jumlah produksi. Umumnya biaya variabel meliputi biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi saprodi. Penerimaan diperoleh dari seberapa banyak hasil
penjualan yang dihasilkan oleh petani salak dengan melihat harga jual salak per kg dan jumlah produksi yang dihasilkan.
1.1 Pendapatan petani sebelum industri pengolahan salak
Untuk mengidentifikasi pendapatan petani salak sebelum ada Industri Pengolahan Salak dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 8. Pendapatan Petani Salak Sebelum Industri Pengolahan Salak Keterangan
Total Rp Rata-rata Rp
Penerimaan 62.895.000,00
2.096.500,00 Biaya Tetap
1. Biaya PBB 645.000,00
21.500,00 2. Biaya Penyusutan
3.478.933,33 116.322,78
Biaya Variabel 1. Biaya Tenaga Kerja
4.918.000,00 163.933,33
2. Biaya Saprodi 29.338.500,00
977.950,00 Pendapatan
24.519.566,67 817.318,89
Sumber: Data diolah dari lampiran 7 Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan yang diterima oleh
setiap petani salak sebelum ada industri pengolahan salak sebesar Rp 2.096.500,00. sedangkan biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap petani rata-
rata terdiri dari: biaya PBB sebesar Rp 21.500,00, biaya penyusutan sebesar Rp 116.322,78, biaya tenaga kerja sebesar Rp 163.933,33 dan biaya saprodi
sebesar Rp 977.950,00. Dimana pendapatan yang diperoleh setiap petani sebelum ada industri pengolahan salak rata-rata sebesar Rp 817.318,89 bulan.
Sebelum ada industri pengolahan salak, pendapatan yang diperoleh petani salak dapat dikatakan rendah, karena jika dibandingkan dengan standart Upah
Universitas Sumatera Utara
Minimum Provinsi UMP pada saat ini yaitu sebesar Rp 905.000. Dimana pendapatan pada saat itu masih dibawah nya Rp 817.318 905.000. Rendahnya
pendapatan ini disebabkan oleh produksi yang masih rendah dan harga buah salak yang juga masih rendah.
Untuk melihat rata-rata luas lahan, harga jual dan produksi petani sebelum ada industri pengolahan salak, dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 9. Rata-rata luas lahan, harga jual dan produksi salak per petani sebelum ada industri pengolahan salak
Luas lahan Ha Harga jual RpKg
Produksi salak Kg 1,41
3.000,00 698,83
Sumber : Data diolah dari lampiran 1 dan 6 Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa dengan luas lahan, harga jual yang murah
sebesar Rp 3000Kg dan rata-rata produksi salak pada saat itu juga sedikit yaitu sebesar 698,83 Kg mengakibatkan penerimaan yang diperoleh petani salak juga
sedikit. Selain itu biaya-biaya yang harus dikeluarkan juga besar. Sehingga
penerimaan yang diperoleh petani tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Misalnya pengeluaran untuk biaya PBB, biaya sarana produksi dan
biaya tenaga kerja baik dalam keluarga maupun luar keluarga. Dari hasil penelitian yang didapat bahwa biaya sarana produksi yang
dikeluarkan petani hanya biaya bibit. Sedangkan untuk biaya pupuk tidak ada, karena dalam penanaman salak, petani tidak menggunakan pupuk. Atau dengan
kata lain salak yang ditanam tanpa pupuk. Untuk melihat biaya bibit yang dikeluarkan petani, dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 10. Biaya dan jumlah bibit salak sebelum ada industri pengolahan salak
Harga Bibit Rp Jumlah bibit
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data diolah dari lampiran 5 Dari tabel 10 dapat terlihat jelas rata-rata biaya bibit yang dikeluarkan oleh
petani dimana dapat dilihat harga dan jumlah bibit sebelum ada industri pengolahan salak.
Selain biaya saprodi yangn dikeluarkan oleh petani, ada juga biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan petani. Dari hasil penelitian yang didapat bahwa
umumnya petani tidak pernah menghitung biaya tenaga kerja dalam keluarga dan kebanyakan petani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga tidak
perlu mengeluarkan biaya tenaga kerja yang begitu besar dan pengeluaran untuk biaya tenaga kerja sedikit. Namun, dikarenakan tenaga kerja dalam keluarga dan
luar keluarga jug dihitung, maka pendapatan petani rendah. Petani salak juga umumnya menjual salak langsung kepada konsumen di sekitar dan pemasarannya
pun tidak luas, sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. Untuk melihat upah tenaga kerja per tahapan per orang dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 11. Rata-rata upah tenaga kerja per tahapan per orang sebelum ada industri pengolahan salak
Tahapan Jumlah Tenaga
Kerja Orang Upah Tenaga Kerja
Anak Rporang
Upah Tenaga Kerja Rporang
Pengolahan lahan dan penanaman
96 5.000,00
18.000,00 Pemeliharaan
68 5.000,00
15.000,00 Panen
72 5.000,00
10.000,00 Pembersihan
61 5.000,00
10.000,00 Pemasaran
49 5.000,00
20.000,00 Total
346 25.000,00
73.000,00 Sumber : Data diolah dari lampiran 4
500 1.955,90
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 11 dijelaskan bahwa jumlah tenaga kerja dan upah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh rata-rata petani sedikit apabila disbanding dengan jumlah
tenaga kerja sesudah ada industri pengolahan salak. Hal ini terjadi karena luas lahan masih relative sempit dan sebelumnya belum ada industri pengolahan salak,
sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan relatif sedikit.
1.2 Pendapatan petani sesudah industri pengolahan salak