Komponen kimia kayu TINJAUAN PUSTAKA

2. 2. 3. Sifat Kimia kayu Komponen kimia dalam kayu mempunyai arti yang penting karena menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu, juga dengan mengetahuinya dapat membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu tehadap serangan makhluk penyerang kayu. Selain itu dapat pula menentukan pengerjaan dan pengolahan kayu sehingga didapat hasil yang maksimal.

2.3. Komponen kimia kayu

Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari tiga unsur : - Unsur karbohidrat terdiri dari sellulosa dan hemisellulosa - Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin - Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. Komposisi unsur-unsur kimia dalam kayu adalah : - Karbon 50 - Hidrogen 6 - Nitrogen 0,04 – 0,10 - Abu 0,20 – 0,50 - sisanya adalah oksigen Komponen kimia kayu sangat bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang atau cabang. Dumanauw,J.F. 1995 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Komponen Kimia Kayu Menurut Golongan Kayu Komponen kimia Kayu lunak Kayu keras Selulosa 42 ± 2 45 ± 2 Hemiselulosa 27 ± 2 30 ± 5 Lignin 27 ± 2 20 ± 4 Zat ektraktif 3 ± 2 5 ± 3 Sumber : Buku Manual Training PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara komponen- komponen makromolekul utama dinding sel selulosa, poliosa hemiselulosa dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil ekstraktif dan zat-zat mineral, yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya.

2.3.1. Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama dinding sel kayu yang tidak dapat larut dalam air. Komponen ini banyak mengandung unit gula glukosa. Selulosa merupakan polimer berantai panjang dengan rumus kimia C 6 H 10 O 5 n , dimana ‘n’ adalah sejumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi DP. Semakin tinggi DP maka pulp yang dihasilkan akan semakin tahan degredasi terhadap pengaruh temperatur, bahan kimia dan serangan biologis. Kebanyakan serat untuk pembuatan kertas mempunyai berat rata-rata derajat polimerisasi dalam range 600-1500. Menurut James 1969. Ketersediaan selulosa dalam jumlah besar akan membentuk serat yang kuat, berwarna putih, tidak larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut-pelarut organik serta tahan terhadap bahan kimia. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Struktur selulosa Fengel,D. 1995

2.3.2. Hemiselulosa

Berbeda dengan selulosa yang merupakan homopolisakarida, hemiselulosa merupakan heteropolisakarida. Seperti halnya selulosa kebanyakan hemiselulosa berfungsi sebagai bahan pendukung dalam dinding-dinding sel. Hemiselulosa relatif mudah dihidrolisis oleh asam menjadi komponen-komponen monomernya yang terdiri dari D-glukosa, D-galaktosa, D-xilosa, L-arabinosa, dan sejumlah kecil L-ramnosa disamping menjadi asam D- glukuronat, asam 4-O-metil-D-glukuronat, dan asam D-galakturonat. Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200.

2.3.3. Lignin

Lignin dapat dihidrolisis dari kayu bebas ekstraktif sebagai sisa yang tidak larut setelah penghilangan polisakarida dengan hidrolisis. Secara alternatif, lignin dapat dihidrolisis dan diekstraksi dari kayu atau diubah menjadi turunan yang larut. Perkembangan proses pembuatan pulp secara teknis menimbulkan perhatian yang lebih besar terhadap lignin dan reaksi-reaksinya. Dalam tahun 1987, Peter Klason mempelajari komposisi lignosulfonat dan mengemukakan gagasan bahwa lignin secara kimia berhubungan dengan koniferilalkohol. Dalam tahun 1907 ia Universitas Sumatera Utara mengusulkan bahwa lignin merupakan zat makromolekul dan sepuluh tahun kemudian, bahwa unit-unit koniferil alkohol tesrikat satu sama lain dengan ikatan-ikatan eter.

2.3.4. Ekstraktif

Beraneka ragam komponen kayu, meskipun biasanya merupakan bagian kecil, larut dalam pelarut-pelarut organik netral atau air. Mereka disebut Ekstrakrif. Ekstraktif terdiri atas jumlah yang sangat besar dari senyawa-senyawa tunggal tipe lipofil maupun hidrofil. Ekstraktif dapat dipandang sebagai konstituen kayu yang tidak struktural, hampir seluruhnya terbentuk dari senyawa-senyawa ekstraseluler dan berat molekul rendah.

2.4. Proses Pembuatan Pulp

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sulphidity terhadap Kappa Number pada Proses Pemasakan Chip di Unit Digester Pt. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

9 78 53

Penentuan Jumlah Cairan Pemasak Terhadap Tingkat Kematangan Chip Optimum pada Proses Pemasakan di Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea

7 63 60

Pengaruh Temperatur dan Waktu (H-faktor) Terhadap Bilangan Kappa dan Viskositas pada Proses Pemasakan di Unit Digester PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

23 64 55

Pengaruh Penambahan NaOH di Dalam White Liquor Terhadap Bilangan Kappa dan Viskositas pada Pemasakan di Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

5 76 58

Pengaruh Jumlah Pemakaian Cairan Pemasak Terhadap Bilangan Kappa Pada Proses Pemasakan Di Digester Unit Fiber Line PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

20 109 54

Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester Pt.Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea

1 46 51

Pengaruh Konsentrasi Alkali Aktif Di Dalam White Liquor Terhadap Bilangan Kappa Pada Unit Digester Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

5 88 59

Penentuan Kadar Total Aktif Alkali Didalam White Liquor Pada Proses Recausticizing Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk

16 61 39

Pengaruh Perbandingan Cairan Pemasak Dengan Chip Terhadap Proses Pemasakan Chip di Digester Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

1 1 12

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA KARYA ILMIAH YOHANA LAMRIA SITANGGANG 112401100

0 1 12