Appendix 11
Interview Guideline for the Need Analysis After CAR Thursday, 24
th
of February 2011
W : The Writer
T : The Teacher
A. Kategori Keadaan Umum Kelas
W :Bagaimana tanggapan siswa Ibu dalam pelajaran writing setelah menggunakan Mind-Mapping?
T :Awalnya ya mereka belum terlalu memperhatikan ya pada saat saya menjelaskan apa itu Mind-Mapping, mungkin karena mereka pikir kalau
teknik ini sama aja seperti yang lain. Tapi ketika saya tunjukkan contoh Mind-Map tentang bacaan yang sudah mereka baca, sebagian besar dari
mereka tertarik. Bisa dilihat kan kemarin-kemarin mereka langsung nanya “Bu, itu bikinnya gimana?” atau komentar “Ih, bagus banyak warnanya”.
Pada awalnya saya pikir ya paling cuma anak perempuan yang akan tertarik karena biasanya kan anak perempuan lebih kreatif ya, tapi ternyata
anak laki-laki juga tertarik. Bahkan, di pertemuan ke berapa tuh, oh iya pertemuan pertama siklus ke dua, kelas sudah gak seberisik biasanya kan,
terus anak laki-laki bagian belakang yang biasanya rame jadi bisa konsentrasi. Rata-rata sih mereka semua senang dengan teknik ini.
W :Apakah ibu merasa Mind-Mapping membantu ibu di dalam pengajaran writing, terutama recount text?
T :Oh, ya jelas membantu Ki. Biasanya ya mereka kan menganggap kalo writing itu ngebosenin ya. Jadi, sebenarnya yang sulit itu menarik
perhatian siswa supaya bisa fokus sama pelajarannya. Tapi setelah pakai Mind-Mapping anak-anak jadi lebih serius sama pelajarannya. Terus juga
membantu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan buat siswa. Pokoknya membantu sekali lah.
W :Bagaimana kemampuan menulis siswa Ibu setelah menerapkan Mind- Mapping di kelas?
T :Wah sangat meningkat ya Ki, dari awalnya yang rata-rata kelasnya rendah, jauh dibawah KKM, terus meningkat cepat. Tadinya saya pikir ya,
writing itu kan sulit ya, jadi kayaknya hampir mustahil kalau nilai bisa meningkat secepat ini, tapi ternyata bisa ya. Mungkin karena mereka bisa
fokus pas ngarang dan udah gak repot cari ide lagi, jadinya ya nilai mereka bisa meningkat. Yang bisa terlihat sih, dari segi content dan organization
of the text-nya yang meningkat. Tadinya kan gak jelas tuh bagian-bagian teksnya mana, isi ceritanya juga gak nyambung. Tapi pas pakai Mind-Map
karangan mereka lebih terorganisir, isinya juga jelas, idenya jelas. Terus dari segi past tense nya juga mereka meningkat tuh, mungkin karena di
Mind-Map keywords nya udah pakai verb dua kali ya, jadi anak-anak udah gak bingung lagi. Ya, surprise lah buat saya.
W :Apakah Mind-Mapping ini terlalu memakan waktu jika diterapkan di kelas?
T :Saya rasa gak ya, kan tiap skill itu ada alokasi waktunya, lagipula kan di tengah-tengah pelajaran itu gak cuma bikin Mind-Map aja. Misalnya, kalo
menerangkan schematic structure kan kita ngebahas teks, terus siswa ditanya-tanya, nah itu kan termasuk reading juga. Malah menurut saya ini
jadi lebih efisien waktunya, misalnya kalo gak pakai Mind-Mapping untuk mengejar KKM harus remedial bahkan sampai dua kali, tapi pas pakai
Mind-Map, nilainya sudah baik sehingga tidak harus ada remedial test atau remedial teaching. Malah lebih cepat kan?