2. Sebagai alat control.
Dengan memakai sistem perpetual maka dapat diketahui apakah ada barang yang hilang yaitu dengan jalan membandingkan kartu stock dengan jumlah
yang ada dalam gudang. Sedangkan keburukan dalam sistem ini adalah biaya yang dikeluarkan terlalu besar.
C. Metode Penilaian Persediaan
Menurut Niswonger 1999 : 364 Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk menilai persediaan, antara lain :
1. Metode First-in, First-out FIFO
Menurut Niswonger 1999 :364, cara ini didasarkan atas anggapan bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang
terdahulu masuk. Dengan demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang akhir masuk.
Kelebihan menggunakan metode FIFO ini adalah, perusahaan tidak memerlukan identifikasi khusus atau waktu khusus karena asumsi yang diberikan
berdasarkan nilai yang berlaku pada tanggal neraca saat itu juga. Hal ini juga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya manipulasi nilai persediaan transaksi
ditulis sesuai dengan urutan Sedangkan kelemahannya adalah, metode ini kurang tanggap terhadap
naik turunnya nilai persediaan perusahaan, sehingga kemungkinan terjadinya kerugian akibat naiknya harga barang persediaan akan besar.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui persediaan setiap saat dapat dilakukan pencatatan perpetual inventory system. Namun penilaian persediaan dengan system periodical
inventory juga sama baiknya. Untuk lebih jelasnya mengenai penerapan metode ini, maka akan diberikan perhitungan untuk komoditi Mio pada tiga bulan pertama
tahun 2008 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1 METODE FIFO
PT. DUTA MAHAJAYA dalam ribuan rupiah
Masuk Pembelian Keluar Penjualan
Saldo Persediaan Tgl
Q PQ
P.Q Q
PQ P.Q
Q PQ
P.Q
21 900
11792 10.612.800 41
828 11792
9.763.776 72
11792 849.024
32 5428 11.792 64.006.976
72 5428
11792 11792
849.024 64.066.976
42 72
5228 11792
11.792 849.024
61.648.576 200
11.792 2.358.400
13 8220 11.792 96.930.240
200 8220
11.792 11.792
2.358.400 96.930.240
33 200
6150 11.792
11.792 2.358.400
72.520.800 2070
11.792 24.409.440
12.478 147.140.576 2070
24.409.440 Sumber PT DUTA MAHAJAYA yang telah diolah
Setelah dilakukan perhitungan dari data diatas maka dapat diketahui bahwa nilai
persediaan tanggal 3 Maret 2008 adalah 2070 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp.
24.409.440.000,- Sedangkan harga pokok barang terjual 12.478 unit x 11.792.000,- = Rp. 147.140.576.000,-
Universitas Sumatera Utara
2.Metode LIFO Last In First Out
Menurut Niswonger 1999 :364, cara ini didasarkan anggapan bahwa barang yang telah terjual dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir
masuk. Sehingga persediaan yang masih ada atau stock dinilai berdasarkan harga pembelian barang terdahulu.
Kelebihan penggunaan metode LIFO adalah, perusahaan dapat lebih cermat memonitor nilai persediaan perusahaan karena untuk menentukan apakah
ada kenaikan ataupun penurunan perusahaan terlebih dahulu membandingkan persediaan dari dua tanggal yang berbeda sedangkan kelemahannya adalah,
perusahaan harus memberikan waktu khusus mengidentifikasi nilai persediaan perusahaan, hal ini karena proses penilaian memakan waktu yang lama.
Bagi perusahaan yang menggunakan periodical inventory system dalam menghitung nilai persediaan akhir dan barang terjual bisa menggunakan metode
LIFO. Akan tetapi penggunaan masing-masing cara akan memberikan nilai persediaan yang berbeda.
Perbedaan ini disebabkan perhitungan secara periodic tidak dipengaruhi oleh waktu transaksi pemakaian atau penjualan. Sedangkan pada perpetual
inventory system penentuan nilai persediaan akhir sangat dipengaruhi jumlah dan nilai yang ada setiap saat transaksi terjadi.
Untuk mengetahui perhitungan persediaan dengan menggunakan metode LIFO, dengan menggunakan data seperti persediaan pada metode FIFO dapat
diketahui perputaran persediaan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 METODE LIFO
PT. DUTA MAHAJAYA dalam ribuan rupiah
Masuk Pembelian Keluar Penjualan
Saldo Persediaan Tgl
Q PQ
P.Q Q
PQ P.Q
Q PQ
P.Q
21 900
11792 10.612.800 41
828 11792
9.763.776 72
11792 849.024
32 5428 11.792 64.006.976
72 5428
11792 11792
849.024 64.066.976
42 5300 11.792
64.497.600 72
128 11.792
11.792 849.024
1.509.376 13 8220 11.792
96.930.240 72
128 8220
11.792 11.792
11.792 849.024
1.509.376 96.930.240
33 6350 11.792
74.879.200 72
128 1870
11.792 11.792
11.792 849.024
1.509.376 22.051.040
12.478 147.140.576 2070
24.409.440 Sumber PT DUTA MAHAJAYA yang telah diolah
Universitas Sumatera Utara
Setelah dilakukan perhitungan dari data diatas maka dapat diketahui bahwa nilai persediaan tanggal 3 Maret 2008 adalah:
72 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 849.024.000,- 128 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 1.509.376.000,-
Persediaan = Rp. 24.409.440.000,-
1870 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 22.051.040.000,- +
Sedangkan harga pokok yang terjual 12.478 unit x Rp. 11.792.000,- = Rp. 147.140.576.000,-
3. Metode Rata-rata Average