Metode Rata-rata Average Metode Penilaian Persediaan

Setelah dilakukan perhitungan dari data diatas maka dapat diketahui bahwa nilai persediaan tanggal 3 Maret 2008 adalah: 72 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 849.024.000,- 128 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 1.509.376.000,- Persediaan = Rp. 24.409.440.000,- 1870 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 22.051.040.000,- + Sedangkan harga pokok yang terjual 12.478 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 147.140.576.000,-

3. Metode Rata-rata Average

Menurut Niswonger 1999 :364, metode harga pokok rata-rata didasarkan atas asumsi bahwa tugas pokok dibebankan ke pendapatan menurut harga rata-rata tertimbang per unit dari barang yang dijual. Harga pokok rata-rata tertimbang per unit ini digunakan untuk menemukan harga pokok barang yang masih ada dalam persediaan. Harga pokok rata-rata tertimbang perunit diperoleh dari hasil bagi antara jumlah harga pokok barang yang tersedia untuk dijual dalam suatu periode tertentu dengan jumlah unitnya. Mengambil data ilustrasi sebelumnya, maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3 METODE AVERAGE PT. DUTA MAHAJAYA dalam ribuan rupiah Masuk Pembelian Keluar Penjualan Saldo Persediaan Tgl Q PQ P.Q Q PQ P.Q Q PQ P.Q 21 900 11792 10.612.800 41 828 11792 9.763.776 72 11792 849.024 32 5428 11.792 64.006.976 5500 11.792 64.856..00 42 5300 11.792 64.497.600 200 11.792 2.358.400 13 8220 11.792 96.930.240 8420 11.792 99.288.640 33 6350 11.792 74.879.200 2070 11.792 24.409.440 12.478 147.140.576 2070 24.409.440 Sumber PT DUTA MAHAJAYA yang telah diolah Menurut tabel harga beli rata-rata, jumlah sepeda motor yang dijual adalah sebesar 12.478 dengan harga Rp. 147.140.576.000,-. Sisa atau saldo persediaan 2070 unit dengan harga Rp. 24.409.440.000,-. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian dalam bab-bab sebelimnya, maka dalam bab ini penulis mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pencatatan persediaan PT. DUTA MAHAJAYA menggunakan sistem pencatatan persediaan secara periodik, dimana dalam sistem periodik setiap ada penjualan atau pembelian terhadap persediaan tidak dilakukan pencatatan terhadap buku persediaan. Jadi untuk mengetahui jumlah persediaan harus dilakukan perhitungan secara fisik langsung ke gudang. 2. Perusahaan menggunakan metode FIFO dimana barang yang pertama kali masuk ke gudang, maka itulah yang mula-mula dijual. Dengan penggunaan metode persediaan FIFO menyebabkan jumlah persediaan di gudang tidak menumpuk, sehingga biaya yang ditimbulkan oleh penumpukkan barang yaitu biaya pengawasan meliputi kerusakan-kerusakan, pencurian dan lain-lain dapat diminimumkan untuk mencapai laba semaksimal mungkin. 3. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh penulis pada PT. DUTA MAHAJAYA dapat diketahui bahwa rencana penjualan tidak selalu tercapai realisasi penjualannya, terkadang bisa melebihi target rencana penjualan dan bahkan terkadang bisa kurang dari target penjualan. Universitas Sumatera Utara