BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Nyamuk Ae. aegypti
2.1.1. Klasifikasi Nyamuk Ae. aegypti
Kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam klasifikasi hewan, yaitu Soegijanto, 2006 :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes aegypti L
2.1.2. Morfologi Nyamuk Ae. Aegypti
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran kecil bila dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain, berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badan, kaki dan sayap. Pada bagian toraks bagian belakang terdapat garis-garis putih keperak-perakan. Pada bagian toraks ini terdapat sepasang kaki depan, sepasang kaki
tengah, dan sepasang kaki belakang Hasan, 2006. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada
nyamuk-nyamuk tua Soegijanto, 2006. Dalam hal ukuran, nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat
Universitas Sumatera Utara
diamati dengan mata telanjang Wikipedia, 2009. Morfologi nyamuk Ae. aegypti Soegijanto, 2006.
1. Telur
Telur nyamuk Ae. Aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5-0,8 mm, permukaan polygonal, tidak memiliki alat pelampung, dan
diletakkan satu per satu pada benda-benda yang terapung atau pada dinding bagian dalam tempat penampungan air TPA yang berbatasan langsung dengan permukaan
air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85 melekat di dinding TPA, sedangkan 15 lainnya jatuh ke permukaan air.
2. Larva
Larva nyamuk Ae. Aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit ecdysis, dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I, II, III, dan IV. Larva instar I, tubuhnya
sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri spinae pada dada thorax belum jelas, dan corong pernafasan siphon belum menghitam. Larva instar
II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernafasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas
tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala chepal, dada thorax, dan perut abdomen.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antena tanpa duri-duri, dan alat-alat mulut tipe pengunyah chewing. Perut tersusun atas 8 ruas.
Universitas Sumatera Utara
Larva Ae. Aegypti ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif, dan waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan
bidang permukaan air. 3.
Pupa Pupa nyamuk Ae. aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala-dada
cephalothorax lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca “koma”. Pada bagian punggung dorsal dada terdapat alat
bernafas seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh terdapat berjumbai panjang dan bulu di
nomer 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat,
posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air. 4.
Dewasa Nyamuk Ae. aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan
perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap piercing-sucking dan termasuk
lebih menyukai manusia anthropophagus, sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong
lebih menyukai cairan tumbuhan phytophagus. Nyamuk betina mempunyai antena tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Siklus Hidup Nyamuk Ae. Aegypti