Perumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

1. Perumusan Masalah

1 Bagaimana pola tekanan darah 24 jam pasien Nefropati Diabetik yang menjalani HD reguler. 2 Apakah terdapat perbedaan pola tekanan darah 24 jam antara pasien yang menjalani HD reguler dengan penyebab diabetik dan non diabetik.

3. Hipotesis

1 Pola tekanan darah 24 jam pasien Nefropati Diabetik yang menjalani HD reguler umumnya adalah non dippers 2 Terdapat perbedaan pola tekanan darah 24 jam antara pasien yang menjalani HD reguler dengan penyebab diabetik dan non diabetik.

4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pola tekanan darah 24 jam pada pasien Nefropati Diabetik yang menjalani HD reguler

5. Manfaat Penelitian

a. Dengan mengetahui pola tekanan darah 24 jam kita dapat mengetahui informasi sebenarnya keadaan tekanan darah pasien b. Sebagai panduan dalam pemberian anti hipertensi pada pasien dalam hal jenis, waktu pemberian dan dosis obat Rismauli Doloksaribu : Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati…, 2008 USU e-Repository © 2008 34 c. Dapat memprediksi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien Nefropati Diabetik yang menjalani HD reguler D. KERANGKA KONSEPSIONAL Sebab Non-ND: GNK HN PGOI ABPM 24 jam ABPM 24 jam NonDippers Dippers NonDippers Dippers Sebab ND HD reguler E. TINJAUAN PUSTAKA Ambulatory Blood Pressure Monitoring ABPM pertama sekali dipergunakan pada tahun 1960an dan pada tahun-tahun terakhir ini telah banyak digunakan dalam bidang penelitian dan mulai digunakan dalam pemakaian klinis. Penelitian Sokolow dkk 1966 melaporkan pada awalnya nilai alat ini sebagai alat diagnostik dan kegunaannya dalam hal panduan terapi hipertensi . 14 Seiring dengan semakin banyaknya penelitian retrospektif yang menggunakan alat ini salah satunya seperti yang dilaporkan oleh Imai Y dan Staessen J 1999 bahwa hasil ABPM memberikan nilai prediksi yang Rismauli Doloksaribu : Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati…, 2008 USU e-Repository © 2008 35 lebih baik dalam hasil akhir klinis dibanding pengukuran tekanan darah di klinik. 17 Pada masa sekarang alat ini tersedia dalam bentuk bebat lengan ukuran standar yang dilekatkan pada lengan atas setentang arteri brakialis yang dihubungkan oleh suatu pipa karet dengan mesin yang diletakkan pada bagian pinggang sebagai pemompa otomatis yang bekerja setiap 15 menit atau 30 menit pada siang hari dan setiap 30 menit -1 jam pada malam hari. Tekanan darah yang tercatat dapat diketahui baik melalui suatu mikrofon kecil yang ada di bawah bebat lengan atau melalui oscillometry yang mampu mencatat perubahan kecil tekanan darah sistolik dan diastolik dan rata-rata nilai tekanan sistolik. Pencatatan pada siang hari day time biasanya dimulai pukul 6 pagi – 20 pada malam,dan pencatatan malam hari dimulai pukul 20 malam – 6 pagi. Interpretasi hasil sebaiknya mempertimbangkan pencatatan aktivitas sehari hari dan waktu makan obat anti hipertensi. Bila hasil pengukuran tekanan darah malam hari 10 atau 105 mmHg dibandingkan dengan tekanan darah siang hari disebut “dippers” dan jika 10 disebut “non dippers”. 14,17,41 Nilai normal tekanan darah yang diukur dengan ABPM untuk dewasa adalah : 17 13585 mmHg untuk siang hari 12075 mmHg untuk malam hari 13080 mmHg untuk waktu 24 jam. Rismauli Doloksaribu : Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati…, 2008 USU e-Repository © 2008 36 Klasifikasi dippers dan non dippers pada tekanan darah malam hari pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1988 pada penelitian retrospektif yang mendapatkan hasil bahwa keadaan non dippers pada pasien hipertensi memberikan prognosa yang lebih buruk pada serebrovaskuler. Lebih lanjut lagi 3 penelitian longitudinal pada pasien hipertensi menunjukkan bahwa non dippers memberikan prognosis yang buruk pada kardiovaskuler dan merupakan prediktor kematian seperti yang dilaporkan oleh Dolan dkk, bahwa setiap peningkatan 10 mm rata-rata tekanan darah sitolik malam hari risiko kematian akan meningkat sebesar 21 . 15 Ohkubo dkk dalam penelitian Ohasama 1999 yang melibatkan 1542 subjek penelitian yang diikuti selama kurang lebih 6 tahun menemukan bahwa rentang tekanan darah optimal yang dapat memberikan prognosis yang baik terhadap risiko kematian kardiovaskuler adalah tekanan sistolik sebesar 120-133 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 65-78 mmHg dengan pengukuran ABPM. 17 Oleh karena kemampuannya yang lebih superior ini maka ABPM dapat dianggap sebagai baku emas untuk memprediksi risiko yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. 14 Pada banyak negara seperti Amerika, Eropa dan Jepang diketahui bahwa Diabetes Melitus DM terutama DM tipe 2 menunjukkan peningkatan yang tinggi. Sekitar 20-30 pasien DM terdapat keterlibatan dengan ginjal yang dikenal sebagai penyakit ginjal diabetik. Oleh karena kecenderungan peningkatan DM juga terjadi di banyak negara berkembang seperti juga di Indonesia maka jumlah pasien GGK yang Rismauli Doloksaribu : Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati…, 2008 USU e-Repository © 2008 37 disebabkan ND yang memerlukan dialisis kronis semakin meningkat. Pada masa sekarang ini para nefrologis menekankan pada usaha pencegahan ataupun memperlambat progresivitas terkait penyakit ini, dimana kontrol hipertensi merupakan salah satunya. 30,33,46 Pada pasien gagal ginjal kronis dijumpai perubahan pola sirkadian tekanan darah, yaitu adanya pola non dipping dalam arti pada pasien terjadi hipertensi saat tidur. Berdasarkan laporan National Kidney Foundation Dialysis Outcomes Quality Initiative KDOQI 2004, pasien- pasien gagal ginjal yang menjalani HD memiliki prevalensi pola tekanan darah non dipping yang tinggi yaitu sebesar 67. 39 Mekanisme yang dapat menerangkan abnormalitas ini belumlah jelas diketahui, tetapi diduga berhubungan dengan over-hidrasi , gangguan fungsi saraf otonom terutama sistim saraf parasimpatis dan sleep apnoe . Abnormalitas penurunan tekanan darah ini tidak tergantung pada penyakit yang mendasari kelainan ginjal. 45 Pola non-dipping ini juga dijumpai pada pasien DM tipe 1 dan 2 dan keadaan ini berhubungan dengan adanya mikroalbuminuria yang merupakan petanda telah terjadinya kerusakan ginjal. Menurut laporan beberapa penelitian pola nondipping yang terjadi pada pasien DM dihubungkan dengan terjadinya disfungsi otonomik dan hipervolemia. Rutter M dkk melaporkan mikroalbuminuria berhubungan dengan disfungsi otonomik dan ini menunjukkan buruknya prognosis pasien DM tipe 2. Sedangkan Lurbe dkk melaporkan bahwa dengan pemeriksaan ABPM Rismauli Doloksaribu : Pola Tekanan Darah 24 Jam Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebab Nefropati…, 2008 USU e-Repository © 2008 38 diketahui bahwa peningkatan tekanan darah sistolik malam hari mendahului terjadinya mikroalbuminuria pada pasien DM tipe 1. 14,41,47,48 Banyaknya penelitian yang melaporkan tentang tingginya angka morbiditas dan mortalitas sehubungan dengan abnormalitas pola sirkadian tekanan darah maka kelompok kerja KDOQI merekomendasikan ABPM sebagai alat diagnostik dan panduan dalam pemberian terapi antihipertensi pada pasien GGK. 39

F. BAHAN DAN CARA 1. Desain penelitian

Penelitian dilakukan secara cross-sectional, analisis dengan metode deskriptif analitik.

2. Waktu dan tempat penelitian.