DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
91
BAB III ELABORASI TEMA
III. 1. Tinjauan Tema Adapun tema yang diambil dalam perancangan ini adalah ARSITEKTUR METAFORA
Pengertian Arsitektur Metafora adalah :
III. 1. 1. Arsitektur
Arsitektur adalah seni atau pengetahuan tentang bangunan, khususnya, seni bangunan permukiman, gereja, jembatan, dan dengn struktur yang lainnya, utnuk tujuan
kehidupan sipil, yang sering dibilang arsitektur sipil. Architecture is the art or science of building, especially, the art of building houses, churches, bridges, and other structures, for
the purposes of civil life; -- often called civil architecture.
7
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arsitektur adalah seni merancang bangunan, gaya bangunan.
5
“Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab.”
6
Arsitektur adalah Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses
belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. mengutip Vitruvius, De Arhcitectura
seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari
level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil
proses perancangan tersebut.
7
III. 1. 2. Metafora
Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar.
Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur.
7
www.dictionary.com diakses 06 Februari 2009
5
Poerwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.
6
Encyclopedia Britannica, www.tripod.com
7
www.wikipedia.orgwiki
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
92
Istilah metafora berasal dari bahasa Yunani yaitu metapherein Latin: metafora, Inggris: metaphor, Perancis: metaphore. “Meta” dapat diartikan sebagai memindahkan atau
berhubungan dengan perubahan. “Pherein” berarti mengandung atau memuat. Secara etimologi metafora menunjukkan pemindahan transfer sesuatu yang
dikandungnya makna. Arti leksikal dari Metafora adalah kiasan. Pengertian lain adalah looking at the abstraction melihat hubungan antar hal secara abstrak.
Secara epistemologis, sesuai dengan pengertiannya, metafora dalam arsitektur dilakukan dengan cara displacement of concept Schon, 1963, 1967, yaitu dengan
mentransfer konsep suatu objek pada objek lain sehingga mempermudah pemahaman lewat perbandingan yang lebih sederhana.
Secara Aksiologis, sejarah mencatat bahwa tanda-tanda penggunaan metafora dalam karya arsitektur sesungguhnya telah lama ada. Kualitas arsitektur piramida secara
estetis dan struktural menjadi simbol bangsa Mesir Kuno akan keyakinan tentang keabadian. Bangsa Yunani membedakan penggunaan tiang dorik dan ioniki sebagai
perwujudan pemujaan berdasar gender dan masih banyak lagi contoh bangunan pada zaman pra modern yang sarat dengna simbol-simbol metaphorik.
Namun perhatian terhadap metaphor yang kemudian menjadikannya sebagai sebuah terobosan dalam metode desain, baru terjadi pada tahun 1970-an ketika muncul
ide untuk mengaitkan arsitektur dengan bahasa. Metafora bukan lagi menjadi tujuan, namun lebih berperaqn sebagai pemicu trigger dalam proses kreatif penciptaan desain.
Proses desain menemukan sebuah “pintu” menuju “ruang kreatif” baru, yaitu dengan melihat dari sisi pandang disiplin ilmu-ilmu lain untuk tujuan menciptakan konsep-konsep
yang autentik. Hal ini terlihat dari berbagai metafora yang digunakan seama abad 20 antara lain: The Machine metaphor dari Modern Movement, The Rain metaphor dari Post
Modern, Teknologikekuatan sosial metaphor dari Russian Constructivist, Anthropomorphy Vertebrata metaphor dari Post Modern Historis dan New Vertebrata
no core, no heart metaphor dari arsitek Peter Eisenman dan Frank Gehry Antoiniades, 1990.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah ketika metafora telah menjadi sumber imaji kreatif suatu metode desain, bagaimana metode identifikasi dan penilaian kualitas
metafora sebagai bentuk apresiasi?
III. 2. Interpretasi Tema
Beberapa pendapat yang mencoba mengajukan pengertian metafora antara lain:
1. Pengertian metafora secara umum berdasarkan Oxford Learner’s Dictionary :
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
93
• A figure of speech denoting by a word or phrase usually one kind of object or
idea in place of another to suggest a likeness between them •
A figure of speech in which a term is transferred from the object it ordinarily designates to on object it may designate only by implicit comparison or analogies
• A figure of speech in which a name or quality is attributed to something to which it
is not literally applicable •
The use of words to indicate something different from the literal meaning
2. Menurut Anthony C. Antoniades dalam Poethic of Architecture Van Nostrand Reinhold, New York 1990
Metafora merupakan suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari
suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.
Ada tiga kategori metafora menurut Antoiniades 1990: •
Intangible Metaphor: metafora dalam tataran ide, konsep atau kualitas-kualitas khusus.
• Tangible Metaphors: metafora dalam aspek literal, visual empiris sensual
• Combined Metaphors: merupakan gabungan konsepsual dan visual, aspek fisik
visual digunakan sebagai penanda virtual indikator akan adanya metafora.
3. Broadbent, GeoffreyBunt, RichardJencks, Charles: Sign, Symbol, and Architecture; John Wiley and Sons; New York; 1980.
Kategorisasi desain dair Broadbent tentang anlogic design mengindikasikan pembagian Metaphor dalam 3 kategori yaitu:
• Visual, metafora secara visual
• Struktural, metafora dalam aspek struktur, fungsi dan sistem
• Filosofikal, metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai
4. Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”
Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan- hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang
melihat secara literal.
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
94
5. Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”
Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan
sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.
6. Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”
Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur
adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang.
III. 2. 1. Metafora Digunakan Sebagai Suatu Bentuk Metode Desain
Jika dilihat dari sudut Arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya yaitu:
a. Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya menunjukkan bahwa ketegori strategi adopsi merupakan strategi desain yang menggunakan
metafora dalam prosesnya. b. Broadbent yang mengkategorikan desain berdasar aktivitas atau cara,
menunjukkan bahwa kategori Analogic design menggunakan metafora dalam cara mendesainnya.
Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau aktivitas dalam desain yang menggunakan metode pengalihan adopsi dan analogi konsep dari
suatu obyek yang lain. Dilihat dari sudut Arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang
menggunakan metafora di dalamnya yaitu: a. Pierce yang mengkategorikan desain sebagai sistem tanda, menunjukkan bahwa
kategori simbol lebih memperlihatkan penggunaan metafora dalam karya fisiknya. Kategori simbol memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena
melibatkan aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal. b. White dengan konsep Metaphor yang melihat hubungan antar hal secara abstrak
looking at abstraction jelas menunjukkan metafora dalam konsep arsitektur. Konsep adalah gagasan-gagasan yang memadukan berbagai elemen dalam satu
keseutuhan. Suatu konsep menyaratkan bagaimana tuntutan programatik, konteks dan filosofi perancang serta klien dapat disatukan. Jika diurutkan menjadi makin
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
95
kompleks, makin realistis dan makin dipikirkan secara mendalam, maka dapat diperoleh urutan: angan-angan---idea---konsep---skenario.
Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealisme pribadinya dalam proses kreatif kepada
siapapun yang menikmati dan mengapresiasi hasil karyanya. Proses komunikasinya sendiri penuh dengan interpretasi. Di sini kesenjangan latar penngetahuan dan budaya
dapat menjadi sebuah dinding penghalang bertemunya sebuah idealisme kreatif dengan opini individu bahkan masyarakat selaku apresiator, terlebih jika bahasa yang digunakan
tidak bersifat literal. Penggunaan bahasa metaforik yang bersayap dan kaya akan interpretasi makna,
memerlukan penghayatan dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau yang bermata dua, di satu sisi metafora dapat digunakan sebagai alat untuk mengakselerasi
imaji kreatif dalam proses desan, sedang di sisi lain dapat digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.
Jika mengikuti kategori metafora menurut Antoniades dan Broadbent, maka kualitas penggunaan metafora dapat dinilai berdasarkan aspek yang dijadikan acuan referens
dna penampakannya dalam suatu hasil desain. Aspek yang lebih bersifat substansial dianggap lebih baik daripada yang hanya bersifat visual literal dan keberadaan metafora
yang memerlukan identifikasi mendalam dianggap lebih baik daripada penampakan metafora secara langsung.
III. 2. 2. Metode Apresiatif Metafora dalam Arsitektur
Pada tataran teknis pembahasan tentang metafora karya arsitektur dapat dilakukan secara Deskriptif-Kualitatif. Karena produk arsitektur bersifat fisik yang melibatkan unsur
bentuk, warna, dan komposisi, maka bahasa grafis menjadi penting, sehingga analisa terhadap muatan metafora dari aspek arsitektur sebagai proses maupun produk lebih
menekankan analisa grafis, untuk kemudian dideskripsikan interpretasi kualitas penggunaan metaforanya.
Sebagai suatu strategi dalam memicu imaji kreatif sang arsitek, metaforaq pada dasarnya sangat tergantung pada background knowledge sang arsitek sebagai individu. Kekuatan
metaforanya kemudian ditentukan daari interpretasi orang lain sebagai apresiator. Pada bagian ini, kesetaraan intelektual antara sang arsitek dengan apresiator menjadi penentu
kesamaan bahasa dalam memaknai metafora dari karya yang sedang diapresiasi. Untuk meminimalisir kesenjangan bahasa dalam analisa, maka apresiator perlu melihat latar
belakang dan pandangan-pandangan arsitek, di samping konsep dan karya fisiknya.
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
96
Pada bagian karya arsitek, analisa penggunaan metafora dilakukan dalam tiga aspek yaitu aspek idekonsep, aspek strategi transformasi, dan aspek fisik produk desainnya.
Pada aspek idekonsep perlu ditelusuri pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan awal yang menjadi latar belakang desain, yang sangat memungkinkan berasal dari idealisme,
pandangan hidup maupun keyakinan sang arsitek. Pada aspek transformasi perlu diklarifikasi konsep-konsep dengan rancangan desain baik
berupa gambar, sketsa maupun tulisan naratifnya. Pada aspek fisik produk perlu dicermati dan dihayati baik secara visual maupun spasial
rasa ruang, dari susunan elemen-elemen pembentuk bangunan untuk kemudian diapresiasi berdasar konsepnya. Penggunaan metafora dalam aspek yang bersifat
substansialabstrak lebih memerlukan intensitas penelusuran yang bersifat kontemplatif. Pada bagian referens nilai kualitas metafora dinilai lebih tinggi apabila pengalihan konsep
dilakukan pada aspek yang lebih bersifat substansial intangible daripada aspek yang hanya bersifat citra visualliteral. Penilaian kualitas makna metafora semakin tinggi dari
urutan objek sebagai icon, index, dan simbol. Pada bagian keterdeteksian, identifikasi penggunaan metafora akan bernilai lebih tinggi
jika petunjuk tentang adanya metafora dapat dideteksi oleh apresiator. Dalam hal ini, kualitas metafora tergantung pada kualitas paparan dan sikap sang arsitek dalam memilih
untuk menjelaskan ide, strategi dan transformasi desainnya daripada lebih memilih untuk merahasiakannya.
III. 3. Latar Belakang Pemilihan Tema
Bentuk bangunan dapat dicapai melalui beberapa pendekatan yang disesuaikan dengan fungsi bangunan. Hal ini penting karena dalam bangunan komersial bentuk dan
estetika bangunan lebih berperan untuk kemudahan dalam memberi kesan dan daya tarik, di samping tetap memperhatikan fungsi ruang dan sistem struktur yang ada dalam
bangunan tersebut. Pengambilan tema Metafora Dalam Arsitektur pada Aquarium Biota Laut di Pantai
Cermin ini adalah untuk menampilkan bentuk yang dapat dinikmati melalui komunikasi audio dan visual sehingga bentukan bangunan dapat lebih bervariasi dan memiliki daya
tarik yang kuat. Selain itu dengan tema metafora ini diharapkan bangunan ini nantinya dapat menjadi ikon baru yang dikenal oleh masyarakat. Karena masyarakat tentu akan
lebih muda mengingat dari suatu bentuk yang sudah dikenal dan bentuk inilah nanti yang akan diaplikasikan ke bangunan.
Dengan mengambil tema ini, orang ‘bebas’ mengapresiasi dan
menginterpretasikan sebuah karya arsitektur. Metafora dalam arsitektur memberikan
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
97
sebuah perspektif baru bagi arsitek dan orang awan untuk menikmati karya arsitektur. Melalui perwujudan kualitas visual, stiap orang dapat menikmati metafora dalam
arsitektur. Metafora dalam arsitektur dapat kita nikmati melalui sebuah proses pemikiran
yang arsitektural. Metafora dalam arsitektur dibangun melalui perwujudan konsep desain. Melalui pengejewantahan desain, konsep tersebut ‘dipindahkan’ ke dalam ruang tiga
dimensi. Tekstur, bentuk dan warna dirancang untuk menghasilkan kualitas visual ruang yang unik, meliputi lantai, dinding, atap dan sebagainya. Ruang-ruang unik inilah yang
kemudian membawa makna-makna khusus sebagai ekspresi metaforik.
III. 4. Keterkaitan Tema dan Judul
Tema metafora diambil dan diterapkan pada perancangan Aquarium Biota Laut di Pantai Cermin untuk menciptakan suatu bangunan yang mampu menarik perhatian orang,
mampu memberi kesan dan citra sendiri, serta mampu mewakili suasana dan aktivitas yang terdapat di dalamnya.
Keberadaan simbol sangat mempengaruhi makna dari suatu bangunan. Perlu ditekankan bahwa bangunanarsitektur tersebut dapat berbicara sendiri pada pengamat
tentang apa fungsi atau untuk apa dia ada. Dengan demikian pengamat akan merasa lebih mengenal dan ingat akan citra yang ditunjukan oleh bangunan tersebut.
Aquarium Biota Laut di Pantai Cermin ini merupakan suatu tempat yang mewadahi berbagai bentuk hiburan yang berkaitan dengan kehidupan biota laut.
Dalam penerapannya bangunan ini diharapkan dapat menjadi ikon baru di wilayah Sumatera Utara. Bangunan ini nantinya akan mengambil bentuk dari ikan lumba – lumba
yang sedang muncul ke permukaan air.
III. 5. Studi Banding Tema Sejenis 1. Museum Of Fruit
Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di Kota Yamanashi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse dengan material
baja dan kaca. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan
bawah tanah.
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
98
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8.
Gambar 3.1 Site Plan Museum Of Fruit
Sumber:www.google.com, 2011
Gambar 3.2 Tampilan keseluruhan bangunan yang merupakan ‘new age village Sumber:www.google.com, 2011
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
99
Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan
bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan
hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi jug a sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema
metafora dan bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum
buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah
dan bibit ke dalam bangunan. Pada Museum of Fruit, perancang mentransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit dan
buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegwa berusaha menampilkan metafora dari kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba
yangtersembunyi dalam jiwa manusia. Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah dalam
penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan kategori tangible metaphor.
Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkannya ke dalam salah satu
massa yaitu fruit plaza. Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green house.
Gambar 3.3 Bentuk Bibit Yang Disebar Pada Penataan Massa Bangunan Sumber:www.google.com, 2011
Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita buah-buahan tampak pada
museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
100
lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam2 di dunia, simbiosis manusia
dan binatang, dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan “new age village”.
2. Museum Peradaban Kanada
a. Simbolisme pada bentuk surealis bangunan 1 Secara keseluruhan, bangunan terbagi ke dalam dua
sayap bangunan, yakni Sayap Gletser dan Sayap Perisai. Kedua bagian tersebut melukiskan secara
simbolis lansekap Kanada pada periode akhir zaman es, tatkala angin, air dan es membentuk bumi.
Periode pertama manusia ke Amerika Utara, yang juga merupakan saat awal peradaban Kanada.
2 Bila diperhatikan lebih seksama, desain Sayap Gletser menggambarkan bentuk gletser yang sedang bergerak akibat
gaya tarik bumi. 3 Berbeda dengan itu, desain Sayap Perisai tampak seperti
lapisan batu karang zaman purba yang tergerus, terkikis, dan terbentuk oleh aliran air. Sehingga bila dipandang dari atas,
kompleks museum ini terlihat seperti seni pahat surealisme.
Sumber:www.google.com, 2011
b. “Topeng” pintu masuk dan plaza fungsional
1 Fasad pintu masuk utama museum ini berbentuk seperti topeng, dengan dua jendela kaca ke ruang pameransalon lantai dua sebagai “mata” dan pintu utama
sebagai “mulut”. Dikala pengunjung memasuki “mulut topeng” mereka seakan-akan masuk ke alam masa silam yang penuh kejutan.
Gambar 3.4 Museum Peradaban Kanada Sumber:www.google.com, 2011
Gambar 3.5 Pintu masuk dan Plaza Fungsional Museum Peradaban Kanada Sumber:www.google.com, 2011
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
101
2 Selain pintu masuk yang unik, museum juga memiliki ciri penampilan yang khas. Seperti dinding kaca luar yang luas, atap-atap kubah tunggal maupun memanjang
yang terbuat dari materi lempengan tembaga, serta bentuk kolom-kolom yang menyerupai tiang es sedang mencair. Selain itu, sebagian besar dinding luar
museum dilapisi batu lam Tyndall dari Manitoba, yang banyak diantaranya mengandung fosil zaman purbakala.
3 Di tengah lingkungan alam yang indah, halaman luar museum ditata sangat baik sebagai plaza, yang dikenal sebagai Laurier Park. Di sana terdapat kolam-kolam air
dengan air terjun yang menggambarkan gletser mencair dan mengalir menuju sungai. Tersedia pula sebuah kafe di luar, dimana pengunjung dapat menikmati
hidangan sambil memandang panorama alam sekitar.. 4 Keberhasilan karya arsitektur yang berhasil menyedot pengunjung tak kurang dari
1,2 juta orang per tahun ini, adalah pada keberhasilannya mengungkapkan visi museum sebagai media penghubung masa lalu, masa kini, dan masa depan,
menjadi daya tarik kuat. Daya tarik bagi masyarakat untuk menikmati Museum Peradaban Kanada, bukan saja sebagai media edukatif yang menghibur, tetapi
juga sebagai suatu karya yang menggugah perasaan.
3. Gereja St. Andreas, Jakarta
Bagai bahtera yang mengarungi lautan, sosok kukuh bersiluet kapal, Gereja St. Andreas, memunculkan rasa aman di hati umatnya, sedangkan citra ramah dan terbuka
kepada lingkungan membuatnya langsung akrab dan diterima oleh masyarakat.
8
Kini di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, dapat ditemui sosok unik gereja St. Andreas karya arsitek Yori Antar yang bersiluet kapal. Sosok yang terwujud dari rancangan kedua-
pengganti rancangan pertama yang terpaksa ditinggalkan akibat pemotongan lahan oleh pembangunan jalan-memiliki konsep dasar fungsional, nyaman, ramah dan terbuka,
tanpa melupakan kondisi alam dan budaya Indonesia.
8
LARAS trend Interior Arsitektur. No. 96.Desember 1996. hal: 99-105 Gambar 3.7 Puncak Menara yang
menyerupai mahkota Sumber:www.google.com, 2011
Gambar 3.6 Gereja St. Andreas, Jakarta
Sumber:www.google.com, 2011
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
102
a. Perlambangan 1 Menara lonceng gereja St. Andreas diambil dari bentuk unsur-unsur tradisional
Indonesia. Terlihat penyelesaian puncak menara menyerupai makaramahkota seperti pada arsitektur mesjid tradisional, keraton, ataupun candi-candi zaman
Hindu. Menara ini terbuat dari rangka baja yang sebagian ditutup sirip-sirip aluminium dan puncaknya disepuh dengan nikel vernikel.
2 Altar sebagai fokus perhatian umat saat beribadah, dibuat seolah bercahaya dengan penerangan dari tingkap cahaya di atasnya. Tingkap ini berupa silinder
beton tiga susun –sebagai simbol Trinitas- yang pada puncaknya diberi salib
baja, penanda titik pusat bangunan gereja. 3 Salib dibingkai oleh dinding beton ekspos, yang juga menjadi “akhiran” atau
perhatian untuk mengimbangi arsitektur gereja yang dinamis. 4 Paduan bentuk atap dengan menara lonceng yang menjulang dan bentangan
dinding beton ekspos, memunculkan siluet sebuah kapal dengan layar terkembang, “kapal yang mengarungi lautan iman yang luas”.
Tabel 3.1 Perbandingan Studi Banding Tema
No. Bangunan
Arsitek Penerapan
Jenis Metafora
1. Museum of
Fruit Itsuko
Hazegawa 1. Menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda
yang disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunan, termasuk dalam
menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. 2. Gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh
menjadi pohon yang besar yang ditampilkan ke dalam salah satu massa yaitu fruit plaza.
Combined metaphore
Gambar 3.8 Altar dan bentuk atap yang memunculkan siluet kapal Sumber:www.google.com, 2011
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
103
Kemudian menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green
house. 2.
Museum Peradaban
Kanada Douglas
C, Cardinal
1. Pengambilan bentuk langsung proses terbentuknya daratan Kanada, kemudian
diaplikasikan ke bentuk luar bangunan. Yakni bentuk gletser dan batu karang yang terkikis
cuaca. 2. Bentuk fasad seperti wajah atau topeng,analogi
manusia pada bangunan. tangible
metaphore
3. Gereja St.
Andreas, Jakarta
Yori Antar 1. Penggunaan atap tingkap seperti makara, wakil dari arsitektur tradisional Indonesia.
2. Beton 3 susun pada altar sebagai simbol Trinitas. 3. Bentuk badan kapal sebagai simbol mengarungi
lautan iman yang luas. tangible
metaphore
Sumber:Analisis Data, 2011
DI PANTAI CERMIN
FITRI YULIANINGSIH 060406026
104
BAB IV ANALISA