Partisipasi Masyarakat, b Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, c Disiplin Anggaran, d Keadilan Anggaran, e Efisiensi dan Efektivitas Anggaran.
2.1.1.2. Jenis Anggaran
Jenis-jenis anggaran menurut Mardiasmo 2002 Anggaran Sektor Publik dibagi menjadi dua yaitu: “Anggaran Operasional dan Anggaran Modal”
a. Anggaran operasional operationrecurrent budget
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan
dalam anggaran operasional adalah “ Belanja Rutin”. Belanja Rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah
asset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut “Rutin” karena sifat pengeluaran berulang-ulang ada setiap tahun. Secara umum pengeluaran yang masuk kategori
operasional antara lain belanja administrasi umum dan belanja operasi dan pemeliharaan.
b. Anggaran modalinvestasi capitalinvestment budget
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya.
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasimodal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin atau biaya operasional dan
pemeliharaannya. Pada dasarnya, pemerintah tidak memiliki uang yang dimiliki sendiri, sebab
seluruhnya adalah milik masyarakat. Dalam sebuah masyarakat demokratis, rakyat memberi mandat kepada pemerintah melalui proses pemilihan umum. Adanya
keterbatasan sumber daya, menyebabkan anggaran mempunyai trade-offs, sebagian uang tidak dapat dialokasikan untuk suatu bidang tanpa mengurangi jumlah alokasi
pada bidang lain, atau adanya penambahan jumlah pajak yang dibayar masyarakat. Pemerintah tidak mungkin memenuhi permintaan seluruh stakholdernya secara
simultan. Pemerintah memutuskan bidang mana yang akan didahulukan atau diprioritaskan. Anggaran berfungsi sebagai alat politis yang digunakan untuk
memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.
2.1.1.3.Proses penyusunan anggaran Pemerintah
Proses anggaran seharusnya diawali dengan penetapan tujuan, yaitu target dan kebijakan. Kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai
dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya mulai
dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu pembuka bagi
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pelaksanaan anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga perhatian terhadap
tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan Bastian, 2006. Anggaran Pendapatan Belanja NegaraDaerah APBNAPBD yang
dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada DPRDPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan oleh
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana program- program tersebut dapat dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan
merupakan rangkaian proses anggaran. Menurut Mardiasmo 2002 proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan, yaitu:
1 Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar
bagian dalam lingkungan pemerintah. 2
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik dalam proses pempriorotasan.
3 Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4 Meningkatkan transparansi dan pertanggung jawaban pemerintah kepada
DPRDPRD dan masyarakat luas.
2.1.2. Dana Alokasi Umum
Otonomi daerah hingga saat ini masih memberi berbagai permasalahan. Kondisi geografis dan kekayaan alam yang beragam, defferesial potensi daerah,
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
menciptakan perbedaan kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya, atau yang biasa dikenal dengan fiskal gap celah fiskal.
Pemerintah pusat dalam undang-undang Nomor. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
mengalokasikan sejumlah dana dari APBN sebagai dana perimbangan. Dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum DAU , Dana Alokasi Khusus DAK
dan Dana Bagi Hasil DBH. Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan untuk daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas
nasional. Sedangkan Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
2.1.2.1 Tujuan Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum sebagai salah satu bagian dari dana perimbangan ditujukan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antar pemerintah daerah. Selain itu,
Dana Alokasi Umum juga berfungsi sebagai equalization grant yaitu menetralisir ketimpangan keuangan karena adanya dana bagi hasil yang diperoleh daerah.
Mengacu pada PP No. 104 tahun 2000 tentang dana perimbangan Mardiasmo, 2002
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk: horizontal equity dan suffiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka melakukan
distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah . Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan
suffiency, terutama adalah untuk menutup fiscal gap. suffiency dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kewenangan,beban dan Standar Pelayanan Minimum SPM.
Menurut Henley at al Mardiasmo, 2002 mengidentifikasi beberapa tujuan pemerintah pusat memberikan dana bantuan dalam bentuk grant kepada pemerintah
daerah yaitu: 1. Untuk mendorong terciptanya keadilan antar wilayah geographical equity.
2. Untuk meningkatkan akuntabilitas promote accountability. 3. Untuk meningkatkan sistem pajak yang progresif. Pajak daerah cenderung kurang
progresif, membebani tarif pajak yang tinggi kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah.
4. Untuk meningkatkan keberterimaan acceptability pajak daerah. Pemerintah pusat mensubsidi beberapa pengeluaran pemerintah daerah untuk mengurangi jumlah
pajak daerah.
2.1.2.2.Formula Dana Alokasi Umum
Sebagaimana dijelaskan oleh sekretariat bidang perimbangan keuangan pusat dan daerah tahun 2001 Mardiasmo, 2002 bahwa perhitungan dana alokasi umum
didasarkan pada dua faktor, yaitu: faktor murni dan faktor penyeimbang.Faktor murni
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
adalah perhitungan Dana Alokasi Umum berdasarkan formula. Faktor penyeimbang adalah suatu mekanisme untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan
daerah dalam pembiayaan beban pengeluaran yang menjadi tanggung jawab daerah. Dengan demikian, DAU menempati posisi yang sangat strategis dalam desentralisasi.
Penetapan besar DAU didasarkan pada formula dengan konsep fiscal gap Celah fiskal yaitu selisih antara kebutuhan fiskal dengan kapasitas fiskal daerah dan
ditambah dengan alokasi dasar. Kebutuhan fiskal daerah dipresentasikan dengan variabel: jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, Produk
Domestik Regional Bruto PDRB per kapita, dan indeks pembangunan manusia. Sedangkan kapasitas fiskal daerah diukur berdasarkan Pendapatan Asli Daerah PAD
dan Dana Bagi Hasil DBH. Berdasarkan pada komponen-komponen di atas, formula DAU disusun sebagai berikut:
DAU = Alokasi Dasar AD + Celah Fiscal CF AD dihitung berdasarkan jumlah pegawai negeri sipil, sedangkan CF diperoleh
berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal KbF dengan kapasitas fiskal KpF. Atau secara formula dapat dituliskan sebagai berikut:
CF = KbF-KpF Dimana: CF = Celah Fiskal
KbF = Kebutuhan Fiskal KpF = Kapasitas Fiskal
KbF = TPR IP+IW+IPM+IKK + IPDRB per kapita Dimana: KbF = Kebutuhan Fiskal
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
TPR = Total Pengeluaran Rata-rata IP = Indeks jumlah penduduk
IW = Indeks luas wilayah IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IKK = Indeks Kemahalan konstruksi IPDRB= Indeks PDRB per kapita
KpF = PAD + PBB+BPHTB+PPh + SDA Dimana: PAD = Pendapatan Asli Daerah
PBB = Pajak Bumi dan Bangunan BPHTB= Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Banggunan
PPh = Pajak Penghasilan SDA = Sumber Daya Alam
Selain menggunakan formula diatas, dalam penetapan DAU sampai dengan tahun 2007 juga dilakukan kebijakan Horld Harmless yaitu besaran DAU setiap tahun tidak
boleh lebih kecil dibanding dengan besaran DAU tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, selain DAU dikenal juga dana penyesuaian untuk propinsi.
Untuk mencermati formula yang digunakan untuk menetapkan besaran DAU dan kebijakan Hord Harmlessnya, maka fungsi monitoring dan evaluasi sulit
dilakukan pemerintah terutama dalam pemanfaatan DAU sendiri. Hal ini disebabkan karena ketiadaan target yang harus dicapai sebagai parameter efisiensi dan efektifitas
pemanfaatan DAU. Beberapa dampak negatif yang mungkin timbul dari tidak berfungsinya monitoring dan evaluasi pemanfaatan DAU adalah:
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
1. Fiscal Gap yang menjadi kerangka kebijakan pemerintah pusat dalam
memberikan DAU kepada daerah, pencapaiannya kurang optimal. Formula dalam menentukan fiscal gap yaitu selisih dari kebutuhan fiskal dengan
kapasitas fiskal menghasilkan celah fiskal daerah secara keseluruhan. 2.
Dalam hal jumlah PNS yang dijadikan sebagai salah satu variabel penentu besaran DAU, memberi peluang kepada daerah untuk menambah jumlah
pegawai mengabaikan efisiensi pembiayaan. 3.
Dalam hal luas wilayah yang dijadikan sebagai variabel penentu besaran DAU, memberi peluang terjadinya sengketa wilayah antar daerah terutama
menyangkut daerah perbatasan. 4.
Hal yang paling perlu dilakukan pemerintah pusat adalah membuat standart biaya yang wajar untuk tiap-tiap bidang kegiatan dengan memperhatikan
tingkat kemahalan dari masing-masing daerah.
2.1.3. Belanja Modal
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual. Abdullah, 2008.
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33PB2008 tentang pedoman penggunaan AKUN pendapatan, belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal sesuai dengan
BAS. Menurut Perdirjen Perbendaharaan tersebut, suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila:
1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas. 2.
Pengeluaran tersebut melebih batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah.
3. Aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Menurut Halim 2004:73, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebih satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau
kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal dapat
juga disimpulkan sebagai pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetapinventaris yang memberikan manfaat
lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,
meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan
modal, antara lain untuk pembangunan, peningkatan dan pengadaan serta kegiatan non fisik yang mendukung pembentukan modal. Dalam belanja ini termasuk untuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan maupun dalam bentuk
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
fisik lainnya, seperti buku, binatang dan lain sebagainya yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standart Akuntansi Pemerintahan.
1. Belanja Modal Tanah yaitu semua biaya yang diperlukan untuk pengadaan
pembelian pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada saat pembebasanpembayaran ganti
rugi tanah. 2.
Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-alat dan mesin yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap untuk
digunakan. Dalam jumlah belanja ini termasuk biaya untu penambahan, penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin dan diharapkan dapat
meningkatkan nilai aktiva, serta seluruh biaya pendukung yang diperlukan. 3.
Belanja Modal Gedung dan Bangunan yang termasuk dalam belanja ini adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan
kegiatan pembangunan gedung yang prosentasenya mengikuti Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya untuk pembangunan gedung dan bangunan.
4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan yaitu biaya untuk penambahan,
penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan prasarana dan sarana yang berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan termasuk jaringan air
bersih, jaringan instalasidistribusi listrik dan jaringan telekomunikasi serta jaringan lain yang berfungsi sebagai prasarana dan sarana fisik distribusiinstalasi.
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
5. Belanja Modal fisik lainnya adalah jumlah biaya yang digunakan untuk perolehan
melalui pengadaanpembangunan belanja fisik lainnya yang tidak dapat diklasifikasikan dalam perkiraan belanja modal tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jaringan jalan, irigasi dan belanja modal non fisik, yang termasuk dalam belanja modal ini antara lain: kontrak sewa beli leasehold,
pengadaanpembelian barang-barang kesenian art pieces, barang-barang purbakala dan barang-barang museum, serta hewan ternak, buku-buku dan jurnal
ilmiah.
2.1.4. Pendapatan per Kapita
Pendapatan per Kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa
juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh
dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.
Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang,
yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan Arsyad, 1999: dalam Admin, 2007. Dari definisi tersebut pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus menerus
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
3. Kenaikan pendapatan per kapita tersebut harus terus berlangsung dalam jangka
panjang 4.
Perbaikan sistem kelembagan disegala bidang Pembangunan ekonomi akan tercermin pada kenaikan pendapatan perkapita
dan perbaikan tingkat kesejahteraan pada masyarakat. Indikator dari laju pertumbuhan ekonomi suatu negara salah satunya ditunjukkan dengan tingkat
Pertumbuhan Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto. Keberhasilan pembangunan ekonomi menurut Todaro dalam Admin, 2001 ditunjukkan oleh tiga
nilai pokok yaitu: a.
Perkembangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya basic needs. b.
Meningkatkan rasa harga diri self-esteem masyarakat sebagai manusia. c.
Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih freedom from servitude yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Dalam suatu negara, keberhasilan pembangunan tidak semata-mata hanya diukur dari kemampuannya untuk meningkatkan produk domestik bruto serta
pendapatan nasional per kapita dari penduduknya. Keberhasilan pembangunan juga diukur dari keberhasilan usaha negara untuk mendistribusikan pendapatan secara
merata dan adil serta dapat mengurangi jumlah kemiskinan absolut suatu negara. Menurut Sigit dalam Admin, 2007 menyatakan distribusi pendapatan yang merata
antar pendudukrumah tangga mengandung dua segi penting yaitu: 1.
Meningkatkan tingkat hidup mereka yang berada dibawah garis kemiskinan
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
2. Pemerataan pendapatan secara menyeluruh, dalam arti mempersempit tingkat
pendapatan antar rumah tangga. Selama pertumbuhan ekonomi masih dinikmati secara adil oleh masyarakat maka
persoalan pemerataan ini tidak akan muncul. Persoalan tersebut terjadi jika terjadi perubahan status quo dari golongan yang kaya dan golongan miskin, berupa
perbedaan tingkat pendapatan yang semakin lebar. Dengan kata lain adanya perbedaan kesempatan untuk mendapatkan trickle down effect dari pertumbuhan
ekonomi yang terjadi. Golongan masyarakat yang mendapat kesempatan lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi akan berusaha memperbesar bagiannya sedangkan
masyarakat yang tidak beruntung akan mendapat bagian yang kecil Kartasasmita, 1996 dalam Admin, 2007
Salah satu tujuan utama desentralisasi fiskal adalah terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan
local, khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah PAD Sidik,2002 dalam Harianto Adi, 2007. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah
yang positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki tingkat pendapatan per kapita yang lebih baik. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dengan pertumbuhan
ekonomi di daerah Brata, 2004 dalam Harianto Adi, 2007. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, jika pendapatan asli
daerah meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat pula, sehingga pemerintah daerah
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
akan berinisiatif lebih menggali potensi-potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu Tambunan, 2006 dalam Harianto Adi,2007
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah pada
Pendapatan Per kapita. Hasil penelitian tersebut ada yang mendukung teori dan ada yang menolak teori. Beberapa hasil penelitian terdahulu:
Syukriy Abdullah Halim 2003 yang meneliti di 90 KabupatenKota di Propinsi Jawa Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta
menyatakan bahwa ketika digunakan la, pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah lebih kuat dari pada Dana Alokasi Umum, tetapi tanpa digunakan lag,
pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah lebih kuat dari pada Pendapatan Asli Daerah dan ketika kedua faktor Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah diregres serentak dengan Belanja Daerah, maka pengaruh keduanya juga signifikan terhadap Belanja Daerah baik dengan maupun tanpa lag.
Priyo Hari Adi 2005 menemukan bahwa Dana Alokasi sangat berpengaruh terhadap belanja modal. Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan
negative terhadap Pendapatan Per Kapita, Pendapatan Asli Daerah sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Per kapita. Dana Alokasi Umum mempunyai
dampak yang signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah melalui Belanja Modal efek tidak langsung.
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Mutiara Maimunah 2006 dalam penelitian di 90 KabupatenKota di Pulau Sumatera menemukan besarnya nilai Dana Alokasi Umum DAU dan Pendapatan
Asli Daerah PAD mempengaruhi besarnya nilai Belanja Daerah pengaruh positif. Flypaper effect berpengaruh dalam mempredikisi Belanja Daerah periode kedepan.
Berikutnya ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan terjadinya flypaper effect pada daerah yang PAD-nya rendah maupun daerah PAD-nya tinggi di KabupatenKota
pulau Sumatera. Temuan lainnya adalah tidak terjadi flypaper effect pada belanja daerah bidang Pendidikan sedangkan belanja daerah bidang kesehatan dan Belanja
Daerah bidang Pekerjaan Umum-pun terjadi Flypaper Effect. Harianto dan Adi 2007 menemukan bahwa Dana Alokasi Umum sangat
berpengaruh terhadap Belanja Modal. Sayngnya kontribusi dari DAU terhadap Belanja Modal masih kurang efektif akibatnya pembangunan yang terjadi di daerah
kurang merata masih banyak desa terbelakang di daerah Jawa dan Bali. Belanja Modal mempunyai dampak yang signifikan dan negatif terhadap Pendapatan per
Kapita dalam hubungan langsung, tetapi juga mempunyai hubungan yang positif dalam hubungan tidak langsung melalui Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli
Daerah sangat berpengaruh terhadap Pendapatan per Kapita, tetapi pertumbuhan yang terjadi masih kurang merata sehingga banyak ketimpanganjarak ekonomi antar
daerah Dana Alokasi Umum mempunyai dampak yang signifikan terhadap Pendapatan asli Daerah melalui Belanja Modal efek tidak langsung.
Darwanto dan Yulia Yustikasari 2007 yang meneliti diseluruh KabupatenKota Se Jawa dan Bali menemukan secara simultan variabel
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel Belanja Modal. Hasil
pengujian terhadap hipotesis-hipotesis menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F dengan hasil nilai signifikandi sebesar 0,01 berada di bawah 0,05 yang berarti secara
simultan seluruh variabel independen terse berpengaruh signifikan terhadap variabel belanja modal. Pengujian secara parsial variabel dependen yang digunakan dalam
model menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal dalam APBD.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu No
Nama peneliti Tahun
Topik Penelitian Variabel yang
digunakan Hasil Penelitian
1 Syukrie Abdullah
2003 Pengaruh Dana
Alokasi umum dan Pendapatan
Asli Daerah dan pajak daerah.
Dependen Pendapatan asli
Daerah dan Pajak Daerah.
Independen Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh terhadap Belanja
Daerah.
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
2 Priyo Hari
Adi, 2005
Hubungan antara pertumbuhan
ekonomi daerah, belanja
pembangunan dan Pendapatan Asli
Daerah. Dependen:
Belanja Pembangunan dan
Pendapatan Asli Daerah.
Independen: Pertumbuhan
ekonomi Pertumbuhan
ekonomi daerah mempunyai
dampak yang signifikan
terhadap peningkatan PAD,
Belanja pembangunan
memberikan dampak yang
positif dan signifikan
terhadap PAD maupun
pertumbuhan ekonomi..
3
Mutiara Maimunah,
2007 Flypaper pada
Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Daerah pada Kabupaten
Kota di Pulau Sumatera.
Dependen Pendapatan Asli
Daerah dan Belanja Daerah.
Independen Dana
alokasi Umum.
Dana Alokasi Umum
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap belanja daerah.
Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan dan
positif terhadap belanja daerah.
Lanjutan
No Nama peneliti
Tahun Topik Penelitian
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian 4
Harianto dan Adi, 2007
Hubungan antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal,
Pendapatan Asli Dependen:
Pendapatan per Kapita.
Independen: Dana Alokasi
Dana Alokasi Umum sangat
berpengaruh terhadap Belanja
Modal.
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008
Daerah dan Pendapatan per
Kapita. Umum, Belanja
Modal, pendapatan Asli
Daerah. PAD sangat
berpengaruh terhadap
Pendapatan per Kapita.
5
Darwanto dan Yulia
Yustikasari, 2007
Pengaruh pertumbuhan
ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah dan Dana Alokasi Umum
terhadap pengalokasian
Anggaran Belanja Modal.
Dependen Pendapatan Asli
Daerah dan Belanja Modal.
Independen Pertumbuhan
Ekonomi. PAD berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Belanja Modal.
Dana Alokasi Umum
berpengaruh ositif dan signifikan
terhadap Belanja Modal.
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Walidi : Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus Di Propinsi Sumatera Utara, 2009
USU Repository © 2008