Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Karakteristik Sampel
Pengolah ikan rebus di Lingkungan 9 berjumlah 40 KK. Dari jumlah populasi diambil 30 KK. Pada umumya karakteristik pengolah ikan rebus sampel
dapat dilihat sebagai berikut :
a. Pendidikan Pengolah Ikan Rebus Tabel 8. Distribusi Sampel Menurut Lama Pendidikan
No Pendidikan
JumlahJiwa Persentase
1 Tamat SD
20 66,67
2 Tamat SLTP
10 33.33
3 Tamat SLTA
- -
Jumlah 30
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 1
Pendidikan sampel ini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani pengolah ikan rebus. Tingkat pendidikan sampel adalah SD, SLTP dan
SLTA dengan rata – rata pendidikan 7 tahun dan ini tergolong cukup rendah karena hanya menamatkan pendidikan setara SD.
b. Pengalaman menjadi Pengolah ikan Rebus Tahun
Pengolah ikan rebus dapat dikelompokkan berdasarkan pengalamannya dalam mengusahakan pengolahan ikan rebus. Pengalaman sampel dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Sampel Menurut Pengalaman menjadi Pengolah ikan Rebus Tahun
No Pengalaman menjadi Pengolah ikan Rebus Tahun
Jumlah Jiwa Persentase
1 5
17 56,67
2 5 – 10
12 40
3 10
1 3,33
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 1
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
c. Jumlah Tanggungan
Pengolah ikan rebus juga dapat dikelompokkan berdasarkan banyaknya jumlah tanggungan. Jumlah tanggungan sampel adalah banyaknya anggota
keluarga yang secara ekonomis masih menjadi tanggungan kepala keluarga. Rata – rata jumlah tanggungan pengolah ikan kembung adalah 2 – 11 orang
dengan rata – rata sebanyak 5 orang.
d. Umur Pengolah Ikan Rebus
Umur Pengolah ikan rebus bervariasi dari 23 tahun sampai 64 tahun dengan rata – rata 40,4 tahun. Dengan melihat kondisi umur tersebut, sampel
masih termasuk dalam kategori umur produktif secara fisik masih mampu bekerja.
Untuk lebih jelasnya rekapitulasi karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rekapitulasi Karakteristik Pengolah Ikan Rebus No
Uraian Satuan
Range Rata - rata
1 Umur
Tahun 23 - 64
40,43 2
Lama Pendidikan Tahun
6 - 9 7
3 Pengalaman
Tahun 1 - 12
4,37 4
Jumlah tanggungan Orang
2 - 11 5
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 1
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melihat penerimaan, pendapatan, total pendapatan keluarga dan pendapatan perkapita dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rekapitulasi rata – rata Pendapatan perkapita Pengolah Ikan Rebus per tahun.
No Uraian
Nilai Rp
1 Penerimaan
115.444.564
2 Biaya Produksi
77.308.200
3 Pendapatan Usaha pengolahan ikan Rebus
Penerimaan – Biaya Produksi 18.077.682
4 Pendapatan sampingan
4.040.000 5
Total pendapatan keluarga Pendapatan Usaha + Pendapatan sampingan
22.117.682
6 Jumlah tanggungan
5 7
Pendapatan perkapita Total pendapatan : Jumlah Tanggungan
3.745.423
8 Pendapatan perkapita per bulan
312.118
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 12 13
Total pendapatan keluarga diperoleh dari pendapatan dari hasil mengolah ikan rebus ditambah dengan pendapatan sampingan. Pendapatan sampingan
diperoleh dari luar usaha pengolahan ikan rebus seperti berjualan, tukang becak, dan kerja di toko. Penerimaan keluarga pengolah ikan rebus bervariasi.
Penerimaan pengolah adalah produksi dikali dengan harga ikan yang dibeli
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Dimana harga ikan setiap jenis ikan berbeda beda. Rata – rata penerimaan pengolah ikan rebus per tahun adalah Rp 115.444.564 dan rata – rata biaya
produksi yang digunakan untuk melakukan kegiatan produksi adalah sebesar Rp 77.308.200. Besar rata – rata pendapatan total keluarga pengolah ikan rebus
adalah Rp 22.117.682. Dari hasil dapat dilihat rata- rata pendapatan perkapita adalah Rp 3.745.423.
Hubungan Pendidikan Dengan Garis Kemiskinan diproxy Dengan Pendapatan Per kapita
Untuk mengetahui bagaimana hubungan pendidikan dengan garis kemiskinan diproxy dengan pendapatan per kapita digunakan analisis korelasi
sederhana. Variabel bebas dalam analisis korelasi ini adalah pendidikan X sedangkan variabel terikat adalah pendapatan perkapita yang ditinjau dari garis
kemiskinan Y. Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan antara dua buah variabel yaitu antara pendidikan dengan pendapatan per kapita. Pendapatan perkapita diperoleh dari total pendapatan keluarga dibagi
dengan jumlah tanggungan keluarga orang. Rata – rata pendapatan perkapita orangtahun adalah sebesar Rp 3.745.423 dan rata – rata pendidikan sampel
adalah 7 tahun. Untuk melihat analisis korelasi variabel pendidikan dengan pendapatan
perkapita, dapat dilihat pada Tabel 12.
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Tabel 12. Hubungan Pendidikan Tahun dengan Garis Kemiskinan diproxy Dengan Pendapatan Per kapita Rp
Pendapatan per kapita Rp
Pendidikan Tahun
Pendapatan per kapita Rp
Koef. Korelasi 1
0.224
Sign 0.235
N 30
30
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 15
Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan korelasi Pearson pada lampiran 15, diperoleh koefisien korelasi
sebesar 0.224 berarti hubungan antara variabel pendidikan dan pendapatan perkapita adalah lemah.
Besar t- hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
h
t
=
r
n r
2
1 2
− −
dimana : r = 0.224
Besarnya t- hitung sebesar 4,702 T α2 = 2,048. Artinya bahwa
pendidikan berhubungan nyata terhadap pendapatan perkapita pada taraf kepercayaan 95 maka Ho tolak : H1 terima . Pendidikan yang dimaksud
adalah pendidikan formal yang pernah ditamatkan oleh saampel pengolah ikan rebus.
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Garis Kemiskinan diproxy Dengan Pendapatan Per kapita
Untuk menguji hubungan variabel jumlah tanggungan dengan garis kemiskinan diproxy dengan pendapatan per kapita sampel pengolah ikan rebus
digunakan analisis korelasi Pearson, dimana Jumlah tanggungan X dan pendapatan per kapita Y. Jumlah tanggungan rata – rata sampel adalah sebesar 5
orang dengan rata – rata pendapatan perkapita sebesar Rp 3.745.423.
Hasil analisis hubungan antara jumlah tanggunggan dengan pendapatan perkapita diuraikan dalam Tabel 13.
Tabel 13. Hubungan Jumlah Tanggungan Rp Dengan Garis Kemiskinan diproxy Dengan Pendapatan Per kapita Rp
Pendapatan per kapita Rp
Jumlah tanggungan
Orang Pendapatan
per kapita Rp
Koef. Korelasi 1
-.0,062 Sign
0,746 N
30 30
Sumber : Analisis Data Primer 2009 Lampiran 16.
Dari hasil pengujian
yang dilakukan berdasarkan korelasi Pearson, pada Lampiran 16 maka diperoleh koefisien korelasi sebesar -0.062 yang berarti
hubungan antara variabel jumlah tanggungan dengan pendapatan perkapita adalah sangat lemah. Tanda negatif menyatakan adanya hubungan berlawanan arah
antara jumlah tanggungan dengan pendapatan perkapita, yaitu semakin banyak jumlah tanggungan semakin rendah pendapataan perkapitanya.
Besar t- hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
h
t =
r
n r
2
1 2
− −
dimana : r = -0.062 n = 30
Besarnya t- hitung = 1,286. Oleh karena T hitung T α2 = 2,048 berarti
Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan dengan pendapatan perkapita. Oleh karena itu hipotesis yang
menyatakan terdapat hubungan yang kuat antara jumlah tanggungan dengan pendapatan perkapita ditolak.
Hubungan Umur Tahun Dengan Garis Kemiskinan diproxy dengan Pendapatan per Kapita Rp
Tabel 14. Hubungan Umur Tahun Dengan Garis Kemiskinan diproxy
dengan Pendapatan per Kapita Rp Pendapatan
per kapita Rp Jumlah
tanggungan Orang
Pendapatan per kapita
Rp
Koef. Korelasi 1
0.183 Sign
0.333 N
30 30
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 15
Dari hasil pengujian
yang dilakukan berdasarkan korelasi Pearson, pada Lampiran 15 maka diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.183 yang berarti
hubungan antara variabel umur dengan pendapatan perkapita adalah sangat lemah. Besar t- hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
h
t
=
r
n r
2
1 2
− −
dimana : r = 0.183 n = 30
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Besarnya t- hitung = 0.72. Oleh karena T hitung T α2 = 2.048 berarti
Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara umur dengan pendapatan perkapita.
Tingkat kemiskinan yang diukur dari tingkat pendapatan perkapita pengolah ikan rebus di daerah penelitian adalah dibawah garis kemiskinan.
Berdasarkan pendapatan perkapita ini, maka dapat diketahui apakah pengolah ikan rebus di daerah penelitian berada dibawah atau diatas garis
kemiskinan. Kriteria garis kemiskinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan konsumsi beras menurut Sayogyo 1988 dan besar UMR. Adapun
harga beras yang berlaku pada saat penelitian adalah Rp 6000 Kg setara dengan Rp 2.160.000 dan besar UMR adalah sebesar Rp 1.048.000.
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Tabel 15. Pendapatan Per Kapita per Tahun Pengolah Ikan Rebus dengan Batas Kemiskinan 360 kg Beras per Orang Tahun.
No Pendapatan
Per Kapita Rp
Jumlah Tanggungan
Keluarga Orang Batas Kemiskinan 360 Kg
Beras per Orang Tahun 2.160.000
1 14.075.543
2 Tidak Miskin
2 4.994.488
4 Tidak Miskin
3 895.767
4 Miskin
4 2.307.161
7 Tidak Miskin
5 3.179.568
7 Tidak Miskin
6 4.023.711
7 Tidak Miskin
7 7.209.538
6 Tidak Miskin
8 1.476.280
2 Miskin
9 2.918.206
4 Tidak Miskin
10 4.746.746
11 Tidak Miskin
11 1.725.795
4
Miskin
12 681.928
6 Miskin
13 3.576.553
4 Tidak Miskin
14 180.999
3
Miskin
15 6.633.926
6 Tidak Miskin
16 865,195
5 Miskin
17 7.562.493
7
Miskin
18 3.848.335
4 Tidak Miskin
19 1.495.487
9 Miskin
20 485.811
6 Miskin
21 386.783
4
Miskin
22 4.019.779
2 Tidak Miskin
23 7.057.549
3 Tidak Miskin
24 8.897.012
5 Tidak Miskin
25 3.626.264
5 Tidak Miskin
26 1.864.949
4 Miskin
27 981.800
5
Miskin
28 2.227.474
4
Miskin
29 5.769.703
5 Tidak Miskin
30 4.647.833
6 Tidak Miskin
Total 112.362.678
151 Rata-rata 3.745.423
5 Tidak Miskin
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 18
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa pengolah ikan rebus yang hidup dibawah garis kemiskinan dengan kriteria 360 kg beras per orang per tahun ada 13
orang atau sama dengan 43.33 dari seluruh jumlah sampel. Dan jumlah
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
pengolah ikan rebus yang berada diatas garis kemiskinan berjumlah 17 oarang atau sama dengan 56.66 .
Berdasarkan konsumsi atas beras menurut Sayogyo 1988, rata – rata pendapatan perkapita pengolah ikan rebus adalah Rp 3.745.423 yang berarti
dalam kondisi diatas garis kemiskinan. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita pengolah ikan rebus di daerah penelitian berada dibawah
garis kemiskinan ditolak.
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Tabel 16. Pendapatan Per Kapita per Tahun Pengolah Ikan Rebus dengan Batas Kemiskinan berdasarkan besar Upah Minimum
Regional.
No Pendapatan
Per Kapita Rp
Jumlah Tanggungan Keluarga Orang
Batas Kemiskinan Besar UMR Tahun
Rp 12.576.000
1 14.075.543
2 Tidak Miskin
2 4.994.488
4 Miskin
3 895.767
4 Miskin
4 2.307.161
7 Miskin
5 3.179.568
7 Miskin
6 4.023.711
7 Miskin
7 7.209.538
6 Miskin
8 1.476.280
2 Miskin
9 2.918.206
4 Miskin
10 4.746.746
11 Miskin
11 1.725.795
4 Miskin
12 681.928
6 Miskin
13 3.576.553
4 Miskin
14 180.999
3 Miskin
15 6.633.926
6 Miskin
16 865,195
5 Miskin
17 7.562.493
7 Miskin
18 3.848.335
4 Miskin
19 1.495.487
9 Miskin
20 485.811
6 Miskin
21 386.783
4 Miskin
22 4.019.779
2 Miskin
23 7.057.549
3 Miskin
24 8.897.012
5 Miskin
25 3.626.264
5 Miskin
26 1.864.949
4 Miskin
27 981.800
5 Miskin
28 2.227.474
4 Miskin
29 5.769.703
5 Miskin
30 4.647.833
6 Miskin
Total 112.362.678
151 Rata- rata 3.745.423
5 Miskin
Sumber : Analisis Data Primer, 2009 Lampiran 19
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa ada 29 orang atau sama dengan 96.67 pengolah ikan rebus hidup dibawah garis kemiskinan dengan kriteria besar Upah
Minimum Regional Rp 12.576.00 dan satu orang berada diatas garis kemiskinan
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
atau sama dengan 3.33 . Batas kemiskinan kriteria 360 kg beras per orang tahun nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan Upah Minimum Regional
yang berlaku sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah pengolah ikan rebus yang hidup dibawah garis kemiskinan. Kedua kriteria batas kemiskinan
perbedaannya cukup jauh. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita pengolah ikan rebus di daerah penelitian berada dibawah garis
kemiskinan berdasarkan besar UMR diterima.
Upaya - Upaya Penanggulangan Masalah Yang Dihadapi Pengolah Ikan Rebus di Daerah Penelitian
1. Tidak adanya modal untuk melakukan usaha pengolahan ikan rebus,
sehingga para pengolah ikan rebus harus meminjam kepada rentenir dengan suku bunga yang sangat tinggi yaitu 20 . Dengan besarnya suku
bunga peminjaman maka mengurangi pendapatan pengolah ikan rebus. Untuk itu diperlukan adanya suatu lembaga keuangan yang dapat
memberikan pinjaman modal kepada para pengolah ikan rebus. 2.
Dalam pembuatan ikan rebus kurang memperhatikan faktor sanitasi maupun higienis, sehingga mutu daya awet ikan rebus yang dihasilkan
akan terpengaruh. Untuk itu dibutuhkan prasarana air bersih. 3.
Kondisi lingkungan yang memprihatinkan, sehingga dibutuhkan pembangunan prasarana yang dapat menunjang kegiatan pengolahan ikan
rebus agar tidak menghambat kegiatan produksi. 4.
Tidak adanya alat produksi seperti alat pendinginan yang digunakan dalam mengolah ikan rebus sehingga ikan yang diolah terbatas. Untuk itu
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
dibutuhkan alat produksi yang dapat meningkatkan produksi ikan rebus dalam kegiatan mengolah ikan rebus.
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hubungan pendidikan dengan garis kemiskinan diproxy dengan
pendapatan per kapita adalah lemah, dengan koefisien korelasi sebesar 0.224.
2. Hubungan jumlah tanggungan dengan garis kemiskinan diproxy dengan
pendapatan per kapita adalah sangat lemah karena koefisien korelasi sebesar -0.062.
3. Hubungan antara umur dengan garis kemiskinan diproxy dengan
pendapatan per kapita adalah sangat lemah, dengan koefisien korelasi sebesar 0.183.
4. Tingkat kemiskinan yang diukur dari tingkat pendapatan perkapita rata –
rata pengolah ikan rebus di daerah penelitian berdasarkan kriteria Sayogyo 360 kg beras per orang tahun adalah berada diatas garis kemiskinan dan
berdasarkaan kriteria Upah Minimum Regional sebesar Rp 1.048.000 maka tingkat kemiskinan adalah berada dibawah garis kemiskinan.
5. Upaya dalam mengatasi masalah kemiskinan yang dialami oleh pengolah
ikan rebus adalah dengan pemberian bantuan modal dan pemberdayaan sumberdaya manusia yang dapat dilakukan dengan meningkatkan
ketrampilan masyarakat agar masyarakat dapat mengelola bantuan yang diberikan oleh pemerintah.
Rosa Prida Sebayang : Hubungan Karakteristik Keluarga Pengolah Ikan Rebus Dengan Garis Kemiskinan Studi Kasus:Pulo Brayan Kota, Kec.Medan Barat, Kota Medan, 2010.
Saran a.
Kepada Pengolah ikan Rebus
1. Pengolah ikan rebus diharapkan dapat menjaga kebersihan ikan
yang diolah agar mendapat standar mutu produk.
2. Untuk meningkatkan nilai tambah ikan yang diolah, pengolah ikan
rebus diharapkan membuat kemasan produk yang menarik dan
bersih agar bisa dijual dipasar modern.
3. Lebih meningkatkan motivasi kemauan pengolah ikan rebus agar
lebih mampu mengembangkan diri untuk meningkatkan
pendapatan.
4. Agar meningkatkan tingkat keterampilan dalam mengolah ikan
rebus sehingga mutu dari ikan rebus yang diolah dapat bertahan
lama.
5. Cairan yang terbentuk di dasar wadah selama proses perebusan
berlangsung , merupakan limbah yang dapat diolah lebih lanjut
menjadi produk lain seperti petis dan kecap.
b. Kepada Pemerintah