tentang penyelenggraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara. 6.
Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 7.
Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
33
C. Teori Kewenangan
Kewenangan authority, gezag dan wewenang competence bevoegdheid, wewenang berasal dari kata wenang yang menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia wenang wewenang diartikan sebagai hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu, sedangkan kewenangan juga diartikan sama.
34
33
Lutfi Effendi, S.H., M.HUM, Pokok-Pokok Hukum Administrasi. Malang: Bayumedia Publishing, 2004. hal. 8
34
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1987, hlm. 115
Dalam bukunya Ridwan HR tentang Hukum Adminitrasi Negara, H.D Stout mengatakan
wewenang merupakan pengertian dari hukum organisasi pemerintahan yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan
Universitas Sumatera Utara
dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik.
Dengan adanya wewenang maka pemerintah pusat maupun daerah dapat melakukan tindakan hukum pemerintahan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
kewenangan memiliki kedudukan yang penting dalam kajian Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara karena didalamnya terkandung hak dan
kewajiban dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dengan adanya kewenangan ini maka pemerintah daerah khususnya dapat mengatur daerahnya
baik dalam hal urusan rumah tangga daerah, aparatur pemerintahan daerah, mengelola kekayaan alamnya, dll.
Menurut F.P.C.L Tonnaer pengertian kewenangan dalam bukunya Ridwan HR menyatakan Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai
kemampuan untuk melaksanakan hukum positif dan dengan begitu dapat menciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara.
35
35
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2006, hlm 101
Pengertian kewenangan menurut Ridwan H.R. adalah “Kewenangan yang biasanya terdiri dari beberapa wewenang, adalah kekuasaan terhadap segolongan
orang-orang tertentu ataupun kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang bulat, seperti urusan-urusan pemerintahan”.
Menurut S.F Marbun wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan- hubungan hukum.
36
Jadi kewenangan authority adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
tercapai tujuan tertentu. Didalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang recht bevoegdheid. Hebert A Simon memberikan pengertian wewenang adalah
sebagai kekuasaan untuk mengambil keputusan yang membimbing tindakan- tindakan individu lainnya. Wewenang merupakan hubungan antara dua individu
satunya “atasan” dan yang lainnya “bawahan”
37
. Philipus M Hadjon mengatakan “wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu pengaruh, dasar
hukum, dan konformitas hukum.
38
36
SF. Marbun, Peradilan Adminitrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta 1997, hlm 154-155.
37
Herbert A Simon, Perilaku Adminitrasi, terjemahan Cetakan kedua, Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta 1984, hlm 195.
38
Philipus M Hadjon, dkk, 2005, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia Introduction to the Indonesia Administrative Law, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm 135.
Komponen pengaruh menekankan penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum.
Komponen dasar hukum dimaksudkan bahwa wewenang itu haruslah mempunyai dasar hukum yang jelas, sedangkan komponen konformitas hukum dimaksudkan
bahwa wewenang itu haruslah mempunyai standar yaitu standar umum untuk semua jenis wewenang dan standar khusus untuk wewenang tertentu. Secara
teoritis kewenangan bersumber dari Peraturan Perundang-Undangan, Dalam bukunya Ridwan HR, HD Van WijkWillem Konijnenbelt menjelaskan
kewenangan diperoleh melalui tiga cara yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-
undang kepada organ pemerintahan, ini artinya bahwa wewenang untuk membuat keputusan langsung bersumber pada Undang-Undang,
kewenangan ini disebut dengan kewenangan asli 2.
Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya, ini artinya adalah adanya
penyerahan wewenang untuk membuat keputusan oleh Pejabat Pemerintahan kepada pihak lain, pemindahan tanggung jawab dari yang
memberi delegasi delegans kepada yang menerima delegasi delegataris. 3.
Mandat, mandat terjadi ketikaorgan pemerintahan mengizinkan
kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Ini artinya memberikan wewenang kepada bawahan untuk membuat keputusan atas
nama pejabat yang memberi mandat dan tanggung jawab pemberi mandat bukan tanggung jawab mandataris
39
Dalam kaitan dengan teori kewenangan dalam penelitian ini delegasi merupakan wewenang yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini,
pemerintah pusat melimpahkan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur wilayah dan aparatur di wilayahnya masing-masing. Namun dalam
pelaksanaannya pemerintah daerah tidak boleh menciptakan wewenang baru namun hanya menjalankan wewenang yang dilimpahkan oleh pemerintah pusat.
Setiap perbuatan pemerintah harus bertumpu pada suatu kewenangan yang sah,
39
Ridwan HR, Op.cit, hlm 105
Universitas Sumatera Utara
tanpa adanya kewenangan yang sah pejabat atau badan usaha negara dalam hal ini tidak akan dapat melaksanakan suatu perbuatan pemerintah.
Selain kewenangan tersebut pemerintah juga memiliki kebebasan bertindak melalui Freies Ermessen atau kewenangan diskresi. Kewenangan
diskresi ini tidak dapat dipisahkan dengan konsep kekuasaan atau wewenang pemerintahan yang
melekat untuk bertindak secara bebas dengan pertimbangannya sendiri dan tanggungjawab atas tindakan tersebut. Freies
Ermessen berasal dari bahasa Jerman dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan discretion, yang artinya kebebasan bertindak. Laica Marsuki mengatakan Freies
Ermessen adalah suatu kebebasan yang diberikan kepada badan atau pejabat administrasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, diembankan dalam
kaitan menjalankan bestuurzorg.
40
Menurut Nata Saputra Freies Ermessen adalah suatu kebebasan yang diberikan kepada alat administrasi yaitu kebebasan yang pada asasnya
memperkenankan alat administrasi Negara mengutamakan keefektifan tercapainya suatu tujuan doelmatigheid daripada berpegang teguh kepada ketentuan
hukum.
41
1. Ada karena adanya tugas-tugas public service yang diemban oleh
administratur negara. tersimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus
dipenuhi oleh suatu diskresi adalah:
2. Dalam menjalankan tugas tersebut, para administratur negara diberikan
keleluasaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan.
40
Sadjijino, 2011, Bab-Bab Hukum Administrasi, Laksbang Presindo, Yogyakarta. Hlm. 70
41
M.Nata Saputra, Hukum Administrasi Negara, Rajawali, Jakarta, 1988, hlm.5
Universitas Sumatera Utara
3. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat dipertanggungjawabkan baik secara
moral maupun hukum. Terhadap diskresi perlu ditetapkan adanya batas toleransi. Hal ini
diperlukan agar tidak terjadi kewenangan yang tidak terbatas, yaitu adanya kebebasan atau keleluasaan administrasi negara untuk bertindak atas inisiatif
sendiri, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, kewenangan pemerintah ini tidak boleh mengakibatkan kerugian kepada masyarakat, harus
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan juga secara moral. Dari penjelasan tersebut diketahui pemerintah memiliki kewenangan diskresi
tetapi tetap pada batas-batas yang ditentukan, batas-batas diskresi seorang pejabat administrasi pemerintahan adalah memperhatikan :
1. Tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan
2. Tidak bertentangan dengan Hak Asasi Manusia
3. Untuk kepentingan umum
4. Negara dalam keadaan darurat, bencana alam.
5. Konstitusi Undang-Undang belum jelas atau belum ada yang mengatur
6. Tidak ada kepentingan antara pejabat dengan produk diskresi
7. Adanya persetujuan dari masyarakat jika diskresi akan merugikan.
8. Dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Pemerintah pusat tidak mungkin mengenal
seluruh dan segala kepentingan dan kebutuhan setempat dan tidak mungkin mengetahui bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
D. Transparansi dan Akuntabilitas D.1. Konsep dan Pengertian Transparansi