar.


(37)

Pen jualan Bersih

Perputaran Piutan g =

Rata – rata Piutang

2.3.4 Perputaran Piutang

Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang. Menurut Warren (2005:407) ”Perputaran piutang adalah usaha untuk mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”.

Perputaran piutang menurut Warren (2005:407) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran piutang maka semakin berkurang efisiensi dari modal.


(38)

2.4 Persediaan

2.4.1Pengertian Persediaan

Menurut Stice (2004:653) “kata persediaan ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur maka kata ini ditujukan untuk barang dalam proses produksi”.

2.4.2Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio perputaran persediaan menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan mengelola persediaan. Harahap (2004:308) mengatakan bahwa “rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat”. Perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan

Rata-rata Persediaan

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas bahwa persediaan merupakan aset inti dan penting dalam perusahaan sehingga harus diperhatikan karena merupakan komponen utama dari aset operasi dan langsung mempengaruhi perhitungan laba. Pengawasan terhadap persediaan dengan mengukur tingkat perputaran persediaan.


(39)

2.5 Likuiditas

Menurut Munawir (2004:31) “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan likuiditas perusahaan (Munawir, 2004:32) yaitu:

1. Besarnya investasi pada aktiva tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang. Pemakaian dana untuk pembelian aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Apabila makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk aktiva tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu, rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan aktiva tetap yang meningkat.

2. Volume kegiatan perusahaan. Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang, tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan.

3. Pengendalian aktiva lancar. Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi dalam piutang dan persediaan menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang.

Mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dapat dilihat dari rasio likuiditasnya. Menurut Hanafi (2005:79) ”Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan)”. Rasio-rasio likuiditas banyak sekali jenisnya karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.


(40)

Rasio-rasio likuiditas yang banyak dan sering digunakan antara lain, seperti yang dikemukakan oleh Horne (2005:206), yaitu :

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Aktiva Lancar

Rasio Lancar = x 100%

Utang Lancar

b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid (cepat). Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Aktiva Lancar - Persediaan

Rasio Cepat = x 100% Utang Lancar

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan dapat segera diuangkan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(41)

Kas + Efek

Rasio Kas = x 100%

Utang Lancar

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya inconsistency. Beberapa diantaranya adalah penelitian Simamora (2007)

menemukan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas, sedangkan penelitian Sianturi (2008) menemukan bahwa perputaran persediaan berpengaruh signifikan tetapi tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas. Namun penelitian Sriwimerta (2010) menemukan bahwa perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas serta tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas. Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu ditampilkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu

No. Nama peneliti

dan tahun

Judul penelitian Variabel Penelitian

Hasil penelitian 1 J. Imelda

Simamora (2007) Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas pada PT. Pertani (Persero) Wilayah Sumbagut. Variabel independen adalah: perputaran piutang. variabel dependen adalah: likuiditas (rasio lancar)

Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi / hubungan antara perputaran piutang dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah kuat.


(42)

2 Asti Lamriama Sianturi dan Sri Mulyani (2008) Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI.

Variabel

independen adalah : perputaran

persediaan. variabel dependen adalah likuiditas (rasio lancar)

Menunjukkan bahwa secara parsial Perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas. Korelasi / hubungan antara perputaran persediaan dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah tidak kuat. 3 Sriwimerta (2010) Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang terhadap likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI

Variabel

independen adalah : perputaran kas dan piutang

variabel dependen adalah likuiditas

Menunjukkan bahwa secara parsial perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas.

Korelasi / hubungan antara dengan likuiditas adalah tidak kuat.

Sumber : Data diolah Peneliti, 2011

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu diatas, kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 H2 H3 H4 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persediaan

 

Likuiditas (Rasio Lancar)


(43)

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel terikat.

  Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat. Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja.

Kas merupakan nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya (Gitosudarmo, 2002:61). Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas kembali dari kas yang telah diinvestasikan pada kas. Kas yang segera kembali akan menghindarkan kesulitan keuangan, yaitu meminimalkan biaya atau resiko tidak kembalinya kas pada perusahaan. Tingkat perputaran kas yang tinggi juga menunjukkan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi pula sehingga tingkat likuiditas perusahaan menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat perputaran kas mempengaruhi likuiditas perusahaan.


(44)

Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakanya politik penjualan kredit (Gitosudarmo, 2002:83). Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal dalam piutang dan berarti makin rendah tingkat perputaran piutang dan sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin tinggi. Tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti terjadi cepatnya pengembalian dana yang tertanam dalam piutang menjadi kas kembali. Pelunasan piutang menjadi kas kembali tersebut dapat digunakan lagi untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman kembali. Kas yang kembali dari pelunasan piutang meliputi unsur pokok pinjaman atau harga pokok penjualan dan jasa pinjaman (bunga) atau laba penjualan. Dengan demikian pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima akan meningkatkan likuiditas perusahaan.

Persediaan merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan (Gitosudarmo, 2002:97). Tingkat perputaran persediaan menunjukkan kecepatan kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang dagangan adalah tinggi. Dengan demikian resiko serta beberapa biaya yang berkenaan dengan persediaan akan dapat diminimalkan, misalnya biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan serta resiko susut


(45)

atau kerusakan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan tersebut. Akibatnya, laba yang dierima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima ini akan menaikkan tingkat likuiditas.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan diawal, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar pada

perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar (CR)

pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H3 : Perputaran persediaan berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar (CR)

pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. H4 : Perputaran modal kerja berpengaruh secara simultan terhadap rasio lancar

(CR) pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2004:11). Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan dependen (Rochaety, 2007:28). Dengan kata lain desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:56). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu selama tahun 2007-2009 yaitu 48 perusahaan.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2007:56). Penelitian ini menggunakan sampel yang


(47)

ditentukan melalui teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling),

yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) dan jatah

(quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Menurut Erlina (2008:74) “sampel yang

diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili, jika sampel kurang representative maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak

cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya”.

Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan real estate dan propertyyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak keluar (delisting) pada tahun 2007-2009,

2. perusahaan real estate dan property tersebut menerbitkan laporan keuangan yang lengkap terutama laporan laba rugi dan neraca yang telah diaudit periode tahun 2007-2009,

3. Perusahaan real estate dan property tersebut memiliki data yang lengkap

sesuai dengan variabel yang diteliti.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124). Menurut jenisnya, data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya, sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain


(48)

(Umar, 2003:60). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) 2010 dan situs www.idx.co.id.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berasal dari jurnal penelitian atau buku-buku serta laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang berisi laporan keuangan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan

situs www.idx.co.id.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1 Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen menurut Hermawan (2003:32) adalah “variabel yang mempengaruhi variabel terikat secara positif dan negatif”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.

a. Perputaran Kas

Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas dan kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat


(49)

perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.

Perputaran Kas = Penjualan Kredit Bersih Rata-rata Kas dan Setara Kas b. Perputaran Piutang

Rasio perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputaran piutang maka semakin berkurang efisiensi dari modal.

Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih Rata-rata Piutang c. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, dapat diukur dengan formula sebagai berikut:

Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan Rata-rata Persediaan


(50)

3.2 Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Hermawan, 2003:32). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah likuiditas perusahaan dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas perusahaan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) yaitu rasio

yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Aktiva Lancar

Rasio Lancar = x 100%

Utang Lancar

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan bantuan software SPSS 18.0. Sebelum dianalisis, peneliti

terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.


(51)

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokoerlasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

3.1.1 Uji Normalitas

Menurut Erlina (2008:102), “tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal (Ghozali, 2005:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan pengujian berikut:


(52)

1) Uji Kolmogrov Smirnov

a) Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, dan

b) Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

2) Histogram

Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data normal berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke kiri berarti data tidak terdistribusi secara normal.

3) Grafik Normality Probability Plot

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(53)

Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Syafrizal (2008:62) yaitu: (1) lakukan transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma (Log) atau natural (ln), (2) menambah jumlah data, (3) menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data, dan (4) menerima data apa adanya.

3.1.2 Uji Multi Kolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar (2003:132) ”multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada variabel-variabel bebasnya”. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF antar variabel independen. Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:

1) Koefisien - koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, dan 2) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel


(54)

independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

c) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. 3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas bertujuan mengujiapakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.


(55)

Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pada grafik scatter plot.

Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tak ada pola yang jelas maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji glejser. Jika variabel bebas signifikan secara statistic mempengaruhi variabel terikat maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:69).

3.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2005:95). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(56)

3.2 Pengujian Hipotesis 3.2.1 Analisis Regresi

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus dari regresi linier berganda (multiple linier

regresion) adalah sebagai berikut : 

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Y = Likuiditas dengan Rasio Lancar

β0 = konstanta

X1 = Perputaran Kas

X2 = Perputaran Piutang

X3 = Perputaran Persediaan

β1, β2, β3 = koefisien regresi

e = variabel pengganggu (error)

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda karena ada dua atau lebih variabel independennya. Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji


(57)

ada tidaknya pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen.

3.2.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi Fhitung dengan ketentuan:

1) jika Fhitung < Ftabel pada α 0.05, maka H1 ditolak, dan

2) jika Fhitung > Ftabel pada α 0.05, maka H1 diterima.

3.2.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Menurut Ghozali (2005:84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen”. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi thitung dengan

ketentuan:

1) jika thitung < ttabel pada α 0.05, maka H1 ditolak, dan

2) jika thitung > ttabel pada α 0.05, maka H1 diterima.


(58)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1 Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi.

G. Jadwal Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2011 T

Taahhaappaann P

Peenneelliittiiaann

F

Feebbrruuaarrii 2

2001111

M

Maarreett 2

2001111

A

Apprriill 2

2001111

M

Meeii 2

2001111

J

Juunnii 2

2001111

J

Juullii

2

2001111

Agustus 2011

Study Pendahuluan

Pengajuan Proposal

Penyetujuan Proposal

Bimbingan Proposal

Seminar Proposal Pengumpulan dan Pengolahan Data Bimbingan dan Penyelesaian Skripsi


(59)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi dalam penelitian ini, maka diperlukan data dari perusahaan-perusahaan yang diteliti agar dapat diketahui bagaimana pengaruh yang terjadi antara perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap likuiditas. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 48 populasi. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 19 sampel perusahaan sesuai dengan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan analisis data diperoleh jumlah sampel secara keseluruhan yang diteliti adalah sebanyak 57 perusahaan untuk periode 3 tahun dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

B. Analisis Data Penelitian 4.1Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean, serta standar deviasi. Statistik deskriptif adalah proses

transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.


(60)

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ln_Kas 56 -1,61 4,39 1,1061 1,39985

Ln_Piutang 56 -,29 4,78 2,1921 1,19361

Ln_Persediaan 56 -3,22 3,87 -,1867 2,13021

Ln_CR 56 -,92 4,73 ,8569 1,04408

Valid N (listwise) 56

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011

Penjelasan tabel diatas sebagai berikut :

1. Rata-rata dari Perputaran Kas adalah 1,1061 dengan standar deviasi 1,39985 dan jumlah data yang ada adalah 56. Nilai perputaran kas tertinggi adalah 4,39 sedangkan nilai terendah adalah -1,61.

2. Rata-rata dari Perputaran Piutang adalah 2,1921 dengan standar deviasi 1,19361 dan jumlah data yang ada adalah 56. Nilai perputaran piutang tertinggi adalah 4,78 sedangkan nilai terendah adalah -0,29.

3. Rata-rata dari Perputaran Persediaan adalah -0,1867 dengan standar deviasi 2,13021 dan jumlah data yang ada adalah 56. Nilai perputaran persediaan tertinggi adalah 3,87 sedangkan nilai terendah adalah -3,22.


(61)

4. Rata-rata dari CR adalah 0,8569 dengan standar deviasi sebesar 1,04408 dan jumlah data yang ada adalah 56. Nilai CR tertinggi adalah 4,73 sedangkan nilai CR terendah adalah -0,92.

4.2Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik diperlukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali (2005:123), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah :

1.berdistribusi normal,

2.non-multikolinearitas yaitu antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,

3.non-autokorelasi yaitu kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi,

4.non-heteroskedastisitas yaitu variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.

4.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Ghozali (2005:115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov, dapat dilihat dari:

1. Jika nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak normal, dan 2. Jika nilai signifikan > 0,05 maka distribusi data normal.


(62)

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Data residual berdistribusi normal, dan

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas (Sebelum Transformasi)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 15,13863201

Most Extreme Differences Absolute ,329

Positive ,329

Negative -,325

Kolmogorov-Smirnov Z 2,460

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011

Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 2,460 dan signifikan pada 0,05 karena

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 < dari 0,05. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima yang berarti data residual

berdistribusi tidak normal. Data yang tidak terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik histogram dan grafik normal plot data.


(63)

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011 Gambar 4.1 Histogram

Grafik histogram menunjukkan pola distribusi tidak normal karena grafik cenderung menceng (skewness) ke kiri. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa model regresi belum memenuhi asumsi normalitas. Begitu juga hasil tampilan grafik Normal P-Plot Regression di bawah ini,

dapat dilihat titik - titik menyebar jauh dari garis diagonal yang menunjukkan data tidak terdistribusi dengan normal.


(64)

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011 Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot

Data yang tidak berdistribusi normal dapat disebabkan oleh adanya data yang outlier yaitu data yang memiliki nilai yang sangat menyimpang

dari nilai data lainnya. Beberapa cara mengatasi data outlier menurut

Erlina (2008:106) yaitu:

a)lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b)lakukan trimming yaitu membuang data outlier,

c)lakukan winsorizing yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai


(65)

Hasil uji normalitas pada tabel 4.2 menunjukkan data tidak terdistribusi normal, sehingga akan dilakukan tindakan perbaikan (treatment) agar model regresi memenuhi asumsi normalitas. Untuk

mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) dari Current Ratio = f(Kas, Piutang, Persediaan) menjadi Ln_Current Ratio = f(Ln_Kas, Ln_Piutang, Ln_Persediaan). Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas, berikut ini hasil pengujian dengan

Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas (Setelah Transformasi)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,92053323

Most Extreme Differences Absolute ,097

Positive ,097

Negative -,061

Kolmogorov-Smirnov Z ,723

Asymp. Sig. (2-tailed) ,672

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011

Dari transformasi data, maka nilai Kolmogrov – Smirnov menjadi 1,448 dan signifikan lebih 0,05 karena Asymp. Sig. (2-tailed) 0,672 > dari 0,05. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima atau H1


(66)

ditolak yang berarti data residual telah berdistribusi normal. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.

Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2011 Gambar 4.3

Histogram

Grafik histogram pada gambar 4.3 menunjukkan pola distribusi normal karena grafik tidak menceng (skewness) kiri maupun menceng


(1)

Lampiran x

Hasil Uji Normalitas (Setelah Transformasi)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 56

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,92053323 Most Extreme Differences Absolute ,097

Positive ,097

Negative -,061

Kolmogorov-Smirnov Z ,723

Asymp. Sig. (2-tailed) ,672

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lampiran xi

Histogram Dan Grafik P-Plot (Setelah Transformasi)


(2)

Lampiran xii

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficients

a Coefficientsa

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Ln_Kas ,983 1,017

Ln_Piutang ,940 1,064

Ln_Persediaan ,941 1,063 a. Dependent Variable: Ln_CR


(3)

Lampiran xiii

Hasil Uji Heterokedastisitas


(4)

Lampiran xiv

Hasil Uji Autokorelasi

Lampiran xv

Hasil Koefisien Regresi

Coefficient

a

Model Summary

b

Model

R

R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-Watson

1

,472

a

,223

,178

,94671

1,564

4.2

a. Predictors: (Constant),

Ln_Kas, Ln_ Piutang, Ln_Persediaan,

Dependent Variable: Ln_CR

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,675 ,284 5,889 ,000

Ln_Kas -,256 ,092 -,343 -2,782 ,008

Ln_Piutang -,237 ,110 -,271 -2,150 ,036


(5)

Lampiran xvi

Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Lampiran xvii

Hasil Uji F

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1

,472

a

,223

,178

,94671

a. Predictors: (Constant), Ln_Kas, Ln_ Piutang, Ln_Persediaan

b. Dependent Variabel : Ln _CR

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13,350 3 4,450 4,965 ,004a

Residual 46,606 52 ,896

Total 59,956 55

a. Predictors: (Constant), Ln_Persediaan, Ln_Kas, Ln_Piutang b. Dependent Variable: Ln_CR


(6)

Hasil Uji t

Coefficient

a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,675 ,284 5,889 ,000

Ln_Kas -,256 ,092 -,343 -2,782 ,008

Ln_Piutang -,237 ,110 -,271 -2,150 ,036


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Return On Asset (ROA) pada Perusahaan-Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

4 54 83

Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Rasio Hutang Terhadap Rentabilitas Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 48 83

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 28 93

Pengaruh Likuiditas, Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan, Dengan Leverage Sebagai Variable Pemoderasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 27 95

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Modal Kerja Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16