Alasan Pemilihan Judul Tujuan Penulisan Pembatasan Masalah Metode Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Di Indonesia terdapat kebudayaan daerah yang beragam. Kebudayaan daerah yang beraneka ragam itu merupakan harta budaya bangsa yang tidak ternilai harganya. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, kebudayaan di Indonesia mulai dilupakan. Salah satu kebudayaan itu terdapat di daerah Mandailing. Di Mandailing terdapat beraneka ragam kebudayaan yang sangat menarik untuk dibahas, seperti adat istiadat pelaksanaan perkawinan, upacara pernikahan, tata cara pelaksanaan pernikahan dan lain-lain. Di dalam tata cara pelaksanaan pernikahan ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum upacara pernikahan dilaksanakan, dan tahap – tahap tersebut sangat menarik untuk dibahas. Dengan alasan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas Tata Cara Pelaksanaan Perkawinan Di Mandailing sebagai judul kertas karya ini.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperkenalkan salah satu upacara pernikahan yang ada di Indonesia. 2. Untuk menambah wawasan pembaca dan penulis tentang tata cara pelaksanaan pernikahan yang ada di Mandasiling. 3. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan pernikahan di Mandailing. 4. Melengkapi persyaratan untuk kelulusan dari D3 Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas tentang tata cara pelaksanaan perkawinan di Mandailing, Yaitu Acara di Rumah Boru Na Ni Oli, Manulak Sere, Mangalehen Mangan Pamunan dan Acara Pernikahan.

1.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku yang berhubungan dengan judul. Selanjutnya data dibahas dan dirangkum untuk kemudian dideskripsikan ke dalam bab yang ada di kertas karya ini. Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MANDAILING 2.1. Letak Geografis Sebelum Mandailing menjadi sebuah kabupaten, wilayah ini masih termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan. Setelah terjadi pemekaran, dibentuklah Kabupaten Mandailling berdasarkan undang-undang Nomor 12 tahun 1998, secara formal diresmikan oleh Menteri Dalam negeri pada tanggal 9 Maret 1999. Mandaling adalah suatu wilayah yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal di tengah pulau Sumatera. Batas – batas Kabupaten Mandailing adalah sebagai berikut : 1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Angkola. 2. Di sebelah Barat berbatasan dengan Pesisir. 3. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Minangkabau. 4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Padanglawas. Masyarakat Mandailing membagi wilayahnya menjadi dua bagian. Kawasan di bagian utara dan sedikit di barat dinamakan Mandailing Godang, sedangkan dibagian selatan disebut Mandailing Julu. Keadaan tanah Mandailing Godang merupakan kawasan yang dikelilingi gunung-ganung. Di antaranya gunung berapi yang masih hidup, yaitu Gunung Sorik Marapi yang terletak di perbatasan antara Mandailing Godang dan Mandailing Julu. Di tengah-tengah gunung-gunung yang terletak di sebelah timur, barat dan selatan, terhampar dataran rendah Mandailing Godang yang cukup luas dan berhawa panas. Dahulu terdapat banyak rawa-rawa yang mengeluarkan hawa yang tidak sehat dan menjadi sarang nyamuk malaria. Di Universitas Sumatera Utara kemudian hari, dataran itu diolah penduduk menjadi persawahan. Sekarang Mandailing Godang terkenal sebagai penghasil beras utama di Mandailing. Kaki-kaki gunung dan tanah-tanah yang tidak digunakan untuk persawahan ditanami penduduk dengan getah karet. Tanah pendesaan dan lingkungan sekitarnya umumnya ditanami kelapa. Sehingga Mandailing Godang terkenal sebagai sumber kelapa di Mandailing. 2.2. Agama Orang Mandailing kira-kira 60 menganut agama Islam, 30 agama Kristen, 5 agama Hindu, 4 agama Budha, dan kira-kira 1 masih menyembah Berhala. Oleh karena itulah agama islam sangat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan upacara-upacara adat. Bahkan dalam upacara-upacara kematian dan hukum waris sebagian besar memakai huku m Islam. Di Mandailing ada falsafah yang menyebutkan Hombar do adat dohot ibadat, yang berarti adat dan ibadah tidak dapat dipisahkan, adat tidak boleh bertentangan dengan agama Islam. Jika dalam upacara adat ada hal-hal yang mengganggu dengan pelaksanaan agama, maka adat itu harus dikesampingkan. 2.3. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing tahun 2007 yakni 417.590 jiwa. Penduduk asli Kabupaten Mandailing terdiri dari dua etnis yaitu masyarakat etnis Mandailing dan masyarakat etnis Pesisir. Dalam sistem kehidupan, masyarakat Mandailing menggunakan sistem Dalihan Na Tolu atau tiga tumpuan. Artinya mereka terdiri dari Mora kelompok kerabat pemberi anak dara Kahanggi kelompok kerabat yang satu marga dan Anak Boru kelompok kerabat penerima anak dara. Universitas Sumatera Utara Penduduk Mandailing sangat terikat dan percaya dengan susunan dari bawah hingga atas yang berdasarkan dari latar belakang kemasyarakatan. Orang-orang sangat hormat kepada pendiri silsilah dan jabatan. Daerah Mandailing mempunyai majelis sendiri, pemimpin yang dipilih berdasarkan dari warisan nenek moyang mereka. Pemimpin bertugas memimpin acara-acara tradisional dan mendirikan hukum-hukum yang berhubungan dengan warisan dan perkawinan. 2.4. Mata Pencaharian Mata pencaharian masyarakat Mandailing yang paling utama adalah bertani dengan mengolah sawah. Areal persawahan yang paling cukup luas terdapat di Mandailing Godang. Orang Mandailing senantiasa bergotong royong untuk mengolah sawah, misalnya dalam mengerjakan tanah dan menanam padi secara bersama-sama yang disebut Marsialap Ari, dan kegiatan bersama-sama memanen padi disebut Manyaraya. Universitas Sumatera Utara BAB III TATA CARA PELAKSANAAN PERKAWINAN DI MANDAILING

3.1 Acara di Rumah Boru Na Ni Oli