Di Laboratorium 1. Alat METODOLOGI

Digunakan sebagi pengencer dan white liquor yang terdiri dari NaOH dan Na2S yang digunakan sebagi cairan pemasak. 4. Kraft Ramp Suhu dalam digester dinaikkan dari 165-170°C dengan sistem indirect steam Yang menggunakan MP Medium Pressure steam. 5. Kraft Cook Bertujuan untuk mempertahankan suhu dalam digester yang telah dicapai saat kraft ramp. Suhu dipertahankan sampai diperoleh H-factor.H-factor target 1500. H-factor yang telah tercapai menunjukkan bahwa chip dalam digester telah masak. 6. Pulp Blowing Tujuan utama pulp bowing adalah untuk mengluarkan atau blow semua isi digester kedalam tempat penampungan sementara blow tank. 3.2. Di Laboratorium 3.2.1. Alat - Beaker glass 1000 ml Pyrex - Buret digital - Corong buchner - Desikator - Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Gelas ukur 1000 ml Pyrex - Neraca - Magnetic stirrer - Oven - Pipet Skala 50 ml Universitas Sumatera Utara - Stirer - Stopwatch - Saringan screener 35-40 mesh - Vakum sheet - Thermometer 100 o C

3.2.2. Bahan

- Sampel bubur pulp dari washer 4 - Sampel white liquor - Air destilat - BaCL2 10 - Indikator Fenolftalein PP - HCl 0,5 N - Formaldehida - Indikator Metil orange MO - KMnO 4 0,1 N p.a - H 2 SO 4 4 N p.a - KI 0,1 N p.a - Na 2 S 2 O 3 0,1 N p.a - Indikator starch 1 p.a 3.2.3. Prosedur Percobaan 3.2.3.1. Menganalisa Jumlah Alkali Aktif NaOH Na2S dalam White liquor - Dipipet 2 ml white liquor dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 50 ml air destilat Universitas Sumatera Utara - Ditambahkan 25 ml Barium Klorida BaCl 2 10 - Ditambah indikator fenolftalein 3 tetes - Dititrasi dengan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari merah rose menjadi putih susu - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai ‘A’ ml - Ditambahkan 5 ml formaldehida 40 - Dititrasi kembali dengan menggunakan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari merah rose menjadi putih susu - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai ‘B’ ml - Ditambah 2-3 tetes indikator metil Orange - Dititrasi kembali dengan HCl 0,5 N hingga berubah warna dari orange menjadi merah - Dihentikan titrasi dan dicatat volume HCl yang terpakai sebagai ‘C’ ml Jumlah Alkali Aktif dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: 2A-B x Normalitas HCl x Berat Ekivalen Na 2 O NaOH = Volume sample 2B-A x Normalitas HCl x Berat ekivalen Na 2 O Na 2 S = Volume sampel Total Alkali Aktif TAA = NaOH + Na 2 S Keterangan : A = Volume ppertama titrasi larutan HCl ml Universitas Sumatera Utara B = Volume kedua titrasi larutan HCl ml N = Normalitas HCl Berat ekivalen Na 2 O = 31 Volume sample = 2 ml

3.2.3.2. Penentuan Bilangan kappa

- Diambil sampel bubur pulp dari washer 4 - Dicuci dengan air bersih sambil disaring dengan penyaring screener 35-40 mesh - Dilarutkan dalam air secukupnya dan dimasukkan kecorong buchner untuk dibentuk menjadi sheet - Disetrika dan dikeringkan dalam oven selama 10 menit - Didinginkan di dalam desikator - Ditimbang sampel kering sebanyak 2-2,5 gram - Dimasukkan sampel kedalam beaker glass 1000 ml yang telah berisi air destilat sebanyak 400 ml, lalu dimasukkan stirrer - Diaduk larutan diatas magnetic stirrer dan diatur kecepatan magnetic stirrer agar pulp fiber terpisah sempurna - Dipipet masing-masing 50 ml larutan asam sulfat H 2 SO 4 4 N dan larutan kalium permanganate KMnO 4 0,1 N kedalam beaker glass 100 ml - Tambahkan campuran tersebut dengan segera kedalam beaker glass yang berisi sample dan dengan segera hidupkan stopwatch dan dilakukan pengadukan selama10 menit - Tepat 10 menit matikan stopwatch dan ditambah 10 ml larutan Kalium Iodida KI 0,1 N - Segera titrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat Na 2 S 2 O 3 dan ditambahkan indicator starch 1 pada titik akhir raksi dan dititrasi kembali sampai terbentuk larutan bening. Universitas Sumatera Utara Dicatat volume Larutan natrium Tiosulfat yang terpakai dalam titrasi, digunakan sebagai “a” ml - Diukur dan dicatat temperatur dari campuran dalam beaker glass - Lakukan penentuan larutan blanko metode yang sama diatas tanpa menggunakan sampel pulp, dicatat larutan Natrium Tiosulfat yang terpakai, digunakan sebagai “b” ml Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sulphidity terhadap Kappa Number pada Proses Pemasakan Chip di Unit Digester Pt. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

9 78 53

Penentuan Jumlah Cairan Pemasak Terhadap Tingkat Kematangan Chip Optimum pada Proses Pemasakan di Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea

7 63 60

Pengaruh Temperatur dan Waktu (H-faktor) Terhadap Bilangan Kappa dan Viskositas pada Proses Pemasakan di Unit Digester PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

23 64 55

Pengaruh Penambahan NaOH di Dalam White Liquor Terhadap Bilangan Kappa dan Viskositas pada Pemasakan di Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

5 76 58

Pengaruh Jumlah Pemakaian Cairan Pemasak Terhadap Bilangan Kappa Pada Proses Pemasakan Di Digester Unit Fiber Line PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

20 109 54

Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester Pt.Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea

1 46 51

Pengaruh Konsentrasi Alkali Aktif Di Dalam White Liquor Terhadap Bilangan Kappa Pada Unit Digester Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

5 88 59

Penentuan Kadar Total Aktif Alkali Didalam White Liquor Pada Proses Recausticizing Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk

16 61 39

Pengaruh Perbandingan Cairan Pemasak Dengan Chip Terhadap Proses Pemasakan Chip di Digester Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

1 1 12

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA KARYA ILMIAH YOHANA LAMRIA SITANGGANG 112401100

0 1 12